Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus

Sebelum dilaksanakan tindakan per siklus, maka dilakukan pengamatan

terhadan proses pembelajaran pra penelitian. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan

berpusat pada guru. Hasil belajar siswa pada materi sasis dan pemindah tenaga

juga belum memuaskan dengan rata-rata denagan rata-rata keseluruhan 69,91

dan yang mencapai tingkat ketuntasan siswa hanya 16,67 %. Melihat kondisi

tersebut maka kemudian dilakukan perbaikan pembelajaran. Adapun

penelitian tindakan ini terdiri dari langkah perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi dengan menggunakan model Problem Based Learning

dan diperoleh hasil penelitian per siklus sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada kegiatan ini peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan menggunakan

model Problem Based Learning, menyusun dan mempersiapkan media

pembelajaran yang akan digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS)

dan bahan tayang, membuat lembar tes ulangan harian untuk

mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan siklus I dan

melaksanakan tindakan dengan menggunakan medel pembelajaran

Problem Based Learning.

35
36

b. Hasil Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada

tanggal 22 maret 2018. Prosedur pelaksanaannya dikerjakan melalui

tahap-tahap sesuai rencana pembelajaran pada umumnya. Dimulai dari

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang ditandai dengan

evaluasi pembelajaran menggunakan tes formatif. Hasilnya dianalisis

untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

Hasil analisis nilai dalam pelaksanaan siklus I terlihat adanya

hasil belajar yang kurang memuaskan karena nilai terendah 69 dan

nilai tertinggi 80, serta belum dapat mencapai nilai ketuntasan belajar

yaitu 80. Nilai rata-rata kelas masih 79. Hasil selengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1
Prestasi Tes Formatif Siklus I

Klasifikasi Interval Jumlah


No Persentase
Keberhasilan Nilai Siswa
1 Sangat baik 81-100 11 32,35 %
2 Baik 71-80 22 64,71 %
3 Sedang 61-70 1 2,94 %
4 Kurang 50-60 - 0,00 %
5 Sangat kurang 0- 49 - 0,00 %
Jumlah 34 100 %
37

Untuk memperjelas tabel di atas maka dapat digambarkan dalam

grafik sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik Tes Formatif Siklus 1

Pelaksanaan pembelajaran materi menerapkan cara kerja gardan

pada siklus I terdapat peningkatan penguasaan materi pelajaran pada

siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dicapai siswa.

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diuraikan bahwa pada siklus I

tingkat ketuntasan klasikal yang dicapai siswa sebesar 32,35 %. Hasil

pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I terlihat adanya

peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2
Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus I
Jumlah Siswa Pra Siklus Siklus I Kenaikan
34 6 13 11
Rata-rata 69,91 79,57 9,66
16,67 %. 32,35 % 15,33 %
38

Berdasarkan tabel 2 di atas terlihat adanya peningkatan

penguasaan terhadap materi pelajaran. Hal ini dapat diuraikan bahwa

pada pra pelaksanaan siklus I, siswa yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar sebanyak 6 siswa dari 34 siswa atau sekitar 16,67 %,

sedangkan siswa yang belum tuntas dalam belajar ada 28 siswa dari 34

siswa atau 82,35 %. Kemudian pada siklus I terjadi peningkatan

jumlah siswa yang tuntas yaitu menjadi 11 sehingga ada peningkatan 5

siswa, dengan prosentase 32,35 % dengan nilai rata-rata tes 79,58. Dari

hasil tersebut, maka perbaikan pembelajaran belum memenuhi target

pencapaian indikator yang telah direncanakan, maka perlu dilanjutkan

pada siklus II.

c. Hasil Pengamatan

Dalam observasi telah dilakukan pengamatan dan

mengumpulkan data tentang jalannya proses pembelajaran terhadap

guru maupun siswa. Dari hasil pengamatan terhadap guru, diperoleh

data bahwa guru sudah membagai siswa dalam kelompok, namun

demikian secara intensif guru belum memberikan bimbingan terhadap

kelompok yang ada. Dari hasil pengamatan terhadap siswa, diperoleh

data bahwa dalam diskusi kelompok siswa kurang aktif. Siswa yang

lamban berpikir dan kurang serius dalam melakukan diskusi.

d. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:


39

1) Siswa masih belum serius dalam melaksanakan diskusi kelompok;

2) Belum memanfaatkan kelompok yang sudah terbentuk;

3) Nilai rata-rata hasil evaluasi belum mencapai ketuntasan.

Berdasarkan data yang diperoleh, proses pembelajaran pada

siklus I masih menunjukkan tingkat pemahaman siswa yang masih

kurang dalam materi ajar. Nilai yang diperoleh dari hasil evaluasi

terhadap 34 siswa, 11 siswa telah mencapai ketuntasan belajar, 28

siswa belum dapat mencapai ketuntasan belajar. Ketidak berhasilan

proses perbaikan pembelajaran pada siklus I disebabkan oleh:

a) Penjelasan guru terhadap materi kurang dipahami siswa, terutama

tentang prinsip kerja gardan.

b) Kurang memanfaatkan kelompok belajar yang sudah terbentuk;

Berdasarkan hasil refleksi maka akan dilanjutkan dengan siklus II

dengan memperhatikan kelemahan dan kekurangan dari pelaksanaan

siklus I.

2. Siklus II

a. Hasil Perencanaan

Perencanaan siklus kedua sama dengan perencanaan siklus

pertama. Perbedaannya hanya terletak pada tahap perencanaan

perencanaan siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I. Pada

kegiatan ini peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) tentang materi yang akan diajarkan menggunakan model

Problem Based Learning, menyusun dan mempersiapkan media


40

pembelajaran yang akan digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS),

menyusun lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas

siswa, membuat membuat lembar tes ulangan harian untuk

mengetahui hasil belajar belajar siswa setelah menggunakan siklus I

dan melaksanakan tindakan dengan medel pembelajaran Problem

Based Learning.

b. Hasil Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan

pada tanggal 15 maret 2018 dengan kompetensi dasar menerapkan

cara kerja gardan. Pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada siklus I ini diberikan perlakuan

selama 1 kali pertemuan. Pada kegiatan awal guru memberikan

gambaran hasil dari pembelajaran pada siklus I, dimana hasil

pembelajaran yang diperoleh belum semuana mendapatkan nilai sesuai

KKM. Selanjutnya guru memberikan motivasi awal agar peserta didik

lebih semangat untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran agar

mendapatkan hasil yang lebih baik.

Pada kegiatan inti guru memberikan permasalahan sebagai

setimulan untuk memancing keaktifan siswa. Selanjutnaya guru

membagi kelompok menjadi 6 kelompok dengan asumsi anggota

perkelompok berjumlah 5-6 siswa, guru meminta siswa untuk

mendiskusikan permasalahan yang disampaikan guru. Guru secara

intens mendampingi proses diskusi siswa, setelalah diskusi berakhir


41

dari masing-masing kelompok secara bergantian diminta untuk

mepresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan bagi

kelompok lain untuk memberikan pertanyaan atau pernyataan terkait

materi diskusi. Pada siklus II ini keaktifan diskusi kelompok selalu

dipantau oleh guru sehingga hanya beberapa siswa yang kurang aktif

berpartisipasi dalam kelompoknya masing-masing.

Setelah masing-masing kelompok menyeleseikan hasil diskusi

guru memberikan penguatan terhadap materi yang di sampaikan dari

masing-masing kelompok. Penguatan materi yang disampaikan guru

mengacu pada materi kompetensi dasar menerapkan cara kerja gardan.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi

sebagai alat untuk mengukur hasil belajar. Setelah siswa selesi

mengerjakan soal evaluasi pada kegiatan guru meminta perwakilan

dari masingng-masing kelompok untuk menyimpulkan hasil dari

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru memberikan

menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

kemudian dilanjutkan doa’a dan penutup.

Dari hasil evaluasi siklus II terlihat adanya peningkatan yang

baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang dicapai oleh siswa. Pada

siklus I, siswa yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 11 siswa, pada

siklus II menjadi 31 siswa atau 91 %, dengan nilai rata-rata kelas

mencapai 85,06 Pada perbaikan pembelajaran siklus II ternyata dalam

pembelajaran telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan seperti


42

penerapan metode yang tepat, kegiatan diskusi berlangsung aktif dan

menarik, partisipasi siswa tinggi. Hasil evaluasi pembelajaran siklus II

dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3.
Prestasi Tes Formatif Siklus II
Klasifikasi Interval Jumlah
No Persentase
Keberhasilan Nilai Siswa
1 Sangat baik 80-100 31 100 %
2 Baik 71-79 2 6%
3 Sedang 61-70 1 3%
4 Kurang 50-60 - 0%
5 Sangat kurang 0- 49 - 0%
Jumlah 34 100 %

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar 2. Grafik Tes Formatif Siklus 2

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II terlihat terjadi

peningkatan penguasaan materi pelajaran yang memuaskan. Hal ini

dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dicapai siswa. Hasil pelaksanaan

penelitian tindakan kelas pada siklus II terlihat adanya peningkatan


43

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang sangat signifikan.

Hal ini dapat diihat pada tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4
Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus II
Jumlah Siswa Siklus I Siklus II Kenaikan
34 11 31 20
Rata-rata 79,58 85,06 5,48
Persentase 32,35% 91,18% 58,83%

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan

penguasaan terhadap materi pelajaran yang baik. Hal ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Sebelum pelaksanaan siklus II siswa yang mencapai tingkat

ketuntasan belajar sebanyak 11 anak dari 34 siswa atau sekitar

32,35%, sedang siswa yang belum tuntas dalam belajar ada 23

anak dari 34 siswa atau sekitar 67,65 %;

2) Siklus I nilai rata-rata siswa yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar adalah 79,58, kemudian pada siklus II meningkat menjadi

85,06 sehingga terjadi peningkatan sebesar 5,48. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa telah mencapai

ketuntasan belajar klasikal dengan nilai rata-rata 85,06.

c. Hasil Pengamatan

Pada tahap pengamatan pembelajaran siklus II, observer

memperoleh data bahwa dalam pembelajaran guru sudah membagi

siswa dalam kelompok, memberikan bimbingan siswa yang belum

memahami materi pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap kegiatan


44

siswa, observer menemukan bahwa diskusi kelompok berjalan lancar

interaksi dari masing-masing kelompok.

d. Hasil Refleksi

Penulis melakukan renungan atas kegagalan dan keberhasilan

selama proses pembelajaran. Ternyata keberhasilan suatu proses

pembelajaran tergantung pada persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi yang

dilakukan oleh guru. Dari pelaksanaan pembelajaran pada materi

menerapkan cara kerja yang perlu diperhatikan yaitu:

1) Diskusi berjalan lancar;

2) Partisipasi siswa tinggi ;

3) motivasi dari guru dalam proses pembelajaran dan diskusi

kelompok.

B. Peningkatan pada Siswa, Guru dan Kelas

1. Peningkatan pada siswa

Pembelajaran materi menerapkan dengan menggunakan metodcara

kerja gardan dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Selain itu peningkatan pada siswa tampak pada

perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran dalam kelompok.

Berdasarkan data yang diperoleh, proses pembelajaran pada siklus pertama

masih menunjukkan tingkat pemahaman siswa yang rendah dalam materi

ajar. Ketidakberhasilan proses perbaikan pembelajaran pada siklus ini

disebabkan oleh penjelasan guru terhadap materi kurang dipahami siswa, dan

guru kurang memanfaatkan kelompok belajar yang sudah terbentuk.


45

Setelah menggunakan model Problem Based Learning terjadi perubahan

yang mengarah kepada keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan suatu

proses pembelajaran tergantung pada persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi

yang dilakukan oleh guru. Dari pelaksanaan pembelajaran pada materi materi

pemeliharaan dan perbaikan sistem pendingin perlu diperhatikan yaitu

diskusi berjalan lancar, partisipasi siswa tinggi dan motivasi dari guru

dalam proses pembelajaran dan diskusi kelompok.

2. Peningkatan pada guru

Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based

Learning dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi para

guru karena selama ini hanya menggunakan model pembelajaran yang

belm bervariatif dalam memberikan materi pembelajaran, dan belum

memanfaatkan media pembelajaran serta model pembelajaran yang ada.

Pemberian materi pelajaran secara variatif merupakan tuntutan

profesionalisme guru dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan

semakin tertarik terhadap materi yang diberikan. Pada awalnya mungkin

masih belum yakin akan keberhasilan model Problem Based Learning,

namun akhirnya permasalahan yang ada dapat diatasi dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan memuaskan. Dalam teknik ini, guru

juga memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu

mengaktifkan siswa sehingga bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.

Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong
46

royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

3. Peningkatan pada kelas

Melalui penggunakan model Problem Based Learning kondisi

kelas semakin aktif karena semua siswa di kelas aktif terlibat dalam

kegiatan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Dengan model ini

maka dinamika kelas menjadi lebih hidup, siswa lebih berani untuk

bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Model pembelajaran Problem

Based Learning mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama

dalam memecahkan masalah dengan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak

remaja masih kurang dalam keterampilan sosial.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Proses penelitian tindakan yang dilakukan dua siklus, berdasarkan

hasil observasi dan diskusi dengan teman sejawat diperoleh gambaran sebagai

berikut:

1. Siklus I

Proses pembelajaran sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas

masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Metode ini

menurut penulis harus divariasikan dengan model yang lain sehingga

siswa tidak bosan, karena dengan ceramah siswa merasa jenuh, kurang

terlibat dan kurang berpartisipasi. Selain itu siswa ada yang berbicara

sendiri, kurang memperhatikan penjelasan guru serta hasil prestasi belajar


47

yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Siswa yang mampu mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) baru beberapa siswa. Berdasarkan

kenyataan tersebut kemudian dilakukan penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan model Problem Based Learning. Memang dalam

pelaksanaan perbaikan di siklus I telah dilakukan pembelajaran dengan

metode ceramah, diskusi dan pemberian tugas, sudah terlihat adanya

beberapa siswa yang memperoleh nilai baik dari sebelumnya. Hal ini

sesuai dengan konsep dalam kajian pustaka bahwa dalam proses kegiatan

belajar mengajar diperlukan motivasi kepada siswa agar selalu

meningkatkan belajar. Dalam siklus I ini peran kelompok belum

memberikan dukungan yang berarti bagi peningkatan hasil belajar siswa

serta prestasi belajar siswa. Terlihat bahwa tingkat ketuntasan klasikal

baru mencapai 32,35 %.

2. Siklus II

Dari analisis hasil nilai di siklus II, sudah terlihat adanya

peningkatan hasil evaluasi. Dalam hal ini peningkatan pembelajaran

melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model

Problem Based Learning sudah dapat terlihat hasilnya. Seperti yang

ditunjukkan dalam tabel 2 analisa nilai siklus I, siswa yang mencapai

tingkat ketuntasan belajar sebanyak 11 anak dari 34 siswa atau sekitar

32,35 %, sedang siswa yang belum tuntas dalam belajar ada 23 anak dari

34 siswa atau sekitar 67,65 %; Siklus I nilai rata-rata siswa yang mencapai

tingkat ketuntasan belajar adalah 79,58, kemudian pada siklus II


48

meningkat menjadi 85,06 sehingga terjadi peningkatan sebesar 5,48.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa telah mencapai

ketuntasan belajar klasikal dengan nilai rata-rata 85,06 Indikator

keberhasilan ditentukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa dinyatakan

berhasil jika 90 % dari jumlah siswa tuntas belajar di atas nilai KKM 80.

Indikator ini telah tercapai dan siklus dihentikan artinya tidak dilanjutkan

untuk siklus berikutnya.

Proses pembelajaran dengan melibatkan siswa dikenal dengan

pendekatan kontekstual. Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa

siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri

dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui,

mengingat,  dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target

penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses

pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru

dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan

prinsip membelajarkan-memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.

Dengan prinsip penmbelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi

seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan

harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi dari guru.

Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkontruksi pengetahuan,

kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Siswa harus tahu makna

belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang


49

diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah

tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu

menghubungkan pengetahuan lama dengan yang baru dan

memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru

berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran (sutradara) dan

fasilitator.

Dengan guru memberikan permasalahan awal serta pembentukan

kelompok siswa yang lebih aktif dalam mencarai permasalahan yang

diberikan oleh guru, siswa memberikan penjelasan kepada teman yang lain

maka akan meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Kelompok

siswa yang lebih pandai merupakan teman sebaya yang memberikan

bimbingan bagi temannya. Peran guru yang selalu memberi bimbingan

kepada kelompok siswa yang lebih pandai dalam melaksanakan bimbingan

terhadap temannya juga ikut membantu keberhasilan siswa dalam

kelompok dalam melaksanakan tugasnya. Pembelajaran di sekolah yang

melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa

dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Teknik pembelajaran

ini dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat

meningkatkan kreativitas siswa. PBL merupakan bagian dari teknik-

teknik pembelajaran Aktif Learning. Jika pelaksanaan prosedur

pembelajaran ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan

siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan penelitian dalam pembelajaran menerapkan cara

kerja gardan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu dapat

disimpulkan bahwa :

1. Terjadi perbedaan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah

pembelajaran menerapkan cara kerja gardan dengan model problem based

learning pada siswa kelas XI TKR1 SMK Negeri 4 Semarang Tahun

Ajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari perubahan aktivitas siswa.

Sebelum menggunakan model Problem Based Learning siswa kurang

aktif, kurang memperhatikan, hasil pengamatan dimana siswa yang

sebelum pembelajaran dan hasil peningkatan prosentase siswa yang

mampu mencapai nilai ketuntasan minimal dari 6 siswa pada pra siklus,

menjadi 11 siswa pada siklus I dan 28 siswa pada siklus 2.

2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar sebelum dan sesudah

pembelajaran materi menerapkan cara kerja gardan dengan model Problem

Based Learning pada siswa kelas XI TKR1 SMK Negeri 4 Semarang

Tahun Ajaran 2017/2018. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil prestasi

belajar siklus I nilai rata-rata siswa yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar adalah 79,58, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 85,06

sehingga terjadi peningkatan sebesar 5,48. Kondisi ini mengindikasikan

bahwa sebagian besar siswa telah mencapai ketuntasan belajar klasikal

53
51

dengan nilai rata-rata 85,06. Peningkatan hasil belajar siswa dinyatakan

berhasil jika 90 % dari jumlah siswa tuntas belajar di atas nilai KKM 80.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dan hasil Penelitian Tindakan

Kelas pada materi menerapkan cara kerja gardan, dapat disampaikan beberapa

saran, diantaranya:

1. Guru perlu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan

karakter siswa.

2. Guru berusaha memahami karakteristik masing-masing siswa agar dapat

mencari faktor-faktor penyebab ketidakberhasilannya dalam melaksanakan

proses pembelajaran.

3. Guru berusaha dan berupaya mencari cara-cara baru atau membuat inovasi

dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat menarik minat siswa

untuk belajar.

4. Agar guru berusaha mengajak teman sejawat yang ada di lingkungannya

untuk dapat membantu memberi saran dan masukan demi meningkatkan

kemampuannya secara professional.


52

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid . 2008. Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak dalam Chabib Toha
(ed) PBMPAIdi Sekolah Eksitensi dan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Abin Syamsuddin Makmun. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya.

Andi Mapiare. 2003. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Surabaya :


Usaha Nasional

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi
Aksara.

Conny Semiawan. 1992. Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan ppta.ekolah
Dasar. Jakarta : Indeks

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas

Dewa Ketut Sukardi. 2003. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Proyek Pembinaan dan
Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Mahfud Salahudin. 2003. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya : Bina Ilmu

Sardiman AM. 2006. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Singgih D Gunarsa 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : BPK. Gunung


Mulia.

Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta :


Rineka Cipta.

Suhadi Ibnu, Mukhadis, Amat & Dasna, I Wayan (Eds). 2001. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian. Malang:UM Press & Lemlit.

Suharjono. 2006. Pengembangan Profesi Guru, Panduan Tehnik Penilaian KTI


Guru. Jakarta: Depdiknas
55
53

Sumadi Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Suwarsih Madya.1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta : Lembaga


Penelitian IKIP Yogyakarta

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: BP Panca Usaha.

Wardiman. 1998. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Wibawa, Basuki Wibawa. 1993. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ditjen


Dikdasmen

WS. Winkel. 2003. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta :


Gramedia.

__________. 2006. Bimbingan di Sekolah Menengah. Jakarta : Gramedia.


54

Anda mungkin juga menyukai