Anda di halaman 1dari 31

KUMIS KUCING

( Orthosiphon spp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang
basah
yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney
tea
plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa
Tengah
dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing
berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia
dan
Australia.
Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing
(Sunda),
remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura).
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spp.
2.2 Deskripsi
Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi
tidak
tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak
beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau
tumpul
pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya
7.5mm –
1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana
kedua
permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya
sangat
banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar,
urat dan
pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas
gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan
ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek
yang
berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5

10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih
panjang dari
tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk
berwarna
coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.
2.3 Jenis Tanaman
Spesies kumis kucing yang terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus,
O.
thymiflorus, O. petiolaris dan O. tementosus var. glabratus. Klon kumis
kucing
yang ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih dan ungu.
3. MANFAAT TANAMAN
Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan
obatobatan.
Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang
memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India
untuk
mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai
obat
tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan
sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu
pengobatan
radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit
syphilis.
4. SENTRA PENANAMAN
Hingga saat ini, sentra penanaman kumis kucing banyak terdapat di
Pulau
Jawa. Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih
dari
3.000 mm/tahun.
2) Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan
menurunkan kadar ekstrak daun.
3) Keadaan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah
panas sampai sedang.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian,
untuk
produksi sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak
mengandung humus/bahan organik dengan tata air dan udara yang baik.
2) Tanah Andosol dan Latosol sangat baik untuk budidaya kumis
kucing.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Penyiapan Bibit
Cara yang paling mudah dan biasa untuk mengembangkan kumis kucing
adalah perbanyakan vegetatif dengan stek batang/cabang. Bahan
tanaman diambil dari rumpun yang tumbuhnya normal, subur dan sehat.
a. Pilih batang/cabang yang tidak terlalu tua atau muda dan sudah
berkayu.
b. Potong batang dengan pisau tajam/gunting pangkas yang bersih.
c. Potong-potong batang menjadi stek berukuran 15–20 cm berbuku 2-3.
d. Buang sebagian daun untuk mengurangi penguapan air.
Adapun kebutuhan bibit untuk 1 hektar dengan jarak tanam 40 x 40 cm
diperlukan 50.000-62.500 stek/ha.
2) Teknik Penyemaian Bibit
Stek dapat langsung ditanam di kebun produksi atau ditanam dulu di
persemaian. Di dalam persemaian stek ditanam dengan jarak tanam
10x10
cm. Stek yang masih segar langsung ditanam di lahan yang telah diolah
sedalam 20 cm. Setelah itu disirami 1-2 kali sehari tergantung dari cuaca
dan hujan yang turun. Bila perlu persemaian dinaungi dengan naungan
plastik transparan atau jerami/daun kering. Setelah timbul tunas baru,
bibit
dipindahkan ke kebun produksi.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Tanah diolah 30-40 cm, gulma dan tanaman lain dibuang. Setelah
diolah,
tanah dibiarkan 15 hari.
2) Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan tanah yang kedua
yaitu dengan menghancurkan bongkahan tanah pada pengolahan tanah
yang pertama hingga mendapatkan struktur tanah yang remah dan
gembur. Pada saat pengolahan tanah kedua ini juga dianjurkan
memberikan pupuk dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang
sebanyak 50 – 60 ton per hektar bersamaan pada saat pembuatan
bedengan. Bedengan dibuat selebar 100-120 cm tinggi 30 cm dan jarak
antar bedengan 40-50 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan
keperluan dan lahan
3) Pemupukan (sebelum tanam)
Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak tanam 40 x 60
cm. Masukkan pupuk kandang sebanyak 2,4-3,2 kg/lubang dan tutup
lubang tanah. Campur tanah bedengan dengan 15-20 kg/ha pupuk
kandang sapi.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Waktu tanam terbaik adalah di awal musim hujan (Oktober-Desember)
kecuali jika air tersedia sepanjang tahun, waktu tanam bisa dilaksanakan
kapan saja.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak tanam 40 x 40
cm
3) Cara Penanaman
a) Pilih bibit yang baik dari pembibitan.
b) Buat lubang kecil di tempat lubang tanam.
c) Tanamkan bibit/stek tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari
pangkal batang stek. Setiap lubang diisi 4-6 bibit/stek.
d) Padatkan tanah di sekitar bibit.
e) Sirami sampai cukup basah.
4) Perioda Tanam
Penanaman tanaman ini bias dilakukan sepanjang tahun yaitu dengan
membongkar tanaman tua yang telah mengeras berkayu dan tidak
produktif lagi atau daunnya jarang dan kecil-kecil, kemudian menanam
ulang dengan tanaman baru yang masih muda
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Dilakukan antara 1-15 hari setelah tanam untuk tetap menjaga
pertanaman pada jarak tanam yang telah ditentukan (40 x 40cm).
Penyulaman dilakukan terutama pada tanaman yang mati atau tumbuh
tidak normal dengan tanaman baru yang umurnya tidak berbeda jauh,
sehingga pertumbuhan selanjutnya akan tetap sama dan seragam.
2) Penyiangan
Gulma disiangi secara kontinyu untuk mengurangi persaingan unsur
hara.
Penyiangan biasanya dilakukan agak sering saat tanaman masih muda
sehingga lahan di atara tanaman masih terbuka karena kanopi tanaman
belum tumbuh besar. Tetapi pada tanaman dewasa periode penyiangan
sudah agak jarang karena kanopi pada masing-masing tanaman akan
saling menutup permukaan tanah, sehingga akan menekan pertumbuhan
gulma di bawahnya.
3) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pemupukan secara organic dengan menggunakan pupuk kompos yang
merupakan pupuk organic komplek dapat diberikan sbb:
Sebagai pupuk dasar telah diuraikan di atas yang diberikan pada saat
penyiapan media tanam. Selanjutnya pupuk kompos organic dapat
diberikan setiap bulan sekali sebanyak 1 – 2kg setiap tanaman.
Pemupukan pada tanaman dewasa bisa lebih sering yaitu setiap 2 – 3
minggu sekali sebesar 1.5 – 3kg per tanaman dan terutama diberikan
setelah dilakukan pemanenan/perompesan daun sehingga
pertumbuhan selanjutnya akan lebih baik.
b. Pemupukan Konvensional
Dosis pupuk anjuran adalah 75 kg/ha urea yang diberikan setiap 3 kali
panen atau 6-9 minggu sekali. Pupuk disebar di dalam larikan dangkal
antara baris tanaman dan segera ditutup tanah.
4) Pengairan dan Penyiraman
Pada awal pertumbuhan, tanaman diairi/disiram 1-2 kali sehari. Setelah
tanaman terlihat kokoh dan rimbun, penyiraman dikurangi. Frekuensi
penyiraman selanjutnya tergantung cuaca, yang penting tanah tidak
sampai kering. Penambahan air dapat dilakukan dengan cara disiram
atau
menggenangi saluran di antara bedengan dengan air.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan
hama
penyakit.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Selama ini tidak ada hama atau penyakit yang benar-benar merusak
tanaman
kumis kucing. Hama yang sering ditemukan adalah kutu daun dan ulat
daun.
7.2. Penyakit
Penyakit yang menyerang disebabkan oleh jamur upas (Upsia
salmonicolor
atau Corticium salmonicolor). Jamur ini menyerang batang atau cabang
tanaman yang berkayu. Pengendalian dilakukan dengan perbaikan tata
air,
meningkatkan kebersihan kebun, memotong bagian yang sakit,
pergiliran
tanaman dan penyemprotan pestisida selektif.
7.3. Gulma
Gulma yang banyak tumbuh di lahan pertanaman kumis kucing cukup
bervariasi dan kebanyakan dari jenis gulma kebun seperti rumput teki,
lulangan, ageratum, alang-alang, dan rumput-rumput lainnya
7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organic
Sama seperti pada tanaman obat lainnya bahwa pengendalian
hama/penyakit
secara organic pada pertanaman kumis kucing lebih diusahakan secara
PHT
(pengendalian hama secara terpadu). Termasuk di dalamnya system
bercocok
tanam secara tumpang sari akan dapat menghambat serangan
hama/penyakit. Untuk pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara
manual dengan cara penyiangan seperti telah dijelaskan di atas.
Namun demikian apabila diperlukan dapat diterapkan penyemprotan
dengan
insektisida maupun pestisida nabati. Beberapa tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam
pengendalian
hama antara lain adalah:
1) Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk
insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk
serangga kecil misalnya Aphids.
2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung
piretrin
yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat
syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga
seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung
rotenone
untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan
dan
semprotan.
4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung
azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama
pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti
hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga
efektif
untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid
yaitu
pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen
utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan
pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul
dan
tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat
karena akan mempengaruhi produksi.
8.2. Cara Panen
Daun dipanen dengan cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian
merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10.
8.3. Periode Panen
Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada
pertumbuhan
optimum dari daun. Saat panen yang tepat adalah pada saat awal
pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yang
dimanfaatkan
adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya dirompes untuk
dapat
memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
8.4. Perkiraan Hasil Panen
Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar
sebanyak
Dengan pemeliharaan yang intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9
ton/ha
yang setara dengan 1-2 ton/ha daun kering.
9. PASCAPANEN
Setelah pemetikan, daun-daun hasil panen dikumpulkan di dalam karung
dan
dibawa ke tempat pengumpulan hasil. Proses pasca panen untuk
mendapatkan daun kering kualitas ekspor adalah sbb:
9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dengan cara memisahkan daun
dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah
bahan
hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat
kotor
lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang
terlalu
lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak
larut
dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan
telah
tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah
pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar
sisa
air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam
wadah plastik/ember.
9.2. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari
atau alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1
-2
hari atau setelah kadar airnya dibawah 5%. Pengeringan dengan sinar
matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan daun
tidak
saling menumpuk. Selama pengeringan daun harus dibolak-balik kira-
kira
setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari
air,
udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang bisa mengkontaminasi.
Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Daun
yang akan
dikeringkan ditaruh diatas tray oven dan alasi dengan kertas Koran dan
pastikan bahwa daun tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan,
timbang
jumlah daun yang dihasilkan.
9.3. Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah mengalami
pengeringan dengan memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing
atau
kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk
menghitung rendemennya).
9.4. Pengemasan
Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih
dan
kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong
plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang
menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode
penyimpanannya.
9.5. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi
30oC,
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor,
terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar
matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada
tahun
1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
a. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 150.000,-
b. Bibit 6000 bh @ Rp. 100,- Rp. 600.000,-
c. Pupuk
- Pupuk kandang 4.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 600.000,-
- Pupuk buatan: Urea 25 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 27.500,-
d. Pestisida Rp. 100.000,-
e. Alat Rp. 60.000,-
f. Tenaga kerja Rp. 200.000,-
g. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,-
h. Lain-lain Rp. 100.000,-
Jumlah biaya produksi Rp.1.937.500,-
2) Pendapatan 700 kg @ Rp. 3.500,- Rp.2.450.000,-
3) Keuntungan Rp. 512.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. Rasio output/input = 1,265
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Semakin tingginya minat masyarakat Indonesia dan dunia terhadap
pemakaian obat bahan alam memberikan peluang pada kita untuk
membudidayakan kumis kucing untuk kepentingan lokal atau ekspor.
Ekspor
kumis kucing dari Indonesia telah dimulai pada awal tahun 30-an
sebanyak
23.296-47.414 ton. Pada tahun 1987 ekspor meningkat sampai 8.791.468
ton
dengan tujuan negara di Eropa Barat, Amerika dan Singapura. Dengan
adanya peningkatan perminataan dunia akan bahan kering tanaman obat,
agribisnis kumis kucing agaknya perlu didukung terutama dukungan
teknik
penanaman dan pasca panen untuk meningkatkan produksi dan kualitas
hasil.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan
contoh
dan syarat pengemasan.
11.2. Deskripsi

11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
-----
11.4. Pengambilan Contoh
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah
berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan
dengan
suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Daun kering dimasukan ke dalam kotak kayu persegi empat dan
dipadatkan.
Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat dengan panjang dan lebar
sedemikian rupa sehingga alat bisa tepat masuk ke dalam kotak. Setelah
pemadatan berat daun kering di dalam kemasan adalah 20-40 kg
tergantung
dari ukuran kotak dan permintaan pasar. Dibagian luar dari tiap kemasan
ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain:
Produk asal Indonesia
Nama/kode perusahaan/eksportir
Nama barang
Negara tujuan
Berat kotor
Berat bersih
Nama pembeli
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Rahmat Rukmana, Ir. Kumis Kucing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta,
Februari 2000 Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan, BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman
2) Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan
Pestisida
Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai
Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
3) Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal
KEMBALI KE MENU

TEKNIK PEMBUATAN SIMPLISIA


Teknik Pembuatan Simplisia Melalui Tahapan Sebagai berikut

Pengumpulan Bahan baku


kadar bahan baku aktif dalam simplisia bergantung pada :
Bagian tanaman yang digunakan
Usia tanaman atau bagian tanaman saat panen
Waktu Panen
Lingkungan tumbuh

Penyortiran

Penyortiran harus segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen,


terutama untuk komoditas temu-temuan, seperti: kunyit, temulawak,
jahe dan kencur. Rimpang yang baik dengan yang busuk harus segera
dipisahkan juga tanah, pasir maupun gulma yang menempel harus segera
dibersihkan. Demikian juga untuk tanaman obat yang diambil daunnya
maupun herba (Sambiloto, pegagan), setelah dipanen langsung disortir,
daun yang busuk, kering maupun gulma lainnya harus segera
dipisahkan.

Pencucian

Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih jangan


dibiarkan tanah berlama-lama menempel pada rimpang karena dapat
mempengaruhi mutu bahan. Pencucian harus menggunakan air bersih,
seperti : air dari mata air, sumur atau PAM. Cara pencucian dapat
dilakukan dengan cara merendam sambil disikat menggunakan sikat
yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat tertentu
yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan
menurun. Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang berasal dari
rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga perlu dibantu
dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci
dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-
lama.
Penirisan dan Pengeringan

Pengeringan bertujuan mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak


sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama. Dengan
menurunkan kadar air hal tersebut dapat menurunkan reaksi enzimatik
sehingga dapat di cegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan
simplisia.
suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan.
Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30-900 C.

Penyimpanan

Jika belum diolah bahan dapat dikemas dengan menggunakan jala


plastik, kertas maupun karung goni yang terbuat dari bahan yang tidak
berracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan
jangan lupa beri label dan cantumkan nama bahan, bagian tanaman yang
digunakan, no/kode produksi, nama/alamat penghasil dan berat
bersih.Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu
gudang harus bersih, ventilasi udara cukup baik, tidak bocor, suhu
gudang maksimal 30°C, kelembaban udara serendah mungkin 65% dan
gudang bebas dari hewan, serangga maupun tikus dll.

Pengolahan

Dalam pengolahan tanaman obat perlu diperhatikan teknik pengolahan


yang baik karena menyangkut standar mutu. Hal ini ada hubungannya
dengan masalah kebersihan maupun bahan aktif.
Diposkan oleh NIKNIK WIDANENGSIH di 16.59
TAHAPAN PEMBUATAN SIMPLISIA

23.30 / Diposkan oleh alex mungme /

Tahapan Pembuatan simplisia :

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang


belum mengalami perubahan apapun dan kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang dikeringkan.
^Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian


tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat
panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan
ataupun pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang
dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan
toksik apabila dikonsumsi.

^Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing yang


tidak berguna atau berbahaya dalam pembuatan simplisia Penyortiran
segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan yang mati,
tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang
dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.

^Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi


mikroba-mikroba yang menempel pada bahan. Pencucian harus
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut
dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia. Pencucian harus
menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur atau PAM.

^Pengubahan bentuk

Pengubahan bentuk dilakukan bertujuan untuk memperluas permukaan


sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih. Pengubahan
bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari
bahan steinles.

^Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban
udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan
bahan. suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara
pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30o-90o C.

Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari


suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana
dan hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur
disebar secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata.
Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun juga
ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol,
memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung
cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama.
Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan
menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya
penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air
simplisia tanaman obat maksimal 10%.

Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang


masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut,
memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada
bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

^Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.


Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian-
bagian yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang
masih ada dan tertinggal.

^Pengemasan dan Penyimpanan

Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang


tidak berracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada
kemasan diberi dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang
digunakan. Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk
melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena
beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia disimpan
di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Sekilas tentang simplisia
SIMPLISIA, bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan.
SUMBER SIMPLSIA
 1. TUMBUHAN LIAR
- Kerugian:
a. umur dan bagian tanaman
b. jenis (species)
c. lingkungan tempat tumbuh
- Keuntungan :
ekonomis
 2. TANAMAN BUDIDAYA (tumpangsari, TOGA, perkebunan)
- Keuntungan :
a. bibit unggul
b. pengolahan pascapanen
c. tempat tumbuh
- Kerugian :
a. tanaman manja
b. residu pestisida
I.2 Sekilas tentang kumis kucing
SEJARAH SINGKAT

Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan


berbatang basah
yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney
tea
plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa
Tengah
dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing
berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia
dan
Australia.
Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing
(Sunda),
remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura).

URAIAN TANAMAN
» Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spp.

» Deskripsi
Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar
tetapi tidak
tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak
beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau
tumpul
pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya
7.5mm –
1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana
kedua
permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya
sangat
banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar,
urat dan
pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas
gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan
ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek
yang
berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5

10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih
panjang dari
tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk
berwarna
coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.

» Jenis Tanaman
Spesies kumis kucing yang terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus,
O.
thymiflorus, O. petiolaris dan O. tementosus var. glabratus. Klon kumis
kucing
yang ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih dan ungu.

MANFAAT TANAMAN

Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan


obatobatan.
Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang
memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India
untuk
mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai
obat
tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan
sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu
pengobatan
radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit
syphilis

I.3 TUJUAN PENELITIAN


Diharapkan siswa dapat memahami tentang cara pembuatan
simplisia dan dapat pula menjelaskan khasiat, kandungan, serta
kegunaan dari simplisia yang telah di olah maupun yang belum diolah
secara semestinya.

I.4 RUMUSAN MASALAH


1. apa yang diperlukan dalam proses pembuatan simplisia
orthosiphonis folium?
2. apakah kandungan zat aktif yang terdapat dalam simplisia
orthosiphonis folium ?
3. apakah manfaat yang dapat di peroleh dari penggunaan
simplisia?
BAB II
PROSEDUR KERJA
II.1 Bahan dan alat :
Alat :
- Karter steril
- mortir dan stamper
- Blender
- pot
- Baskom
- Air
Bahan :
- Daun kumis kucing

II.2 Cara kerja :


A. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada
bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian
tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
Jika penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak benar maka
mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan
dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi.
B. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing
yang tidak berguna atau berbahaya dalam pembuatan simplisia
Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan yang
mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang
dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.

C. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada bahan. Pencucian
harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk
menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia.
Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur
atau PAM.

D. Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas
permukaan bahan. suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara
pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30o-90o C.

Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari


suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana
dan hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur
disebar secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata.
Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun juga
ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol,
memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung
cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama.
Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan
menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya
penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air
simplisia tanaman obat maksimal 10%.

Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang


masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut,
memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada
bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
E. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti
bagian-bagian yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain
yang masih ada dan tertinggal.
F. Penghalusan Menjadi Serbuk
Setelah sortasi kering, langkah selanjjutnya yaitu mengubah bahan
menjadi serbuk dengan cara menggerus di mortir atau dapat pula
menggunakan blender..

G. Pengemasan dan Penyimpanan

Setelah bahan halus, serbuk dikemas dengan menggunakan bahan


yang tidak berracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada
kemasan diberi dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang
digunakan. Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk
melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena
beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia disimpan
di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari
langsung.

II.3 Hasil

 Sediaan yang kami buat berbahan dasar daun kumis kucing


 Setelah sediaan dijemur dan dikeringkan berwarna coklat muda
 Setelah itu, pada saat pengeringan terjadi penguapan pada daun
kumis kucing yang mengakibatkan daun menjadi rapuh
 Kemudiaan setelah dihaluskan warna sediaan menjadi coklat
BAB III
PEMBAHASAN
a. Batang tanaman (caulis)
 Morfologi
 Anatomi
b. Daun (folium)
Morfologi
Daun tunggal, bertangkai, letak berseling berhadapan, warna hijau,
rapuh; bentuk bundar telur, lonjong, belah ketupat memanjang atau
bentuk lidah tombak, ujung lancip atau tumpul; panjang 2cm-
12cm, lebar 1cm-8cm. Tangkai daun persegi, warna agak ungu,
panjang kurang lebih 1cm, Helai daun : tepi bergerigi kasar tidak
beraturan, kadang-kadang beringgit tajam dan menggulung ke
bawah, ujung daun dan pangkal daun meruncing, permukaan licin,
pada tepi daun dan tulang daun terdapat rambut pendek, terutama
pada permukaan bawah.
Anatomi
c. Bunga (flos)
Morfologi
Anatomi
d. Biji (semen)
Morfologi
anatomi
Makroskopik, daun tunggal, bertangkai, letak berseling
berhadapan, warna hijau, rapuh; bentuk bundar telur, lonjong, belah
ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak, ujung lancip atau tumpul ;
panjang 2 cm sampai 12 cm, lebar 1 cm sampai 8 cm. Tangkai daun
persegi, warna agak ungu, panjang kurang lebih 1 cm. Helai daun: Tepi
bergerigi kasar tidak beraturan, kadang-kadang bergeringgit tajam dan
menggulung ke bawah, ujung daun dan pangkal daun meruncing,
permukaan licin, pada tepi daun dan tulang daun terdapat rambut
pendek, terutama pada permukaan bawah. Tulang daun menyirip halus,
tulang cabang sedikit, warna hijau atau ungu.
Mikroskopik ; Epidermis atas; sel berbentuk persegi empat,
terentang tangensial, pada pengamatan tangensial tampak poligonal,
dinding antiklinal berombak kecuali pada sel di sekitar rambut.
Epidermis bawah ; sel lebih kecil, dinding antiklinal lebih berombak.
Stomata tipe diasitik, terdapat di kedua permukaan, lebih banyak di
permukaan, lebih banyak di permukaan bawah. Rambut penutup
berbentuk kerucut bersel 1 sampai 2, panjang 20 cm sampai 65 cm,
dinding sel tebal dengankutikula
BAB IV
PENUTUP
IV. 1 kendala yang dialami
Selama proses pembuatan simplisia orthosiphonis folium tsb, kami
mendapatkan beberapa kendala seperti:

 Membutuhkan waktu yang lama saat proses pengeringan


 Pada saat mengubah bahan menjadi serbuk susah terhaluskan

IV.2 kesimpulan
Setelah kami melakukan percobaan pembuatan simplisia dari daun
kumis kucing, kami dapat melakukannya dengan baik dan benar
sehingga kami dapat menghasilkan serbuk yang kami inginkan.
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dalam pembuatan
simplisia kumis kucing, kami merasa dengan prosedur yang ada dan cara
yang kami gunakan serta dibantu dengan Ibu Suprihatin, hasil dari
proses pemuatan ini berhasil. Kenapa? Karna sesuai dengan tujuan yang
ada, kami mampu membuat simplisia kumis kucing dan kami juga bisa
menjelaskan cara pembuatan simplisia kumis kucing dengan sistematis.
IV.3 saran
Saran-saran yang dapat kami berikan adalah
o Jenjang waktu gar diperpanjang , hal ini sangat diperlukan,
manakala dalam proses pembuatan, kita melakukan proses
pengeringan, yang mana memerlukan waktu yang cukup lama.
o Diusahakan kedepannya, mengenai alat dan bahan agar dapat
disediakan sekolah, bukan hanya tugas farmakognosii saja,
melainkan seluruh kegitan praktikum yang dilakukan siswa, agar
ditunjang dan didukung oleh sekolah.

Anda mungkin juga menyukai