Anda di halaman 1dari 8

2.1.

Pengertian Otot
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak ini adalah suatu sifat penting bagi
organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang halus
yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot
akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi) (Kartolo S. Wulangi: 2000).
2.2. Terminologi Otot Pembentuk Tubuh Manusia
Terminologi (bahasa Latin: terminus) atau peristilahan adalah ilmu tentang istilah dan penggunaannya.
Menurut letaknya otot tubuh dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut:
1. Otot bagian kepala
2. Otot bagian leher
3. Otot bagian perut
4. Otot bagian anggota gerak atas
5. Otot bagian anggota gerak bawah

1. Otot Bagian kepala

Gambar 2.1 : Otot Bagian Kepala


Otot bagian kepala dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
1. Otot pundak kepala, yang dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Muskulus frontalis, yang berfungsi mengerutkan dahidan menarik dahi mata
b. Oksipitalis, terletak dibagian belakang yang berfungsi menarik kulit kebelakang
2. Otot wajah , yang dibagi menjadi sub-sub sebagai berikut:
a. Otot mata dan otot bola mata sebanyak 4 buah
b. Muskulus obliges okuli/ otot bola mata yang terdapat disekeliling mata yang berfungsi memutar mata
c. Muskulus orbicularis okuli/ otot lingkar mata yang terdapat di sekeliling mata, yang berfungsi sebagai penutup mata.
d. Muskulus levator palpebra superior, terdapat pada kelopak mata yang fungsinya menarik, mengangkat kelopak mata keatas pada
waktu membuka mata.
3. Otot mulut/ bibir dan pipi, yang terbagi atas:
a. Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris/ otot sudut mulut, yang berfungsi menarik sudut mulut kebawah.
b. Muskulus quadratus labii superior/ otot bibir atas yang mempunyai origo pinggir lekuk mata menuju bibir atas dan hidung.
c. Muskulus quadratus labii inferior, terdapat pada dagu yang merupakan kelanjutan pada otot leher. Fungsinya adalah menarik
bibir kebawah atau membentuk mimik muka kebawah
d. Muskulus buksinator, yang memebentuk dinding sampai rongga mulut, fungsinya menahan makanan waktu mengunyah.
e. Muskulus zigomatikus/ otot pipi, yang berfungsi untuk mengangkatdagu mulut keatas waktu senyum.
4. Otot pengunyah, yang terbagia atas:
a. Muskulus maseter, yang berfungsi mengngkat rahang bawah pada waktu mulut terbuka
b. Muskulus temporalis, yang berfungsi menarik rahang bawah ketas dan kebelakang
c. Muskulus pterogoid internus dan eksternus, yang berfungsi menarik rahang bawah kedepan.
5. Otot lidah, yang terbagi atas:
a. Muskulus genioglosus, yang berfungsi mendorong lidah kedepan
b. Muskulus stiloglosus, yang berfungsi menarik lidah keatas dan kebelakang

2. Otot bagian leher

Gambar 2.2 : Otot Bagian Leher


Otot bagian leher dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Muskulus platisma, trdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada. Fungsinya menekan mandibular, menarik bibir ke
bawah dan mengerutkan kulit bibir.
2. Muskulus sternokleido mastoid, terdapat di samping kiri dan kanan leher yang berfungsi menarik kepala kesamping kiri, kanan,
dan memutar kepala.
3. Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis kapitis, ketiganya terdapat dibelakang leher dengan fungsi
untuk menarik kepala belakang dan menggelengkan kepala.
3. Otot bagian perut
Gambae 2.3 : Otot Bagian Perut
Otot ini terdiri ata:
1. Muskulus abdominalis internal (dinding perut)
2. Linea alba, yaitu garis tengah dinding perut
3. Muskulus abdominalis eksternal
4. Muskulus obliqus eksternus abdominis
5. Muskulus obliqus internus abdominis
6. Muskulus tranversus abdominis

4. Otot tungkai atas


Otot tungkai atas mempunyai selaput pembungkus yang sangat kuat dan disebut fasia lata yang dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
1. Otot abductor, yang terdiri dari:
a. Muskulus abduktor maldanus sebelah dalam
b. Muskulus abduktor brevis sebelah tengah
c. Muskulus abductor longis sebelah luar
Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut muskulus abduktor femoralis. Fungsinya menyelenggarakan abduksidari femur.
2. Muskulus eksentor ( qudriseps femoris)
Atau otot berkepala empat, yang terdiri dari:
a. Muskulus rektus femoralis
b. Muskulus vastus lateralis eksternal
c. Muskulus vastus medialis internal
d. Muskulus vastus intermedial
e. Otot fleksor femoris, yang terdapat dibagian belakang paha yang terdiri dari :
 Biseps femoris ( otot berkepala 2), yang fungsinya membengkokkanpaha dan meluruskan tungkai bawah
 Muskulus semi membranous (otot seperti selaput), yang fungsinya membengkokkan tungkai bawah
 Muskulus semi membranous (otot seperti urat), yang fungsinya membengkokkan urat bawah serta memutar kedalam
 Muskulus Sartorius (otot penjahit), yang fungsinya eksorotasi femur yang memutarkeluar pada waktu lutut mengetul, serta
membantu gerakan fleksi femur dan membengkokan keluar.

5. Otot tungkai bawah


Gambar 2.4 : Otot tungkai bawah

Terdiri dari:
1. Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior, fungsinya mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokan kaki
2. Muskulus eksensor talangos longus, yang fungsinya malurus kan jari telunjuk ketengahan jari, jari manisdan kelingking kaki
3. Otot jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki
4. Urat arkiles (tendo arkhiles) yang fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokan tungkai bawah lutut.
5. Otottulang betis belakang ( muskulus tibialis posterior), fungsinya dapat membengkokan kaki di sendi tumit dan telapak kaki
sebelah kedalam
6. Otot kedang jari bersama, fungsinya dapat meluruskan jari kaki ( muskulus ekstensor falangus). (Setiadi.2007)
Bagian-bagian otot pembentuk tubuh manusia, antara lain:
a. Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot.
b. Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada.
c. Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
d. Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang atau filamen halus yang berasal dari miofibril. Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
1. Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos).
2. Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot lurik).
Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan
tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan
relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.

2.3. Jenis-jenis dan Struktur Otot


Terdapat 3 jenis otot yang ditemukan pada vertebrata, yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos. Bila diteliti di
bawah mikroskop, pada otot jantung dan otot rangka terlihat adanya garis-garis dan disebut otot lurik, sedang otot polos tidak
ditemukan adanya garis-garis atau pun garisnya sangat halus, oleh karena itu disebut otot polos (Irianto Kus: 2004).
a. Jaringan Otot Polos
Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya
tampak polos dan homogen. Otot polos mempunyai bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah besar, dan ujungnya meruncing.
Dalam setiap sel otot polos terdapat satu inti sel yang terletak di tengah dan bentuknya pipih.
Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar) sehingga disebut otot involunter dan selnya
dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom. Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah.
Otot polos terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga disebut juga otot visera. Misalnya pada pembuluh darah,
pembuluh limfa, saluran pencernaan, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot polos berfungsi memberi gerakan di luar
kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh
darah dan gerakan pupil mata. Struktur otot polos dapat Anda amati pada Gambar 2.1.

Gambar 2.5. Otot Polos


b. Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka
Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang
(isotrop). Sel atau serabut otot lurik berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak di
bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi
serabut saraf dari sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah. Otot lurik disebut juga otot
rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh, misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir,
kelopak mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat
sehingga dapat menggerakkan tulang dan tubuh.

Gambar 2.6. Otot Lurik

c. Jaringan Otot Jantung


Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan
saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah
sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya dilengkapi
serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi
lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung
menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus
interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop.
Gambar 2.7. Otot Jantung

2.4. Fungsi Otot


Otot dapat berkontraksi bila ada rangsangan yang berangkai. Bila rangsangan diberikan pada otot sewaktu berkontraksi,
maka kontraksi otot akan bertambah besar. Keadaan ini disebut sumasi. Bila rangsangan diberikan terus menerus, maka kontraksi
mendatar. Otot dikatakan berfungsi bila otot tersebut menjadi pendek dan diameternya membesar.
Ditinjau dari fungsinya, maka otot-otot tersebut dibedakan atas beberapa macam, yaitu:
a. Otot fleksor, untuk membengkokkan bagian tubuh.
b. Otot ekstensor, untuk merentangkan atau meluruskan.
c. Otot rotator, untuk memutar bagian tubuh.
d. Otot aduktor, untuk mendekatkan anggota badan ke sumbu badan.
e. Otot defresor, untuk menurunkan anggota badan.
f. Otot dilatator, untuk melebarkan.
g. Otot konstriktor, untuk menyempitkan anggota badan.
h. Otot sinergis, otot ini bekerjanya bersama-sama untuk satu arah yang sama.
i. Otot antagonis, otot ini bekerjanya berlawanan arah.
j. Otot lepator, untuk menaikkan anggota badan.
k. Otot supinasi, untuk memutar telapak tangan dan menerima.
l. Otot pronasi, untuk memutar telapak tangan tertelungkup.

2.5. Sifat-sifat Otot


Tulang adalah alat gerak pasif, sedangkan otot adalah alat gerak aktif. Otot tidak hanya menggerakkan rangka, tetapi juga
menggerakkan organ-organ tertentu dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan lambung. Kerja otot juga mengakibatkan membesar
dan mengecilnya rongga dada,tempat paru-paru berada.
Adapun sifat-sifat otot, antara lain:
1. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang
melakukan kegiatan.
2. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula.
3. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula (Datu Razak: 2004).

Gambar 2.8. Dengan adanya otot, tulang-tulang dapat digerakkan.


2.6 Sifat Kerja Otot
Sifat kerja otot dibedakan menjadi dua, yaitu :
A. Antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan. Jika otot pertama berkontraksi dan yang
kedua berelaksasi, akan menyebabkan tulang tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama berelaksasi dan yang kedua
berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep
adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep
adalah otot yang memiliki tiga jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk
mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep
berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.
Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan, contohnya adalah:
1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor (ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak tangan menengadah dan gerak telapak tangan
menelungkup.
B. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya pronator teres dan pronator
kuadratus (Otot yang menyebabkan telapak tngan menengadah atau menelungkup).
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama – sama dengan tujuan yang sama. Jadi, otot – otot itu
berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama. Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja bersama ketika kita menarik
napas, atau otot pronator, yaitu otot yang menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup. Gerakan pada bagian
tubuh, umumnya melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang
dilekatinya sehingga tulang tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya.
Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan memendek, mengeras, dan bagian tengahnya
menggembung. Karena memendek, tulang yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya
mampu untuk menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus
mengadakan relaksasi. Namun relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh karena itu, harus
ada otot lain yang berkon traksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakan tulang dari satu
posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja berbeda.
Berdasarkan tujuan kerjanya tadi, otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot sinergis.

2.6 Mekanisme Terjadinya Gerak pada Otot

Gambar 2.9. Mekanisme Kontraksi Otot

Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk menggerakan otot biasanya diperlukan suatu rangkaian
rangsangan yang berurutan. Rangsangan pertama akan diperkuat oleh rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat oleh
rangsangan ketiga, dan begitu seterusnya. Maka dengan demikian akan terjadi tonus, atau ketegangan, yang maksimum. Tiap
rangsangan yang diberikan akan menimbulkan potensi aksi, yang akan menghasilkan kontraksi otot tunggal pada serabut otot.
Jika setelah berkontraksi otot tersebut mencapai relaksasi penuh, kemudian potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi
tunggal yang kekuatanya sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi aksi yang kedua diberikan saat otot belum
mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama akan terjadi kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan
penjumlahan kontraksi. bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi masih ada relaksasi diantara dua rangsangan,
akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus tidak sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan,
akan terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna.
Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam kontraksi otot adalah duat set filamen, yaitu filamen
aktin yang tipis dan filamen miosin yang tebal. Kedua jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot. Setiap serabut otot
diatur sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer. Sarkomer ini yang membuat penampakan bergaris atau lurik pada
otot rangka atau otot jantung. Sarkomer terdiri dari beberapa daerah. Ujung tiap sarkomer disebut garis Z; terdapat daerah gelap
yang disebut daerah A yang hanya terdiri dari filamen miosin, berselang seling dengan daerah terang yang disebut daerah I yang
hanya terdiri dari aktin; ditepi daerah A filamin aktin dan miosin saling tumpang tindih; sedangkan daerah tengah hanya terdiri
dari miosin yang terdiri dari zona H; filamen aktin terikat; filamen miosin terikat pada garis M di bagian tengah sarkomer.
Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H, Sehingga serabut otot memendek. Panjang pita A
tetap, sedangkan pita I dan zona H menjadi lebih pendek. Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang tersusun
secara pararel. Ujung miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya menjadi ADP, melepaskan beberapa energi ke miosin yang
kemudian berubah bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin berenergi tinggi tersebut berikatan dengan aktin dengan
kedudukan tertentu yang akan membentuk jembatan silau. Lalu energi yang terdapat pada miosin dilepaskan, dari ujung miosin
beristirahat dengan energi rendah. Keadaan inilah yang dinamakan relaksasi. Relaksasi tersebut, mengubah sudut perlekatan yang
sebelumnya ada di ujung miosin menjadi di ekor miosin. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin akan terpecah saat molekul
ATP baru bergabung dengan ujung miosin. Kemudian proses kontraksi akan terjadi lagi berulang membentuk siklus.

2.7. Kelainan-kelainan pada Otot


Kelainan-kelainan otot, antara lain sebagai berikut:
1. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya
lumpuh.
2. Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat kronis pada otot anak-anak.
3. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan lebih kuat karena sering digunakan,
misalnya pada binaragawan.
4. Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan menyebabkan usus melorot masuk ke rongga
perut.
5. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau kejang.
6. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena bakteri tetanus.
7. Keseleo, tertariknya tendon didaerah persendian dan jika terlalu keras bisa menyebabkan putusnya otot.
8. Nyeri otot , aliran darah yang terhambat sehingga menyebabkan peredaran darah tidak lancer. (Vander J. Arthur: 1986).

Anda mungkin juga menyukai