Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

METASTASIS KELENJAR TIROID PADA SEORANG PENDERITA


KANKER SERVIKS

OLEH:
dr. I GUSTI PUTU HERY SIKESA
1514048105

PEMBIMBING:
dr. TJOKORDA GDE DHARMAYUDA, SpPD-KHOM

PROGRAM STUDI PENYAKIT DALAM


FK UNUD/RSUP SANGLAH
DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Metastasis Kelenjar Tiroid Pada Seorang Penderita Kanker Serviks ”. Laporan kasus
ini merupakan bagian dari tugas ilmiah Program Studi Penyakit Dalam FK
UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Tjokorda Gde Dharmayuda, SpPD-
KHOM yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan kasus ini, sehingga
dapat diselesaikan dengan baik. Laporan kasus ini menguraikan tentang masalah
diagnosis metastasis kelenjar tiroid pada seorang penderita kanker serviks.
Kasus ini merupakan kasus yang jarang dijumpai dan terdapat kesulitan untuk
memastikan diagnosis metastasis kelenjar tiroid pada seorang penderita kanker
serviks, sehingga adanya laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran penulis dan pembaca mengenai masalah ini.
Kami menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan laporan kasus
ini.

Denpasar, 6 Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 LATAR BELAKANG .............................................................. 1

BAB II ISI
2.1 Kasus ......................................................................................... 2
2.2 Pembahasan ............................................................................... 6

BAB III PENUTUP


3.1 Ringkasan .................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. A. Massa koli sinistra .................................................................. 3
B. Esofagografi ............................................................................ 3
2. A. Massa solid serviks uteri ......................................................... 5
B. Nodul tiroid sinistra ................................................................ 5
3. A. Gambar Histopatologi Serviks ................................................ 6
B. Gambar Histopatologi Tiroid .................................................. 6
C, Gambar Histopatologu Kelenjar Getah Bening ...................... 6

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelenjar tiroid bukanlah lokasi metastasis yang umum pada keganasan
serviks. Metastasis kanker serviks ke kelenjar tiroid telah dilaporkan pada awal tahun
1930-an. Diperkirakan bahwa hanya 1,1 % kanker tiroid dari semua klinis yang
terdeteksi berasal dari metastasis (1). Namun demikian, satu studi postmortem
menunjukkan bahwa kejadian tumor sekunder di kelenjar tiroid mencapai lebih dari
10 kali lipat, melebihi dari pelaporan kanker tiroid primer. Studi otopsi lainnya
menggambarkan lesi metastasis tiroid sebanyak 24 % pasien tanpa bukti manifestasi
klinis dari infiltrasi tiroid (1,2). Hal ini berarti bahwa metastase tiroid mungkin lebih
banyak dari karsinoma tiroid primer, namun kurang tampak klinis.
Pada pasien dengan nodul tiroid dan terdapat riwayat onkologis, kemungkinan
metastasis tiroid harus dipertimbangkan secara serius. Disamping jarang terjadi
metastasis dari karsinoma serviks ke tiroid, pengobatan sesuai untuk penyakit ini juga
susah dipastikan. Saat mengelola pasien tersebut, pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan kemungkinan mendapatkan survival jangka panjang dengan
perkiraan agresivitas penyakit dan kemungkinan komplikasinya. Berikut dilaporkan
kasus metastasis tiroid dari karsinoma sel skuamosa serviks uterus yang disertai
dengan kesulitan menelan serta pengobatan yang telah dijalani sebelumnya.

1
BAB II
ISI

2.1 Kasus

Seorang wanita, 45 tahun, Suku Bali, datang ke Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Bagian Obstetri dan Ginekologi dengan keluhan benjolan pada leher yang
dialami sejak 2 bulan yang lalu. Pada awalnya, pasien mengeluh benjolan sebesar
kelereng di leher kiri, kemudian lama-kelamaan membesar hingga saat ini. Benjolan
tersebut membuat pasien susah menelan makanan dan sulit untuk bernafas. Pasien
tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan, demam, atau batuk lama. Terdapat penurunan
berat badan yang drastis selama 2 bulan terakhir sebanyak 10 kg. Buang air besar dan
buang air kecil dalam batas normal. Dari riwayat penyakit dahulu, pada bulan
November 2015, pasien menjalani rawat jalan dengan keluhan awal perdarahan per
vaginam. Setelah menjalani rangkaian pemeriksaan kemudian diperoleh diagnosis
kanker serviks. Telah dilakukan pengobatan kemoterapi dengan regimen obat
kemoterapi paclitaxel – karboplatin sebanyak 4 seri. Pasien tidak melanjutkan
kemoterapi karena pasien mengaku tidak kuat untuk melanjutkan terapi. Beberapa
kali pasien sempat pingsan dan merasakan panas yang luar biasa di seluruh tubuh.
Selanjutnya pasien menggunakan terapi alternatif berupa konsumsi minuman herbal.
Pasien merupakan seorang ibu dari lima anak perempuan. Pasien menikah saat
berumur 12 tahun, tidak ada riwayat keguguran. Pasien bekerja sebagai pedagang
asongan di Pantai Kuta. Riwayat vaksinasi kanker serviks disangkal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital kesan umum sakit berat,
kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit,
pernafasan 20 kali/menit, dan suhu badan 36,5 derajat celsius, visual analog scale 1
dari 10, saturasi oksigen 97%. Pemeriksaan fisik kepala ditemukan rambut warna
hitam, jarang, rontok. Tidak terdapat kesan anemis pada kedua konjungtiva palpebra,
pada pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan leher ditemukan pembesaran kelenjar getah bening pada regio koli
anterior sinistra ukuran lebih kurang 7x 3,5 x 2 cm, berdungkul-dungkul, keras,
terfiksir, batas tidak tegas, serta pada regio supraklavikula sinistra dengan ukuran 8 x
7,5 x 3 cm, berdungkul-dungkul, keras, terfiksir, batas tidak tegas. Tidak ada
pembesaran kelenjar aksila.
2
Pada pemeriksaan fisik paru, dari inspeksi ditemukan simetris saat statis dan
dinamis, tidak ditemukan vokal fremitus yang meningkat, perkusi sonor pada kedua
lapangan paru, dan suara nafas vesikuler serta tidak terdapat ronki atau wheezing.
Pada pemeriksaan fisik jantung, iktus kordis tidak tampak dan teraba pada garis
midklavikula kiri setinggi sela iga V. Batas kanan sejajar garis parasternalis kanan
dan batas kiri jantung pada garis midklavikula kiri. Auskultasi ditemukan suara
jantung I tunggal, suara jantung II tunggal, denyut jantung reguler dan tidak
ditemukan adanya bising jantung. Pada inspeksi abdomen tidak ditemukan adanya
distensi dan pada auskultasi suara bising usus normal. Pada pemeriksaan hati dan
limpa tidak ditemukan pembesaran. Pada palpasi abdomen teraba massa pada daerah
suprapubik dengan ukuran 10 x 15 x 7 cm, keras, terfiksir, batas tidak tegas. Perkusi
abdomen didapatkan redup pada daerah suprapubik. Pemeriksaan ekstremitas teraba
hangat dan tidak terdapat edema.

Gambar 1. Massa Koli. A. Massa koli sinistra. B. Esofagografi

Pemeriksaan dalam dilakukan oleh sejawat ginekologi didapatkan inspeksi


vulva gambaran berdungkul-dungkul, rapuh, dan mudah berdarah. Pada pemeriksaan

3
vaginal toucher teraba vulva berdungkul-dungkul, rapuh, dan mudah berdarah,
infiltrasi vagina mencapai 1/3 distal, serta kavum douglas teraba kaku.
Pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil white blood cell (WBC): 5.94
k/Ul, neutrofil 3800/ul (63.93 %), limfosit 1370 (23.01 %), Hb: 8.53 g/dl, Hct: 27.83
%, MCV: 79.92 fl, MCH: 24.48 fl, MCHC: 30.63 g/dL, PLT: 407.000/uL.
Pemeriksaan kimia klinik didapatkan hasil: glukosa darah acak: 86 mg/dL, ALT : 14
IU/L, Albumin: 3.2 g/dL, BUN: 9 mg/dL, serum kreatinin: 0.88 mg/dL, PT: 14.1,
INR: 1.16, APTT: 23.7, kolesterol total: 156.6 mg/dl, HDL direk: 50.54 mg/dl, LDL:
84.5 mg/dl, trigliserida: 108.2 mg/dl, natrium: 129 mmol/L, kalium: 3.13 mmol/L,
kalsium: 8.17 mg/dl, fT4: 1.33 (0.93-1.7) ng/dL, TSH: 2.14 (0.25-5.0) UI/mL, CRP
kuantitatif: 41.92 mg /dL, dan procalcitonin: 0.314 mg/dL.
Pemeriksaan foto rontgen torak didapatkan besar dan bentuk jantung tampak
normal. Bayangan paru tidak ditemukan infiltrat pada kedua lapangan paru dengan
sinus pleura yang tajam namun corakan bronkovaskuler paru meningkat dengan kesan
bronkitis. Pemeriksaan computed tomography (CT) scan koli dengan dan tanpa
kontras menunjukkan nodul multipel lobulated ukuran bervariasi regio koli sampai
supraklavikula kiri yang mendesak trakea ke kanan sesuai dengan gambaran
limfadenopati diagnosis banding proses metastase, tak tampak masa di daerah
nasofaringkanan-kiri.
Pemeriksaan esofagografi kesan normal. Pemeriksaan ultrasonografi abdomen
memperlihatkan kesan masa solid serviks uteri, hidronefrosis grade 2 kanan, dan
observasi masa kistik dengan komponen solid di adneksa kanan. Pada pemeriksaan
ultrasonografi tiroid diketahui adanya nodul solid tiroid kiri serta pembesaran kelenjar
getah bening (KGB) multipel koli dan supraklavikula kiri.
Pada pemeriksaan biopsi serviks didapatkan gambaran histomorfologi
cenderung suatu tumor neuroendokrin (small cell carcinoma). Hasil fine needle
aspiration biopsy (FNAB) kelenjar tiroid menunjukkan suatu poorly differentiated
carcinoma, kemudian hasil FNAB kelenjar supraklavikula sinistra menunjukkan
metastasis suatu poorly differentiated carcinoma.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang tersebut pasien
didiagnosis karsinoma serviks stadium III B. Telah dilakukan kemoterapi dengan
regimen paclitaxel-carboplatin 4 seri, akan dilanjutkan dengan seri ke 5. Pasien
dikonsulkan ke Bagian Ilmu Penyakit Dalam karena saat awal kedatangan pasien
mengeluh sesak napas, nyeri menelan, serta adanya peningkatan fungsi ginjal.
4
Diagnosis menjadi healthcare associated pneumonia, kandidiasis oroesofagus, acute
on chronic kidney disease (ACKD) et causa post renal on CKD et causa nefropati
obstruktif, dan high risk venous thromboemboli (VTE). Terapi pada saat itu adalah
pemberian antibiotik empiris, nistatin drop, asam folat, serta heparin sebagai
profilaksis VTE. Di dalam penatalaksanaannya, pasien juga mendapatkan perawatan
paliatif. Pasien dipulangkan dengan kondisi yang baik. Kemudian, status klinis dari
Pasien dengan cepat memburuk dan pasien meninggal lima bulan setelah diagnosis
metastasis tiroid.

A B

Gambar 2. A. Masa solid serviks uteri. B. Nodul Tiroid kiri.

5
A

C
Gambar 3. A. Gambaran histopatologi serviks; B. Gambaran histopatologi tiroid
C. Gambaran histopatologi kelenjar getah bening supraklavikula.

2.2 Pembahasan
Di dunia, kanker serviks uterus adalah keganasan ginekologi yang paling
umum pada wanita dengan perkiraan 527.600 kasus baru pada tahun 2012.
Penyebaran penyakit ini terjadi melalui penyebaran lokal langsung dan metastasis
limfatik. Yang paling umum ditemukan tempat metastasisnya adalah vagina,
parametrium, dan limfonodi pelvis. Metastasis karsinoma serviks ke tiroid adalah
sangat jarang dan hanya beberapa kasus sebelumnya dilaporkan (3). Pada kasus ini
tidak ditemukan metastasis pada organ lain, kecuali kelenjar tiroid.

6
Kelenjar tiroid memiliki suplai darah yang banyak, 560 mL /100 gram
jaringan / menit, yang menempati peringkat kedua setelah kelenjar adrenal. Terdapat
peningkatan kejadian kanker tiroid primer, namun prevalensi metastasis ke kelenjar
tiroid bervariasi dalam laporan (4). Kelenjar tiroid merupakan lokasi metastasis yang
relatif jarang terjadi, meskipun kaya dengan aliran darah. Meskipun kelenjar tiroid
memiliki suplai darah yang kaya, metastase tumor yang terdeteksi secara klinis ke
tiroid tidak umum,Terhitung sekitar 1,4% sampai 3% dari semua keganasan tiroid.
Dilaporkan, banyak hasil otopsi menunjukkan kejadian metastasis kelenjar tiroid
mulai dari 1,9% hingga 24%, meskipun dalam kebanyakan kasus, tidak ada bukti dari
manifestasi klinis dari infiltrasi tiroid. (3,5). Hegerova et al. mengidentifikasi 97
pasien dengan neoplasma solid metastasis kelenjar tiroid. Dalam analisis ini, 22%
kasus adalah metastasis dari kanker ginjal, 22% dari paru, 12% dari kepala dan leher,
11% berasal dari kanker payudara, dan 9% dari kerongkongan. Jarang terjadi,
metastasis berasal dari kulit, neuroendokrin, dan ovarium / rahim (6). Metastasis tiroid
dari karsinoma sel skuamosa serviks uteri sangat langka, hanya beberapa kasus yang
telah dilaporkan sebelumnya (6).
Sebuah studi terbaru menggunakan data dasar National Cancer Institute's
Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) melaporkan dengan jelas
perbedaan prevalensi antara pria dan wanita dalam diferensiasi kanker tiroid. Mereka
mencatat bahwa tingkat diferensiasi kanker tiroid meningkat dengan cepat di kalangan
wanita selama masa reproduksi sehingga mencapai puncak sekitar umur 40 tahun.
Namun, tetap tidak jelas apakah ada dominasi seks untuk metastase ke kelenjar tiroid.
Satu studi tidak menemukan dominasi perempuan dan hal ini mencerminkan peran
paritas dan estrogen pada keganasan tiroid primer, sedangkan tidak demikian halnya
untuk keganasan sekunder (4). Rata-rata usia pasien saat ditemukan metastasis klinis
yang signifikan terhadap tiroid adalah 63 tahun dan 59 tahun, dengan dominasi
perempuan. Rata-rata waktu antara mendiagnosis keganasan primer dan metastase ke
kelenjar tiroid bervariasi 53 sampai 70 bulan. Interval rata-rata dari diagnosis tumor
primer dan metastasis tiroid adalah 14 bulan, dengan interval terpanjang pada pasien
dengan sarkoma (75 bulan) dan terpendek pada kanker paru-paru (4,5 bulan), kisaran
bervariasi sesuai dengan jenis histologis (3,5). Dalam kasus ini, metastasis tiroid
ditemukan saat pasien berumur 45 tahun, multipara dan waktu yang diperlukan
mendiagnosis keganasan primer dan metastase ke kelenjar tiroid sekitar delapan
bulan.
7
Willis pada tahun 1931 menyatakan dua hipotesis mengapa metastasis tiroid
jarang, yaitu kemungkinan karena konsentrasi oksigen dan yodium yang tinggi di
jaringan tiroid yang dapat mengganggu kemampuan metastasis sel untuk menetap
dan berkembang serta aliran vaskular intratiroidal yang tinggi juga mungkin
memainkan peran dalam menghambat adhesi dan implantasi emboli tumor metastasis
(3,4). Jika hipotesis Willis benar, maka penyakit kelenjar tiroid dengan aliran darah
berkurang dan konsentrasi yodium lebih rendah harus lebih rentan terhadap metastase.
Pada tahun 2000, Kameyama et al. melaporkan hanya lima kasus karsinoma
metastatik ke adenoma tiroid dalam literatur, sehingga menunjukkan bahwa tumor to
tumor metastases adalah kejadian yang jarang terjadi. Pada tahun 2005, Peteiro et al.
juga mencatat bahwa metastasis pada neoplasma tiroid yang sudah ada sebelumnya
jarang. Namun, penelitian lain Heffess et al. menyatakan 42% pasien dengan
metastasis tiroid dari non-thyroidal metastase terdapat pada kelenjar dengan adenoma
atau tiroiditis (4).
Kecenderungan tumor metastasis mungkin dipengaruhi oleh potensi
angiogenik dari sel tumor dengan dua mekanisme, yaitu densitas pembuluh darah
tinggi dalam tumor primer yang dapat meningkatkan kesempatan sel tumor untuk
mendapatkan akses ke sirkulasi darah dan peningkatan kapasitas untuk menginduksi
neovaskularisasi sehingga dapat meningkatkan probabilitas tumor sel terperangkap di
anyaman kapiler organ sekunder untuk memberikan peningkatan pertumbuhan tumor
makroskopik. Studi terbaru dari karsinoma squamous sel pada serviks uterus telah
menunjukkan bahwa densitas tinggi pembuluh darah pada tumor primer berkorelasi
dengan ruang invasi vaskular, keterlibatan limfatik dan metastasis kelenjar getah
bening pelvis, dan dapat memprediksi kekambuhan dan probabilitas kelangsungan
hidup secara keseluruhan (7).
Kanker serviks yang paling sering adalah karsinoma sel skuamosa. Angka
kesembuhan 100% jika ditemukan tahap awal sementara itu dalam tahap akhir adalah
5%. Disease free interval setelah pengobatan tergantung pada stadium awal tumor dan
adekuasi pengobatan awal. Penyakit berulang dikaitkan dengan prognosis buruk dan
tumor cenderung kambuh di pelvis, retroperitonium dan tempat yang jauh. Sampai
70% pasien dengan kanker serviks yang hadir dengan metastasis nodal dan / atau
penyakit lanjut lokal akan kambuh. Kanker serviks dapat metastasis jauh melalui
penyebaran limfatik, dari nodus satelit ke kelenjar paraaorta dan supraklavikula. Rute
dari penyebaran hematogen diduga terjadi melalui aliran darah ke sistem vena kava
8
melalui parenkim paru dan sirkulasi sistemik. Wood et al. juga menyatakan metastasis
dapat terjadi secara langsung dari struktur yang berdekatan (2). Pada pasien yang
mengalami metastasis jauh, daerah metastasis paling sering terjadi adalah paru-paru
(21%), kelenjar paraaorta getah bening (11%), rongga perut (8%) dan kelenjar getah
bening supraklavikula (7%), metastasis tulang (16%) dan metastasis kelenjar tiroid
yang sangat langka. (5).

Mayoritas pasien dengan metastasis tiroid hadir dengan nodul tiroid


asimtomatik dan sulit untuk menentukan apakah tumor itu primer atau sekunder. Baik
melalui skintigrafi maupun ultrasonografi menyediakan data sebagai cold nodule pada
uptake radioiodin atau sebagai massa heterogen dan hipoekoik pada pemeriksaan
ultrasonografi (3). Tes fungsi tiroid biasanya tidak menunjukkan kelainan dan
kebanyakan pasien mengalami eutiroid (87,6%). Kadang-kadang, beberapa pasien
mungkin mengalami perubahan sementara hormon tiroid, disebut penyakit non-
tiroidal atau sindroma eutiroid-thyroidal illness or euthyroid sick syndrome (3).
Berdasarkan pengalaman institusi lain bahwa pada pasien dengan riwayat kanker,
pada nodul tiroid ganas jauh lebih mungkin terjadi metastasis daripada muncul tumor
primer yang baru. Tidak ada secara klinis membedakan metastase tiroid dari kanker
tiroid primer. Diagnosa tergantung pada sitologi aspirasi jarum halus yang memiliki
morbiditas rendah, biaya rendah dan nilai prediksi negatif tinggi (2).
Kemungkinan lain, bahwa karsinoma tiroid adalah primer kedua di tiroid atau
keganasan multipel yang didefinisikan sebagai sinkronus atau metakronus. Sinkronus
menunjukkan bahwa tumor terdeteksi pada saat bersamaan dengan metastasis tiroid
sedangkan metakronus menunjukkan bahwa metastasis tiroid terdeteksi beberapa saat
setelah non-thyroidal metastase pertama tercatat. Keduanya, bukanlah merupakan hal
yang tidak biasa terjadi di kepala dan leher dengan kejadian 20% dari pasien dengan
keganasan sekunder, tapi belum diketahui kejadiannya pada karsinoma skuamosa
serviks (5). Kanker sel skuamus tiroid primer adalah entitas yang jarang sekali.
Dibandingkan karsinoma sel skuamus metastasis dan diduga hasil elemen skuamus
yang terkandung dalam kista tiroglosal dan karsinoma yang timbul dari sel-sel ini
pada sisa yang terus-menerus dari saluran tiroglosal, kemungkinan lainnya adalah
transformasi metaplastik skuamus unsur papiler atau folikular folikel tiroid. Unsur
yang memberatkan untuk transformasi semacam itu adalah tiroiditis Hashimoto.
Semua ini hanya hipotetis dan tidak memiliki bukti implikasi yang terbukti (5,6).

9
Parameter laboratorium dari kondisi ini ditandai terutama oleh fT3 serum
rendah, dengan fT4 normal atau rendah dan kadar TSH normal atau tertekan. Dengan
teknologi pencitraan diagnostik tingkat lanjut seperti 18F- FDG PET/CT, peningkatan
jumlah insiden kasus penyakit metastasis ke kelenjar tiroid cenderung terdeteksi (3).
Sitologi aspirasi jarum halus mampu membedakan antara penyakit tiroid jinak dan
ganas dengan nilai prediktif negatif tinggi, spesifisitas tinggi (100%), dan sensitivitas
tinggi (94%) dan membantu dalam menghindari operasi yang tidak perlu (3).
Diferensial diagnosis metastasis ke tiroid dilakukan terhadap karsinoma anaplastik
tiroid dengan menggunakan imunohistokimia biologi dan teknik molekuler. Penanda
imunohistokimia tiroglobulin dan paired box gene (PAX)-8 dapat membantu,
meskipun yang pertama ini adalah yang paling spesifik untuk tiroid, dan hanya positif
dalam 20% - 30% dari anaplastik karsinoma (8). Dalam kebanyakan kasus ada sel
yang melimpah dan sel tersebut mungkin khas tempat yang asli, terutama bila
pengecatan imunohistokimia spesifik dilakukan. Wood et al. juga mengatakan
Pewarnaan negatif dengan antibodi anti-tiroglobulin dan anti kalsitonin akan
menunjukkan tumor metastasis. Diagnosis ulang evaluasi tumor primer dan mencari
tempat metastasis lainnya adalah penting.Terkadang sulit untuk ditentukan sitologi
apakah tumor berasal dari kelenjar tiroid, seperti karsinoma anaplastik atau varian
clear cell yang tidak jelas dari karsinoma folikular (2). Rosai dkk. menggambarkan
pola infiltrasi interstisial yang dominan pada metastasis, sehingga folikel dikelilingi
dan dirusak oleh tumor tapi jarang diinfiltrasi, tidak seperti neoplasma tiroid primer
(2). Mengingat sifat dari karsinoma primer dan tingginya prevalensi HPV, sehingga
perlu dicari adanya korelasi yang kuat antara genotipe yang ditemukan di tumor
primer dan metastasis (8). Apalagi pada pasien dengan riwayat onkologis ditambah
dengan adanya nodul tiroid, kemungkinan metastasis tiroid harus selalu
dipertimbangkan. Pasien dengan gondok multinodular yang sebelumnya diketahui dan
adenoma folikular juga dikaitkan dengan peningkatan kejadian metastase ke tiroid
(3,9,10). Pada kasus ini, pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus menunjukkan suatu
poorly differentiated carcinoma, namun pemeriksaan imunohistokimia tidak
dilakukan.
Keputusan untuk dilakukan pengobatan harus berdasarkan pada status
performa pasien, tempat utama tumor primer, lokasi kekambuhan dan / atau
metastasis, luasnya penyakit metastasis, pengobatan sebelumnya, dan gejala yang
ditimbulkan. Tidak ada konsensus yang pasti tentang prosedur operasi yang harus
10
dilakukan pada pasien dengan metastasis tiroid. Sampai saat ini, tidak ada keuntungan
survival yang pasti setelah operasi yang telah terbukti untuk metastasis ke kelenjar
tiroid. Metastasis kelenjar tiroid yang terlihat secara klinis umumnya berhubungan
dengan lesi metastasis bersamaan ke organ lain dan biasanya menunjukkan prognosis
buruk. Meski kontroversial, pengobatan radikal untuk metastasis terisolasi dapat
menjadi kuratif dan pendekatan bedah yang agresif telah direkomendasikan oleh
banyak penulis (2,3,11). Untuk pasien lain dengan neoplasma metastasis kelenjar
tiroid yang merupakan manifestasi dari penyakit metastasis yang luas, tujuan operasi
harus menjadi paliatif seperti pencegahan asfiksia dan komplikasi lokal lainnya.
Kemoterapi ajuvan dan / atau radioterapi dapat dianggap sebagai pengobatan paliatif
untuk pengendalian lokal penyakit ini (3,12). Wood et al. menyatakan penggunaan
radioterapi pada tiga pasien menghasilkan perbaikan gejala dan seharusnya
dipertimbangkan sebagai pilihan terutama jika pasien dengan risiko anestesi atau
memiliki komorbid yang menghalangi operasi. Dikatakan pula bahwa tidak ada peran
untuk penggunaan radioaktif iodine131(2,12). Dalam kasus ini, karena tumor yang
tumbuh tidak menyumbat saluran napas serta pemeriksaan esofagografi normal maka
tidak dilakukan tindakan pembedahan.
Pasien dengan kanker serviks berulang / metastasis mungkin mengalami
berbagai gejala termasuk nyeri, anoreksia, perdarahan vagina, kakeksia, dan masalah
psikologis. Manajemen gejala ini adalah prioritas pertama untuk dokter yang merawat
pasien dengan kanker serviks berulang. Upaya koordinasi dari tim profesional adalah
wajib. Keanggotaan tim akan tergantung pada pasien, tujuan dari manajemen, dan
masalah tertentu dihadapi oleh individu. Tim harus mencakup ahli ginekologi
onkologi, radiasi dan ahli onkologi medis, dokter paliatif, perawat khusus, dan
psikolog, tetapi mungkin juga membutuhkan jasa tim nyeri khusus (9). Kemoterapi
saja pada dasarnya bersifat paliatif.
Perawatan paliatif adalah total perawatan aktif untuk orang dengan penyakit
terminal yang dekat dengan akhir kehidupannya. Perawatan paliatif melibatkan
dukungan dari pasien dimana penyakitnya adalah tahap lanjutan dan tidak ada respon
untuk perawatan kuratif, dimana hal ini termasuk perawatan terminal. Para penerima
perawatan paliatif adalah pasien dan keluarganya. Memperhatikan emosional, sosial,
dan kebutuhan spiritual dapat membantu meringankan banyak kesusahan dan
kesepian dari orang yang mendekati kematian. Kenyamanan dasar dari orang yang
sakit adalah penting. Seorang wanita sakit parah harus tetap bersih, dan posisinya di
11
tempat tidur harus diganti setiap beberapa jam untuk membantu mencegah masalah
kulit dan paru-paru. Nutrisi penting, dan harus ada akses yang memadai untuk cairan
dan selera makanan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Ringkasan

Telah dilaporkan seorang wanita, 45 tahun, Suku Bali, datang ke Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah dengan keluhan benjolan pada leher semakin membesar. Pasien
merupakan penderita kanker serviks yang telah melakukan pengobatan kemoterapi
dengan regimen kemoterapi paclitaxel – karboplatin sebanyak 4 seri. Biopsi serviks
yang telah dilakukan pada pasien terdapat gambaran histomorfologi cenderung suatu
tumor neuroendokrin (small cell carcinoma). Hasil fine needle aspiration biopsy
(FNAB) kelenjar tiroid dan kelenjar supraklavikula sinistra menunjukkan suatu poorly
differentiated carcinoma. Pemeriksaan imunohistokimia dan penanganan invasif pada
pasien ini tidak dilakukan. Pasien selanjutnya mendapatkan perawatan paliatif.
Walaupun penyakit metastatik pada kelenjar tiroid jarang terjadi, penting bagi
ahli patologi, ahli bedah endokrin, dan ahli onkologi untuk dapat mengenali dan
mendiferensiasikan diantara keganasan tiroid. Karena kelangkaan lesi ini sulit untuk
menentukan keuntungan survival dari intervensi bedah untuk pasien dengan
metastasis ke tiroid. Karena tumor tiroid metastatik dari karsinoma serviks rahim
sangat jarang terjadi, pengambilan keputusan harus menyeimbangkan kemungkinan
mendapatkan survival jangka panjang dengan risiko komplikasi, hasil yang
memburuk, dan penurunan kualitas hidup.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Karapanagiotoua E, Saif MW, Rondoyianni D, Markaki S, Alamara C, Kiagia M,


et al. Metastatic cervical carcinoma to the thyroid gland: a case report and review
of the literature. Yale Journal of Biology and Medicine. 2006 (79);165-168.

2. Wood K, Vini L, Harmer C. Metastases to the thyroid gland: the royal marsden
experience. EJSO. 2004; 30:583-588.

3. Celik SU, Besli D, Sak, SD, Genc V. Thyroid gland metastasis from cancer of the
uterine cervix: an extremely rare case report. Acta Medica. 2016; 59(3): 97–99.
4. Chung AY, Tran TB, Brumund KT, Weisman RA, Bouvet M. Metastases to the
thyroid: a review of the literature from the last decade. Thyroid. 2012; 22 (3): 258-
268.

5. Vamsy M, Dattatreya PS, Sarma LY, Dayal M, Janardhan N, Rao VV. Metastatic
squamous cell carcinoma thyroid from functionally cured cancer cervix. Indian
Journal of Nuclear Medicine. 2013; 28(2): 112-114.

6. Hegerova L, Griebeler ML, Reynolds JP, Henry MR, Gharib H. Metastasis to the
thyroid gland report of a large series from the mayo clinic. Am J Clin Oncol.
2015; 38: 338–342.

7. Sundfor K, Lyng H, Rofstad EK. Tumour hypoxia and vascular density as


predictors of metastasis in squamous cell carcinoma of the uterine cervix. British
Journal of Cancer. 1998; 78(6): 822- 827.

8. Fuentes-Martinez N, Juanes JS, Vivanco-Allende B, Gagatek SG. Thyroid nodule


as a first sign of progression in uterine cervical carcinoma. Acta Otorrinolaringol
Esp. 2015; 66(6): 353-355.

9. Friedlander M, Grogan M. Guidelines for the treatment of recurrent and


metastatic cervical cancer. The Oncologist. 2002; 7: 342-347.

10. Gooptu S, Sharma S, Singh G, Ali I. Uncommon metastasis to thyroid gland


presenting as a thyroid nodule. IJCRI. 2013;4(11):615–618.

11. Nixon IJ, Coca-Pelaz A, Kaleva AI, Triantafyllou A, Angelos P, Owen RP, et al.
Metastasis to the thyroid gland: a critical review. Ann Surg Oncol. 2017;
24:1533–1539.

12. Ishikawa M, Hirano S, Tsuji T, Ito J. Management of metastasis to the thyroid


gland. Auris Nasus Larynx. 2011 ;38: 426–430.

14

Anda mungkin juga menyukai