kepada Bayi
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui
perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara pemberian
makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan
tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya
Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki usia 6
bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin dan
mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak
usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) Agar
pemberian MP-ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara
pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada waktu anak sakit
dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak hanya dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilon makan dan merangsang
pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang, pemberian MP Asi terlalu
dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup, pemberian MP-Asi sebelum Asi,
frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi terhenti karena ibu kembali bekerja,
Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini sama saja
dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab, system imun bayi
dibawah 6 bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset
terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MP-Asi sebelum ia
berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan
bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia
lainnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan
ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan pendamping
Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik
atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga kemungkinan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensisal. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh
zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis. Status gizi kurang atau
tetapi juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama dalam hal waktu untuk
bekerja di luar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah tangga serta mengasuh anak. Peran
ganda ibu ini menuntut di satu pihak perlu curahan waktu penuh untuk mengasuh anak,
bersamaan dengan itu perlu sisipan waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu peluang untuk
mengatasinya adalah anak diasuh oleh pembantu, keluarga atau family yang ada di rumah.
Keterbatasan waktu ibu dalam mengasuh anak dan menyediakan makanan akan berpengaruh
terhadap pola makan anak (bayi) dan konsumsi gizi anak, karena pada usia anak-anak ini
merupakan usia yang membutuhkan konsumsi pangan yang ideal untuk membantu kecerdasan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Banggai tahun 2010 bahwa 67
Data Puskesmas Simpong tahun 2010 diperoleh informasi bahwa cakupan pemberian
Asi Eksklusif di Kelurahan Simpong hanya berjumlah 32,3 %. Hal ini menandakan bahwa masih
Karena hal-hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada
hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi
dini ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi dini di
Kelurahan Simpong.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status pekerjaan ibu yang berisiko terhadap kurangnya asupan pemberian Asi
Eksklusif.
b. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi dini.
D. Manfaat Penelitian
Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya.
Dapat lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan khususnya
Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya untuk masalah-masalah gizi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Konsep Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Pada Bayi
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan
kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang
paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat
kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya
(Sunartyo, 2008).
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI merupakan
makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI yang
diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna
kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak
antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan
setiap saat. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Disamping
itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi dan perawatan payudara.
Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI eksklusif (As’ad,
2002).
ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan
harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi
1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
6. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam keadaan segar
8. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.
Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan.
Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi
berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat
badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa
pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun, sebelum diberi makanan tambahan
sebaiknya coba diperbaiki dahulu cara menyusuinya. Cobalah hanya memberi bayi ASI saja
tanpa memberi minuman atau makanan lain. Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan
posisi menyusui. Secara umum usahakan dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik
mungkin. Apabila setelah 1 – 2 minggu ternyata upaya perbaikan tersebut tidak menyebabkan
peningkatan berat badan, maka pemberian makanan tambahan atau padat diberikan bagi bayi
Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak memperoleh ASI,
maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). PASI dibuat dari susu sapi yang
susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama dengan susunan gizi ASI, sehingga dapat
diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi belum ada PASI yang
Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok
masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan ada yang
baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya, pada masyarkat urban bayi
disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi makanan tambahan (Arisman,
2004).
Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan yang
diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang tumbuh
kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai
peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Setelah
berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat
dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut Arisman (2004), pemberian makanan
pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair kebentuk bubur kental,
sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pemberian
pertama cukup 2 kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Pada usia 6-9 bulan bayi setidak-
tidaknya membutuhkan empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi telah mempunyai gigi dan
mulai pandai menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah mampu memakan makanan
orang dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh takaran orang dewasa.
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayur-
sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh diberikan setelah
bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal masa penyapihan, ASI masih
Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi sebagai makanan tambahan, sementara makanan
Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian
ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti
yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia 4 – 6 bulan lebih
menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan
sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi,
paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam
pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah
berumur 6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat
mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI
yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI
memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi
lain pada bayi, hasil penelitian Widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis
MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan
rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi
Kerja adalah aktivitas, gawai, kegiatan, operasi. Sedangkan yang dimaksud dengan
pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas, kegiatan, kesibukan, urusan,
Merawat anak, mulai dari memandikan, menyuapi sampai mengasuh hampir semuanya
dilakukan oleh ibu. Merawat anak dan menyediakan keperluan makan dan minum anak
merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu. Akan tetapi, tugas itu
tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah. Ibu juga harus mengingatkan tugas anak-
anaknya mengenai pekerjaan yang harus dilakukan atau belum dilakukan seperti mengingatkan
anak supaya mandi, makan dan mengingatkan waktu bila anaknya bermain (Supanto, 1990).
Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental dan perkembangan
emosinya. Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan berarti membuat anak
mempunyai cukup waktu untuk bermain. Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai
Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orang tua tentang
interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat menurunkan angka
kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya membuktikan bahwa perubahan pola asuh
psikososial telah meningkatkan derajat pertumbuhan anak. Penelitian di Bogota, Columbia
membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi, dikunjungi rumahnya setiap minggu
selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3 tahun lebih tinggi daripada
yang tidak dikunjungi. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu- ibu menjadi lebih memahami
kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga bahwa ibu-
ibu yang memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan kognitif anak, anak-anaknya lebih
pintar daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya (Anwar, 2008).
B. Kerangka Konsep
1. Makanan Pendamping Asi (MP-Asi) adalah makanan yang diberikan pada bayi berusia 6 bulan
2. Pekerjaan adalah kesibukan atau aktifitas yang menghasilkan upah yang dilaksanakan oleh
3. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan ibu. Ibu
yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan pendamping Asi
pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki olehnya
C. Definisi Operasional
Dimaksudkan dengan pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu menyusui
yang berada di luar rumah dan memakan waktu yang banyak untuk berada di luar rumah. Seperti
menjaga toko, berdagang di Pasar, Karyawan Perusahaan, pegawai negeri pada instansi
pemerintah, dll.
Adapun pemberian MP Asi Dini dalam penelitian ini adalah Makanan Pendamping yang
sudah diberikan pada bayi sebelum berusia genap 6 bulan. Bila MP Asi diberikan pada H-1
A. METODE PENELITIAN
B. LOKASI PENELITIAN
………………………………………………………………………………….
C. WAKTU PENELITIAN
Populasi adalah sasaran penelitian. Misalnya sumur populasinya adalah air sumur.
2. Tekniknya bagaimana ?
Teknik pengambilan sampel ; Random sampling, stratified random sampling dan cluster ramdom
sampling, dll
1. Cek list
2. Kuesioner
F. METODE ANALISIS DATA (UNTUK PENELITIAN ANALITIK- KALO UNTUK
G. INSTRUMEN PENELITIAN
Memakai instrument yang dibuat sendiri jika tidak ada instrument baku yang digunakan.
1. Mengukur pengetahuan
2. Mengukur sikap
BAB IV
HASIL PENELITIAN
2. Pembahasan ; antar dengan teori penunjang hasil penelitian, sambung dengan hasil penelitian
yang diperoleh, sambung dengan penelitian orang lain yang berhubungan dengan penelitian,
kesimpulan