Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

TB PARU BAKTERIOLOGIS ON OAT KATEGORI I

Oleh:
KELOMPOK 2

1. Jans Goldman Wattimena C014172054


2. Nur Amni S C014172055
3. Sulpiana C014172061
4. Iqra C014172065

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Nur Fajar Budi
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.PK(K)

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul Tuberkulosis Paru oleh:

1. Jans Goldman Wattimena C014172054


2. Nur Amni S C014172055
3. Supiana C014172061
4. Iqra C014172065

Telah dibacakan pada Pembacaan Laporan Kasus di Bagian Pulmonologi Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada:

Hari / Tanggal : 20 Oktober 2018

Pukul : 08.00 WITA – selesai

Tempat : Ruang Pertemuan IC Lantai 2

Makassar, 20 Oktober 2018

Pembimbing,

Dr. dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.P(K)


BAB 1

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. MH
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl. Lahir : 28-10-1989
Agama : Islam
Pekerjaan : Honorer bidan
Alamat : Maluku Utara
Rumah Sakit : Ruang Isolasi perawatan IC Lantai 2
MR : 857852
Tanggal Masuk : 02-10-2018

B. SUBJEKTIF
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Batuk
Anamnesis Terpimpin :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk sejak Januari 2018 dan
memberat sejak 2 minggu yang lalu. Batuk disertai dahak, awalnya berwarna
hijau dan sekarang berwarna putih, tidak ada bercak kemerahan. Ada sesak napas,
kadang-kadang disertai nyeri dada. Demam ada, hilang timbul disertai keringat
malam tanpa aktifitas ada, nafsu makan biasa dan rasa mudah lelah. Ada
penurunan berat badan perlahan sejak 3 tahun yang lalu. Pasien juga mengalami
kelemahan pada kedua tangan dan kedua tungkai yang dialami sejak 3 tahun yang
lalu. Awalnya kelemahan mulai muncul pada kaki kanan kemudian lama-
kelamaan dialami pada semua anggota gerak.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat kontak dengan penderita TB ada
 Riwayat terapi OAT sebelumnya disangkal
 Riwayat bekerja sebagai bidan yang sering kontak dengan penderita TB
 Riwayat dirawat di RS Unhas dan dilakukan pemeriksaan sputum BTA
dengan hasil BTA 1 positif, BTA 2 negatif, BTA 3
 Riwayat DM dan Hipertensi disangkal
 Riwayat merokok tidak ada
 Riwayat penggunaan 4 KDT OAT 3 tab/24 jam oral

C. OBJEKTIF
1. Deskripsi Umum
Sakit berat/Gizi kurang/GCS E4M6V5 (compos mentis)
BB: 38 TB: 152 IMT:16,4 kg/m2
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 kali/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 22 kali/menit,
Suhu : 38,1oC

3. Head To Toe
Kepala
Ekspresi: Biasa
Muka: Simetris kiri dan kanan
Deformitas: Tidak ada
Rambut: Hitam, tidak mudah dicabut

Mata
Eksoftalmus/Enoftalmus: Tidak ada
Gerakan: Dalam batas normal
Kelopak mata: tidak ada edema
Konjungtiva: Tidak pucat
Eksoftalmus/Enoftalmus: Tidak ada
Gerakan: Dalam batas normal
Kelopak mata: tidak ada edema
Konjungtiva: Tidak pucat

Telinga
Eksoftalmus/Enoftalmus: Tidak ada
Gerakan: Dalam batas normal
Kelopak mata: tidak ada edema
Konjungtiva: Tidak pucat
Hidung
Perdarahan: Tidak ada
Rinorhea: Tidak ada
Mulut
Bibir: Tidak pucat, tidak kering
Gigi: Tidak ada caries
Perdarahan gusi tidak ada
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-),tremor (-),hiperemis(-) bercak putih(-)
Leher
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
Leher
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
Thorax
Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan saat dinamis
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, vokal fremitus melemah pada
hemithorax dextra setinggi ICS III
Perkusi : redup setinggi ICS IV hemithorax dextra
Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler, bunyi napas menurun pada
hemithorax dextra. Terdapat ronkhi di kedua lapangan paru.
Wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising jantung tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Ascites (-)
Punggung :
Inspeksi : Tidak ada skoliosis
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-) Nyeri ketok (-)
Perkusi : batas paru dalam batas normal
Auskultasi : bunyi napas menurun pada hemithorax dextra
Extremitas
K: 2 2 T: ↓ ↓ Atrofi otot : + +
1 1 ↓ ↓ + +
Kelemahan pada ekstremitas atas (+), sensorik baik
Kelemahan pada ekstremitas bawah (+), sensorik baik
Edema (-)
Akral hangat
Clubbing finger (-)

Alat Kelamin :Tidak dilakukan pemeriksaan


Anus dan Rektum:Tidak dilakukan pemeriksaan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin

HASIL

PEMERIKSAAN NORMAL
2/10/2018 15/10/2018

RBC 3.64 (10^6/UL) 4.28 (10^6/UL) 4.00 – 6.00 10^6/uL

HGB 10 (g/dL) 11.3(g/dL) 12.0 - 16.0 gr/dl

MCV 91.5 fL 86 fL 80.0 - 97.0 fL

MCH 27.5 pg 26.4 pg 26.5 - 33.5 pg

MCHC 30 (g/dl) 30.7 (g/dl) 31.5-35.0 g/dl

WBC 6.86 (10^3/UL) 9.19 (10^3/UL) 4.00 - 10.0 10^3/ul

NEUT 84.1% 80.1% 52.0 - 75.0 %

LYMP 8.5% 11.1% 20.0 - 40.0 %

MONO 5.8% 7.1% 2.00 - 8.00 %

EOS 1.5% 1.4% 1.00 - 3.00 %

BASO 0.1% 0.3% 0.00 - 0.10 %

HCT 33.3% 36.8% 37.0 - 48.0 %

PLT 179(10^3/UL) 298(10^3/UL) 150 - 400 10^3/ul

2. Kimia Darah (02/10/2018)


Pemeriksaan Hasil Normal
GDS 103 140 mg/dl

Kimia darah (15/10/2018)


Pemeriksaan Hasil Normal

pH 7.352 7.35-7.45

SO2 98.2 95-98%

pO2 122.6 80-100 mmHg

pCO2 67.2 35-45 mmHg

HCO3 37.6 22-26 mmHg

BE 11.8 -2 sd +2
mmol/L

3. Fungsi Hati (15/10/2018)

Pemeriksaan Hasil Normal


SGPT 23 U/L <41 U/L
SGOT 45 U/L <38 U/L
Albumin 3.3 gr/dl 3.5-5.0 gr/dl
Bilirubin total 0.31 mg/dl <1.1 mg/dl
Bilirubin direk 0.21g/dl <0.3 mg/dl

4. Fungsi Ginjal (15/10/2018)

Pemeriksaan Hasil Normal


Ureum 6 10-50 mg/dl
Kreatinin 0.10 <1.3 mg/dl

5. Elektrolit (15/10/2018)

Pemeriksaan Hasil Normal


Natrium 133 136-145 mmol/l
Kalium 4.2 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 94 97-111 mmol/l

6. Mikrobiologi (05/109/2018)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKA
N
Jenis spesimen Sputum -
Aktifitas gram Gram positif dan gram negatif Tidak ditemukan
Bentuk dan konfigur Coccus berpasangan dan basil Tidak ditemukan
asi tunggal
Kuantitas Positif (1+) dan (1+) Tidak ditemukan
Sel lain Leukosit (1+) dan epitel sel (1 Tidak ditemukan
+)
Pewarnaan BTA 1 Negatif Tidak ditemukan
Pewarnaan BTA 2 Negatif Tidak ditemukan
Pewarnaan BTA 3 Negatif Tidak ditemukan

7. RADIOLOGI

Kesan :

 Efusi pleura dextra


 Pneumonia bilateral

E. DIAGNOSIS KERJA
 Tuberkulosis paru bakteriologis kasus baru on treatment OAT kategori 1 hari
ke 15
 Efusi pleura dextra
 Tetraparese LMN ec miopati
F. ASSESMENT

N MASALAH SUBJEKTIF & OBJEKTIF RENCANA RENCANA TERAPI


O DIAGNOSTIK
1. Tuberkulosis S :Pasien masuk rumah sakit  Darah rutin  N-Asetilsistein 200
paru dengan keluhan batuk sejak lengkap mg/8 jam/oral
bakteriologis Januari 2018 dan memberat sejak  Gene  Oksigen 2L/menit
kasus baru on 2 minggu yang lalu. Batuk disertai exspert  OAT kategori I
treatment dahak, awalnya berwarna hijau  Sputum  Infus NaCl 0,9%
OAT kategori dan sekarang berwarna putih, BTA 3x atau 20tpm
1 hari ke 15 tidak ada bercak kemerahan. Ada kultur
sesak napas, kadang-kadang
disertai nyeri dada. Demam ada,
hilang timbul disertai keringat
malam tanpa aktifitas ada, nafsu
makan biasa dan rasa mudah
lelah. Ada penurunan berat badan
perlahan sejak 3 tahun yang lalu.
O : DESKRIPSI UMUM
• Sakit berat/ Gizi kurang/
GCS E4M6V5 (compos
mentis)
• BB:38 kg; TB: 152 cm
(IMT: 16,4 kg/m2)
TANDA VITAL
• Tekanan Darah : 120/70
mmHg
• Nadi :84 kali/menit,
regular, kuat angkat
• Pernapasan : 22
kali/menit, Sp O2: 99%
dengan modalitas O2
2L/menit
• Suhu : 37oC
Thoraks :
Inspeksi : pergerakan dada
simetris
Palpasi : nyeri tekan tidak ada,
vokal fremitus melemah pada
hemithorax dextra setinggi ICS III
Perkusi : redup setinggi ICS IV
hemithorax dextra
Auskultasi : bunyi napas
bronkovesikuler, bunyi napas
menurun pada hemithorax dextra.
Terdapat ronkhi di kedua
lapangan paru. Wheezing tidak
ada
Lab :
RBC 4,28x10^6 U/L; Hb 11.3
gr/dl; MCH 26,4 pg; MCHC 30,7
gr/dl; WBC 9,19x10^3 U/L; Neut
80,1%; Lymp 11,1%; Mono 7,1%;
HCT 36,8%
CXR :efusi pleura dextra,
pneumoni bilateral

2. Efusi pleura •
S :Pasien batuk dan sesak napas, Foto thorax • Pungsi pleura
dextra kadang-kadang disertai nyeri PA/lateral • Pemeriksaan BTA
dada. Demam ada, hilang timbul. cairan pleura
Nafsu makan biasa dan rasa • Analisa cairan
mudah lelah. pleura
O : DESKRIPSI UMUM
• Sakit berat/ Gizi kurang/
GCS E4M6V5 (compos
mentis)
TANDA VITAL
• Tekanan Darah : 120/70
mmHg
• Nadi :84 kali/menit,
regular, kuat angkat
• Pernapasan : 22
kali/menit, Sp O2: 99%
dengan modalitas O2
2L/menit
• Suhu : 37oC
Thoraks :
Perkusi : redup setinggi ICS IV
hemithorax dextra
Auskultasi : bunyi napas
bronkovesikuler, bunyi napas
menurun pada hemithorax dextra.
Terdapat ronkhi di kedua
lapangan paru. Wheezing tidak
ada
Lab :
RBC 4,28x10^6 U/L; Hb 11.3
gr/dl; MCH 26,4 pg; MCHC 30,7
gr/dl; WBC 9,19x10^3 U/L; Neut
80,1%; Lymp 11,1%; Mono
7,1%; HCT 36,8%
CXR :efusi pleura dextra,
pneumoni bilateral

3. Tetraparese S :Pasien mengalami Pemeriksaan • Mecobalamin


LMN ec kelemahan pada kedua neurologis 500 mcg/24
tangan dan kedua tungkai jam/iv
miopati
yang dialami sejak 3 tahun • Vitamin E 1
yang lalu. Awalnya tablet/24jam/or
kelemahan mulai muncul al
pada kaki kanan kemudian • Prednison
lama-kelamaan dialami 5mg/8jam/pral
pada semua anggota gerak. • Omeprazole
O : DESKRIPSI UMUM 40mg/12jam/iv
• Sakit berat/ Gizi kurang/
GCS E4M6V5 (compos
mentis)
TANDA VITAL
• Tekanan Darah : 120/70
mmHg
• Nadi :84 kali/menit,
regular, kuat angkat
• Pernapasan : 22
kali/menit, Sp O2: 99%
dengan modalitas O2
2L/menit
• Suhu : 37oC
Ekstremitas
K: 2 2
1 1
T: ↓ ↓
↓ ↓
Atrofi otot: + +
+ +
Kelemahan pada
ekstremitas atas (+),
sensorik baik
Kelemahan pada
ekstremitas bawah (+),
sensorik baik

G. FOLLOW UP

Tangg Subjektif Objektif Assessment Planning Terapi


al

13/10 Sesak napas KU : Sakit  Tuberkulos • Cek ulang • N-Asetilsistein


/ 2018 sesekali berat/gizi kurang/ is paru sputum BTA 200 mg/8
compos mentis bakteriolog hari ke 14 jam/oral
Nyeri dada
is kasus
ada TD: 110/70mmHg baru on • Oksigen 2L/menit

Batuk N: 84 kali/menit treatment • OAT kategori I


berdahak OAT
P: 22 kali/menit kategori 1 • Infus NaCl 0,9%
hari ke 15 20tpm
S: 36,40C
 Efusi
Thoraks : pleura • N-Asetilsistein
dextra 200 mg/8
Inspeksi :
 Tetraparese jam/oral
pergerakan dada
LMN ec
simetris miopati • Oksigen 2L/menit

Palpasi : nyeri • OAT kategori I


tekan tidak ada,
• Infus NaCl 0,9%
vokal fremitus
20tpm
melemah pada
hemithorax
dextra setinggi
ICS III

Perkusi : redup
setinggi ICS IV
hemithorax
dextra

Auskultasi : bunyi
napas
bronkovesikuler,
bunyi napas
menurun pada
hemithorax
dextra. Terdapat
ronkhi di kedua
lapangan paru.
Wheezing tidak
ada

14/10 Sesak napas KU : Sakit  Tuberkulos • Cek ulang • N-Asetilsistein


/ 2018 sesekali berat/gizi kurang/ is paru sputum BTA 200 mg/8
compos mentis bakteriolog hari ke 14 jam/oral
Nyeri dada
is kasus
ada TD: 110/70mmHg baru on • Periksa AGD • Oksigen 2L/menit
treatment dan darah
Batuk N: 92 kali/menit • OAT kategori I
OAT rutin
berdahak
P: 24 kali/menit kategori 1 • Infus NaCl 0,9%
Demam ada hari ke 15 20tpm
S: 37,90C
 Efusi
• N-Asetilsistein
Thoraks : pleura
200 mg/8
dextra
Inspeksi : jam/oral
 Tetraparese
pergerakan dada LMN ec • Oksigen 2L/menit
simetris miopati
• OAT kategori I
Palpasi : nyeri
tekan tidak ada, • Infus NaCl 0,9%
vokal fremitus 20tpm
melemah pada
hemithorax
dextra setinggi
ICS III

Perkusi : redup
setinggi ICS IV
hemithorax
dextra

Auskultasi : bunyi
napas
bronkovesikuler,
bunyi napas
menurun pada
hemithorax
dextra. Terdapat
ronkhi di kedua
lapangan paru.
Wheezing tidak
ada

15/10 Sesak napas KU : Sakit  Tuberkulos • Cek ulang • N-Asetilsistein


/ 2018 sesekali berat/gizi kurang/ is paru sputum BTA 200 mg/8
compos mentis bakteriolog hari ke 14 jam/oral
Nyeri dada
is kasus
ada TD: 110/70mmHg baru on • Periksa AGD, • Oksigen 2L/menit
treatment darah rutin,
Batuk N: 64 kali/menit • OAT kategori I
OAT elektrolit dan
berdahak
P: 24 kali/menit kategori 1 fungsi hati • Infus NaCl 0,9%
Demam ada hari ke 15 20tpm
S: 37,60C
 Efusi
• N-Asetilsistein
Thoraks : pleura
200 mg/8
dextra
Inspeksi : jam/oral
 Tetraparese
pergerakan dada LMN ec • Oksigen 2L/menit
simetris miopati
• OAT kategori I
Palpasi : nyeri
tekan tidak ada, • Infus NaCl 0,9%
vokal fremitus 20tpm
melemah pada
hemithorax
dextra setinggi
ICS III

Perkusi : redup
setinggi ICS IV
hemithorax
dextra

Auskultasi : bunyi
napas
bronkovesikuler,
bunyi napas
menurun pada
hemithorax
dextra. Terdapat
ronkhi di kedua
lapangan paru.
Wheezing tidak
ada
BAB 2

MATERI KASUS

1. TUBERKULOSIS
a. Pengerian
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.

b. Epidemiologi
Berdasarkan WHO pada tahun 2015, prevalensinya mencapai 9,6 juta orang dengan
kematian mencapai 1,5 juta jiwa dengan angka kematian 320 ribu jiwa diantaranya
meninggal dengan positif HIV. Adapun 3 negara dengan angka kejadian TB tertinggi
di dunia adalah India, Indonesia, dan China. Sedangkan di Indonesia tahun 2015
ditemukan sebanyak 330.910 kasus.

c. Faktor Resiko
1. Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup
2. Lamanya waktu sejak terinfeksi
3. Usia dan jenis kelamin
4. daya tahan tubuh rendah
5. komorbid penyakit lain

d. klasifikasi TB
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
- Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru. Tuberkulosis
milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang terletak dalam paru.
- TB ektraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti pleura,
kelenjar getah bening (termasuk mediastinum dan/atau hilus), abdomen, traktus
genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput otak.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi


Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:
- Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat quality
external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak tersebut
berasal dari dahak pagi hari. Saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa
laboratorium yang memenuhi syarat EQA.
- Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan syarat
EQA, maka TB paru BTA positif adalah:
o Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil
pemeriksaan foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan
oleh klinisi, atau
o Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kultur M.
tuberculosis positif.

Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:


Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.

Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif pada laboratorium yang
memenuhi syarat EQA

Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTA negatif untuk
memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan prevalens HIV > 1% atau pasien
TB dengan kehamilan ≥ 5%
ATAU

Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum memiliki
fasilitas kultur M.tuberculosis

Memenuhi kriteria sebagai berikut:

- Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu
dibawah ini:
- Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV, atau
- Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalens HIV rendah),
tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian antibiotik spektrum luas
(kecuali antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan
aminoglikosida)
Kasus Bekas TB:
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2
bulan) menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi

3. Berdasarkan Riwayat Sebelumnya

Pencatatan kasus Hasil Hasil pengobatan sebelumnya


BTA

Baru +/- -

Riwayat Kambuh +/- Sembuh


pengobatan
sebelumnya Pengobatan lengkap

Gagal + Pengobatan gagal

Lalai + Lalai berobat

Pindah +/- Masih dalam pengobatan

Lain-lain +/- Untuk semua kasus yang tidak memenuhi


kriteria diatas, seperti:

 Pasien dengan riwayat pengobatan tidak


diketahui sebelumnya
 Pasien dengan riwayat pengobatan
sebelumnya tetapi tidak diketahui hasil
pengobatan
 Pasien yang datang kembali untuk
pengobatan dengan hasil dahak BTA
negatif atau bakteriologis ekstraparu TB
negatif

4. Status HIV
Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan.
Akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan TB-HIV.

e. Diagnosis

Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).

1. Gejala respiratori:

 Batuk  2 minggu
 Batuk darah
 Sesak napas
 Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat
medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2. Gejala sistemik:

 Demam
 Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun

3. Gejala TB ekstraparu

Gejala TB ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada


limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening. Pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis. Pada
pleuritis TB terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan.

PEMERIKSAAN FISIS

Pada pemeriksaan fisis kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2),
serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan
antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.Pada pleuritis TB,
kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura.
Pada perkusi ditemukan redup atau pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.Pada limfadenitis
TB, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan
kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran
kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess

Pemeriksaan Bakteriologi
1. sputum BTA
Bahan pemeriksaan
Sputum
Cairan pleura
Liquor cerebrospinalis
Bilasan bronkus
Bilasan lambung

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung


Disease) :
• Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang : (-)
• 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan
(scanty)
• 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang : (1+)
• 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang : (2+)
>10 BTA dalam 1 lapang pandang : (3+)
2. Gene XPERT
3. kultur

Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi aktif:
– Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah.
– Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
– Bayangan bercak milier.
– Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:


• Fibrotik
• Kalsifikasi
• Kompleks ranke
Penebalan Pleura
f. Pengobatan

Tujuan pengobatan TB adalah:


Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas
Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya
Mencegah kekambuhan
Mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain
Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya

Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada
umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.

OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

1. Jenis obat lini pertama adalah:

INH
Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
2. Jenis obat lini kedua adalah:

Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid/Protionamid
Para-Amino Salisilat (PAS)

Tabel jenis dan dosis OAT

Obat Dosis Dosis yg Dosis Dosis (mg) / berat


dianjurkan maks/hr badan (kg)/hr
(Mg/Kg (mg)
Harian Inter- < 40 40- >60
BB/Hari)
(mg/ mitten 60
kgBB / (mg/Kg
hari) /BB/kali)

R 8-12 10 10 600 300 450 600

H 4-6 5 10 300 300 300 300

Z 20-30 25 35 750 1000 1500

E 15-20 15 30 750 1000 1500

S* 15-18 15 15 1000 Sesuai 750 1000


BB

Tabel Dosis Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap

Fase intensif Fase lanjutan

2-3 bulan 4 bulan

BB Harian Haria 3x/minggu


n

(RHZE) (RH) (RH)

150/75/400/27 150/75 150/150


5

30-37 2 2 2

38-54 3 3 3

55-70 4 4 4

>71 5 5 5
g. Pengobatan suportif

1. Penderita rawat jalan


a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita tuberkulosis,
kecuali untuk penyakit komorbidnya)
b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam. Bila perlu dapat
diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.
2. Penderita rawat inap
a. Indikasi rawat inap : TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
- Batuk darah (profus)
- Keadaan umum buruk
- Pneumotoraks
- Empiema
- Efusi pleura masif / bilateral
- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
TB di luar paru yang mengancam jiwa :
- TB paru milier
- Meningitis TB
b. Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan
indikasi rawat

h. Evaluasi Pengobatan

Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek samping obat,
serta evaluasi keteraturan berobat.

Evaluasi klinis

 Pasien dievaluasi secara periodic.


 Evaluasi terhadap respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi penyakit.
 Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisis.

Evaluasi bakteriologi (0 - 2 - 6 /8 bulan pengobatan)

 Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak.


 Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis.
- Sebelum pengobatan dimulai

- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)

- Pada akhir pengobatan


 Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.

Evaluasi radiologi (0 - 2 – 6/8 bulan pengobatan)

Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:

 Sebelum pengobatan.
 Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga
dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan).

 Pada akhir pengobatan.

Evaluasi pasien yang telah sembuh

Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2
tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan.
Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks (sesuai
indikasi/bila ada gejala)
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI. ISBN: 978-602-235-733-9
2. KepMenKes Nomor 364/MENKES/SK/V/2009
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis.
4. Persatuan Dokter Paru Indonesia. 2013. Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan TB di
Indonesia. Jakarta: PDPI
5. Rab, T. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Trans Info Media. Jakarta: 157-61
6. Fatiyya I. 2011, Pedoman diagnostik dan Penatalaksanaan di Indonesia,
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta.Revisi pertama, Juli 2011.
7. International Standards of Tuberculosis Care, 2014

Anda mungkin juga menyukai