Oleh:
KELOMPOK 2
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Nur Fajar Budi
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.PK(K)
Pembimbing,
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. MH
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl. Lahir : 28-10-1989
Agama : Islam
Pekerjaan : Honorer bidan
Alamat : Maluku Utara
Rumah Sakit : Ruang Isolasi perawatan IC Lantai 2
MR : 857852
Tanggal Masuk : 02-10-2018
B. SUBJEKTIF
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Batuk
Anamnesis Terpimpin :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk sejak Januari 2018 dan
memberat sejak 2 minggu yang lalu. Batuk disertai dahak, awalnya berwarna
hijau dan sekarang berwarna putih, tidak ada bercak kemerahan. Ada sesak napas,
kadang-kadang disertai nyeri dada. Demam ada, hilang timbul disertai keringat
malam tanpa aktifitas ada, nafsu makan biasa dan rasa mudah lelah. Ada
penurunan berat badan perlahan sejak 3 tahun yang lalu. Pasien juga mengalami
kelemahan pada kedua tangan dan kedua tungkai yang dialami sejak 3 tahun yang
lalu. Awalnya kelemahan mulai muncul pada kaki kanan kemudian lama-
kelamaan dialami pada semua anggota gerak.
C. OBJEKTIF
1. Deskripsi Umum
Sakit berat/Gizi kurang/GCS E4M6V5 (compos mentis)
BB: 38 TB: 152 IMT:16,4 kg/m2
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 kali/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 22 kali/menit,
Suhu : 38,1oC
3. Head To Toe
Kepala
Ekspresi: Biasa
Muka: Simetris kiri dan kanan
Deformitas: Tidak ada
Rambut: Hitam, tidak mudah dicabut
Mata
Eksoftalmus/Enoftalmus: Tidak ada
Gerakan: Dalam batas normal
Kelopak mata: tidak ada edema
Konjungtiva: Tidak pucat
Eksoftalmus/Enoftalmus: Tidak ada
Gerakan: Dalam batas normal
Kelopak mata: tidak ada edema
Konjungtiva: Tidak pucat
Telinga
Eksoftalmus/Enoftalmus: Tidak ada
Gerakan: Dalam batas normal
Kelopak mata: tidak ada edema
Konjungtiva: Tidak pucat
Hidung
Perdarahan: Tidak ada
Rinorhea: Tidak ada
Mulut
Bibir: Tidak pucat, tidak kering
Gigi: Tidak ada caries
Perdarahan gusi tidak ada
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-),tremor (-),hiperemis(-) bercak putih(-)
Leher
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
Leher
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
Thorax
Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan saat dinamis
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, vokal fremitus melemah pada
hemithorax dextra setinggi ICS III
Perkusi : redup setinggi ICS IV hemithorax dextra
Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler, bunyi napas menurun pada
hemithorax dextra. Terdapat ronkhi di kedua lapangan paru.
Wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising jantung tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Ascites (-)
Punggung :
Inspeksi : Tidak ada skoliosis
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-) Nyeri ketok (-)
Perkusi : batas paru dalam batas normal
Auskultasi : bunyi napas menurun pada hemithorax dextra
Extremitas
K: 2 2 T: ↓ ↓ Atrofi otot : + +
1 1 ↓ ↓ + +
Kelemahan pada ekstremitas atas (+), sensorik baik
Kelemahan pada ekstremitas bawah (+), sensorik baik
Edema (-)
Akral hangat
Clubbing finger (-)
HASIL
PEMERIKSAAN NORMAL
2/10/2018 15/10/2018
pH 7.352 7.35-7.45
BE 11.8 -2 sd +2
mmol/L
5. Elektrolit (15/10/2018)
6. Mikrobiologi (05/109/2018)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKA
N
Jenis spesimen Sputum -
Aktifitas gram Gram positif dan gram negatif Tidak ditemukan
Bentuk dan konfigur Coccus berpasangan dan basil Tidak ditemukan
asi tunggal
Kuantitas Positif (1+) dan (1+) Tidak ditemukan
Sel lain Leukosit (1+) dan epitel sel (1 Tidak ditemukan
+)
Pewarnaan BTA 1 Negatif Tidak ditemukan
Pewarnaan BTA 2 Negatif Tidak ditemukan
Pewarnaan BTA 3 Negatif Tidak ditemukan
7. RADIOLOGI
Kesan :
E. DIAGNOSIS KERJA
Tuberkulosis paru bakteriologis kasus baru on treatment OAT kategori 1 hari
ke 15
Efusi pleura dextra
Tetraparese LMN ec miopati
F. ASSESMENT
2. Efusi pleura •
S :Pasien batuk dan sesak napas, Foto thorax • Pungsi pleura
dextra kadang-kadang disertai nyeri PA/lateral • Pemeriksaan BTA
dada. Demam ada, hilang timbul. cairan pleura
Nafsu makan biasa dan rasa • Analisa cairan
mudah lelah. pleura
O : DESKRIPSI UMUM
• Sakit berat/ Gizi kurang/
GCS E4M6V5 (compos
mentis)
TANDA VITAL
• Tekanan Darah : 120/70
mmHg
• Nadi :84 kali/menit,
regular, kuat angkat
• Pernapasan : 22
kali/menit, Sp O2: 99%
dengan modalitas O2
2L/menit
• Suhu : 37oC
Thoraks :
Perkusi : redup setinggi ICS IV
hemithorax dextra
Auskultasi : bunyi napas
bronkovesikuler, bunyi napas
menurun pada hemithorax dextra.
Terdapat ronkhi di kedua
lapangan paru. Wheezing tidak
ada
Lab :
RBC 4,28x10^6 U/L; Hb 11.3
gr/dl; MCH 26,4 pg; MCHC 30,7
gr/dl; WBC 9,19x10^3 U/L; Neut
80,1%; Lymp 11,1%; Mono
7,1%; HCT 36,8%
CXR :efusi pleura dextra,
pneumoni bilateral
G. FOLLOW UP
Perkusi : redup
setinggi ICS IV
hemithorax
dextra
Auskultasi : bunyi
napas
bronkovesikuler,
bunyi napas
menurun pada
hemithorax
dextra. Terdapat
ronkhi di kedua
lapangan paru.
Wheezing tidak
ada
Perkusi : redup
setinggi ICS IV
hemithorax
dextra
Auskultasi : bunyi
napas
bronkovesikuler,
bunyi napas
menurun pada
hemithorax
dextra. Terdapat
ronkhi di kedua
lapangan paru.
Wheezing tidak
ada
Perkusi : redup
setinggi ICS IV
hemithorax
dextra
Auskultasi : bunyi
napas
bronkovesikuler,
bunyi napas
menurun pada
hemithorax
dextra. Terdapat
ronkhi di kedua
lapangan paru.
Wheezing tidak
ada
BAB 2
MATERI KASUS
1. TUBERKULOSIS
a. Pengerian
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.
b. Epidemiologi
Berdasarkan WHO pada tahun 2015, prevalensinya mencapai 9,6 juta orang dengan
kematian mencapai 1,5 juta jiwa dengan angka kematian 320 ribu jiwa diantaranya
meninggal dengan positif HIV. Adapun 3 negara dengan angka kejadian TB tertinggi
di dunia adalah India, Indonesia, dan China. Sedangkan di Indonesia tahun 2015
ditemukan sebanyak 330.910 kasus.
c. Faktor Resiko
1. Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup
2. Lamanya waktu sejak terinfeksi
3. Usia dan jenis kelamin
4. daya tahan tubuh rendah
5. komorbid penyakit lain
d. klasifikasi TB
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
- Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru. Tuberkulosis
milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang terletak dalam paru.
- TB ektraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti pleura,
kelenjar getah bening (termasuk mediastinum dan/atau hilus), abdomen, traktus
genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput otak.
Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif pada laboratorium yang
memenuhi syarat EQA
Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTA negatif untuk
memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan prevalens HIV > 1% atau pasien
TB dengan kehamilan ≥ 5%
ATAU
Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum memiliki
fasilitas kultur M.tuberculosis
- Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu
dibawah ini:
- Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV, atau
- Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalens HIV rendah),
tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian antibiotik spektrum luas
(kecuali antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan
aminoglikosida)
Kasus Bekas TB:
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2
bulan) menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi
Baru +/- -
4. Status HIV
Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan.
Akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan TB-HIV.
e. Diagnosis
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
1. Gejala respiratori:
Batuk 2 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat
medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik:
Demam
Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
3. Gejala TB ekstraparu
PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisis kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2),
serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan
antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.Pada pleuritis TB,
kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura.
Pada perkusi ditemukan redup atau pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.Pada limfadenitis
TB, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan
kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran
kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess
Pemeriksaan Bakteriologi
1. sputum BTA
Bahan pemeriksaan
Sputum
Cairan pleura
Liquor cerebrospinalis
Bilasan bronkus
Bilasan lambung
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi aktif:
– Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah.
– Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
– Bayangan bercak milier.
– Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada
umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
2. Jenis obat lini kedua adalah:
Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid/Protionamid
Para-Amino Salisilat (PAS)
30-37 2 2 2
38-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>71 5 5 5
g. Pengobatan suportif
h. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek samping obat,
serta evaluasi keteraturan berobat.
Evaluasi klinis
Sebelum pengobatan.
Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga
dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan).
Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2
tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan.
Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks (sesuai
indikasi/bila ada gejala)
DAFTAR PUSTAKA