Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Demam berdarah dengue


1.1.1 Pengertian Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, Nainggolan, Chen, 2006).
1.1.2 Etiologi Demam berdarah dengue
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, Nainggolan,
Chen, 2006).

1.1.3 Pathofisiologi Demam berdarah dengue


Tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus Dengue, yaitu
manusia, virus dan vektor perantara. Virus Dengue ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Irianto, 2014).
Nyamuk Aedes aegypti betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat
menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase viremia yaitu 2 hari
sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12
hari dan tetap infektif selama hidupnya. Virus akan ditularkan ketika nyamuk tersebut
menggigit orang lain .Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-4 hari (rata-
rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak yaitu demam,
pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala
lainnya (Kemenkes RI, 2011).
1.1.4 Manifestasi Klinik
Penyakit ini ditujukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai
sakit kepala berat, sakit pada sendi otot (myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam
Demam Berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul
dulu pada bagian bawah, badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga
menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut juga bisa muncul dengan
kombinasi sakit perut, rasa mual, muntah-muntah/ diare.
Menurut Ginanjar (2008), Kriteria klinis DBD meliputi:
1) Demam tinggi berlangsung dalam waktu singkat, yakni antara 2-7 hari, yang dapat
mencapai 40 derajat celcius. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti
tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta
rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita), dan wajah yang kemerah-
merahan (flushing) .
2) Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan
pada kulit seperti tes Rumppleede(+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar
berdarah berwarna merah kehitaman (melena) .
3) Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali).
4) Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan
cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran dan
renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai
gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes
serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa
antibody total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
 Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
 Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
 Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke-3 demam.
 Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
 Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
 SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
 Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
 Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

 Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.

 Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.


IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.

IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.

 Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang
dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. (WHO,
2006)

Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada
kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. (WHO, 2006)
1.1.6 Penatalaksanaan
Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas
nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran.Perawatan kita berikan sesuai
dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit.
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit
karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri
epigastrium, dan perputaran bola mata.Perawat: istirahat baring, makanan lunak
(bila belum ada nafsu makandianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari),
diberi kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan,
diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik
bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara, bila
penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak
terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin
membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai
dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus, jangan
menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan
pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan
memburuk segera lapor dokter.
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung
menurun, penderita mengalami pre shock/ shock. Perawatan: mengatur posisi tidur
penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan kepala extensi, membuka jalan
nafas dengan cara pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari
mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal pergi,
kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan transfusi atas izin dokter, bila
penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian kebersihan kulit juga pakaian
bersih dan kering.
1.1.7 Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak
disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau
perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati
DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis
pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang
menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak.
Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati
akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis,maka bila syok
telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- dan
jumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar
dengan larutan NaCl (0,9%) :
glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg
BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya
kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K
intravena 3-10 mg
selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu
diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit.
Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk
mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan
tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah)
untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau
komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi
tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek.
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah
teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml
/ kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan
volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat
sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima
sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh
karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi
plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan
terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru
pada foto rontgen dada. Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan
semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock
syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalahsebagai berikut:
a. Dehidrasi
b. Pendarahan
c. Jumlah platelet yang rendah
d. Hipotensi
e. Bradikardi
f. Kerusakan hati
1.1.8 Penatalaksanaan Diet Tinggi protein tinggi energi
1. Gambaran umum
Diet tinggi protein tinggi energi tadalah diet yang mengandung energi dan
protein di atas kebutuhan normal.diet diberikan dalam bentuk biasa ditambah
bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu,telur,dan daging,atau dalam
bentuk minuman enteral energi tinggi protein tinggi.Die diberikan bila pasien talah
mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet tinggi protein tinggi energi untuk penyakit demam berdarah dengue
adalah untuk :
a. Memberikan makanan dan cairan secukupnya untuk memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak serta mencegah komplikasi pendarahan
b. Mempertahankan status gizi optimal/ menambah bb hingga mencapai normal
3. Syarat Diet
a. Energi tinggi yaitu 40-45 kkal/kg BB
b. Protein tinggi yaitu 2,0-2,5 gr/kg BB
c. Lemak cukup yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebuthan normal
f. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna

4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian


Ada dua jenis diet yang diberikan menurun berat badan pasien, yaitu :
a. Diet tinggi energi tinggi protein I :
Energi 2600 kkal,protein 100 g (2g/kg BB)
b. Diet tinggi energi tinggi protein II :
Energi 3000 kkal,protein 125 g (2,5g/kg BB)

5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


Tabel 1.2 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Nasi,roti,mi,makaroni,dan hasil
olah tepung-tepungan lain
seperti cake,tarcis,puding dan
pastri ,dodol,ubi ,karbohidrat
sederhana seperti gula
Sumber Protein Telur, daging, ikan, ayam, susu Dimasak dengan
dan hasil olahan seperti keju dan banyak minyak atau
yoghurt custard dan es krim kelapa/santan

Sumber protein nabati Semua jenis kacang-kacangan Dimasak dengan


dan hasil olahan seperti banyak minyak atau
tahu,tempe dan pindakas kelapa/santan

Sayuran Semua jenis sayuran,terutama Dimasak dengan


jenis B,seperti banyak minyak atau
bayam,buncis,daun kelapa/santan
singkong,kacang panjang,labu
siam dan wortel direbus,dikukus
dan ditumis
Buah-buahan Semua jenis buah segar,buah
kaleng,buah kering dan jus buah
Sumber lemak Minyak Santan kental
goreng,mentega,margarin,santan
encer ,salad dressing
Bumbu Bumbu tidak tajam,seperti Bumbu yang
bawang merah,bawang tajam,seperti cabe
putih,laos,salam dan kecap dan merica
6. Contoh Menu Sehari Diet Rendah Protein
Tabel 1.3 Contoh Menu Sehari
Pagi : Siang : Malam :
Nasi Nasi Nasi
Telur dadar Ikan bb acar Daging empal
Daging semur Ayam goreng Telu balado
Ketimun+ tomat iris Tempe bacem Sup sayuran
Susu Sayur asam Pisang
Pepaya
Selingan (Pukul 10.00) Selingan (Pukul Selingan (Pukul 20.00)
: 16.00) : :
Bubur kacang hijau susu Telur ½ matang
Susu Formula komersial
(Almatsier, 2004)

Anda mungkin juga menyukai