Anda di halaman 1dari 46

PEDOMAN

PELAYANAN SANITASI LINGKUNGAN


DI RSUD

TAHUN 2015

Disahkan oleh :
Direktur RSUD

PEDOMAN PELAYANAN SANITASI LINGKUNGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat


berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Sehingga untuk
menghindari risiko dan gangguan kesehatan tersebut rumah
sakit menyelenggarakan pelayanan sanitasi lingkungan RS.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
adalah melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam
pelayanan sanitasi dirumah sakit. Pelayanan sanitasi RS meliputi
penyehatan ruang bangunan dan lingkungan RS, penyehatan dan
hygiene sanitasi makanan-minuman RS, penyediaan air bersih,
pengelolaan limbah, pengelolaan tempat pencucian linen laundry,
desinfeksi dan sterilisasi, pengendalian serangga dan binatang
pengganggu, penyuluhan kesehatan lingkungan RS.

B. Tujuan Pedoman.
Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sanitasi lingkungan di rumah
sakit.
Tujuan Khusus :
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan sanitasi
lingkungan di rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk memberikan pelayanan sanitasi
lingkungan RS.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya
infeksi nosokomial RS.
d. Untuk menjamin kenyamanan dan keamanan disetiap unit
penyalanan di rumah sakit

C. Ruang Lingkup Pelayanan.


a.Penyehatan ruang bangunan dan lingkungan RS
b.Penyehatan dan hygiene sanitasi makanan minuman
c. Penyediaan air bersih
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian linen laundry
f.Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
g. Desinfeksi dan sterilisasi
h. Penyuluhan kesling RS

D. Batasan Operasional
a. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua
ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah
saki (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan
untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.
b. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah
intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam
ruang bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif
c. Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam
ruang bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan
penghuni ruangan.
d. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan.
e. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan
atau kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya
dan
f. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan
dan minuman yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk
pasien dan karyawan; makanan dan minuman yang dijual
didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah
sakit.
g. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan,
mencuci piring, membuang bagian makanan yang rusak.
h. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.
i. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
j. Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci,
alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja
dan meja setrika.
k. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan
binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak
menjadi vektor penularan penyakit.
l. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau
menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang,
peralatan bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi
dengan cara fisik dan kimiawi.
m. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan
jumlah mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak
termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
n. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua
mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.
o. Promosi higiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan
tentang higiene dan sanitasi rumah sakit kepada
pasien/keluarga pasien dan pengunjung, karyawan terutama
karyawan baru serta masyarakat sekitarnya agar mengetahui,
memahami, menyadari, dan mau mmbiasakan diri berperilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan
fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
p. Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan
tentang yang berkaitan dengan PHBS yang sasarannya
ditujukan kepada karyawan.

A. Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS


1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas
yang kelas, dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak
memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk
dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan
luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang
memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir.
Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan
fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas
rokok
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi
penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek,
atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke
saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air
masuk dan disesuaikan dengan luas halaman
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup
dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan
instalasi pengolahan limbah.
h. Tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat
tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat
sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu
dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara
kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan,
sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan
berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan
binatang pengganggu lainnya.

2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit


a. Lantai
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air
limbah
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk
konus/lengkung agar mudah dibersihkan
b. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan
cat yang mengandung logam berat
c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di
dalam kamar/ruang dengan baik.
2) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya
pergantian udara dengan baik, kamar atau ruang harus
dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan
dengan peruntukkan ruangan.
d. Atap
1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya.
2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi
penangkal petir.
e. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus anti rayap.
f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak
terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk Aedes.
g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air
limbah, gas, listrik, sistem pengawasan, sarana
telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan
pelayanan kesehatan.
2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan
dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif
untuk menghindari pencemaran air minum.
i. Lalu Lintas Antar Ruangan
a) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus
didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk
letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan
komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko
terjadinya kecelakaan dan kontaminasi
b) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi
dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm
suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami
oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus
dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat
yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
c) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau
dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian
darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
j. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam
kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai
dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu
dengan mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko
terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :
a. Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang
komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang
resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.
1) Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang
2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan
antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
3) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau
bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan,
kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari
lantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10
meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari
lantai.
5) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak
menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus
dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster) .
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit
menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu
pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang
sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan
intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical
imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
2) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
3) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap,
dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar
yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan
tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan
kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai
dengan dinding harus berbentuk konus
5) Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang
kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat,
dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
6) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
7) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut,
ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan
ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-
langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan
aman, berwarna terang.
2) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan
semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan dan berwarna terang.
5) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang
sebelum pemasangan langit-langit
6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap
pakai
7) Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri
yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang
terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2
meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam
kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk
ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus
menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air)
System
8) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara
luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
9) Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam
ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke
ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket
yang dapat diuka dan ditutup.
10) Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui
bawah lantai atau di atas langit-langit.
11) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.

4. Kualitas Udara Ruang


Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit :

No Ruang / unit Konsentrasi maksimum


1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan prematur 200
7 ICU 200
8 Jenazah 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Ruang adminstrasi 200-500
16 Ruang luka bakar 200

5. Pencahayaan

Intensitas Cahaya
No Ruangan atau Unit Keterangan
(Lux)
1 Ruang pasien : saat tidak tidur 100 – 200 warna cahaya sedang
: saat tidur Maksimal 50
2 Ruang operasi umum 300-500
Warna cahaya sejuk,
3 Meja operasi 10.000-20.000 tanpa bayangan
4 Anestesi , pemulihan 300 - 500
5 Endoskopy 75 - 100
6 sinar x min 60
7 Koridor min 100
8 Tangga min 100
9 Administrasi / kantor min 100
10 ruang alat / gudang min 200
11 Farmasi min 200
12 Dapur min 200
13 ruang cuci min 100
14 Toilet min 100
15 ruang isolasi khusus tetanus 0,1-0,5 warna cahaya biru
16 ruang luka bakar 100 - 200

6. Suhu , kelembaban
No Ruang / unit Suhu (°C ) Kelembaban Tekanan
1 Operasi 19-24 45-60 positif
2 ruang bersalin 24-26 45-60 positif
3 pemulihan / perawatan 22-24 45-60 seimbang
4 observasi bayi 21-24 45-60 seimbang
5 perawatan bayi 22-26 35-60 seimbang
6 perawatan prematur 24-26 35-60 positif
7 ICU 22-23 35-60 positif
8 jenazah / autopsi 21-24 − negatif
9 penginderaan medis 19-24 45-60 seimbang
10 Lab 22-26 35-60 negatif
11 Radiologi 22-26 45-60 seimbang
12 Sterilisasi 22-30 35-60 negatif
13 Dapur 22-30 45-60 seimbang
14 UGD 19-24 45-60 positif
15 Administrasi 21-26 − seimbang
16 ruang luka bakar 24-26 35-60 positif

7. Kebisingan

Kebisingan max (waktu pemaparan 8


No Nama Ruang
jam dalam satuan dBA)
1 Ruang pasien : saat tidak tidur 45
: saat tidur 40
2 ruang operasi umum 45
3 anestesi , pemulihan 45
4 endoskopi, laboratorium 65
5 sinar x 40
6 Koridor 40
7 Tangga 45
8 kantor / lobby 45
9 ruang alat / gudang 45
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 ruang cuci 78
13 ruang isolasi 40
14 ruang poli gigi 80

Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai


berikut :
- Ruang Operasi : 0 - 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas gangren
- Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
- Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
- Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2

B. Penyehatan dan hygiene sanitasi makanan minuman


1. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan
a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel
makanan dan pada minuman angka kuman E.Coli harus
0/100 ml sampel minuman.
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada
kuman E. Coli.
c. Makanan yang mudah membususk disimpan dalam suhu
panas lebih dari 65,5° atau dalam suhu dingin kurang dari 4°
Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan
suhu – 5° C sampai -1° C.
d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu
± 10° C.
e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai
berikut :
Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan :
Jenis Bahan Di gunakan untuk
Makanan 3 hari atau kurang 1 minggu atau kurang 1 minggu atau lebih
Ikan udang dan
olahannya -5° C sampai 0° C -10° C sampai -5° C Kurang dari -10° C
Telur, susu dan
olahannya 5° C sampai 7° C -5° C sampai 0° C Kurang dari -5° C
Sayur, buah dan
minuman 10° C 10° C 10° C
Tepung dan biji 25° C 25° C 25° C

f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %


g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada
lantai, dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
2) Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
C. Penyediaan air bersih
Kualitas Air Minum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat
-syarat dan pengawasan Kualitas Air Minum.
1. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans
kualitas air antara lain meliputi :
a. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih;
b. Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air;
c. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan
laboratorium; dan
d. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.
2. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih
rumah sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis
inspeksi sanitasi sarana penyediaan air sesuai dengan petunjuk
yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM dan PL, Departemen
Kesehatan
3. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air inum
dan/atau air bersih rumah sakit tercantum dalam Tabel :
JUMLAH MINIMAL SAMPEL PER BULAN
JUMLAH TT MIKROBIOLOGI
AIR MINUM AIR BERSIH
25-100 4 4
101-400 6 6
401-1000 8 8

4. Pemeriksaan kimia air minum dan/atau air bersih dilakukan


minimal 2 (dua) kali setahun (sekali pada musim kemarau dan
sekali pada musim hujan) dan titik pengambilan sampel masing-
masing pada tempat penampungan (reservoir) dan keran terjauh
dari reservoir.
5. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik
terutama pada air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar
bersalin, kamar bayi, dan ruang makan, tempat penampungan
(reservoir), secara acak pada kran-kran sepanjang sistem
distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain yang rawan
pencemaran.
6. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan
kualitas air untuk pengukuran sisa khlor bila menggunakan
disinfektan kaporit, pH dan kekeruhan air minum atau air bersih
yang berasal dari sistem perpipaan dan/atau pengolahan air
pada titik/tempat yang dicurigai rawan pencemaran.
7. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan
lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan
pemeriksaan laboratorium.
8. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter
yang menyimpang dari standar maka harus dilakukan
pengolahan sesuai parameter yang menyimpang.
9. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukkan tingkat
risiko pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan
perbaikan sarana.

D. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Identifikasi limbah
a) Padat
b) Cair
c) Tajam
d) Infeksius
e) Non infeksius
2) Pemisahan
a) Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
b) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
c) Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
d) Limbah cair segera dibuang ke wastafel atau bak cuci
saluran IPAL
3) Labeling
a) Limbah padat infeksius
 Plastik kantong kuning
 Kantong warna lain tapi diikat tali warna lain
b) Limbah padat non infeksius
 Plastik kantong warna hitam
c) Limbah benda tajam
 Wadah tahan tusuk dan air
 Safety box
4) Kontainer sampah / tempat sampah
a) Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
b) Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa menggunakan kaki
c) Kontainer dalam keadaan bersih
d) Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak
berkarat
e) Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10-20 meter
f) Ikat limbah jika sudah terisi ¾ penuh
g) Kontainer limbah harus dicuci setiap hari
5) Penyimpanan
a) Simpan limbah ditempat penampungan sementara khusus
b) Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan
kuat
c) Beri label pada kantong plastik limbah
d) Setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan
sementara
e) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong
khusus
f) Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan dan tertutup
g) Tidak boleh ada yang tercecer
h) Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
i) Gunakan APD ketika menangani limbah
j) Tempat penampungan sementara harus diarea terbuka,
terjangkau oleh kendaraan, aman dan selalu dijaga
kebersihannya dan kondisi kering.
6) Pengangkutan
a) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
b) Tidak boleh ada yang tercecer
c) Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
d) Gunakan APD ketika menangani limbah

7) Pengolahan
a) Limbah infeksius dibakar dengan incenerator bekerja sama
dengan pihak ke-3
b) Limbah non infeksius di bawa ke TPA bekerja sama dengan
Dinas DPUP.
c) Limbah benda tajam dibakar dengan incenerator bekerjasama
dengan pihak ke-3.
d) Limbah cair dibuang ke wastafel atau bak cuci yang disalurkan
ke IPAL
e) Limbah feses, urine dibuang ke dalam WC yang disalurkan ke
IPAL.
Penanganan Limbah Benda Tajam :
1) Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam
2) Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
3) Segera buang benda tajam ke kontainer yang tersedia
tahantusuk dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi
4) Selalu buang sendiri oleh si pemakai
5) Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
6) Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan

E. Pengelolaan tempat pencucian linen laundry


1. Persyaratan
a. Suhu air panas untuk pencucian 70° C dalam waktu 25 menit
atau 95° C dalam waktu 10 menit
b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses
pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang
dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses
tidak mengandung 6 x 103 spora spesies Bacilus per inci
persegi.

2. Tata Laksana
a. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas
dan tekanan aliran yang memadai, air panas untuk
disinfeksi dan tersedia disinfektan.
b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat
dengan saluran pembuangan air limbah serta tersedia
mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen yang
tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen
yang berbeda.
c. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen
infeksius dan non infeksius.
d. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang
dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment)
sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
e. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai
kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih,
ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan
cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris
atau pengering untuk alat-alat termasuk linen.
f. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai Laundry
tersendiri, pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak
lain dan pihak lain tersebut harus mengikuti persyaratan
dan tatalaksana yang telah ditetapkan
g. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen
harus menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung
diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala,
serta dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.

F. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu


Surveilans
1) Nyamuk
a) Pengamatan jentik Aedes sp.
Pengamatan jentik dilakukan secara berkala di setiap
sarana penampungan air, sekurang-kurangnya setiap 1
(satu) minggu untuk mengetahui adanya atau keadaan
populasi jentik nyamuk, dilakukan secara rutin, dan tempat
yang potensial untuk perindukan nyamuk.
b) Pengamatan lubang dengan kawat kasa
Setiap lubang di dinding harus ditutup dengan kawat kasa
untuk mencegah nyamuk masuk.
c) Konstruksi pintu harus membuka ke arah luar.
2) Kecoa
a) Mengamati keberadaan kecoa yg ditandai dgn adanya
kotoran, telur kecoa, dan kecoa hidup atau mati di setiap
ruangan.
b) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan
senter, setiap 2 (dua) minggu.
c) Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera
dilakukan pemberantasan.
3) Tikus
Mengamati/memantau secara berkala setiap 2 (dua) bulan di
tempat-tempat yang biasanya menjadi tempat perkembang
biakan tikus yang ditandai dengan adanya keberadaan tikus,
antara lain : kotoran, bekas gigitan, bekas jalan, dan tikus
hidup. Ruang-ruang tersebut antara lain di daerah bangunan
tertutup (core) rumah sakit, antara lain dapur, ruang perawatan,
laboratorium, ICU, radiologi, UGD, ruangoperasi, ruang
genset/panel, ruang administrasi, kantin, ruang bersalin, dan
ruang lainnya.
4) Lalat
Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan
menggunakan fly grill pada daerah core dan pada daerah yang
biasa dihinggapi lalat, terutama di tempat yang diduga sebagai
tempat perindukan lalat seperti tempat sampah saluran pembuangan
limbah padat dan cair, kantin rumah sakit dan dapur.
5) Binatang pengganggu
Mengamati/memantau secara berkala kucing dan anjin
a. Pencegahan
1) Nyamuk
a) Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
Mengubur, Menguras, Menututp (3M)
b) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam
keadaan tertutup.
c) Pembersihan tananam sekitar rumah sakit secara berkala yang
menjadi tempat perindukan.
d) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan
kelambu terutama di ruang perawatan anak.
2) Kecoa
a) Menyimpan bahan makanan dan amkaan siap saji pada tempat
tertutup.
b) Pengelolaan sampah yang memenuhi sayarat kesehatan.
c) Menututp lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak
masuk ke dalam ruangan.
3) Tikus
a) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding,
plafon, pintu, dan jendela.
b) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat
kesehatan.
4) Lalat
a) Melakukan pengelolaan sampah/limbah yang memnuhi syarat
kesehatan.
5) Binatang pengganggu lainnya
a) Melakukan pengelolaan makanan dan limbah yang memenuhi
syarat kesehatan.
b. Pemberantasan
1) Nyamuk
a) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk
Aedes sp > 0 dengan abatisasi.
b) Melakukan pemberantasan larva/jentik dengan menggunakan
predator.
c) Melakukan oiling untuk memberantas culex.
d) Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah
sakit, maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di rumah sakit.
2) Kecoa
a) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu
membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah dinding,
lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan
dibakar/dihancurkan.
b) Pemberantasan kecoa Pemberantasan kecoa dapat dilakukan
secara fisik dan kimiawi.
c) secara fisik atau mekanis :
 Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul
 Menyiram tempat perindukan dengan air panas
 Menutup celah-celah dinding

d) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan


pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan.
3) Tikus
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan
perangkap, pemukulan atau sebagai alternasif terakhir dapat
dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.
4) Lalat
Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2
(dua) ekor per block grill maka dilakukan pengendalian lalat secara
fisik, biologik, dan kimia.
5) Binatang pengganggu lainnya
Bila terdapat kucing dan anjing, maka perlu dilakukan :
a) Penangkapan, kemudian dibuang jauh dari rumah sakit
b) Bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk
menangkap kucing dan anjing.

G. Strilisasi Ruang
1. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan
maupun orang, disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen
dan efektif dalam waktu yang relatif singkat, tidak terpengaruh
oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang
mungkin ada.
2. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
3. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis
(ruang operasi dan ruang isolasi) tingkat kepadatan kuman pada
lantai dan dnding 0-5 CFU/cm2, bebas mikroorganisme patogen
dan gas gangren. Untuk ruang penunjang medis (ruang
rawatinap, ruang ICU/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang
perawatan luka bakar, dan laundry) sebesar 5-10 CFU/cm2.
4. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah
lingkungan.
5. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan
menguasai prosedur sterilisasi yang aman.
6. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang
isolasi harus bebas dari mikroorganisme hidup.

H. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan RS


1. Promosi higiene dan sanitasi dapat dilaksanakan dengan
menggunakan cara langsung, media cetak, maupun media
elektronik.
 Secara langsung : konseling, diskusi, ceramah, demonstrasi,
partisipatif, pameran, melalui pengeras suara, dan lain-lain.
 Media cetak : penyebaran, pemasangan poster, gambar,
spanduk, tata tertib, pengumuman secara tertulis,
pemasangan petunjuk.
 Media elektronik : radio, televisi (televisi khusus lingkungan
rumah sakit), Eye-catcher.
2. Pelaksana promosi higiene dan sanitasi supaya dilakukan oleh
seluruh karyawan rumah sakit dibawah koordinasi tenaga/unit
organisasi penanggungjawab penyelenggara kesehatan
lingkungan rumah sakit yang menangani promosi kesehatan
lingkungan rumah sakit.
3. Sasaran promosi higiene dan sanitasi adalah pasien/keluarga
pasien, pengunjung, karyawan rumah sakit, serta masyrakat
sekitarnya.
4. Pesan promosi higiene dan sanitasi hendaknya disesuaikan
dengan sasaran.
5. Pesan promosi kesehatan lingkungan untuk karyawan berisi
hubungan fasilitas sanitasi dengan kesehatan, syarat-syarat
fasilitas sanitasi,pentingnya pengadaan / pemeliharaan /
pembersihan fasilitas sanitasi, pentingnya memberi contoh
terhadap pasien/keluarga, pasien dan pengunjung tentang
memanfaatkan fasilitas sanitasi serta fasilitas kesehatan lainnya
dengan benar.
6. Pesan promosi kesehatan lingkungan untuk pasien, keluarga
pasien, pengunjung, dan masyarakat disekitarnya berisi tentang
cara – cara dan pentingnya membiasakan diri hidup bersih dan
sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas kesehatan
lainnya dengan benar.
7. Materi promosi kesehatan lingkungan sangat penting diketahui
oleh seluruh karyawan rumah sakit, untuk itu dapat disampaikan
pada waktu orientasi karyawan baru atau pada pertemuan
secara berkala.

E. Landasan Hukum.
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
631/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 25 April 2005 tentang Pedoman
Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah
Sakit.
b. Perkasau No Perkasau/172/XII/2011 tanggal 28 Desember 2011,
tentang Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur RSUD
Prambanan.
c. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
d. Pedoman pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit tahun
2001.
e. UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
f. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
g. PP No. 20 tahun 1990 tentang Pencemaran Air.
h. PP No.27 tahun 1999 tentang AMDAL.
i. PP No.85/1999 tentang perubahan PP No 18 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah dan Racun.
j. Permenkes RI No.472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang
Penggunaan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan.
k. Permenkes No.416/Menkes/Per/lX/1992 tentang Penyediaan Air
Bersih dan Air Minum.
l. Permenkes No 986/Menkes/Per/Xl/1992 tentang Penyehatan
Lingkungan rumah sakit.
m. Kepmenkes No 1204 / Menkes/ SK/X/2004, tentang persyaratan
kesehatan lingkungan RS.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.


a. Pengertian.
b. SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah
seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan
baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun
tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan.
c. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
d. Kegiatan Standar adalah satu satuan waktu (atau angka)
yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar
profesinya.
e. Standar Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang
dapat dilaksanakan oleh seseorang tenaga kesehatan
profesional dalam satu tahun kerja sesuai dengan standar
profesional dan telah memperhitungkan waktu libur, sakit, dll.
f. Daftar Susunan Pegawai adalah jumlah pegawai yang
tersusun dalam jabatan dan pangkat dalam kurun waktu
tertentu yang diperlukan oleh organisasi untuk
melaksanakan fungsinya.
g. Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja
pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban
kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja
perorangan persatuan waktu.
h. Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu
tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan.
i. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
j. Perencanaan Skenario adalah suatu perencanaan yang
dikaitkan dengan keadaan masa depan (jangka
menengah/panjang) yang mungkin terjadi.
k. WISN (Work Load Indicator Staff Need) adalah indikator
yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga pada sarana
kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga
alokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional.

b. Sumber Daya Manusia Instalasi Sanitasi lingkungan RS


Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C
dan D (rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah
seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-
rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang kesehatan
lingkungan.
Sumber Daya Manusia yang ada di unit kerja pelayanan sanitasi
lingkungan RS terdiri dari :
a. 2 Tenaga Sanitasi
(D3 Kesling)
b. 11 Tenaga non medis/pekarya sebagai tenaga kebersihan
pendidikan SMA dan SMP

B. Distribusi ketenagaan
1) 1 (satu) orang penanggung jawab / koordinator Instalasi Sanitasi
Lingkungan RS.
2) 1 (satu) orang pelaksana pelayanan Sanitasi lingkunganan RS.
3) 11 (satu) orang pengelola kebersihan lingkungan RS dan
pembantu teknis pelayanan sanitasi lingkungan RS.
4) 3 orang pengelola linen dan laundry RS.

C. Pengaturan jaga.
Pengaturan jaga diatur oleh Koordinator Instalasi Sanitasi
Lingkungan RS :
a. Petugas sanitasi 2 orang masuk pagi
b. Pengelola kebersihan ( tukang kebun) 1 orang masuk pagi, untuk
cleaning service 10 orang dibagi dalam 3 shift pagi, siang dan
malam.
c.Pengelola laundry dibagi dalam 2 shift pagi dan siang.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang.
Ruang instalasi sanitasi lingkungan RS terdiri dari ruang administrasi /
kantor dan gudang .

B. Standart Fasilitas
1. Sarana Fisik
Sarana fisik untuk instalasi sanitasi lingkungan RS terdiri dari
ruang administrasi/kantor, toilet, gudang bahan / desinfekan
sanitasi, ruang perbengkelan perpipaan, ruang CS, dan IPAL..
Untuk desain ruangan tidak membutuhkan persyaratan khusus.

2. Prasarana
a. Prasarana Listrik
Peralatan sanitasi tidak menggunakan daya listrik yang besar.
b. Prasarana Air
Kebutuhan air hanya membutuhkan 1 toilet dan 1 wastafel
untuk kebersihan tangan setiap saat.

3. Peralatan Dan Bahan Cuci


Instalasi sanitasi lingkungan RS membutuhkan bahan dan
peralatan untuk menunjang operasional pelayanannya. Berikut
rinciannya :
Bahan :
a. Pembersih lantai floorclener biasa
b. Pembersih lantai chlorine
c. Pembersih kaca
d. Minyak lantai untuk slumber
e. Desinfektan foging dan untuk
swab
f. Pembersih kamar mandi
g. Kaporit
h. Filter air bersih (arang aktif, pasir
aktif)
Peralatan :
a. Alat kebersihan ( slumber besar-kecil, ember, alat pel, sikat
wc, korok wc, dust cleaner, sapu tangkai panjang)
b. Vacum cleaner
c. pH meter pengukur pH dan suhu air
d. chlorine meter
e. Lux meter
f. Termohigrometer
g. Sound level meter
h. Chlorine difuser
i. Timbangan sampah
4. Pemeliharaan Ringan Peralatan
a. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah
pemakaian,dilakukan setiap hari.
b. Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak dilakukan setiap
bulan sekali yaitu IPAL, filter air, pompa air, otomatis tandon
air.
c. Pengajuan kalibrasi alat ukur sanitasi (pH meter, Lux meter,
chlorine meter, termohigrometer ruang, timbangan sampah).

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah- langkah pelayanan sanitasi rumah sakit sbb :

1. Tata laksana pelayanan Inspeksi sanitasi lingkungan RS


a. Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
b. Perangkat kerja
Form Inspeksi Sanitasi Lingkungan
c. Tata laksana pelayanan :
1) Menyiapkan form inspeksi sanitasi lingkungan RS, meliputi :
kualitas lingkungan fisik, kebersihan dan kerapian ruang,
kualitas kebersihan kamar mandi / WC, kualitas wastafel,
pengelolaan sampah medis – non medis, benda tajam dan
pemantauan serangga dan binatang pengganggu.
2) Petugas sanitasi masuk ketiap-tiap ruang untuk melakukan
monitoring dengan melihat secara fisik dan menyesuaikan
dengan standar yang ada.
3) Mengisi form inspeksi sanitasi lingkungan RS sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya pada chek list pemeliharaan
lingkungan kerja.
4) Membuat laporan rekap bulanan hasil dari inspeksi sanitasi
lingkungan dan melakukan tindak lanjut maupun rekomendasi.

2. Tata laksana pengukuran lingkungan fisik


a. Suhu dan kelembaban
1. Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
2. Perangkat kerja
a) Termohigrometer
b) Alat tulis
3. Tata laksana pengukuran :
a) Memasang alat termohigrometer di gantung pada dinding
ruangan secara kontinyu.
b) Melihat angka yang ditunjuk pada jarum termohigrometer,
jarum panjang untuk mengukur kelembaban ruang, dan
jarum pendek untuk mengukur suhu ruang.
c) Mencatat hasil pengukuran
d) Membuat laporan evaluasi hasil pengukuran untuk
melakukan tindak lanjut dan rekomendasi
b. Pencahayaan.
1. Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
2. Perangkat kerja
a) Lux meter
b) Alat tulis
3. Tata laksana pengukuran :
a) Menentukan titik
pengukuran
1) Melakukan pengukuran lokal, yaitu diatas meja yang
ada.
2) Melakukan pengukuran umum, yaitu dengan memotong
garis horisontal panjang dan lebar ruangan pada setiap
jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.
Membedakan jarak tersebut berdasarkan luas ruangan,
antara lain:
 Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi:
memotong titik garis horisontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 1 (satu) meter.
 Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai
100 meter persegi: memotong titik garis horisontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 3 (tiga) meter.
 Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi:
memotong titik horisontal panjang dan lebar ruangan
adalah pada jarak 6 meter.
b) Mempersiapkan alat
1) Memasang baterai pada tempatnya.
2) Menekan tombol power.
3) Mengecek garis tanda pada termometer untuk
mengetahui baterai dalam keadaan baik atau
tidak.
c) Mengukur penerangan
umum
1) Membagi ruangan menjadi beberapa titik
pengukuran dengan jarak antar titik sekitar 1
meter.
2) Melakukan pengukuran dengan tinggi Luxmeter
kurang lebih 85 cm di atas lantai dan posisi
photo cell menghadap sumber cahaya.
3) Memebaca hasil pengukuran pada layar monitor
setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.
4) Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil
pencatatan.
d) Mengukur penerangan
lokal
1) Mengukur pencahayaan pada obyek kerja.
2) Membagi obyek kerja menjadi beberapa titik
ukur.
3) Melakukan pengukuran dengan meletakkan
Luxmeter pada obyek kerja.
4) Membaca hasil pengukuran pada layar monitor
setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.
5) Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil
pencatatan.
6) Membuat laporan evaluasi hasil pengukuran untuk
melakukan tindak lanjut
c. Kebisingan
1. Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
2. Perangkat kerja
a. Sound level meter
b. Alat tulis
3. Tata laksana pengukuran :
a. Menentukan titik pengukuran
 Memasang Untuk mengukur dengan Grid adalah
dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi
yang di inginkan
 Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak interval
yang sama diseluruh lokasi.

 lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran


dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak
tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk
memudahkan identitas.

b. Menyiapkan alat
1) Menghidupkan alat dengan menekan tombol power
2) Mengatur range yang ditentukan ( low, medium, high)
tergantung tingkat kebisingan.
3) Melakukan pengukuran dititik yang telah ditentukan
selama 1-2 menit minimal 6 kali pembacaan
4) Mencatat hasil pengukuran dan hitung rata-rata
kebisingan (lek).
Lek : 10 log 1/n (10L1/10 + 10L1/10 + 10L1/10 + ............) dBA
5) Membuat laporan evaluasi hasil pengukuran untuk
melakukan tindak lanjut.
3. Tata laksana pengukuran kualitas udara ambient, angka kuman
ruang, swab alat dan emisi gas.
a. Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
b. Perangkat kerja
1) Surat pengajuan pengambilan sampel ke pihak 3
2) Alat tulis
c. Tata laksana pengukuran :
1) Mengirim surat pengajuan pengambilan sampel kualitas
udara ambient, angka kuman ruang, usap alat dan emisi gas
ke laboratorium yang ditunjuk.
2) Menunggu jadwal pengambilan sampel dari laboratorium
yang ditunjuk.
3) Melakukan persiapan untuk pengambilan sampel
4) Pengambilan sampel dilakukan oleh laboratorium yang
ditunjuk.
5) Pengambilan hasil uji laboratorium
6) Menyusun laporan evaluasi hasil pengujian laboratorium.

4. Tata laksana hygiene sanitasi makanan dan minuman


a. Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
b. Perangkat kerja
Form Inspeksi Sanitasi Lingkungan
c. Tata laksana pelayanan :
1) Menyiapkan form tingkat mutu hygiene sanitasi makanan-
minuman.
2) Petugas sanitasi masuk ke ruang dapur / pengelolaan
makanan untuk melakukan monitoring dengan melihat secara
fisik dan menyesuaikan dengan standar yang ada.
3) Mengisi form tingkat mutu hygiene sanitasi pengelolaan
makanan RS sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
4) Melakukan penilaian hasil dari inspeksi sanitasi pengelolaan
makanan.
5) Membuat laporan evaluasi hasil dari inspeksi sanitasi
pengelolaan makanan dan melakukan tindak lanjut maupun
rekomendasi.

5. Tata laksana pemeriksaan makanan, alat usap makan, dan


penjamah makanan.
a. Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
b. Perangkat kerja
1) Surat pengajuan pengambilan sampel ke pihak 3
2) Alat tulis
c. Tata laksana pengukuran :
 Mengirim surat pengajuan pengambilan sampel makanan, alat
usap makan, dan penjamah makanan ke laboratorium yang
ditunjuk.
 Menunggu jadwal pengambilan sampel dari laboratorium yang
ditunjuk.
 Melakukan persiapan untuk pengambilan sampel
 Pengambilan sampel dilakukan oleh laboratorium yang
ditunjuk.
 Pengambilan hasil uji laboratorium
 Menyusun laporan evaluasi hasil pengujian laboratorium.

2. Tata laksana penyehatan air


a. Inspeksi sanitasi air bersih
1) Penanggung jawab
a) Petugas Sanitasi
2) Perangkat kerja
 Form Inspeksi Sanitasi air bersih
 Alat tulis
3) Tata laksana pelayanan :
a) Menyiapkan form inspeksi sanitasi air bersih
b) Petugas sanitasi melakukan monioring inspeksi sanitasi
air bersih langsung ke sumbernya
c) Mengisi form inspeksi sanitasi air bersih sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya
d) Melakukan penilaian hasil dari inspeksi sanitasi air bersih
e) Membuat laporan evaluasi hasil dari inspeksi sanitasi air
bersih dan melakukan tindak lanjut maupun
rekomendasi.
b. Pemeriksaan sampel kimia dan biologis air bersih
c. Pengurasan bak filter air sumur utama setiap 3 bulan sekali
d. Backwash filter air sumur 2 setiap minggu sekali
e. Pemeliharaan mesin pompa air

3. Tata laksana pengelolaan limbah


a. Monitoring pengelolaan Limbah padat infeksius dan benda tajam
1) Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
2) Perangkat kerja
a) Form monitoring pengelolaan limbah padat infeksius dan
benda tajam
b) Alat tulis
3) Tata laksana pelayanan :
a) Menyiapkan form monitoring pengelolaan limbah padat
infeksius dan benda tajam
b) Petugas sanitasi melakukan monitoring pengelolaan
limbah padat infeksius dan benda tajam secara langsung
ke ruangan-ruangan.
c) Mengisi form monitoring pengelolaan limbah padat
infeksius sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
d) Melakukan penilaian dari hasil monitoring
e) Membuat laporan evaluasi hasil monitoring dan
melakukan tindak lanjut maupun rekomendasi.

b. Monitoring pengolahan Limbah cair


1) Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
2) Perangkat kerja
a) pH meter, Aquades, tisu
b) Alat tulis
3) Tata laksana pelayanan :
a) Pengukuran suhu, pH, dan debit harian
 Siapkan alat pH meter
 Indikator pH dan suhu dicolokkan pada lubang pH meter
 Celupkan indikator Ph dan suhu pada limbah cair
 Lihat angka yang tertera pada layar sampai menunjukkan
angka yang stabil.
 Catat hasil pengukuran di buku monitoring IPAL
b) Pemeliharaan IPAL
 Melakukan backwash IPAL setiap 2 minggu sekali ,
dengan cara membuka semua stop kran reaktor biofilter
secara bergantian selama ± 1 menit.
 Melakukan backwash pre treatment laboratorium
 Mengganti larutan kaporit bila sudah habis
 Cek dan monitoring jalannya transfer pump
 Cek penangkap lemak pada pre treatment dapur, dan
lemak diambil bila sudah penuh
 Cek dan pembersihan pre treatment laundry
 Cek pompa otomatis yang pada saluran IPAL yang
digunakan
c) Pemeriksaan uji kimia dan biologis limbah cair setiap bulan

4. Tata laksana pengendalian serangga, tikus, dan binatang


pengganggu

a. Surveilans
Melakukan monitoring keberadaan vektor dan binatang pengganggu
(jentik nyamuk, kecoa , tikus, lalat, kucing) dengan melihat tanda-
tanda adanya kotoran, jejak kaki, dan fisiknya langsung.
b. Pencegahan
1) Melakukan pengelolaan sampah maupun limbah yang memenuhi
syarat.
2) Melakukan pemasangan kawat kasa pada ruangan-ruangan
3) Menutup lubang ataupun celah-celah yang memungkinkan
masuknya serangga
4) Melakuan PSN dan 3 M
c. Pemberantasan
1) Abatisasi untuk jentik nyamuk
2) Pemberian ikan sapu-sapu d i bak penampungan air
3) Foging nyamuk di area lingkungan RS
4) Pemberantasan tikus memukul secara fisik, menggunakan
perangkap lem tikus dan insektisida racun tikus .
5) Kecoa dengan blattanex, baygon semprot, dipukul secara fisk, dan
menyiram dengan air panas pada tempat perindukan.
6) Penangkapan kucing yang berada di area RS.

5. Tata laksana desinfeksi dan sterilisasi ruang


Upaya yang dilakukan untuk menjaga sterilisasi ruang, antara lain :
a. Menggunakan Lampu UV portable 2 buah, untuk ruang OK
dipasang lampu UV permanen
b. Swab permukaan bed, bed side, mebelair pasien dan petuas
dengan chlorine 0,05 atau benzalkonium chloride 1 %
c. Foging ruang dengan alat dinafog dengan bahan benzalkonium
chloride 3%
6. Tata laksana monitoring tempat pencucian linen / laundry
a. Penanggung jawab
Petugas Sanitasi
b. Perangkat kerja
1) Form monitoring pengelolaan linen dan laundry
2) Alat tulis
c. Tata laksana pelayanan :
1) Menyiapkan form monitoring pengelolaan linen dan laundry
2) Petugas sanitasi melakukan monitoring pengelolaan linen &
laundry secara fisik.
3) Mengisi form monitoring sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya
4) Melakukan penilaian hasil monitoring
5) Membuat laporan evaluasi dan melakukan tindak lanjut
maupun rekomendasi.

7. Tata Laksana Penyuluhan Kesling Lingkungan RS


a. Menggunakan leaflet-laflet ( PHBS,Cuci tangan, pengelolaan
sampah dll)
b. Secara lisan dengan konseling maupun demontrasi dengan
pengeras suara

BAB V
LOGISTIK
Dalam melaksanakan pelayanan Instalasi Sanitasi mendapatkan
dukungan logistik dari bagian Gudang logistik sesuai dengan permintaan
yang dibuat setiap 1 bulan, bentuk logistik yang dibutuhkan berupa :

Tempat sampah 4 bh
Safety box 50 box
Plastik sampah hitam jumbo 25 pak
Plastik sampah kuning jumbo 20 pak
Plastik sampah hitam super 18 pak
Abate 1 botol (1/2 kg)
Kaporit 500 gram
Arang aktif ¼ sak
Pasir aktif ¼ sak
Benzalkonium chloride 3% 20 liter
Lem tikus 5 buah
Racun tikus 2 bungkus
Florcleaner pembersih lantai 10 liter
Chlorine lantai 3 liter
Pembersih kaca 5 liter
Pembersih kamar mandi 15 liter
Slumber 3 buah
Serok sampah 6 buah
Alat pel 8 buah
Korok wc, sikat wc 10 buah
Ember 10 literan 6 buah
Lap pembersih 20 buah

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian.
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan.
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah
sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ).
C. Standar Keselamatan Pasien.
a. Hak Pasien.
b. Mendidik Pasien dan Keluarga.
c. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan.
d. Penggunaan Metoda-Metoda Peningkatan Kinerja Untuk
Melakukan Evaluasi Dan Program Peningkatan Keselamatan
Pasien
e. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
f. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan
Pasien
g. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai
Keselamatan Pasien
D. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
Adverse Event. Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan,
yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
E. KTC yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event. Suatu KTD yang terjadi akibat
komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
F. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
Near Miss. Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
a. Karena “ keberuntungan”
b. Karena “ pencegahan ”
c. Karena “ peringanan ”
G. Kesalahan Medis
Medical Errors. Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang


kesehatan khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja,menyatakan
bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat
kerja,khususnya tempat kerja yang berisiko bahaya
kesehatan,mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
lebih dari sepuluh.
Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat berfariasi
baik jenis maupun jumlahnya,sesuai fungsi sarana kesehatan
tersebut,semua pekerja dirumah sakit dalam melaksanakan tugasnya
selalu berhubungan dengan bahaya potensial yang tidak
ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak
negative terhadap keselamatan dan kesehatan,yang pada akhirnya
akan menurunkan produktivitas kerja.
Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian
antara kapasitas kerja,beban kerja dan lingkungan kerja,bila bahaya
dilingkungan kerja tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi beban
tambahan bagi pekerjanya.Khusus untuk petugas rumah sakit di
instansi pencucian menerima ancaman kerja potensial dari
lingkungan bila keselamatan kerja tidak diperhatikann dengan cepat.

1. Prinsip dasar usaha kesehatan kerja


Keselamatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara
pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik
maupun psikis dalam hal cara/metode kerja dan kondisi yang
bertujuan untuk :
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja di
instalasi sanitasi
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas
sanitasi yang diakibatkan keadaan/kondisi lingkungan kerja.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya yang disebabkan oleh faktor yang
membahayakan kesehatan.

2. Potensi Bahaya Pada Instalasi Sanitasi


a. Bahaya Microbiologi / bakteri
Petugas sanitasi yang menangani pengelolaan sampah
senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang
tercemar kuman pathogen.
b. Bahan Kimia
Walaupun zat kimia yang sangat toksik sudah dilarang dan di
batasi pemakaiannya,pemajan terhadap bahan kimia yang
membahayakan tidak dapat dielakan. Bahan kimia yang
digunakan di Instalasi Sanitasi , antara lain : Benzalkonium
clhoride 3%, kaporit, abate, pembersih lantai, baygon, stella
semprot, racun tikus, dll. Oleh karena itu sikap hati-hati
terhadap bahan kimia ini harus diperhatikan dan dapat di
baca pada label kemasan dari produsennya yang lazim
disebut MSDS.
c. Bahaya fisik
Dalam pengelolaan air bersih dan limbah cair bahaya yang
dihadapi terjatuh, tertimpa benda , terpeleset, tersengat
listrik. Oleh karena itu ketika melakukan perbaikan ataupun
pemeliharaan harus mengikuti prosedur atau SPO yang ada.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Guna melihat keberhasilan kegiatan instalasi Sanitasi di RSUD


Prambanan, unit Sanitasi perlu mengadakan pemantauan kegiatan
Sanitasi dan evaluasi hasil pemeriksaan sarana dan peralatan yang
berkaitan dengan pengelolaan instalasi Sanitasi. Dari pemantauan dan
evaluasi harus dilihat:
1. Apakah dalam pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana/program.
2. Apakah mengalami kesulitan/hambatan-hambatan
Bila perlu dilakukan tindak lanjut dibuat usul atau saran berupa
rekomendasi dari Instalasi Sanitasi. Rekomendasi disampaikan kepada
Kasie. P2SPK Pemeriksaan sarana dan peralatan yang berkaitan dengan
pengelolaan Sanitasi di RSUD Prambanan.
Untuk mengetahui tingkat kinerja pelayanan sanitasi di RSUD
Prambanan perlu dilakukan penilaian secara obyektif dengan
menggunakan metode dan instrument penilaian yang baku. Evaluasi
dilaksanakan secara terus-menerus berkesinambungan dan dilihat dari
aspek masukan, proses dan keluaran, sehingga mampu mencapai tujuan
yang ditetapkan.
Kriteria Evaluasi
a. Aspek Masukan/struktur
1) Tersedianya pedoman pelayanan sanitasi di RSUD Prambanan.
2) Tersedianya SOP pelayanan sanitasi
3) Mekanisme prosedur dan unit kerja sanitasi
4) Adanya kelompok kerja pelaksanaaan dan atau personel yang
bertanggung jawab melaksanakan pelayanan sanitasi.
5) Adanya program kerja sanitasi RSUD Prambanan.
6) Adanya dana dan sarana untuk program dan kegiatan pelayanan
sanitasi RSUD Prambanan.

b. Aspek Proses
Dilaksanakannya program dan kegiatan Instalasi Sanitasi agar sesuai
dengan perencanaan antara lain:
1) Upaya penilaian mutu yang melekat dalam pelayanan Instalasi
Sanitasi.
2) Ada upaya perbaikan dan peningkatan mutu secara terus
menerus yang dibina oleh Koordinator ruang Instalasi Sanitasi.

c. Aspek Keluaran
Terdapat hasil pencatatan kegiatan dan bisa dilaporkan kepada yang
berwenang.
Terdapat rencana lebih lanjut untuk tindak lanjut dari hasil
temuan/penilaian mutu pelayanan dengan berbagai indicator yang
ditetapkan.

BAB IX
PENUTUP

Pelayanan Sanitasi merupakan tanggung jawab petugas sanitasi


RSUD Prambanan bekerjasama dengan semua unit yang terkait yang
berada di Rumah Sakit Umum daerah Prambanan.
Yang paling penting dilaksanakan dalam instalasi sanitasi adalah
proses pengelolaan sanitasi yang memenuhi syarat dan sesuai dengan
SPO yang ada.
Demikian Pedoman Pelayanan Sanitasi RSUD Prambanan ini
dibuat untuk dilaksanakan, demi menjamin terlaksananya pelayanan
sanitasi yang berkualitas di RSUD Prambanan.

Ditetapkan di Sleman
pada tanggal Juni 2015

Direktur RSUD Prambanan,

drg. Isa Dharmawidjaja, M.Kes


NIP 19650723 199102 1 002

Anda mungkin juga menyukai