Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah : 1) untuk mengetahui dan menganalisis peran notaris
terhadap pembuatan akta notariil surat kuasa istimewa untuk mengucapkan ikrar talak
dalam pengajuan permohonan cerai talak di Pengadilan Agama. 2) Untuk mengetahui
dan menganalisis kendala-kendala notaris dalam pembuatan akta notariil surat kuasa
istimewa untuk mengucapkan ikrar talak dalam pengajuan permohonan cerai talak di
Pengadilan Agama. Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer, data sekunder, dan data tersier yang dapat menunjang pengkajian yang
kemudian diananlisis dengan metode yuridis normatif.
Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa : 1) Dalam pelaksanaan
penandatanganan akta notariil kuasa istimewa untuk mengucapkan ikrar talak dalam
pengajuan permohonan cerai talak di Pengadilan Agama para pihak baik pemberi
surat kuasa istimewa maupun penerima surat kuasa istimewa harus hadir dan
menghadap notaris selaku pembuat akta notariil surat kuasa istimewa tersebut, karena
pemberi kuasa berhalangan hadir dalam mengucapkan ikrar talak di Pengadilan
Agama; 2) Ketentuan syarat-syarat untuk membuat akta notariil harus dilengkapi dari
pihak pemohon baik pemberi surat kuasa istimewa maupun penerima surat kuasa
istimewa dan ditunjukkan langsung kepada notaris yang akan membuat akta notariil
tersebut supaya akta bisa dibuat sesuai dengan prosedur yang ada.
Kata Kunci : Notaris, Surat Kuasa Istimewa, Akta Notariil
1. Pendahuluan
sebagaimana manusia diciptakan ada laki-laki dan perempuan tentunya ada tujuan
Perkawinan yang dalam istilah agama disebut “Nikah” ialah : Melakukan suat
aqad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan perempuan
untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan dasar
sukarela dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan
hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketenteraman dengan cara-cara
Mengenai pengertian perkawinan ini banyak beberapa pendapat yang satu dan
dengan yang lain. Perbedaan itu hanya terdapat pada keinginan para perumus untuk
pengertian perkawinan di pihak yang lain. Mereka membatasi banyaknya unsur yang
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin anatar seorang pria dan seorang wanita
Kalau kita bandingkan rumusan menurut hukum Islam di atas dengan rumusan
“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, pada hal sebagian kamu telah
bercampur dengan yang lain sebagai suami-isteri, dan mereka (isteri-isterimu)
telah mengambil dari kamu janji yang kuat” (Qur’an, S. An.Nisaa’ : 21).
khusus, yaitu :
1. Perkawinan tidak dapat dilakukan tanpa unsur sukarela dari kedua belah pihak.
1
Ny. Soemiyati, 2007, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, Yogyakarta,
Liberty, hal. 11-13.
2. Kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) yang mengikat persetujuan
melakukan perkawinan satu sama lain ini berarti mereka saling berjanji akan taat pada
masing pihak selama dan sesudah hidup bersama itu berlangsung, dan mengenai
menghentikan perkawinan, suami dan isteri tidak leluasa penuh untuk menentukan
sendiri syarat-syarat untuk penghentian itu, melainkan terikat juga pada peraturan
memberikan definisi bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga yang bahagia) dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
perkawinan merupakan perikatan yang suci. Perikatan tidak dapat melepaskan dari
agama yang dianut suami-isteri. Hidup bersama suami-isteri dalam perkawinan tidak
semata-mata untuk tertibnya hubungan seksual tetap pada pasangan suami-isteri tetapi
dapat membentuk rumah tangga yang bahagia, rumah tangga yang rukun, aman dan
harmonis antara suami-isteri. Perkawinan salah satu perjanjian suci antara seorang
Jika dilihat dari hukum Islam, Pengertian (ta’rif) perkawinan menurut Pasal 1
Kompilasi Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu : aqad yang sangat kuat atau
merupakan ibadah.
satu perbuatan hukum yang dapat dilaksanakan oleh mukallaf yang memenuhi syarat.
perkawinan tidak dapat diteruskan jadi harus diputuskan di tengah jalan atau terpaksa
putus dengan sendirinya, atau dengan kata lain terjadi perceraian antaran suami-isteri.
Perceraian dalam istilah ahli Figh disebut “talak” atau “furqah”. Adapun arti
artinya bercerai, yaitu lawan dari berkumpul. Kemudian kedua kata itu dipakai oleh
para ahli figh sebagai satu istilah, yang berarti : perceraian antara suami-isteri.
Perkataan talak dalam istilah figh mempunyai dua arti, yaitu arti yang umum dan arti
yang khusus.
Talak menurut arti yang umum ialah segala macam bentuk perceraian baik
yang dijatuhkan oleh suami, yang ditetapkan oleh hakim, maupun perceraian yang
jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena meninggalnya salah seorang dari
2
Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M..Hum., Hukum Keluarga Harta-Harta Benda dalam Perkawinan
suami atau isteri. Talak dalam artinya yang khusus ialah perceraian yang dijatuhkan
oleh pihak suami. Karena salah satu bentuk dari perceraian antara suami-isteri itu ada
yang disebabkan karena talak maka untuk selanjutnya istilah talak di sini
diperintahkan oleh agama Islam ialah perkawinan yang dimaksudkan untuk selama-
haram. Misalnya nikah yang tujuannya hanya untuk sementara waktu atau hanya
untuk melepaskan hawa nafsu saja (nikah mut’ah), nikah muhallil dan lain
sebagainya.
dalam situasi yang damai dan tenteram tetapi kadang-kadang terjadi juga salah paham
antara suami-isteri atau salah satu pihak melalaikan kewajibannya, tidak percaya-
antara kedua belah menjadi baik kembali, tetapi adakalanya kesalahan faham itu
antara suami-isteri itu. Apabila suat perkawinan yang demikian itu dilanjutkan maka
pembentukan rumah tangga yang damai dan tenteram seperti yang disyariatkan oleh
agama tidak tercapai. Dan ditakutkan pula perpecahan antara suami-isteri ini akan
mengakibatkan perpecahan antara keluarga kedua belah pihak. Maka dari itu untuk
3
Ny. Soemiyati, S.H., Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
mensyaratkan perceraian sebagai jalan ke luar yang terakhir bagi suami-isteri yang
menyukai terjadinya perceraian dari suatu perkawinan. Dan perceraian pun tidak
bahwa perceraian adalah sesuatu yang bertentangan dengan asas-asas Hukum Islam.
Bagi orang yang melakukan perceraian tanpa alasan, Rasulullah s.a.w. berkata:
sungguh aku telah merujuk (nya)”. (H.R. an-Nasaai dan Ibnu Hubban).
Dengan melihat isi kedua Hadist Nabi tersebut di atas, dapat ditarik
pelaksanaannya harus berdasarkan suat alasan yang kuat dan merupakan jalan yang
terakhir yang ditempuh oleh suami-isteri, apabila cara-cara lain yang telah diusahakan
suami-isteri tersebut karena perceraian adalah perbuatan yang halal tetapi dimurkai
oleh Tuhan..
Metode Penelittian
yuridis normatif yaitu menggunakan data sekunder sebagai sumber utama dan
kalaupun ada data lapangan , data tersebut tidak lebih hanya sekedar merupakan data
penunjang bagi data sekunder. Sedangkan dilihat dari penelitiannya sendiri bersifat
deskriptif analisis.
Notaris khusunya akta notariil surat kuasa istimewa untuk mengucapkan ikrar talak
dalam mengucakan sumpah dan atau ikrar yang akan dilakukan oleh
penerima kuasa dan harus berbentuk akta otentik yang dibuat dihadapan
cerai talak yang diajukan suami dan telah diputus oleh Pengadilan
orang lain, dimana kuasa tersebut harus merupakan surat kuasa istimewa
dikarenakan penerima kuasa istimewa akan mengucapkan ikrar talak
sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh
demikian notaris dan para penghadap keyakinan bahwa isi akta tersebut
4
Achmad Sulchan,”kemahiran litigasi hukum pidana” Sultan Agung Press, Semrang,2016, hal. 21.
undang-undang, tidak boleh ditiadakan, sedang pembacaan itu sendiri
notaris.
kehendak dari para penghadap. Setiap renvooi yang ada dalam akta
pengenal tidak harus tanda tangan namun apabila saksi pengenal turut
memberikan tanda tangan dalam akta, maka untuk itu pun tidak terdapat
5
G.H.S. Lumban Tobing, Op. Cit, hlm. 202.
6
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
1993), hlm. 55-56
keberatan oleh undang-undang. Pemberian tanda tangan oleh saksi
tangan dilakukan pada bagian bawah akta, pada bagian kertas yang
secara tegas pada bagian akta, pernyataan ini diberikan pada bagian
Jabatan Notaris.
tertulis di atas tanda tangan itu.7 Hal ini juga menegaskan bahwa akta
saksi dan notaris itu sendiri. Dengan demikian para saksi yang ikut
7
R. Soegondo Notodisoerjo, Op. Cit., hlm. 210.
mulai dan para penghadap, kemudian disusul oleh saksi dan yang paling
berbunyi : (4) Dalam sidang itu suami atau wakilnya yang diberi kuasa
khusus dalam suat akta autentik untuk mengucapkan ikrar talak yang
akan diuraikan mengenai tindakan yang diambil oleh notaris bila ada
pihak penerima surat kuasa istimewa yang tidak dapat hadir pada waktu
dilakukan oleh para pihak atau dengan secara disusulkan oleh salah sate
pihak dalam perjanjian. Hal ini dikarenakan jenis akta yang dibuat
adalah akta para pihak (partij acta), maka segala hal yang berkaitan
membuat perjanjian.
dalam akta oleh para pihak diartikan salah satu pihak menandatangani
dahulu.
dianggap telah tercapai apabila para pihak saling menerima apa yang
mereka kehendaki. Pernyataan kehendak yang dituangkan dalam akta
Sampai saat ini belum ada pengaturan yang tegas berapa selisih
tersebut. Apabila dalam akta hanya salah satu pihak saja yang
hadapan notaris maka akta tersebut menjadi mengikat para pihak dalam
bukti yang sempurna bagi para pihak apabila prosedur peresmian akta itu
Pasal 165 HIR suatu akta autentik merupakan alat bukti yang sempurna
bagi para pihak, ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak dari
padanya. Sempurna dalam arti bahwa dengan adanya akta autentik maka
tidak diperlukan lagi alat bukti yang lain. Bilamana prosedur peresmian
akta itu tidak dilakukan sesuai dengan yang ditentukan oleh undang-
Nilai autentik suatu akta notaris tidak terlepas dari dipenuhi atau
bersangkutan sendiri;
para penghadap dan para saksi, baik itu akta pihak (partij acte) maupun
8
A. Kohar, Notaris dalam Praktek Hukum (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hlm. 31.
9
A. Kohar, Op. Cit., hlm. 31.
dan/atau penambahan oleh para penghadap dapat segera disampaikan
Kendala pihak pemberi kuasa tidak bisa hadir dalam pelaksanaan proses
10
Tan Thong Kie, Studi Notarist & Serba-Serbi praktek Notaris (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000),
hlm. 224.
Agama karena pihak pemberi surat kuasa istimewa berada di luar daerah
Kendala penerima surat kuasa istimewa tidak bisa hadir dalam proses
Kendala syarat-syarat yang kurang lengkap dalam hal ini para penghadap
atau KTP karena hilang belum mengurus KTP pengganti yang baru
sehingga proses pembuatan akta notariil surat kuasa istimewa tidak bisa
di proses.
e. Terkait dengan sidik jari jempol kanan ini menjadi salah satu syarat untuk
f. Kerusakan dokumentasi
g. Terkait dengan dokumentasi ini menjdi salah satu bukti visual siapa-siapa
3. Penutup
3.1.Kesimpulan
Agama para pihak baik pemberi surat kuasa istimewa maupun penerima
surat kuasa istimewa harus hadir sendiri dan menghadap notaris selaku
akta notariil tersebut bisa di buat, dan juga di kantor notaris sering
dokumentasi.
3.2.Saran
pemberi dan penerima surat kuasa istimewa untuk membuat akta notariil
DAFTAR PUSTAKA
(1) Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarga Harta Benda dalam Perkawinan.Family Law
2016
(2) G.H.S Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris (Erlangga Jakarta 1992)
(3) J.C.T Simorangkir, Rudi T.Erwin. J.T Prasetyo, Kamus Hukum.Sinar Grafika 2005.
(4) Ny.Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan (Undang-
undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan) Yogyakarta Liberty. 2007.
(5) G.H.S. Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement),
Penerbit Erlangga, Jakarta.
(6) Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Cetakan ke-3, Jakarta, 1990, hlm. 618.
(7) Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Ps. 2 Aturan Peralihan
(8) Indonesia, Undang-Undang Jabatan Wakil Notaris Dan Wakil Notaris Sementara,
UU No 33 Tahun 1954, LN No. 101 Tahun 2004. TLN No. 700, Ps.2.