Anda di halaman 1dari 43

1

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA SEORANG ANAK PEREMPUAN

USIA 8 TAHUN 6 BULAN DENGAN DIARE AKUT TANPA TANDA DEHIDRASI

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior

Komprehensif Kedokteran Keluarga

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun Oleh:
Yunanda Rizki Amalia Harahap

22010116220372

KEPANITERAAN SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2018
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA SEORANG ANAK PEREMPUAN

USIA 8 TAHUN 6 BULAN DENGAN DIARE AKUT TANPA TANDA DEHIDRASI

DIAJUKAN GUNA MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN SENIOR

KOMPREHENSIF KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Disusun Oleh:

Yunanda Rizki Amalia Harahap

22010116220372

Telah disetujui dan disahkan:

Pembimbing

dr. Astika Widy Utomo M.Sc


3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul Kasus Kedokteran
Keluarga “Seorang Anak Perempuan 8 Tahun 6 Bulan dengan Diare Akut Tanpa Tanda
Dehidrasi”

Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan Komprehensif
Kedokteran Keluarga di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Tentunya kami
berharap pembuatan laporan ini tidak hanya berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan di
atas. Namun, besar harapan kami agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak
yang berhubungan dengan masalah ini.

Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dosen pembimbing: dr. Astika Widy Utomo M. Sc


2. Dokter pendamping: dr. Yanto
3. Seluruh teman – teman kepaniteraan Komprehensif Kedokteran Keluarga, semoga
kita semua mendapatkan hasil yang maksimal atas usaha kita.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan kritikan yang membangun
guna penyempurnaan tugas laporan ini.

` Semarang, 05 Oktober 2018

Penulis
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara operasional diare anak dapat dibagi 2 klasifikasi, yaitu yang pertama diare akut
adalah diare yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih sehari) dan berlangsung kurang dari 14
hari, dan yang kedua yaitu diare bermasalah yang terdiri dari disentri berat, diare persisten, diare
dengan kurang energi protein (KEP) berat dan diare dengan penyakit penyerta.1

Diare dapat menyebabkan kematian. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata
laksana yang tidak tepat baik di rumah tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan
kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. Sebagian dari penderita (1–2 %)
akan jatuh ke daam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50- 60% diantaranya dapat
meninggal. 2

Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare yaitu status kesehatan
lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, pembuangan
air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam enam kelompok besar yaitu infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan
parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain. 1

Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial
KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sering disertai dengan kematian. Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/ kota
dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang. Case Fatality Rate (CFR) saat KLB
dari tahun 2008 sampai dengan 2015 masih cukup tinggi lebih dari 1% kecuali pada tahun 2014
CFR 0,40%, sedangkan tahun 2015 CFR diare saat KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%.
Jumlah kasus diare di kota Semarang, tahun 2015 sebanyak 39.893 kasus, untuk penderita umur
<1 tahun sebesar 3.152 kasus, umur 1-4 tahun sebesar 7.755 kasus, umur > 5 tahun sebesar 28.986
kasus. 3
5

Oleh karena itu angka kejadian diare masih tinggi yang disebabkan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai diare, baik itu gejala, cara penularan, cara pengobatan, dan cara
pengendaliannya. 3 Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk lebih
mendalami kasus diare akut pada An. K di Puskesmas Gunung Pati dengan pendekatan trias
epidemiologi.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan kasus diare
anak melalui pendekatan keluarga.

1.3 Manfaat
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa agar
dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung kepada pasien diare anak.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare
1. Pengertian dan Etiologi
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk
(unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung
kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih,
maka digolongkan pada Diare Kronik. Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus.
Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas,
1
tenesmus, demam dan tanda-tanda dehidrasi.
Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning), alergi,
1
reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis.
2. Penyebab Diare
Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui dengan pasti, penyebab diare dapat
3
dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Penyebab tidak langsung Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah
atau mempercepat terjadinya diare seperti : keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, kepadatan
penduduk, sosial ekonomi.
b. Penyebab langsung Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri virus
dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun
yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyakit diare akut dibagi menjadi 2 golongan yaitu (Suharyono, 2003) : 1)
Diaresekresi
a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti shigella, salmonella, E. coli,
bacillus careus, clostridium. Golongan virus seperti protozoa, entamoeba histolitica,
giardia lamblia, cacing perut, ascaris, jamur.
b) Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan makanan kimia misalnya
keracunan makanan, makanan pedas, terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa
dingin, alergi.
7

c) Definisi imun yaitu kekurangan imun terutama IgA yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri dan jamur.
2) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein dan berat badan
lahir rendah

3. Patogenesis
4
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

 Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat yang tidak diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga penggeseran
air dan elektrolit berlebihan akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga timbul
diare.

 Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu (misalnya: foksin) pada
dinding usus yang akan terjadi suatu peningkatan sekresi, selanjutnya menimbulkan diare
karena peningkatan isi rongga usus.

 Gangguan motilitas usus yaitu hiperstaltik yang mengakibatkan kurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan yang menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare.

3
4. Tanda dan Gejala

 Cengeng, gelisah

 Suhu tubuh meningkat

 Nafsu makan berkurang

 Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lendir atau lendir darah

 Warna tinja kehijau-hijauan

 Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi

 Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare

 Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan dehidrasi

 Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar, menjadi cekung
(pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering
8

5. Cara Penularan
Kuman penyakit diare ditularkan melalui fecal – oral antara lain melalui makanan
5
dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita.
6. Pencegahan diare
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI, memperbaiki makanan
pendamping ASI, membuang sampah pada tempatnya atau menjaga kebersihan
lingkungan, menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, mencuci tangan sebelum
makan,menutup makanan atau menjaga kebersihan makanan, menggunakan
5
jamban, membuang tinja anak pada tempat yang tepat.
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Terjadinya Diare Pada Anak
Meliputi :
1. Faktor umum atau secara langsung
a. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba di mana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang
dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang
6
didapat.
b. Perilaku cuci tangan
Kebersihan pada ibu dan anak terutama dalam hal perilaku mencuci tangan
setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Sebagian besar kuman infeksi diare
ditularkan melalui jalur fecal-oral. Dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalkan air minum dan makanan.
Kebiasaan dalam kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare,
dengan mengubah kebiasaan dengan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan
dapat memutuskan penularan. Penularan 14-18% terjadinya diare
6
diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan dan perbaikan kebiasaan.
9

c. Hygiene sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempengaruhi
kondisi lingkungan terhadap lingkungan kesehatan manusia, upaya mencegah
timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Termasuk
upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia
(perorangan atau masyarakat). Sedemikian rupa sehingga berbagai faktor
lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan
6
kesehatan .
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia, lebih
mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan
sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat terhindari. Sanitasi
lingkungan berupa adanya jamban umum, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), tempat
sampah. Perilaku masyarakat khususnya ibu anak yang dalam pemanfaatannya
kurang terpelihara, hal ini berhubungan dengan pendidikan kesehatan pada ibu
anak yang berdampak pada tingkat kesadaran atau pengetahuan dalam menjaga
sanitasi lingkungannya. Selanjutnya menimbulkan tercapainya perilaku kesehatan
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya cara membuang sampah
sembarangan hal ini akan menimbulkan pencemaran pada sumber air, udara serta
bau yang menyengat yang tidak sehat dan mengganggu dalam segi kesehatan.
6
Adapun macamnya antara lain :
1. Kualitas Sumber Air
Bagi manusia minum merupakan kebutuhan utama bagi manusia yang
menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, mencuci, kakus,
produksi pangan, pangan dan sandang. Berbagai penyakit dapat dibawa oleh air
kepada manusia pada saat memanfaatkannya, maka tujuan penyediaan air bersih
atau air minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Demikian
diharapkan semakin banyak pengetahuan masyarakat yang menggunakan air
6
bersih maka akan semakin turun modifitas penyakit akibat bawaan air.
10

Sumber air minum merupakan sarana sanitasi yang penting berkaitan


dengan kejadian diare. Pada prinsipnya sumber air dapat diproses menjadi air
minum, sumber-sumber air ini dapat digambarkan sebagai berikut : air hujan, di
mana air hujan dapat ditampung dan kemudian dijadikan air minum. Air sungai dan
danau, kedua sumber air ini sering disebut air permukaan. Mata air yaitu air yang
keluar dan berasal dari tanah yang muncul secara alamiah. Air sumur dangkal yaitu
air yang berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal biasanya berkisar
antara 5-15 meter. Air sumur dalam yaitu air berasal dari lapisan air kedua di dalam
tana, dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Sebagian besar air
sumur dalam ini adalah cukup sehat untuk dijadikan air minum langsung. Sebagian
besar kuman-kuman infleksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral
yang dapat ditularkan dengan dimasukkan ke dalam mulut cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja. Sumber air yang bersih baik kualitas maupun kuantitasnya
akan dapat mengurangi tertelannya kuman penyebab diare oleh anak. Kualitas air
minum hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan kesehatan, diusahakan
mendekati persyaratan air sehat yaitu persyaratan fisik yang tidak berasa, bening
atau tidak berwarna. Secara bakteriologi air harus bebas dari segala bakteri
terutama bakteri pathogen. Dari sisi kimiawi air minum yang sehat itu harus
mengandung zat-zat tertentu di dalam
6
jumlah tertentu di dalam jumlah tertentu seperti flour, chlor, besi.
2. Kebersihan jamban
Dengan adanya jamban dalam rumah mempengaruhi kesehatan lingkungan
sekitar. Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan
maka tinja harus dibuang pada tempat tertentu agar menjadi jamban yang sehat
untuk daerah pedesaan harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori
permukaan air di sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan
bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya, murah,
6
dapat diterima oleh pemakainya.
11

2. Faktor Pendukung Atau Tidak Langsung


a. Umur
Umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena
semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih
bermoral, lebih berbakti dari usia muda. Karakteristik pada ibu anak berdasarkan
umur sangat berpengaruh terhadap cara penanganan dalam mencegah terjadinya
diare pada anak, semakin tua umur ibu maka kesiapan dalam mencegah
7
kejadian diare akan semakin baik dan dapat berjalan dengan baik.
b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga itu
sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan
terutama kejadian diare di dalam keluarganya dan biasa mengambil tindakan
7
secepatnya.
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare berbanding terbalik
dengan tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka
semakin rendah prevalensi diarenya. Lamanya menderita diare pada anak yang
ibunya berpendidikan rendah atau tidak sekolah adalah lebih panjang
dibandingkan dengan anak dari ibu yang berpendidikan baik. Insiden diare lebih
tinggi pada anak yang ibunya tidak pernah sekolah menengah. Pendidikan yang
rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan kepercayaan akan takhayul di
samping tingkat penghasilan yang masih rendah merupakan penghambat dalam
7
pembangunan kesehatan.
c. Status pekerjaan ibu
Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian
diare pada anak anak. Pada pekerjaan ibu atau keaktifan ibu dalam berorganisasi
sosial berpengaruh pada kejadian diare pada anak. Dengan pekerjaan tersebut
diharapkan ibu mendapat informasi tentang pencegahan diare. Terdapat 9,3% anak
anak menderita diare pada ibu yang bekerja, sedangkan ibu
7
yang tidak bekerja sebanyak 12%.
12

d. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang
baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik fasilitas dan cara hidup
mereka yang terjaga akan semakin baik. Pendapatan merupakan faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga. Tingkat
pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, di mana status ekonomi
orang tua yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan. Apabila
tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka khususnya di dalam
rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam penyediaan air bersih, penyediaan
jamban sendiri atau jika mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan
7
terjaga kebersihannya.
e. Status gizi anak
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan,
penyimpanan dan penggunaan makanan. Status gizi adalah tanda-tanda atau
penampilan yang diakibatkan oleh keadaan keseimbangan di satu pihak dengan
pengeluaran oleh organisme dan pihak lain yang terlihat melalui variabel
7
tertentu disebut indikator misalnya Berat Badan dan Tinggi Badan.
Kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makanan yang kurang, diare akut yang lebih berat, yang berakhir
lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten juga lebih sering dan disentri
lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat,
apabila anak sudah kurang gizi secara umum hal ini sebanding
7
dengan derajat kurang gizinya dan paling parah jika anak menderita gizi buruk.

2.2 KEDOKTERAN KELUARGA

2.2.1 Hakikat Kedokteran Keluarga

Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu pengetahuan klinik


yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus memahami manusia bukan
hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami
hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.8
13

a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan keluarga sebagai
makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota keluarga dalam organisasi
keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau
anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga serta
fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan
organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko,
meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang
semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga. 8
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang merupakan
gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola perilakuk dan
kebiasaannya. 8
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup keluarga,
pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan gejolak. 8
Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan: 8

 Proses dinamika dalam keluarga



 Potensi keluarga

 Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif

 Pendidikan dan lingkungannya

d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam interaksinya
dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam
rumah tangganya. 8
14

e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu kedokteran
keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan
kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang
yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga. 8

2.2.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga

Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga


merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana, terarah, untuk
menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan
potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh
keluarga dan anggota keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga.
Hal ini dapat dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.8
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat komprehensif, meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi kedokteran keluarga pada
hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan
sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai
bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat
menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial
keluarga.8
15

BAB III
HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Identitas Pasien Dan Kepala Keluarga


3.1.1 Identitas Pasien
Nama : An. N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 8 tahun 6 bulan
Alamat : Jl. Bangunharjo, Banyumanik RT06/RW05 Semarang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD (saat ini)
Pekerjaan : Belum bekerja

3.1.2 Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. SM
Jenis Kelamin : Laki – laki
Usia : 36 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Bangunharjo, Banyumanik RT06/RW05 Semarang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
16

3.2 Resume Penyakit Dan Penatalaksanaan Yang Sudah Dilakukan


A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 26 September 2018 pukul 10.00
WIB di Poli KIA Puskesmas Srondol.
Keluhan Utama : Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang :
+ 3 hari sebelum ke puskesmas, pasien mengalami keluhan mencret. Dalam sehari,
pasien mencret sekitar 3-4 kali. BAB nyemprot, warna kuning cair, berbau asam, tidak
ada darah maupun lendir. Pasien juga mengalami demam bersamaan dengan mencret.
Suhu tidak diukur oleh Ibu. Demam hilang timbul. Demam turun dengan pemberian
obat penurun panas dan kompres.
+ 1 hari sebelum ke puskesmas, mencret masih berlangsung, kira-kira 5 kali sehari, BAB
masih nyemprot dan cair, tidak ada darah maupun lendir, pasien tiak mau makan dan minum,
batuk pilek (-), keluar cairan dari telinga (-),nyeri saat berkemih (-), mual (-), muntah (-), lemas
(+), pucat (-), sesak nafas (-), bintik kemerahan pada kulit (-), mimisan (-), perdarahan gusi (-
), nyeri perut (-), penurunan nafsu makan (+), BB turun 0,9 kilogram dalam satu bulan. Karena
tidak ada perbaikan, pasien kemudian dibawa ke Puskesmas Srondol
Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat penyakit jantung bawaan disangkal


- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat asma disangkal
- Riwayat kejang disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat keluhan yang sama (-)
Riwayat Sosial Ekonomi :
Ibu pasien seorang ibu rumah tangga. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta
dengan penghasilan kurang lebih 5.000.000 per bulan. Penghasilan ayah dan ibu
17

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien memiliki Kartu BPJS. Kesan
sosial ekonomi cukup.
Riwayat persalinan:

 Riwayat prenatal : Lahir anak perempuan dari ibu G1P0A0, usia 29


tahun, dengan usia kehamilan 39 minggu, ANC >4x di bidan puskesmas,
minum tablet Fe (+), minum jamu-jamuan dan obat selain dari bidan (-),
riwayat keluar darah dari jalan lahir (-), riwayat sakit saat hamil (-), riwayat
trauma (-)
 Riwayat natal : Lahir bayi perempuan dengan spontan ditolong
oleh bidan, langsung menangis, biru (-), kuning (-), BBL 2800 gram, PBL 48
cm
 Riwayat post natal : Anak rutin dibawa ke posyandu untuk ditimbang
dan diimunisasi setiap bulan

Riwayat Makan dan Minum :


0-2 bulan konsumsi ASI eksklusif
12 bulan konsumsi ASI + susu formula + MPASI
(bubur biskuit 3 x sehari @ semangkuk kecil,
habis)
12-24 bulan Susu formula + MPASI (nasi tim 3 x sehari @
semangkuk kecil, habis)
24 bulan-sekarang Makanan keluarga (3x sehari @semangkuk
kecil habis)

Konsumsi daging ayam ikan, atau telur dalam seminggu ±2 kali

Konsumsi susu Dancow 1 gelas/hari


Riwayat Imunisasi Dasar :

 Hepatitis B : buln 0,2,4, dan 6


 Polio : bulan 0,2,4, dan 6
 BCG : bulan 1
 DPT : bulan 2, 4, dan 6
18

 Campak : bulan 9

Riwayat Perkembangan Anak :

Saaat ini anak usia berusia 8 tahun 6 bulan, bersekolah di SD Negeri Pudakpayung

Personal-sosial : Anak memiliki banyak teman dan mampu bergaul dengan teman
sebaya, anak yang lebih muda, maupun anak yang lebih tua
darinya. Anak mudah terpengaruh dengan pergaulannya.

B. Pemeriksaan Fisik

Seorang anak perempuan, usia 8 tahun 6 bulan, Berat Badan (BB): 25 kg, Tinggi
Badan (TB): 126 cm
WAZ : NA
HAZ : -0,13
WHZ : -0,55
Kesan :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : RR :18x/menit Nadi: 84x/menit
TD : 90/70 Suhu: 36,5ºC

Status Generalis

 Kepala : Rambut mudah rontok (-), turgor kembali cepat (+)


 Mata : Konjungtiva palpebral pucat (-/-), sclera ikterik
(-/-), edema palpebral (-/-), visus ODS : 6/6
 Telinga : Discharge (-), nyeri tekan tragus (-)
 Hidung : Discharge (-), epistaksis (-)
 Bibir : Sianosis (-), pucat (-), kering (-)
 Mukosa : Kering (-), pucat (-)
 Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-)
 Lidah : Atrofi papil (-), typhoid tounge (-)
19

 Gigi geligi : Karies (-)


 Tenggorok : Faring hiperemis (-), T1-T1, hiperemis (-)
 Leher : Pembesaran nnll leher (-)
Toraks : Bentuk normal, retraksi (-)

Paru

 Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)


 Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
 Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Jantung

 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


 Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea mid clavicula
sinistra
 Perkusi
◦ Batas Kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
◦ Batas kanan : linea parasternal dextra
◦ Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)

Abdomen

 Inspeksi : Datar, venektasi (-)


 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) N, pekak alih (-)
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba

Anggota gerak :

Ekstremitas Superior Inferior


Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
20

Petekiae -/- -/-


Cap. Refill <2’’/<2’’ <2’’/<2’’
C. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa tanda dehidrasi DD infeksi/ Viral
Bakterial
D. Rencana Penatalaksanaan
 Terapi medikamentosa :

- Oralit sachet x 6, larutkan dalam 200 ml air, diberi setelah diare
- ZINC 1 x 20 mg selama 10 hari
- Stimuno syr
 Terapi Non Medikamentosa :

- Edukasi mengenai penyebab diare, dan mengedukasi untuk menjaga
hyginitas makanan seperti cuci tangan dan menggunakan air matang. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan mencegah penularan
kepada orang lain
- Edukasi tetntang pola hidup sehat seperti :
o Cuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di
tempat umum dan setelah bermain

o Perbanyak konsumsi makanan kaya nutrisi, serat dan


vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh
3.3 Data Tambahan
Profil Anggota Keluarga Satu Rumah
Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
No Nama Kedudukan Sex Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam Keluarga (tahun)
1. Aan Kepala Keluarga L 36 Tamat SMA Karyawan swasta Sehat
2. Iswatun Istri P 36 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Sehat
3. Nayla Anak P 7 SD - Sakit
Jenis: nuclear family
21

3.4 Continuum of Care


Tools Pemeriksaan Kesehatan
Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mini, Meso, dan Makro

Pola Asuh

Berdasarkan kuesioner yang didarkan pada 3 aspek, yaitu kasih sayang/kehangatan, keterlibatan
orang tua dan pengawas orang tua/kontrol, didapatkan pada keluarga An. N, pola asuh yang
diterapkan adalah tergolong pada pola asuh demokratis dengan kasih sayang/kehangatan baik,
keterlibatan orang tua baik, dan pengawasan atau kontrol orang tua baik. Ibu pasien merupakan
seorang ibu rumah tangga. Anak diasuh oleh ibu dirumah. Pasien minum ASI eksklusif selama 6
bulan dan diberikan makanan pendamping ASI setelahnya. Pasien tidur bersama dengan ibu dan
ayah, namun terkadang pasien tidur dikamar sendiri. Anak dapat makan dan minum sendiri. Pasien
Tidak rutin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Pasien mandi dua kali sehari dengan air
sumur. Pakaian kotor dicuci setiap hari. Rumah disapu 2x tiap hari saat pagi, dipel 1x sehari saat
sore hari hanya menggunakan air. Tempat sampah 2 buah, di dalam rumah dan di depan rumah,
kemudian sampah dibakar tiap hari.

Pola Asih

Kasih sayang diberikan oleh ibu dan ayah. Kebutuhan anak sehari-hari disiapkan oleh ibu
pasien. Seluruh waktu ibu digunakan untuk membersihkan rumah dan mengurus keluarga. Siang
hari digunakan untuk anak tidur siang atau bermain dengan tetangga. Malam hari ibu pasien
mengawasi aktivitas anak dan menemaninya tidur.

Pola Asah

o Stimulasi perkembangan diperoleh terutama dari ibu, ayah, tetangga, dan anak-anak
sebayanya yang menemani bermain.
o Bermain dengan keluarga dan tetangga dekat. Kesan:
Pola asah, asih dan asuh dalam batas nomal
22

Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mini

Sehari-hari pasien diasuh ibu nya yang dirumah sebagai ibu rumah tangga, ibu memberikan
kasih sayang dan perhatian yang cukup. Jika anak sakit, ibu akan membawa ke pelayanan
kesehatan. Ibu pasien yang sehari-hari menyiapkan makanan untu pasien. Namun perilaku ibu
untuk cuci tangan belum terbiasa. Ibu pasien mempunyai kebiasaan untuk menghangatkan kembali
makanan dan dihidangkan dengan cara yang kurang benar.

Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mikro

Pada keluarga An.N, tidak ada penyakit yang diturunkan di keluarga. Saat ini keadaan anak
cukup sehat secara fisik, tidak ada kelainan kongenital maupun genetik, tidak ada gangguan mental
emosional atau psikis lainnya, hanya sakit ringan saja yaitu diare akut tanpa tanda dehidrasi.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan buku KIA. Anak memiliki banyak teman dan
dapat bersosialisasi dengan baik. Anak termasuk tipe anak penurut. Pada anak ini didapatkan
kebiasaan mencuci tangan yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh anak mejadi menurun
sehingga mudah terserang penyakit. Anak tidak mendapatkan ASI eksklusif. Imunisasi dasar
lengkap, booster (+).

Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Meso

Di lingkungan tempat tinggal anak terdapat posyandu yang aktif diadakan setiap bulannya.
Puskesmas terdekat berjarak ±7 km dari tempat tinggal pasien, dan terdapat beberapa tempat
praktik dokter umum yang jaraknya lebih dekat dibanding puskesmas. Fasilitas kesehatan dan
sarana pendidikan terjangkau. Pada kasus ini ibu diminta untuk kontrol ke Puskesmas apabila
penyakit tidak kunjung membaik, juga diberi pengetahuan mengenai higenitas dan sanitasi.

Identifikasi Lingkungan Makro

Keluarga hanya bisa menyebutkan sedikit program-program pemerintah yang menurut


mereka dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu misalnya program wajib
imunisasi, program wajib belajar, BPJS, dan pengadaan posyandu.
23

Z-score

Usia : 8 tahun 6 bulan BB: 25 kg TB: 126 cm

WAZ : -0,75 HAZ : -1,03 WHZ : -0,18


24

3.5 Dinamika Keluarga


A. Genogram

Tn. B Ny. P Tn. S Ny. R


68 th 65 th 60 th 50 th

Ny. N
30 th

Ny. K Tn. R Ny. I


40 th Tn. A 39 th 36 th Ny. P
36 th 34 th

An. N
8 tahun
07-04-10

Gambar 1. Genogram Keluarga Penderita

Keterangan :
− Tanggal pembuatan genogram : 29 September 2018 pukul 16.00
− Pemberi informasi: Ny. I
25

− Jenis keluarga: nuclear family

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien

: Tinggal serumah

B. Family Map

An.
N

Tn. A Ny. I

Gambar 2. Family Map

1. Disfungsional
Hubungan antara anggota keluarga tidak erat
2. Fungsional
Hubungan antara keluarga erat
3. Enmeshed/over-involved/terlalu ikut campur Hubungan antara
keluarga yang terlalu ikut campur
4. Clear Boundaries (Batasan yang jelas)
26

Menolong keluarga mempertahankan otonomi dan privasi individual tanpa mengurangi


rasa saling memiliki dan interdependensi dalam keseluruhan keluarga.
5. Rigid Boundaries (Batasan yang terlalu kaku)
Membuat anggota keluarga menjadi berjarak dan saling terisolasi. Otonomi mungkin
tetap ada namun sulit mempertukarkan keterlibatan dan afeksi satu sama lain.
6. Diffused Bondaries (Batasan yang terlalu buram)
Membuat masing-masing anggota keluarga sangat mudah terganggu oleh campur tangan
anggota keluarga lainnya. Perkembangan kemandirian menjadi terhambat.
Kesimpulan  Hubungan antara pasien, orang tua, dan anak yang tinggal serumah
dalam keadaan yang fungsional.
C. APGAR
Tabel 4. Skor APGAR

No Pertanyaan Hampir Kadang- Hampir tidak


selalu kadang pernah (0)
(2) (1)
1 Addaptation: Saya puas dengan keluarga √
saya karena masing-masing anggota
keluarga sudah menjalankan kewajiban
sesuai dengan seharusnya
2 Partnership: Saya puas dengan cara √
keluarga (teman-teman) saya, untuk
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya

3 Growth: Saya puas bahwa keluarga √


(teman-teman) saya, menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.

4 Affection: Saya puas dengan √


kehangatan/kasih sayang yang diberikan
keluarga saya
5 Resolve: Saya puas dengan waktu yang √
disediakan keluarga untuk menjalin
kerjasama
Keterangan :
Skor 0 : Hampir tidak pernah
Skor 1 : Kadang-kadang
27

Skor 2 : Hampir selalu

Total Skor 8-10 : fungsi keluarga sehat


Skor 4-7 : fungsi keluarga kurang sehat

Skor 0-3 : fungsi keluarga sakit


Dari tabel di atas skor rerata total 10 menunjukkan bahwa fungsi dalam keluarga ini
sehat.

D. SCREEM
Tabel 5. SCREEM

Variabel Resource Pathology


Social Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga
baik, saling menolong jika ada kesusahan dan
disukai di masyarakat sekitar.

Cultural Pasien merupakan suku Jawa dan lama hidup


di Jawa. Pasien tidak terlalu percaya akan hal-
hal mistis.
Religion Pasien menganut agama Islam. Ayah dan ibu
pasien juga menganut agama yang sama dan
taat beribadah.

Economic Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Ayah


pasien bekerja sebagai karyawan swasta
dengan penghasilan 5.000.000. Cukup untuk
kebutuhan sehari-hari. Pasien menggunakan
JKN
Education Pasien masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Medical Terdapat puskesmas Srondol dengan jarak 3


km dari rumah pasien, RS Banyumanik dengan
jarak 2,5 km dari rumah pasien dan RS
Hermina dengan jarak 3 km dari rumah pasien.
Pasien, ayah, dan ibu memiliki kartu jaminan
kesehatan.
28

E. Family Life Line


Berikut garis riwayat hidup pasien ditinjau dari aspek psikologis yang mempengaruhi kesehatan:
Tabel 6. Family Life Line

Lahir : 2010
Pasien terkena ISPA : 2011
Imunisasi dasar lengkap : 2011
Masuk Sekolah : 2016
Pasien mengalami sakit diare akut selama 3 hari, BB pasien turun 0,9 kg.
pasien dibawa ke Puskesmas : 2018

F. Family Life Cycle


Menurut siklus kehidupan keluarga oleh Duvall 1977, keluarga pasien masuk dalam siklus ke 5
yaitu keluarga dengan anak remaja, prestasi sekolah anak di sekolah baik, hubungan dengan teman
sebaya baik. Hubungan anak dengan keluarga baik.
3.6 Identifikasi Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Pasien saat ini berusia 8 tahun dan sedang sakit diare sudah 3 hari. Untuk keluhan yang
dirasakan saat ini adalah diare dan penurunan nafsu makan.

2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Hubungan pasien dengan ayah, ibu dan adiknya
baik. Pasien sering menceritakan apa yang dialaminya kepada orang tua. Hubungan
dengan tetangga di sekitar rumah baik. Pasien mempunyai kepribadian terbuka terhadap
orang lain. Pengambilan keputusan dalam masalah di keluarga dipegang oleh ayah pasien.
Waktu luang pasien diisi dengan bermain bersama teman di sekitar rumah.
29

3. Fungsi Ekonomi
Kebutuhan hidup sehari-hari pasien dipenuhi oleh ayah pasien. Pendapatan ayah pasien
kurang lebih Rp. 5.000.000 perbulan. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah
tangga seperti listrik dan makan.

4. Fungsi Pendidikan
Pasien belum tamat SD. Pasien masih duduk di kelas 2 SD. Orangtua pasien lulusan
SMA. Pendidikan moral diajarkan orangtua pasien.
5. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga beragama Islam dan taat beribadah.

6. Fungsi Sosial dan Budaya


Pasien dan keluarga diterima dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi pasien
dengan tetangga baik. Pasien aktif di lingkungan rumah. Pasien dan keluarga pasien tidak
percaya akan mitos atau hal-hal lain yang berpengaruh dalam kesehatan.

3.7 Perilaku Kesehatan Keluarga


a. Indikator rumah tangga sehat
Tabel 4. PHBS

Indikator Ibu Suami Anak Keluarga

Keluarga mengikuti KB T 0

Ibu bersalin di faskes Y Y 1

Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap Y 1

Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan Y 1

Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan Y 1

Penderita TB paru berobat sesuai standar NA NA NA NA

Penderita hipertensi berobat teratur NA NA NA NA

Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan NA NA NA NA


Tidak ada anggota keluarga yang Y Y Y 1
merokok
30

Keluarga memiliki/memakai air bersih Y Y Y 1


Keluarga memiliki/memakai jamban Y Y Y 1
sehat

Sekeluarga menjadi anggota JKN/Askes Y Y Y 1

Indeks keluarga sadar kesehatan 8/9 KS

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan yang ditemukan :


1. Faktor Perilaku
Pasien memiliki kebiasaan makan teratur dengan frekuensi makan 3x/hari dengan
menu makan yang kurang bervariasi. Pasien biasanya makan di dalam rumah, namun
pasien masih sering jajan sembarangan diluar rumah. Air minum biasanya air putih, susu
dan teh. Pasien jarang mengkonsumsi buah.

Personal hygiene keluarga dan pasien kurang baik. Keluarga memiliki jamban leher
angsa sendiri dan berjumlah 1 buah. Air minum bersumber dari PAM, air dimasak
terlebih dahulu. Rumah dalam kondisi bersih . Jaring laba-laba jarang dibersihkan.
Jendela ada dan dibuka. Pasien dan keluarga beraktivitas fisik. Ayah ada kebiasaan
merokok di rumah. Jika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya membeli obat warung
terlebih dahulu, jika tidak sembuh berobat ke puskesmas.

2. Faktor Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan dengan jarak antar rumah 3 meter. Atap rumah dari
genting, belum memiliki langit-langit. Dinding terbuat dari batu bata. Lantai rumah
semen. Kebersihan dalam rumah sudah baik, barang-barang sudah tertata rapi, lantai
bersih. Pencahayaan dan sirkulasi di dalam rumah cukup. Sumber air minum berasal dari
PAM. Sampah dikumpulkan kemudian dibuang ke belakang halaman, kemudian dibakar.

3. Faktor sarana pelayanan kesehatan


Puskesmas Srondol berjarak 7 km dari rumah, waktu perjalanan yang ditempuh
dengan kendaraan sekitar 5-10 menit. Bidan desa terdekat berjarak sekitar 2 km dari
rumah. Hal ini cukup berpengaruh terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan
31

kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Pasien menggunakan Jaminan
Kesehatan Nasional untuk berobat.

4. Faktor keturunan
Tidak terdapat keluarga yang menderita alergi, kelainan kongenital, jantung, hipertensi,
kencin manis, dan penyakit keturunan lainnya.

3.8 Identifikasi Lingkungan Rumah

Keadaan Rumah

Ukuran : 7 m x 6 m, 1 lantai
Penghuni : 4 orang (pasien, ayah pasien, ibu pasien dan adik pasien)
Halaman rumah : Tanah
Pekarangan rumah : Latar tanah
Dinding rumah : Tembok
Lantai rumah : Ubin
Atap : Genting, tidak memiliki langit-langit.
Ruangan :1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 tempat
beribadah, 1 kamar mandi
Ventilasi : 3 buah jendela di bagian depan ukuran 150 cm x 50 cm, , dan 1
buah jendela ukuran 100 cm x 50 cm pada kamar tidur, dan dua buah
jendela ukuran 100 cm x 50 cm di ruang keluarga. Jendela selalu
dibuka setiap hari.
Pencahayaan : Pencahayaan rumah cukup
Kebersihan : Cukup
Sumber air : Air dari PAM jumlah cukup
Tempat sampah : Sampah sisa makanan dibuang ke lubang, sampah plastik dan
dedaunan dibakar
Air limbah : Tidak ada SPAL, air dibuang di selokan menuju sungai.
32

Kamar
Mandi

Kamar
Dapur
Tidur 2

Kamar
Tidur 1
Ruang
Keluarga
Ruang
Tamu

Teras

Gambar 3. Denah Rumah

3.9 Pengetahuan Kedokteran Wisata


Pasien dan keluarga jarang berwisata, jika pergi biasanya dengan akomodasi kendaraan
bermotor, pasien dan keluarga sudah mengerti pentingnya menggunakan helm dan berkendara
yang aman. Pasien biasanya membeli makanan di tempat wisata dengan memperhatikan
kebersihan makanan yang akan dibeli. Pasien sering mudah lelah setelah bepergian jauh,
sehingga selalu membawa minyak kayu putih dan obat herbal yang dibeli di warung. Keluarga
kurang mengetahui dan tidak mencari tahu ada tidaknya fasilitas kesehatan di tempat-tempat
wisata yang dikunjungi. Selama berwisata, anggota keluarga terkadang terkena infeksi saluran
nafas atau kelelahan.

3.10 Diagnosis Holistik


a. Aspek I :

keluhan : Mencret
kekhawatiran : Orangtua khawatir BB anak semakin turun
harapan : Pasien sembuh seperti semula
33

b. Aspek II : Diare akut tanpa tanda dehidrasi dd/ infeksi viral, bakteri c.
Aspek III :
 frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di rumah dan pasien
masih sering membeli makanan jajanan diluar rumah. Pasien dan keluarga
mengaku jarang mengkonsumsi daging dan buah.
 Pasien dan ibu pasien tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
d. Aspek IV :

 Keluarga pasien kurang memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat terutama
higienitas dalam menyiapkan makan

 Pasien suka bermain dengan tanah namun tidak dibiasakan cuci tangan

e. Aspek V: derajat fungsional 1 (pasien masih dapat beraktivitas seperti biasa)

3.11 Pengelolaan Komprehensif


A. Patient Centered care!

1. Promotif
o Memberi edukasi pasien tentang pola hidup sehat, seperti makan makanan yang
bergizi dan yang tidak menyebabkan gangguan pada perut, olahraga teratur, dan
istirahat yang cukup
o Memberi edukasi kepada pasien tentang diare (penyebab, penularan, tanda bahaya )
o Memberi edukasi tentang rumah yang bersih dan sehat
2. Preventif

o Mengajarkan 7 langkah cuci tangan (sebelum memasak, sebelum makan, setelah


membersihkan kamar mandi atau dari kamar mandi, setelah membersihkan atau
memegang hewan peliharaan, setelah membuang sampah, dll)
o Memasak makanan dan air yang hendak dikonsumsi dengan benar sampai matang
o Memberi edukasi untuk tidak mempersiapkan makanan terlebih dahulu apabila sedang
sakit
3. Kuratif
o Oralit sachet x 6, larutkan dalam 200 ml air, diberi setelah diare
o ZINC 1 x 20 mg selama 10 hari
34

o Stimuno syr
4. Rehabilitatif
o Menghimbau pasien untuk minum air putih dalam jumlah kecil tiap 5-10 menit atau air +
gula + garam
o Memberi edukasi pasien, saat lapar makan makanan seperti crackers, nasi, pisang, roti
bakar, tidak makan makanan yang pedas supaya cepat pulih
o Beristirahat di rumah
o Memberikan edukasi kepada pasien apabila bibir kering, lemas, penurunan jumlah pipis,
diare, muntah tidak membaik segera kembali ke dokter.
B. Family focused
 Promotif:
o Memberi edukasi kepada keluarga tentang pola hidup sehat, seperti makan
makanan yang bergizi dan yang tidak menyebabkan gangguan pada perut,
olahraga teratur, dan istirahat yang cukup
o Edukasi kepada keluarga tentang diare (penyebab, penularan,komplikasi, dan
pengobatan )
o Edukasi tentang rumah yang bersih dan sehat
 Preventif:

o Mengajarkan 7 langkah cuci tangan agar keluarga dapat cuci tangan dengan
benar terutama setelah membersihkan atau bermain dengan hewan peliharaan,
bila akan makan atau minum, setelah dari toilet
o Memberi edukasi kepada keluarga untuk selalu memasak air dengan benar
sebelum diminum, dan bila memasak maka dimasak sampai benar-benar
matang
o Mengingatkan pasien untuk cuci tangan terlebih dahulu saat akan memasak
atau memegang makanan untuk keluarga
o Mengedukasi kepada ibu pasien untuk tidak/mengurangi pemberian uang jajan
kepada pasien, dan membawakan bekal kepada pasien apabila pasien hendak
untuk sekolah
35

 Kuratif:
o Memotivasi keluarga agar dapat mengingatkan pasien untuk mengkonsumsi
obat
 Rehabilitatif:

o Menghimbau keluarga untuk dapat mengingatkan, mempersiapkan minuman,
makanan untuk pasien dan jangan terlalu lelah
o Memberikan edukasi tentang tanda-tanda dehidrasi dan penanganannya
C. Community oriented
 Promotif:

o Memberi edukasi kepada masyarakat sekitar tentang pola hidup sehat, seperti
makan makanan yang bergizi dan yang tidak menyebabkan gangguan pada
perut, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup
o Melakukan edukasi kepada tetangga sekitar tentang diare, komplikasi, dan
cara menanganinya
o Menghimbau kepada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya,
sampah selalu di tutup, dan menjaga kebersihan lingkungan
 Preventif:

o Menghimbau masyarakat sekitar untuk selalu rajin cuci tangan dengan benar
sebelum memasak, makan, atau minum
 Kuratif:

o Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk meminum obat apabila diare
 Rehabilitatif:

o Menyediakan tempat sampah yang bersih, tertutup sehingga tidak banyak lalat
o Memberi edukasi kepada masyarakat cara pembuatan oralit untuk pasien yang
dehidrasi
36

3.12 Tindak Lanjut

Tanggal Masalah Kesehatan Kegiatan yang Dilakukan Hasil Kegiatan

26-09-2018 Kurangnya Memberi penjelasan Pasien dankeluarga


pengetahuan tentang diare meliputi paham tentang
tentang diare, penyebab, gejala, usaha penyebab, gejala,
seperti penyebab, mengatasi diare, terapi, usaha mengatasi
gejala, penularan, pencegahan penularan diare, terapi,
cara mencegah dan komplikasi pencegahan
penularan, penularan dan
komplikasi, dan komplikasi dari
pengobatannya diare

26-09-2018 Pasien suka Memberikan edukasi Pasien dan keluarga


membeli makanan makanan atau minuman mengerti makanan
di luar yang layak dibeli, atau minuman yang
memberikan edukasi layak di beli dan
untuk membawa bekal dikonsumsi
apabila ke sekolah
26-09-2018 Pasien jarang untuk Mengajarkan cara cuci Pasien dan keluarga
mencuci tangan tangan dan memberi mengerti cara cuci
sebelum dan edukasi waktu untuk tangan yang benar
sesudah makan, cuci tangan, terutama dan kapan saja harus
pasien sering main sesudah main tanah cuci tangan
tanah namun tidak
dibiasakan cuci
tangan
26-09-2018 Kurangnya -Mengedukasi bagaimana Pasien sudah
pengetahuan mengenai mengolah makanan mentah mempraktekkan untuk
penyimpanan makananke matang yang baik, cara menutup makanan yang
yang baik. menyimpan dengan disimpan
ditutup, dan menghangat
kembali.
Kesimpulan tindak lanjut :
a. Tingkat pemahaman:
Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik.

b. Faktor pendukung :
 Penderita dan keluarga mau menerima informasi yang diberikan, merasa
ingin tahu, dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan
tentang diare

 Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk hidup sehat.

c. Faktor penyulit : -
d. Indikator keberhasilan : pasien mengetahui faktor risiko diare dan kaitannya
dengan status gizi anak serta berbagai komplikasi yang terjadi serta
mengetahui pentingnya perubahan pola diet dan perilaku hidup bersih dan
sehat
36

BAB IV
PENUTUP

3.13 Kesimpulan
Penatalaksanaan kedokteran keluarga seorang anak perempuan usia 8 tahun
dengan diare akut tanpa tanda dehidrasi pada kasus ini antara lain

 Terapi Medikamentosa :
1. Oralit sachet x 6, larutkan dalam 200 ml air, diberi setelah
diare
2. ZINC 1 x 20 mg selama 10 hari
3. Stimuno syr
 Terapi Non Medikamentosa :
 Edukasi mengenai mengenai penyakit asma

 Edukasi mengenai mengenai faktor penc asma

 Edukasi mengenai tanda-tanda serangan asma
Pembinaan terhadap pasien dan keluarga :

 Menjelaskan kepada orang tua bahwa anak perlu diberikan oralit untuk tujuan
rehidrasi pada anak dan diminumkan sedikit demi sedikit namun sering. Jika anak
muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi lebih lambat.

 Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga 10-14 hari
sekalipun nantinya diare sudah sembuh.

 Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat makan dan
minum dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan menyiapkan makan
serta menggunakan alat-alat makan dan minum yang sudah dicuci bersih.

 Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel, kehausan,
mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila anak diare disertai
muntah berulang, anak tampak kehausan sebaiknya segera dibawa ke puskesmas
atau klinik atau RS terdekat.

 Mengedukasi orangtua untuk mengurangi uang jajan anak, lebih baik untuk anak
apabila dibawakan bekal jika hendak ke sekolah

Pembinaan terhadap pasien dan keluarga


37

1. Menjelaskankepada keluarga pasien tentang diare dan status gizinya,


meliputi faktor risiko yang ada pada pasien dan penatalaksanaannya.
2. Memotivasi keluarga pasien untuk bersama-sama memperhatikan
dan memperbaiki pola makan anak
3. Memotivasi pasien untuk mengubah perilaku hidup bersih dan sehat

3.14 Saran
Untuk menurunkan angka kematian anak akibat diare dan angka gizi buruk dan
stunting diperlukan pendekatan keluarga dalam menatalaksana pasien secara
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Buku


Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2011.
2. Dasar RK. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013.
Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI. 2013.
3. IDAI UKK Gastro-Hepatologi. Modul Pelatihan Diare. Yogyakarta: IDAI; 2009.
4. Subagyo B. Santoso N. Diare akut. Jullie 0, Soenarto SS, Oswari H, Ariel S, 5osalina
I, Sri Mulyani N, editors Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2010:87.
5. Kementrian Kesehatan Diare Republik Indonesia. Situasi Diare Di Indonesia
[Internet]. 2011 [cited 2015 Mar 18]. Available from: Kementrian Kesehatan RI
6. IN K. Upaya Pencegahan Diare Ditinjau dari Aspek Kesehatan Masyarakat. Dalam:
Kongres Nasional II BKGAI Bandung: BKGAI. 2003:29-43.
7. Praktek Klinis Ilmu Kesehatan Anak. RI, RSUP Dr. Kariadi Semarang Kementeriaan
Kesehatan; 2015.
8. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip Pencegahan.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014
37

LAMPIRAN

Kuesioner Identifikasi Masalah Pertumbuhan Perkembangan Dan Faktor-Faktor Risiko


No Pola Asuh KETERANGAN
1 Apakah tipe pola asuh orang tua yang diberikan pada anak? (berdasarkan Demokratis
kuesioner pola asuh)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mikro YA TIDAK
2 Apakah terdapat kelainan/penyakit yang diturunkan di keluarga? √
3 Apakah proses kelahiran anak normal tanpa masalah kesehatan? √
4 Apakah Anak sehat secara fisik? √
5 Apakah terdapat kelainan congenital atau dismorfik? √
6 Apakah Anak sehat secara mental emosional? √
7 Apakah Anak dapat bersosialisasi dengan baik? √
8 Apakah pertumbuhan anak normal?(sesuai buku KIA) √
9 Apakah perkembangan anak normal?(sesuai buku KIA) √
10 Apakah anak termasuk dalam tipe anak manja/penurut/pasif (pilih salah Mandiri
satu)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mini YA TIDAK
11 Apakah terdapat masalah kesehatan saat kehamilan? √
12 Apakah orangtua memiliki pengetahuan yang cukup untuk merawat anak? √
13 Apakah orangtua mengetahui arti asi eksklusif? √
14 Apakah orangtua mempraktekkan asi eksklusif kepada anak? √
15 Apakah orangtua mengetahui tindakan apa yang dilakukan bila anak √
demam?
16 Apakah orangtua mengetahui tindakan apa yang dilakukan bila anak diare? √
17 Apakah orangtua tahu cara memantau pertumbuhan dan perkembangan √
anak?
18 Apakah gaji orangtua cukup untuk kehidupan keluarga? √
19 Apakah orangtua mendukung dengan program wajib belajar pemerintah? √
20 Apakah orangtua mengetahui tentang kebutuhan nutrisi anak? √
21 Apakah hubungan suami dan istri harmonis dan konsisten dalam √
menerapkan pola asuh?
22 Apakah orangtua beranggapan terdapat program kesehatan yang √
bertentangan dengan agama/budaya?
23 Apakah orangtua selektif dalam menyikapi teknologi? √
24 Apakah orangtua memliki peraturan mengenai jam menonton √
televisi/bermain game atau gadget?
25 Apakah imunisasi dasar anak lengkap? √
26 Apakah seluruh anggota keluarga sudah mengikuti program BPJS? √
27 Apakah orangtua memiliki buku KIA untuk anak? √
28 Apakah orangtua mengetahui fungsi buku KIA? √
29 Apakah orangtua membawa anak ke fasilitas kesehatan/puskesmas bila √
anak sakit?
30 Apakah orangtua lebih percaya pengobatan alternative dibandingkan √
medis?
31 Apakah anak rutin dibawa ke posyandu? √
32 Apakah kedua orangtua bekerja diluar rumah? √
33 Apakah anak dititipkan di tempat penitipan anak? √
38

35 Siapakahyangmerawatanaksehari-hari?(ibu/bapak/kakek- Ibu, Kakek, Nenek


nenek/pengasuh)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Meso YA TIDAK
36 Apakah terdapat Posyandu di lingkungan anak? √
37 Apakah Puskesmas yang terdekat mudah dijangkau? √
38 Bila lokasi puskesmas jauh, apakah terdapat fasilitas kesehatan yang lebih √
dekat?
39 Apakah terdapat PAUD yang cukup dekat dengan tempat tinggal anak? √
40 Apakah terdapat fasilitas pendidikan formal (SD/SMP/SMU) yang cukup √
dekat dengan tempat tinggal anak?
41 Apakah terdapat Tempat penitipan anak yang cukup dekat dengan tempat √
tinggal anak? (bila kedua orangtua bekerja)
42 Menurut orangtua apakah program acara televisi nasional saat ini sudah √
baik?
No Identifikasi Lingkungan Makro
Sebutkan program-program pemerintah dan dasar hukumnya yang menurut anda dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
1. Program wajib belajar 9 tahun
2. Vaksinasi dan imunisasi lengkap

CATATAN :
Lingkungan mikro
Tidak ada masalah kesehatan baik fisik maupun emosional, namun sekarang menderita diare akut
tanpa tanda dehidrasi
Tumbuh-kembang anak normal
Lingkungan mini
Anak mendapatkan ASI ekslusif
Lingkungan meso
Fasilitas kesehatan dan saran pendidikan terjangkau
Lingkungan makro
Pemerintah telah membuat program yang dapat mendukung tumbuh-kembang anak lewat buku KIA,
posyandu dan imunisasi rutin
39

Anda mungkin juga menyukai