Disusun Oleh:
Yunanda Rizki Amalia Harahap
22010116220372
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
22010116220372
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul Kasus Kedokteran
Keluarga “Seorang Anak Perempuan 8 Tahun 6 Bulan dengan Diare Akut Tanpa Tanda
Dehidrasi”
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan Komprehensif
Kedokteran Keluarga di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Tentunya kami
berharap pembuatan laporan ini tidak hanya berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan di
atas. Namun, besar harapan kami agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak
yang berhubungan dengan masalah ini.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
Diare dapat menyebabkan kematian. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata
laksana yang tidak tepat baik di rumah tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan
kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. Sebagian dari penderita (1–2 %)
akan jatuh ke daam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50- 60% diantaranya dapat
meninggal. 2
Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare yaitu status kesehatan
lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, pembuangan
air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam enam kelompok besar yaitu infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan
parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain. 1
Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial
KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sering disertai dengan kematian. Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/ kota
dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang. Case Fatality Rate (CFR) saat KLB
dari tahun 2008 sampai dengan 2015 masih cukup tinggi lebih dari 1% kecuali pada tahun 2014
CFR 0,40%, sedangkan tahun 2015 CFR diare saat KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%.
Jumlah kasus diare di kota Semarang, tahun 2015 sebanyak 39.893 kasus, untuk penderita umur
<1 tahun sebesar 3.152 kasus, umur 1-4 tahun sebesar 7.755 kasus, umur > 5 tahun sebesar 28.986
kasus. 3
5
Oleh karena itu angka kejadian diare masih tinggi yang disebabkan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai diare, baik itu gejala, cara penularan, cara pengobatan, dan cara
pengendaliannya. 3 Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk lebih
mendalami kasus diare akut pada An. K di Puskesmas Gunung Pati dengan pendekatan trias
epidemiologi.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan kasus diare
anak melalui pendekatan keluarga.
1.3 Manfaat
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa agar
dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung kepada pasien diare anak.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
1. Pengertian dan Etiologi
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk
(unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung
kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih,
maka digolongkan pada Diare Kronik. Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus.
Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas,
1
tenesmus, demam dan tanda-tanda dehidrasi.
Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning), alergi,
1
reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis.
2. Penyebab Diare
Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui dengan pasti, penyebab diare dapat
3
dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Penyebab tidak langsung Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah
atau mempercepat terjadinya diare seperti : keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, kepadatan
penduduk, sosial ekonomi.
b. Penyebab langsung Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri virus
dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun
yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyakit diare akut dibagi menjadi 2 golongan yaitu (Suharyono, 2003) : 1)
Diaresekresi
a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti shigella, salmonella, E. coli,
bacillus careus, clostridium. Golongan virus seperti protozoa, entamoeba histolitica,
giardia lamblia, cacing perut, ascaris, jamur.
b) Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan makanan kimia misalnya
keracunan makanan, makanan pedas, terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa
dingin, alergi.
7
c) Definisi imun yaitu kekurangan imun terutama IgA yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri dan jamur.
2) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein dan berat badan
lahir rendah
3. Patogenesis
4
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat yang tidak diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga penggeseran
air dan elektrolit berlebihan akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu (misalnya: foksin) pada
dinding usus yang akan terjadi suatu peningkatan sekresi, selanjutnya menimbulkan diare
karena peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus yaitu hiperstaltik yang mengakibatkan kurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan yang menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare.
3
4. Tanda dan Gejala
Cengeng, gelisah
Suhu tubuh meningkat
Nafsu makan berkurang
Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lendir atau lendir darah
Warna tinja kehijau-hijauan
Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan dehidrasi
Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar, menjadi cekung
(pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering
8
5. Cara Penularan
Kuman penyakit diare ditularkan melalui fecal – oral antara lain melalui makanan
5
dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita.
6. Pencegahan diare
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI, memperbaiki makanan
pendamping ASI, membuang sampah pada tempatnya atau menjaga kebersihan
lingkungan, menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, mencuci tangan sebelum
makan,menutup makanan atau menjaga kebersihan makanan, menggunakan
5
jamban, membuang tinja anak pada tempat yang tepat.
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Terjadinya Diare Pada Anak
Meliputi :
1. Faktor umum atau secara langsung
a. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba di mana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang
dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang
6
didapat.
b. Perilaku cuci tangan
Kebersihan pada ibu dan anak terutama dalam hal perilaku mencuci tangan
setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Sebagian besar kuman infeksi diare
ditularkan melalui jalur fecal-oral. Dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalkan air minum dan makanan.
Kebiasaan dalam kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare,
dengan mengubah kebiasaan dengan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan
dapat memutuskan penularan. Penularan 14-18% terjadinya diare
6
diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan dan perbaikan kebiasaan.
9
c. Hygiene sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempengaruhi
kondisi lingkungan terhadap lingkungan kesehatan manusia, upaya mencegah
timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Termasuk
upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia
(perorangan atau masyarakat). Sedemikian rupa sehingga berbagai faktor
lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan
6
kesehatan .
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia, lebih
mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan
sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat terhindari. Sanitasi
lingkungan berupa adanya jamban umum, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), tempat
sampah. Perilaku masyarakat khususnya ibu anak yang dalam pemanfaatannya
kurang terpelihara, hal ini berhubungan dengan pendidikan kesehatan pada ibu
anak yang berdampak pada tingkat kesadaran atau pengetahuan dalam menjaga
sanitasi lingkungannya. Selanjutnya menimbulkan tercapainya perilaku kesehatan
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya cara membuang sampah
sembarangan hal ini akan menimbulkan pencemaran pada sumber air, udara serta
bau yang menyengat yang tidak sehat dan mengganggu dalam segi kesehatan.
6
Adapun macamnya antara lain :
1. Kualitas Sumber Air
Bagi manusia minum merupakan kebutuhan utama bagi manusia yang
menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, mencuci, kakus,
produksi pangan, pangan dan sandang. Berbagai penyakit dapat dibawa oleh air
kepada manusia pada saat memanfaatkannya, maka tujuan penyediaan air bersih
atau air minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Demikian
diharapkan semakin banyak pengetahuan masyarakat yang menggunakan air
6
bersih maka akan semakin turun modifitas penyakit akibat bawaan air.
10
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang
baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik fasilitas dan cara hidup
mereka yang terjaga akan semakin baik. Pendapatan merupakan faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga. Tingkat
pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, di mana status ekonomi
orang tua yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan. Apabila
tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka khususnya di dalam
rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam penyediaan air bersih, penyediaan
jamban sendiri atau jika mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan
7
terjaga kebersihannya.
e. Status gizi anak
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan,
penyimpanan dan penggunaan makanan. Status gizi adalah tanda-tanda atau
penampilan yang diakibatkan oleh keadaan keseimbangan di satu pihak dengan
pengeluaran oleh organisme dan pihak lain yang terlihat melalui variabel
7
tertentu disebut indikator misalnya Berat Badan dan Tinggi Badan.
Kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makanan yang kurang, diare akut yang lebih berat, yang berakhir
lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten juga lebih sering dan disentri
lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat,
apabila anak sudah kurang gizi secara umum hal ini sebanding
7
dengan derajat kurang gizinya dan paling parah jika anak menderita gizi buruk.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan keluarga sebagai
makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota keluarga dalam organisasi
keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau
anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga serta
fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan
organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko,
meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang
semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga. 8
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang merupakan
gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola perilakuk dan
kebiasaannya. 8
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup keluarga,
pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan gejolak. 8
Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan: 8
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu kedokteran
keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan
kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang
yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga. 8
BAB III
HASIL KUNJUNGAN RUMAH
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien memiliki Kartu BPJS. Kesan
sosial ekonomi cukup.
Riwayat persalinan:
Campak : bulan 9
Saaat ini anak usia berusia 8 tahun 6 bulan, bersekolah di SD Negeri Pudakpayung
Personal-sosial : Anak memiliki banyak teman dan mampu bergaul dengan teman
sebaya, anak yang lebih muda, maupun anak yang lebih tua
darinya. Anak mudah terpengaruh dengan pergaulannya.
B. Pemeriksaan Fisik
Seorang anak perempuan, usia 8 tahun 6 bulan, Berat Badan (BB): 25 kg, Tinggi
Badan (TB): 126 cm
WAZ : NA
HAZ : -0,13
WHZ : -0,55
Kesan :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : RR :18x/menit Nadi: 84x/menit
TD : 90/70 Suhu: 36,5ºC
Status Generalis
Paru
Abdomen
Anggota gerak :
Pola Asuh
Berdasarkan kuesioner yang didarkan pada 3 aspek, yaitu kasih sayang/kehangatan, keterlibatan
orang tua dan pengawas orang tua/kontrol, didapatkan pada keluarga An. N, pola asuh yang
diterapkan adalah tergolong pada pola asuh demokratis dengan kasih sayang/kehangatan baik,
keterlibatan orang tua baik, dan pengawasan atau kontrol orang tua baik. Ibu pasien merupakan
seorang ibu rumah tangga. Anak diasuh oleh ibu dirumah. Pasien minum ASI eksklusif selama 6
bulan dan diberikan makanan pendamping ASI setelahnya. Pasien tidur bersama dengan ibu dan
ayah, namun terkadang pasien tidur dikamar sendiri. Anak dapat makan dan minum sendiri. Pasien
Tidak rutin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Pasien mandi dua kali sehari dengan air
sumur. Pakaian kotor dicuci setiap hari. Rumah disapu 2x tiap hari saat pagi, dipel 1x sehari saat
sore hari hanya menggunakan air. Tempat sampah 2 buah, di dalam rumah dan di depan rumah,
kemudian sampah dibakar tiap hari.
Pola Asih
Kasih sayang diberikan oleh ibu dan ayah. Kebutuhan anak sehari-hari disiapkan oleh ibu
pasien. Seluruh waktu ibu digunakan untuk membersihkan rumah dan mengurus keluarga. Siang
hari digunakan untuk anak tidur siang atau bermain dengan tetangga. Malam hari ibu pasien
mengawasi aktivitas anak dan menemaninya tidur.
Pola Asah
o Stimulasi perkembangan diperoleh terutama dari ibu, ayah, tetangga, dan anak-anak
sebayanya yang menemani bermain.
o Bermain dengan keluarga dan tetangga dekat. Kesan:
Pola asah, asih dan asuh dalam batas nomal
22
Sehari-hari pasien diasuh ibu nya yang dirumah sebagai ibu rumah tangga, ibu memberikan
kasih sayang dan perhatian yang cukup. Jika anak sakit, ibu akan membawa ke pelayanan
kesehatan. Ibu pasien yang sehari-hari menyiapkan makanan untu pasien. Namun perilaku ibu
untuk cuci tangan belum terbiasa. Ibu pasien mempunyai kebiasaan untuk menghangatkan kembali
makanan dan dihidangkan dengan cara yang kurang benar.
Pada keluarga An.N, tidak ada penyakit yang diturunkan di keluarga. Saat ini keadaan anak
cukup sehat secara fisik, tidak ada kelainan kongenital maupun genetik, tidak ada gangguan mental
emosional atau psikis lainnya, hanya sakit ringan saja yaitu diare akut tanpa tanda dehidrasi.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan buku KIA. Anak memiliki banyak teman dan
dapat bersosialisasi dengan baik. Anak termasuk tipe anak penurut. Pada anak ini didapatkan
kebiasaan mencuci tangan yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh anak mejadi menurun
sehingga mudah terserang penyakit. Anak tidak mendapatkan ASI eksklusif. Imunisasi dasar
lengkap, booster (+).
Di lingkungan tempat tinggal anak terdapat posyandu yang aktif diadakan setiap bulannya.
Puskesmas terdekat berjarak ±7 km dari tempat tinggal pasien, dan terdapat beberapa tempat
praktik dokter umum yang jaraknya lebih dekat dibanding puskesmas. Fasilitas kesehatan dan
sarana pendidikan terjangkau. Pada kasus ini ibu diminta untuk kontrol ke Puskesmas apabila
penyakit tidak kunjung membaik, juga diberi pengetahuan mengenai higenitas dan sanitasi.
Z-score
Ny. N
30 th
An. N
8 tahun
07-04-10
Keterangan :
− Tanggal pembuatan genogram : 29 September 2018 pukul 16.00
− Pemberi informasi: Ny. I
25
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
: Tinggal serumah
B. Family Map
An.
N
Tn. A Ny. I
1. Disfungsional
Hubungan antara anggota keluarga tidak erat
2. Fungsional
Hubungan antara keluarga erat
3. Enmeshed/over-involved/terlalu ikut campur Hubungan antara
keluarga yang terlalu ikut campur
4. Clear Boundaries (Batasan yang jelas)
26
D. SCREEM
Tabel 5. SCREEM
Lahir : 2010
Pasien terkena ISPA : 2011
Imunisasi dasar lengkap : 2011
Masuk Sekolah : 2016
Pasien mengalami sakit diare akut selama 3 hari, BB pasien turun 0,9 kg.
pasien dibawa ke Puskesmas : 2018
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Hubungan pasien dengan ayah, ibu dan adiknya
baik. Pasien sering menceritakan apa yang dialaminya kepada orang tua. Hubungan
dengan tetangga di sekitar rumah baik. Pasien mempunyai kepribadian terbuka terhadap
orang lain. Pengambilan keputusan dalam masalah di keluarga dipegang oleh ayah pasien.
Waktu luang pasien diisi dengan bermain bersama teman di sekitar rumah.
29
3. Fungsi Ekonomi
Kebutuhan hidup sehari-hari pasien dipenuhi oleh ayah pasien. Pendapatan ayah pasien
kurang lebih Rp. 5.000.000 perbulan. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah
tangga seperti listrik dan makan.
4. Fungsi Pendidikan
Pasien belum tamat SD. Pasien masih duduk di kelas 2 SD. Orangtua pasien lulusan
SMA. Pendidikan moral diajarkan orangtua pasien.
5. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga beragama Islam dan taat beribadah.
Keluarga mengikuti KB T 0
Personal hygiene keluarga dan pasien kurang baik. Keluarga memiliki jamban leher
angsa sendiri dan berjumlah 1 buah. Air minum bersumber dari PAM, air dimasak
terlebih dahulu. Rumah dalam kondisi bersih . Jaring laba-laba jarang dibersihkan.
Jendela ada dan dibuka. Pasien dan keluarga beraktivitas fisik. Ayah ada kebiasaan
merokok di rumah. Jika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya membeli obat warung
terlebih dahulu, jika tidak sembuh berobat ke puskesmas.
2. Faktor Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan dengan jarak antar rumah 3 meter. Atap rumah dari
genting, belum memiliki langit-langit. Dinding terbuat dari batu bata. Lantai rumah
semen. Kebersihan dalam rumah sudah baik, barang-barang sudah tertata rapi, lantai
bersih. Pencahayaan dan sirkulasi di dalam rumah cukup. Sumber air minum berasal dari
PAM. Sampah dikumpulkan kemudian dibuang ke belakang halaman, kemudian dibakar.
kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Pasien menggunakan Jaminan
Kesehatan Nasional untuk berobat.
4. Faktor keturunan
Tidak terdapat keluarga yang menderita alergi, kelainan kongenital, jantung, hipertensi,
kencin manis, dan penyakit keturunan lainnya.
Keadaan Rumah
Ukuran : 7 m x 6 m, 1 lantai
Penghuni : 4 orang (pasien, ayah pasien, ibu pasien dan adik pasien)
Halaman rumah : Tanah
Pekarangan rumah : Latar tanah
Dinding rumah : Tembok
Lantai rumah : Ubin
Atap : Genting, tidak memiliki langit-langit.
Ruangan :1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 tempat
beribadah, 1 kamar mandi
Ventilasi : 3 buah jendela di bagian depan ukuran 150 cm x 50 cm, , dan 1
buah jendela ukuran 100 cm x 50 cm pada kamar tidur, dan dua buah
jendela ukuran 100 cm x 50 cm di ruang keluarga. Jendela selalu
dibuka setiap hari.
Pencahayaan : Pencahayaan rumah cukup
Kebersihan : Cukup
Sumber air : Air dari PAM jumlah cukup
Tempat sampah : Sampah sisa makanan dibuang ke lubang, sampah plastik dan
dedaunan dibakar
Air limbah : Tidak ada SPAL, air dibuang di selokan menuju sungai.
32
Kamar
Mandi
Kamar
Dapur
Tidur 2
Kamar
Tidur 1
Ruang
Keluarga
Ruang
Tamu
Teras
keluhan : Mencret
kekhawatiran : Orangtua khawatir BB anak semakin turun
harapan : Pasien sembuh seperti semula
33
b. Aspek II : Diare akut tanpa tanda dehidrasi dd/ infeksi viral, bakteri c.
Aspek III :
frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di rumah dan pasien
masih sering membeli makanan jajanan diluar rumah. Pasien dan keluarga
mengaku jarang mengkonsumsi daging dan buah.
Pasien dan ibu pasien tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
d. Aspek IV :
Keluarga pasien kurang memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat terutama
higienitas dalam menyiapkan makan
Pasien suka bermain dengan tanah namun tidak dibiasakan cuci tangan
e. Aspek V: derajat fungsional 1 (pasien masih dapat beraktivitas seperti biasa)
1. Promotif
o Memberi edukasi pasien tentang pola hidup sehat, seperti makan makanan yang
bergizi dan yang tidak menyebabkan gangguan pada perut, olahraga teratur, dan
istirahat yang cukup
o Memberi edukasi kepada pasien tentang diare (penyebab, penularan, tanda bahaya )
o Memberi edukasi tentang rumah yang bersih dan sehat
2. Preventif
o Stimuno syr
4. Rehabilitatif
o Menghimbau pasien untuk minum air putih dalam jumlah kecil tiap 5-10 menit atau air +
gula + garam
o Memberi edukasi pasien, saat lapar makan makanan seperti crackers, nasi, pisang, roti
bakar, tidak makan makanan yang pedas supaya cepat pulih
o Beristirahat di rumah
o Memberikan edukasi kepada pasien apabila bibir kering, lemas, penurunan jumlah pipis,
diare, muntah tidak membaik segera kembali ke dokter.
B. Family focused
Promotif:
o Memberi edukasi kepada keluarga tentang pola hidup sehat, seperti makan
makanan yang bergizi dan yang tidak menyebabkan gangguan pada perut,
olahraga teratur, dan istirahat yang cukup
o Edukasi kepada keluarga tentang diare (penyebab, penularan,komplikasi, dan
pengobatan )
o Edukasi tentang rumah yang bersih dan sehat
Preventif:
o Mengajarkan 7 langkah cuci tangan agar keluarga dapat cuci tangan dengan
benar terutama setelah membersihkan atau bermain dengan hewan peliharaan,
bila akan makan atau minum, setelah dari toilet
o Memberi edukasi kepada keluarga untuk selalu memasak air dengan benar
sebelum diminum, dan bila memasak maka dimasak sampai benar-benar
matang
o Mengingatkan pasien untuk cuci tangan terlebih dahulu saat akan memasak
atau memegang makanan untuk keluarga
o Mengedukasi kepada ibu pasien untuk tidak/mengurangi pemberian uang jajan
kepada pasien, dan membawakan bekal kepada pasien apabila pasien hendak
untuk sekolah
35
Kuratif:
o Memotivasi keluarga agar dapat mengingatkan pasien untuk mengkonsumsi
obat
Rehabilitatif:
o Menghimbau keluarga untuk dapat mengingatkan, mempersiapkan minuman,
makanan untuk pasien dan jangan terlalu lelah
o Memberikan edukasi tentang tanda-tanda dehidrasi dan penanganannya
C. Community oriented
Promotif:
o Memberi edukasi kepada masyarakat sekitar tentang pola hidup sehat, seperti
makan makanan yang bergizi dan yang tidak menyebabkan gangguan pada
perut, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup
o Melakukan edukasi kepada tetangga sekitar tentang diare, komplikasi, dan
cara menanganinya
o Menghimbau kepada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya,
sampah selalu di tutup, dan menjaga kebersihan lingkungan
Preventif:
o Menghimbau masyarakat sekitar untuk selalu rajin cuci tangan dengan benar
sebelum memasak, makan, atau minum
Kuratif:
o Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk meminum obat apabila diare
Rehabilitatif:
o Menyediakan tempat sampah yang bersih, tertutup sehingga tidak banyak lalat
o Memberi edukasi kepada masyarakat cara pembuatan oralit untuk pasien yang
dehidrasi
36
b. Faktor pendukung :
Penderita dan keluarga mau menerima informasi yang diberikan, merasa
ingin tahu, dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan
tentang diare
Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk hidup sehat.
c. Faktor penyulit : -
d. Indikator keberhasilan : pasien mengetahui faktor risiko diare dan kaitannya
dengan status gizi anak serta berbagai komplikasi yang terjadi serta
mengetahui pentingnya perubahan pola diet dan perilaku hidup bersih dan
sehat
36
BAB IV
PENUTUP
3.13 Kesimpulan
Penatalaksanaan kedokteran keluarga seorang anak perempuan usia 8 tahun
dengan diare akut tanpa tanda dehidrasi pada kasus ini antara lain
Terapi Medikamentosa :
1. Oralit sachet x 6, larutkan dalam 200 ml air, diberi setelah
diare
2. ZINC 1 x 20 mg selama 10 hari
3. Stimuno syr
Terapi Non Medikamentosa :
Edukasi mengenai mengenai penyakit asma
Edukasi mengenai mengenai faktor penc asma
Edukasi mengenai tanda-tanda serangan asma
Pembinaan terhadap pasien dan keluarga :
Menjelaskan kepada orang tua bahwa anak perlu diberikan oralit untuk tujuan
rehidrasi pada anak dan diminumkan sedikit demi sedikit namun sering. Jika anak
muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi lebih lambat.
Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga 10-14 hari
sekalipun nantinya diare sudah sembuh.
Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat makan dan
minum dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan menyiapkan makan
serta menggunakan alat-alat makan dan minum yang sudah dicuci bersih.
Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel, kehausan,
mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila anak diare disertai
muntah berulang, anak tampak kehausan sebaiknya segera dibawa ke puskesmas
atau klinik atau RS terdekat.
Mengedukasi orangtua untuk mengurangi uang jajan anak, lebih baik untuk anak
apabila dibawakan bekal jika hendak ke sekolah
3.14 Saran
Untuk menurunkan angka kematian anak akibat diare dan angka gizi buruk dan
stunting diperlukan pendekatan keluarga dalam menatalaksana pasien secara
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CATATAN :
Lingkungan mikro
Tidak ada masalah kesehatan baik fisik maupun emosional, namun sekarang menderita diare akut
tanpa tanda dehidrasi
Tumbuh-kembang anak normal
Lingkungan mini
Anak mendapatkan ASI ekslusif
Lingkungan meso
Fasilitas kesehatan dan saran pendidikan terjangkau
Lingkungan makro
Pemerintah telah membuat program yang dapat mendukung tumbuh-kembang anak lewat buku KIA,
posyandu dan imunisasi rutin
39