Anda di halaman 1dari 4

1. A. Bagaimana cara meminimalisir agar tidak terjadi ruptur perenium saat persalinan ?

Jawaban :
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi risiko terjadinya
vagina robek saat melahirkan atau meminimalkan tingkat keparahannya:
 Untuk meningkatkan kekuatan, kamu bisa berolahraga secara rutin dan
melakukansenam kegel.
 Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan vitamin khusus ibu hamil
.Asupan ini bisa membantu kulit dan jaringan lainnya sehat.
 Meski belum waktunya melahirkan, kamu disarankan untuk berlatih mengejan
yang baik dan benar. Agar jaringan di area vagina meregang dengan baik,
kamu bisa mengejan dengan lembut dan perlahan-lahan sambil
menghembuskan napas. Disarankan menghindari mengejan yang disertai oleh
pengambilan napas dalam-dalam, lalu menahannya.
 Mulailah memijat area perineum selama 10 hingga 15 menit tiap harinya.
Lakukan pijatan 4 hingga 6 minggu sebelum tanggal prediksi. Memijat area
tersebut memakai minyak atau pelumas berbasis air dianggap bisa
meningkatkan kelenturan jaringan di perineum.
 Saat proses persalinan, oleskan area perineum dengan minyak mineral. Hal ini
bisa membantu bayi keluar serta mengurangi gesekan. Pastikan area tersebut
tetap hangat. Untuk menjaga kehangatannya, minta tim medis untuk
mengompresnya dengan kain hangat. Melakukan kompres hangat bisa
meningkatkan aliran darah dan melembutkan otot-otot.
Berikut ada beberapa hal yang dapat dilakukan

B. Bagaimana cara perawatan luka pada Ruptur Perineum


Jawaban :
a. Perawatan pasca Penjahitan Derajat Tinggi (Junizaf)
 Pasang Foley catheter menetap minimal 1x24 jam karena nyeri perineum
pada periuretra yang bengkak dapat menimbulkan retensio urine
 Pemberian Analgetik adekuat (non steroid anti inflamatory seperti
Ibuprofen)
 Kompres es dapat digunakan untuk mengurangi edema dan nyeri
postpartum
b. Perawatan pasca penjahitan :
 Pemberian anti biotik spektrum luas (Cefuroxim 1,5 gr) dan
Metronidazolevi dence level IV
- Antibiotik untuk cegah infeksi yang resiko tinggi inkontinensia fekal
dan fistula rektovaginal
- Mertonidazol untuk melindungi kontaminasi kuman anaerob dari anus
 Pemberian Laksatif atau pencahar selama 10-14 hari pada perawatan grade
IV (gunakan untuk mencegah terjadinya konstipasi sehingga terlepasnya
jahitan
 Program rehabilitasi otot dasar panggul dialkukan setelah 3 hari pasca
penjahitan (individual sesuai rekomendasi fisioterapis)
 Rujuk ke ahlinya (bedah digestif/uroginekologis)untuk evaluasi setelah 3
bulan pasca melahirkan (apakah perlu pengobatan lanjutan/perbaikan
sfingter)
 Penjelasan pada pasien dan tidak dipulangkan sebelum aaktivitas BAB
kembali normal
 Penjelasan detail tentang trauma dan bila ada masalah seperti infeksi atau
kontrol BAB yang sulit segera kontrol.
 Setelah 12 minggu perlu dinilai integritas sfingter ani dengan alat
ultrasound endoanal dan manometri anal.

2.

Jawaban :

Dibawah ini adalah rangkuman dari beberapa studi yang telah di publis terkait
pencegahan robekan perineum antara lain:2

1. Tidak dilakukannya episiotomi (adanya pembukaan serviks secara alami sejak usia
gestasi 36 minggu) secara signifikan meningkatkan angka persalinan pada ibu
nulipara dengan perineum yang utuh.
2. Pada tahun 2001 – studi kohor prospektif yang dipublis di Jerman melaporkan
bahwa terjadi penurunan tindakan episiotomi sebesar 50% pada 50 ibu nulipara,
lebih sedikit yang mengalami robekan perineum (2% vs 4%), dan kala II yang
lebih pendek (mean 29 vs 54 minutes)
3. Studi di Melbourne, Australia melaporkan bahwa dari 48 ibu nulipara terjadi
penurunan penggunaan episiotomi (26% vs 34%), lebih banyak persalinan dengan
perineum yang utuh (46% vs 17%), kala II yang lebih pendek (mean 61 vs 81
menit), dan tidak ada efek pada apgar bayi dengan penggunaan instrument
(episiotomi) saat persalinan
4. Studi observasional dalam skala besar di United Stated (US) melaporkan bahwa
kompres panas pada nulipara dapat mereduksi kebutuhan akan intervensi
episiotomi dan multipara (borderline), dapat mereduksi robekan perineum spontan
pada kedua kelompok baik pada nulipara maupun multipara, tetapi belum
dikonfirmasi dengan studi yang lebih tinggi (RCT)
5. Studi RCT pada 185 ibu yang menggunakan lignocaine spray menginformasikan
bahwa tidak ada perbedaan efek nyeri perineum pada kedua kelompok, tetapi lebih
sedikit yang mengalami dispareunia dan lebih sedikit yang mengalami robekan
perineum pada derajat kedua (RR 0,63 IK 95% 0,42-0,93) pada kelompok ibu yang
menggunakan lignocaine spray. Namun demikian, NICE tetap menganjurkan
sebaiknya tidak menggunakan lignocain spray.

B. Apa saja tanda tanda dari ruptur perineum sebelum di lakukan eepisiotomi
Jawaban :
Selama kala dua persalinan, ketika perineum mulai meregang penolong
persalinan harus mengamati keadaan perineum secara hati-hati dan kontinu. Dengan
pengalaman seorang dokter, bidan maupun perawat seharusnya mampu memprediksi
atau menganalisis ruptur perineum yang akan terjadi.Adapun tanda yang
menyebabkan terjadinya robekan perineum adalah :
1. Kulit perineum mulai meregang dan tegang.
2. Ketika darah mengalir dari liang vagina, ini sering megindikasikan
terjadinya robekan mukosa vagina.
3. Kulit perineum nampak pucat dan mengkilap.
4. Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek. Perdarahan dalam
keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik,dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.

3. A. Cara menghentikan pendarahan pada ruptur perineum

Jawaban :
Tindakan yang dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah sebagai berikut :
a. Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma
terhadap uretra saat penjahitan robekan jalan lahir.
b. Memperbaiki robekan jalan lahir.
c. Jika perdarahan tidak berhenti, tekan luka dengan kasa secara kuat kira-kira
selama beberapa menit. Jika perdarahan masih berlangsung, tambahkan satu
atau lebih jahitan untuk menghentikan perdarahan.
d. Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan
makanan dan minuman pada ibu
B. Cara meratakan episiotomi

Jawaban :

 Episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi meregang perineum pada


janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin matur
. Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka
episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu
lambat maka laserasi tidak dapat dicegah. sehingga salah satu tujuan episiotomi
itu sendiri tidak akan tercapai.
 Episiotomi biasanya dilakukan pada saat perineum menipis dan pucat
serta kepala janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada saat kontraksi .
Jika dilakukan bersama dengan penggunaan ekstraksi forsep, sebagian besar
dokter melakukan episiotomi setelah pemasangan sendok atau bilah forsep
 Pertama pegang gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan satu
tangan, kemudian letakkan jari telunjuk dan jari tengah di antara kepala bayi dan
perineum searah dengan rencana sayatan. Hal ini akan melindungi kepala bayi
dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah di
episiotomi.
 Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his). Kemudian selipkan gunting dalam
keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah. Gunting perineum mengarah
ke sudut yang diinginkan untuk melakukan episiotomi, misalnya episiotomi
mediolateral dimulai dari fourchet (komissura posterior) 45 derajat ke lateral kiri
atau kanan. Pastikan untuk melakukan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani
eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh kearah samping untuk
rnenghindari sfingter.
 Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu
atau dua guntingan yang mantap. Hindari “menggunting” jaringan sedikit
demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan
menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama.
 Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi
dengan di lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara
kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan. Karena dengan melakukan
tekanan pada luka episiotomi akan menurunkan perdarahan.

 Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan
episiotomi.
 Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi,
perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika
terjadi perluasan episiotomi atau laserasi tambahan.

Anda mungkin juga menyukai