LP Askep Vaginitis
LP Askep Vaginitis
VAGINITIS
OLEH
SI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JEMBRANA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
VAGINITIS
I. Tinjauan Teori
A. Definisi
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka
memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah
mukosa vagina lembab. Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa
berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri, jamur serta virus yang bisa
dengan mudah hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan penyakit,seperti
yang terdapat di daerah vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis. Vaginitis
(colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
parasit atau jamur (Manuaba. 2001).
Vaginitis adalah inflamasi vagina yang di cirikan oleh perubahan sekresi
cairan vagina, yang dapat banyak, berbau, dan urulen, dan dapat diikuti oleh
disuria dan pendarahan vagina. Sering terdapat gatal pada vulva, dan klien
umumnya mengeluh ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia. (Black and
Hawks, 2009).
B. Etiologi
Penyebab dari vaginitis adalah Candida albicans, Trichomonas vaginalis,
Neisseria gonorrhoeae, Hemophilus vaginalis. Penyebab lain meliputi gabungan
bedak tabur, cacing kremi, benda asing, hygiene perineum yang buruk. Menurut
Universitas Padjadjaran (1981) penyebab vaginitis :
1. Vulvovaginitis pada anak
2. Sering disebabkan oleh gonorrhea atau corpus allienum.
3. Kolpitis senilis
4. Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi.
5. Kolpitis pada masa reproduktif
a. Masturbasi
b. Corpus allienum : pessaerium, obat atau alat kontrasepsi kapas
c. Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin
C. Klasifikasi
1. Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans.
Penyebab :
a. Hygiene yang kurang.
b. Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah
yang tinggi, dan pemberian antibiotik berspektrum luas.
Tanda dan gejala :
a. Pruritus vulvae.
b. Nyeri vagina yang hebat.
c. Disuria eksterna dan interna.
d. Rash pada vulva.
e. Eritematosa.
f. Sekret khas seperti keju lembut.
2. Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Penyebab :
a. Hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
a. Secret banyak dan bau busuk.
b. Disuria eksterna dan interna.
c. Pruritus vulva.
d. Edema vulva.
3. Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella vaginalis.
Penyebab :
a. Hygiene yang kurang.
b. Hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
a. Vagina berbau busuk dan amis.
b. Sekret encer, kuning sampai abu-abu.
4. Vaginitis Atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi
estrogen.
Penyebab :
a. Pasca menopause rentan terhadap infeksi.
Tanda dan gejala :
a. Pendarahan pervaginam.
b. Disuria eksterna.
c. Pruritus.
d. Dispareunia.
e. Permukaan vagina merah muda, pucat, halus tanpa rugae.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi vaginistis dicirikan dengan perubahan sekresi cairan vagina
(lekorea) yang berjumlah banyak, berbau, dan bersifat purulen, kadang disertai
dengan disuria dan perdarahan pada vagina. Wanita dengan vaginitis sering
mengeluhkan gatal pada vulva, dan klien umumnya mengeluhkan
ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia (Black, J M dan Hawks, J H,
2014).
Menurut Sinklair & Webb (1992) dalam Febri (2014), manifestasi yang
terdapat pada vaginitis dibagi menjadi dua yaitu :
1. Vaginitis Akut
Pada sekitar vagina akan didapatkan pruritus, terasa panas, eritema,
edema, perdarahan, nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu
berjalan, duduk dan retensi urine akut), Ulserasi serta adanya vesikel.
(Sinklair & Webb, 1992 dalam Febri, 2014).
2. Vaginitis Kronik
Jika vaginitis sudah dalam tahap kronik, didapatkan Inflamasi hebat
dengan edema minimal, pruritus hebat dengan ekskoriasi, infeksi
sekunder dengan daerah yang terserang : monpubis, perineum, paha yang
berdekatan, anus, sekitar paha, lesi ulseratif disebabkan : granuloma,
karsinoma, melanoma, dan hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva
(Sinklair & Webb, 1992 dalam Febri, 2014).
Pada vaginitis trichomonas, gejala utamanya ialah fluor (keputihan) yang
banyak, berbau amis dan berbusa, flour berwarna kehijauan sampai abu-abu dan
fronthy appearance. Pada pemeriksaan mikroskopis dengan Nacl tampak banyak
leukosit dan organisme berflagel niselule hidup dan motil (patognomonis). Gejala
utama pada vaginitis yang disebabkan oleh clamidia, sama seperti vaginitis pada
umumnya. Tanda klinis pada pemeriksaan mikroskopis dengan NaCl ditemukan
leukosit banyak, tanpa clue cell, jamur atau trikhomonas. Sedangkan gejala pada
vaginitis artofikan yang disebabkan oleh menopause, yang ditimbulkan ialah
vagina gatal, kering, dispareunia, kadang perdarahan pervaginaan (Kurniawati, D
dan Hanifah M, 2009).Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik
adalah proteinuria, yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding
kapiler glomerolus. Penyebab peningkatan permeabilitas ini tidak diketahui tetapi
dihubungkan dengan hilangnya glikoprotein bermuatan negatif pada dinding
kapiler.
Mekanisme timbulnya edema pada sindrom nefrotik disebabkan oleh
hipoalbumin akibat proteinuria. Hipoalbumin menyebabkan penurunan tekanan
onkotik plasma sehingga terjadi transudasi cairan dari kompartemen
intravaskulerke ruangan interstitial. Penurunan volum intravaskuler menyebabkan
penurunan perfusi renal sehingga mengaktivasi sistem reninangiotensin-
aldosteron yang selanjutnya menyebabkan reabsorpsi natrium di tubulus distal
ginjal. Penurunan volum intravaskuler juga menstimulasi pelepasan hormon
antidiuretik (ADH) yang akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus kolektivus.
Mekanisme terjadinya peningkatan kolesterol dan trigliserida akibat 2faktor.
Pertama, hipoproteinemia menstimulasi sintesis protein di hati termasuk
lipoprotein. Kedua, katabolisme lemak terganggu sebagai akibat penurunan 2
kadar lipoprotein lipase plasma (enzim utama yang memecah lemak di plasma
darah).
E. Patofisiologi
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka organisme yang
berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. albicans
pada kasus infeksi monolia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus
vaginitis non spesifik berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan
dengan gejala. Pada mekanisme lainnya, organisme ditularkan melalui hubungan
seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis
dan Nisseria gonorrhoea dapat menimbulkan gejala . Gejala yang timbul bila
hospes meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi
dengan menarik leukosit serta melepaskan prostaglandin dan komponen respon
peradangan lainnya.
Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan
vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis atau C. albicans. Organisme tertentu
yang menarik leukosit, termasuk T. vaginalis, menghasilkan secret purulen.
Diantara wanita dengan vaginitis non spesifik. Baunya disebabkan oleh
terdapatnya amina dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Histamin
dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainnya
dapat merusak sel-sel epitel dengan cara sama dengan infeksi lainnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan preparat basah
Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes NaCl 0,9% pada sekret
vagina diatas objek glass kemudian ditutup dengan coverglass. Diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x untuk melihat Clue cells
yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri
sehingga tepinya tidak terlihat jelas. Pemeriksaan ini memilki sensivitas
60% dan spesifitas 98% (Srinivasan, 2008).
2. Whiff test
Dinyatakan positif jika bau amis timbul setelah penambahan satu tetes
KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau amis muncul sebagai akibat
pelepasan amin dan asam organik hasil dari bakteri anaerob (Srinivasan,
2008).
3. Tes lakmus
Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Ditemukan kadar
pH > 4,5 (Srinivasan, 2008).
4. Pewarnaan gram
Ditemukan penurunan jumlah Lactobacillus dan peningkatan jumlah
bakteri anaerob (Srinivasan, 2008).
5. Kultur vagina
Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis bakterial
vaginosis karena bakteri ini ditemukan hampir 50% pada perempuan
normal (Srinivasan, 2008).
6. Tes proline aminopeptidase yang dihasilkan oleh bakteri anaerob, karena
Lactobacillus tidak menghasilkan zat tersebut. (Srinivasan, 2008).
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis bakterial
vaginosis, diantaranya adalah:
a. Kriteria Amsel
Kriteria ini memiliki tingkat spresifitas yang lebih tinggi daripada
pewarnaan gram. Kriteria ini paling sering digunakan untuk
mendiagnosis vaginitis bakterial. Diagnosis dapat ditegakkan jika
didapatkan minimal tiga dari empat kriteria. (Srinivasan, 2008).
1) Secret vagina yang homogen, putih, dan tipis melekat pada
vagina
2) pH vagina > 4,5 Peningkatan pH dapat menyebabkan
terlepasnya amin (trimetilamin).
3) Secret vagina yang berbau amis setelah penambahan KOH
khitfg jika didapatkan bau amis setelah menambahkan satu
tetes 10- 20% KOH (potasium hidroxide) pada sekret vagina.
4) Ditemukannya sel Clue pada pemeriksaan mikroskopis
menggunakan preparat salin basah. Pada pemeriksaan sampel
pasien vaginitis bakterial didapatkan adanya peningkatan
jumlah kuman Gardnerella. Sel squamosa normal memiliki ciri
selnya runcing diujungnya, jernih, tepi yang lurus, sedangkan
sel Clue memiliki ciri granular, tidak jernih, dan pinggir yang
kasar. Sel Clue adalah sel epitel vagina yang batas tepinya
sudah tidak terlihat jelas karena terdapat banyak bakteri yang
menempel pada permukaan sel tersebut. Ditemukannya sel
Clue pada pemeriksaan mikroskopis memiliki sensivitas 98%
dan spesifitas 94,3% (Srinivasan, 2008).
G. WOC
VAGINITIS
Kerusakan Respon
inflamasi Produksi
Integritas Kulit
Hipertermia HCL Disfungsi
menigkat Seksual
Pelepasan
mediator
nyeri
Anoreksia Muntah
Gangguan rasa Nausea
nyaman Vomitus
Kekurangan
Volume Cairan
Nyeri Akut Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
II. Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif
merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau
keluarga pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data
objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan.
1. Identitas :
a. Nama : sebagai identitas, upayakan agar petugas kesehatan memanggil
dengan nama panggilan agar hubungan komunikasi menjadi lebih baik.
Wanita lebih rentan terkena vaginitis dari pada laki-laki karena pada
laki-laki itu tidak memilki siklus mentruasi yang berisiko mengalami
keputihan.
b. Usia: Vaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia
1) Anak : usia < 13 tahun
2) Pubertas : > 14 tahun
3) Reproduksi : 20 – 35 tahun
4) Menopuose : > 55 tahun
c. Pendidikan : untuk mengetahui tingkatan pengetahuan sehingga dalam
memberikan asuhan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan klien
d. Agama : sebagai dasar untuk memberikan dukungan mental dan
spiritual terhadap klien dan keluarga
e. Suku : data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh
klien dan keluarga dan mempengaruhi pemberian konseling, informasi,
dan edukasi
f. Status pernikahan : untuk mengetahui status pernikahan pada klien,
supaya memperoleh data yang spesifik
g. Alamat : data ini untuk mengetahui tempat tinggal klien sehingga
memudahkan pengkaji bila sewaktu-waktu memerlukan keterangan
lebih lanjut tentang klien serta keadaan lingkunan klien yang dapat
mempengaruhi kejadian vulvovaginitis
2. Keluhan Utama
Merupakan jawaban terhadap pertanyaan, “ masalah atau gejala apa yang
membuat anda datang kesini saat ini?”. Jika klien menyebut dari satu
alasan, maka fokus pada salah satu hal yang menurutnya paling
mengganggu.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan – keluhan yang mungkin dirasakan pada ibu dengan vaginitis
diantaranya:
1) Terdapat leukorea yang encer sampai kental, bewarna kekuning-
kuningan dan agak berbau, keputihan yang meyebabkan rasa gatal
yang membakar pada vulva dan vagina, kadang-kadang sering sakit
saat BAK. (Terjadi pada usia reproduksi dengan pola seksual yang
sering) → Trikomonas.
2) Terdapat leukorea berwarna keputih-putihan dan vulva sangat
gatal, pada dinding vulva dan vagina juga terdapat membran-
membran kecil berwarna putih (Terjadi pada anak/pubertas dan
juga pada masa reproduksi) → Kandida albicans.
3) Terdapat leukorea berwana putih bersemu kelabu, kadangkadang
kekuningan dengan bau yang kurang sedap, terasa gatal
→Hemofilus vaginalis vaginitis.
4) Terdapat leukorea dan rasa gatal hingga pedih, disuria dan sering
kencing (Terjadi pada masa menopuose) → Vulvovaginitis
atrofikans.
4. Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit infeksi (campak, gondongan, batuk rejan, cacar air, demam
rematik, difteria, polio, tuberculosis, hepatitis, 33 meningitis), penyakit
kronik dan sistemik (diabetes mellitus, atritis, stroke, tiroid, hipertensi,
arteriosklerosis, penyakit jantung, kanker, anemia, bulan sabit), kecelekaan
dan perlukaan, operasi, pembedahan, hospitalisasi, transfusi darah, riwayat
imunisasi (BCG, polio, DPT, hepatitis, campak, MMR, Varicela,
influenza, vaksin pneumokokus, uji tuberkulin, TB terakhir), pemeriksaan
skrinning terakhir (tes pap, mamogram, uji samar darah tinja,
sigmoidoskopi atau kolonoskopi, hematokrit, hemoglobin, titer rubela,
urinalisis, tes kolesterol, EKG, penglihatan terakhir, gigi dan pemeriksaan
pendengaran), pengobatan saat ini (nama obat, dosis, frekuensi, durasi,
alasan konsumsi, kepatuhan terhadap pengobatan, pengobatan rumah,
penggunaan obat yang dijual bebas, vitamin, suplemen/mineral herbal
yang digunakan dalam periode 24 jam.
5. Riwayat perkawinan
Usia perkawinan, lama perkawinan pernikahan ke berapa?
6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat mensturasi (usia saat menarche,periode,mensturasi terakhir,
pola mensturasi, keluhan atau gejala yang dirasakan menjelang, saat
dan setalah mensturasi,panjangsiklus,durasi,jumlah darah,
intermenstrual, pendarahan, sifat darah (warna,bau,cair/gumpalan).
b. Perimenopause atau menupause (pola pendarahan, gejala vasomotor,
terapi penggantian hormon yang digunakan).
c. Kontrasepsi (metode sekarang,kepuasan dengan metode yang
digunakan,metode sebelumnya, termasuk komplikasi,alasan
dihentikan).
7. Riwayat obstetrik
Riwayat kehamilan,riwayat persalinan, abortus dan nifas
sebelumnya,masalah kesehatan selama kehamilan, persalinan dan nifas
terdahulu,riwayat kehamilan sekarang ( klien merasa hamil berapa
bulan,keluhan waktu hamil,gerakan anak pertama dirasakan, imunisasi,
pembedahan BB selama hamil, pemeriksaan 34 kehamilan,teratur atau
tidak teratur, tempat pemeriksaan , dan hasil pemeriksaan).
8. Riwayat keluarga
Informasi mengenai usia, kesehatan dan kematian anggota keluarga yang
digambarkan melalui genogram. Anamnesa adanya riwayat diabetas,
penyakit jantung, hipertensi, stroke, atau masalah pernafasan, ginjal,
tyroid, kanker dan gangguan perdarahan, hepatitis, alergi,asma,ateritis,
TB, epilepsy,penyakit mental, infeksi HIV.
9. Pemeriksaan terhadap terjadinya kekerasan
a. Pernakah klien dipukul,ditendang,ditampar,dipaksa berhubungan seks
yang tidak diinginkan?
b. Pernahkah klien mengalami kekerasan verbal/emosional?
c. Apakah klien mengalami kekerasan pada usia anak-anak? Jika iya
sudahkah klien menerima konseling ataukah klien perlu dirujuk?
10. Pola kebutuhan fungsional
a. Perubahan pemenuhan aktifitas sehari-hari (nutrisi; diet, kafein, nikotin,
alkohol, obat-obatan terlarang atau retreasional; eliminasi, personal
hygine, istirahat tidur, bekerja, aktifitas, olahraga regularitas,
seksualitas; apakah klien aktif secara seksual?dengan pria, wanita atau
keduanya? Apakah perilaku seks yang mengurangi resiko?
b. Pola persepsi manajemen keperawatan kesehatan, pola koping dan
stress, pola nilai dan keyakinan yang dianut, pola konsep diri dan
persepsi diri, pola komunikasi.
11. Lingkungan
Kondisi rumah,sekolah,tempat bekerja, tempat bermain,pajanan terhadap
panas atau dingin yang ekstrim, racun industri (asbes, timbal, pestisida),
radiasi tinja kucing atau asap rokok.
12. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan
sekitarnya, yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup
terang . Lampu sorot tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien
perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan
terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedic
perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat
didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri
penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan:
a. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya,
pemeriksa harus selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa
mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa.
b. Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan
pemeriksaan genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang
pasien harus membuka seluruh pakaiannya secara bertahap).
1) Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja
ginekologik dalam posisi litotomi.
a) Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan
inspeksi dan palpasi mons pubis, labia, dan perineum.
b) Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua
labia, perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan,
luka/lecet, massa, atau duh tubuh.
c) Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia,
perineum, anus dan sekitarnya.
d) Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui
pembesaran kelenjar getah bening setempat (regional).
e) Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus
dilakukan pengambilan bahan pemeriksaan
2) Pemeriksaan spekulum
Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan
pemeriksaan dengan spekulum serta pengambilan spesimen
a) Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan agar pasien tidak merasa takut.
b) Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah
dibasahi larutan NaCl.
c) Setiap pengambilan bahan harus menggunakan speculum
steril (sesuaikan ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran
per vaginam), swab atau sengkelit steril.
d) Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup
dengan posisi tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah
seluruhnya masuk kemudian putar pelan-pelan sampai daun
spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka spekulum dan
dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci
spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi.
e) Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan
pengambilan specimen
1. Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa
steril, kemudian ambil spesimen duh tubuh serviks
dengan sengkelit/ swab Dacron steril untuk pembuatan
sediaan hapus, dengan swab Dacron yang lain dibuat
sediaan biakan.
2. Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™
steril untuk pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes
amin.
3. Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril
untuk sediaan hapus.
4. Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus
f) Cara melepaskan speculum : kunci spekulum dilepaskan,
sehingga spekulum dalam posisi tertutup, putar speculum 90̊
sehingga daun spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan
spekulum perlahan-lahan. Pada pasien perempuan berstatus
belum menikah tidak dilakukan pemeriksaan dengan
spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga
bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril
dari vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yang beum
menikah namun sudah aktif berhubungan seksual,
diperlukan informed consent sebelum melakukan
pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolak
pemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani
menggunakan bagan alur tanpa speculum.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan Vaginitis
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi kerusakan jaringan,
suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual. Muntah, intake
tidak adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (
menggaruk) lesi pada mukosa vagina.
4. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, muntah, intake nutrisi tidak adekuat.
5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi.
6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh ( proses
penyakit, trauma).
7. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi kerusakan jaringan, suplay
vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nyeri
berkurang/dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
b. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional
sesuai situasi individu.
Rencana tindakan :
a. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1
– 10) dan upaya untuk mengurangi nyeri.
Rasional : Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas
intervensi yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi
karena mengganggu fisik dan psikologi.
b. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.
Rasional : Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
c. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi,
visualisasi, komunikasi therapeutik melalui sentuhan.
Rasional : Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk
meningkatkan kontrol
d. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi
sesuai kebutuhannya
Rasional : Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan
minimum ada keterlibatan dalam ADLs.
e. Kolaborasi: kembangkan rencana management penanganan sakit dengan
klien dan dokter. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.
Rasional : Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam
mengontrol rasa sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di
rumah.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.NY
DENGAN DIAGNOSA MEDIS VAGINITIS
DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT UMUM NEGARA
TANGGAL 25 – 28 NOVEMBER 2017
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. NY
Umur : 32 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Mendoyo Dauh Tukad
Tanggal Masuk : 25 November 2017
Tanggal Pengkajian : 25 November 2017
No. Register : 10202077
Diagnosa Medis : Vaginitis
3) Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat dan
debu.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan porsi
cukup dengan menu tempe, tahu, ikan minum ± (
1500 ml),/ hari
Saat sakit : Pasien mengatakan nafsu makan biasa, makan 3
x/hari dengan porsi cukup dengan menu tempe,
sayur, telur, dan terkadang diselingi dengan makan
bubur, minum ± (1200 ml)
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB teratur, 1 x sehari disetiap
pagi hari dengan feses lembek, tidak disertai darah
Saat sakit : Pasien mengatakan BAB teratur, 1x sehari,
konsistensi feses lembek, warna kecoklatan
2) BAK
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK teratur 4 x sehari, urine
berwarna jernih kekuningan, tidak disertai dengan
darah dan nanah.
Saat sakit : Pasien mengatakan BAK 4 x sehari, urine
berwarna kekuningan, tidak disertai darah.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan tinggal serumah dengan suami dan orang tunnya,
pasien mengatakan dapat berhubungan dengan baik dengan setiap anggota
keluarga.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sudah menikah, pasien
mengatakan belum memiliki anak, pasien
mengatakan dapat berhubungan suami istri dengan
baik, menstruasi rutin setiap bulan
Saat sakit : Pasien mengatakan sudah menikah, pasien
mengatakan belum memiliki anak, pasien
mengatakan karena kondisinya saat ini sakit, maka
tidak dapat berhubungan suami istri dengan baik
dan suami pasien memakluminya.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi saat ini. Pasien
mengatakan dengan ditemani oleh suami dan orangtuanya, pasien merasa
tidak khawatir.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pola nilai kepercayaan baik, pasien melakukan persembahyangan secara
Hindu diatas tempat tidur.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Composmetis
GCS : verbal : 5 Psikomotor : 6 Mata : 4
c. Keadaan fisik
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normocephalic, warna rambut hitam,
ketombe tidak ada, tidak ada luka, kepala bersih.
Palpasi : Tidak nyeri kepala , benjolan tidak ada.
2. Mata
Inspeksi : Pata sejajar, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
ikterik pada sklera, ada reflek pupil terhadap cahaya
Palpasi : Nyeri pada mata tidak ada, tidak ada benjolan
3. Telinga
Inspeksi : Liang telinga ada serumen, aurikula tidak ada lesi,
tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Nyeri telinga tidak ada, benjolan tidak ada
4. Hidung dan Sinus
Inspeksi : Tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak
ada luka, tidak terdapat nafas cuping hidung.
Palpasi : Nyeri hidug tidak ada, benjolan tidak ada
6. Leher
Inspeksi : Tdak ada jaringan parut, tidak ada massa, tidak ada
kemerahan, tidak ada luka.
Palpasi : Nyeri tidak ada, benjolan tidak ada, denyut karotis
teraba
7. Toraks (Paru)
Inspeksi : Bentuk dada normochest, warna kulit sama dengan
warna kulit lain, tidak ada luka, tidak ada benjolan.
Palpasi : Nyeri tidak ada, benjolan tidak ada, tidak ada fraktur
iga, taktil fremitus seimbang,
Perkusi : Pada perkusi paru suara yang dihasilkan sonor
Auskultasi : Frekuensi dada 20 x/menit, pola nafas teratur, terdapat
tidak suara nafas tambahan.
8. Toraks (Jantung)
Inspeksi : Ada thrill, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, batas jantung kiri
ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2
sternal kanan dan ics 5 axila anterior kanan,
Perkusi : Pada perkusi jantung suara yang dihasilkan redup
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada suara tambahan,
murmur tidak ada.
9. Payudara dan Aksila
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
kemerahan, tidak ada luka, tidak ada perubahan warna
kulit.
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan.
10. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, warna kulit sama dengan warna kulit
lain, tidak ada luka atau lesi.
Auskultasi : Bising usus 10 x/menit, terdengar gelombang
peristaltik.
Perkus : Pada perkusi abdomen suara yang dihasilkan timpani,
pada hati suara yang dihasilkan pekak.
Palpasi : Tidak ada nyeri abdomen
11. Genetalia
Inspeksi : Terdapat luka/lesi, terdapat perdarahan sedikit,
terdapat keputihan, terdapat eritema, pasien tampak
menggaruk pada areal genetalia, terdapat pruritus,
pasien mengatakan merasa tidak nyaman karena
merasa gatal pada alat kelaminnya,
Palpasi : Terdapat rasa nyeri dengan skala nyeri 6 dari 0-10
skala yang diberikan.
12. Integumen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, wajah pasien tampak pucat,
terdapat luka pada areal genetalia.
Palpasi : Tidak ada nyeri, turgor kulit kurang elastis, badan
pasien teraba panas.
13. Ekstermitas
1). Atas
Inspeksi : Tidak ada luka, rentang gerak normal,.
Palpasi : Tidak ada nyeri, capillary refill 2 detik
2). Bawah
Inspeksi : Tidak ada luka, tidak ada dislokasi, rentang gerak
normal, tidak ada fraktur, gaya berjalan normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan.
14. Neurologis
Status mental dan emosi
Masalah yang pernah di alami pasien yaitu dirumah terkadang pasien
marah dan menjadi keras kepala, bersikap kasar kepada orang lain
ketika pasien merasa tidak nyaman dan merasa terganggu, namun
masalah tersebut sudah dapat teratasi secara perlahan dengan merubah
sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik, orang tua pasien sangat
membantu dalam hal ini.
Pemeriksaan refleks
1. Biceps : Fleksi pada perkusi 2
2. Triceps : Ekstensi pada perkusi 2
3. Achilles percussion : Plantar fleksi pada perkusi 2
4. Knee percussion : Ekstensi pada perkusi 2
5. Babinsky : Kelima jari kaki plantar fleksi
6. Kaku kuduk : Dagu dapat menyentuh dada
7. Brudsinsky I : Saat dagu di tekuk tidak muncul rasa nyeri
8. Brudsinsky II : Saat kaki kanan fleksi kaki kiri ikut fleksi
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 2 Oktober 2017.
Hemoglobin : 12 gr/dl ( 12-15 g/dl )
Hematokrit : 26 % ( 35-47 % )
Eritrosit : 3.500.000/mmk ( 3,9-5,6 juta/mmk )
Leukosit : 11.100/mmk ( 4-11 ribu/mmk )
Trombosit : 250.000/mmk ( 150-400 ribu/mmk )
Ureum : 35 mg/dl ( 15-39 mg/dl )
Kreatinin : 1,2 mg/dl ( 0,6-1,3 mg/dl )
Natrium : 140 mmol/L ( 136-145 mmol/L )
Kalium : 3,7 mmol/L ( 3,5-5,1 mmol/L )
Clorida : 100 mmol/L ( 98-107 mmol/L )
2. Pemeriksaan radiologi
3. Hasil konsultasi
Dokter menyarnkan agar pasien dan suami tidak melakukan hubungn
suami istri sampai keadaan pasien membaik dan sembuh.
DO :
1. Pasien tampak meringis
2. Terdapat lesi pada vagina
3. Tekanan darah 140/80 mmHg
4. Nadi 112 x/menit
DO :
1. Terdapat lesi pada vagina
2. Wajah pasien tampak pucat
3. Turgor kulit kurang elastis
4. Terdapat eritema pda areal genetalia
dan vagina
5. Pasien tampak menggaruk areal
genetalia
6. Terdapat perdarahan sedikit pada
vagina
7. Terdapat pruritus
DO
1. Tubuh pasien teraba panas
2. Wajah pasien tampak pucat
3. Turgor kulit kurang elastis
4. Pasien tampak lemas
5. Suhu tubuh 38,8 ̊ C
II. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN /MASALAH KOLABORATIF
BERDASARKAN PRIORITAS
Sabtu III Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor temperatur suhu 1. Perubahan temperatur
25/11 keperawatan selama 3 x 24 tubuh. dapat terjadi pada proses
2017 jam diharapkan hipertermia 2. Anjurkan pasien untuk infeksi akut
dapat teratasi dengan kriteria minum banyak 1,5 – 2 2. Peningkatan suhu tubuh
hasil : liter dalam 24 jam. mengakibatkan
1. Badan pasien teraba 3. Berikan kompres pada penguapan tubuh
tidak panas lipatan axila dan paha. meningkat sehingga
2. Turgor kulit elastic 4. Kolaborasi dalam perlu diimbangi dengan
3. Pasien tampak rileks pemberian antipiretik asupan yang banyak.
4. Suhu tubuh dalam Paracetamol 3 x 500 mg 3. Menurunkan panas lewat
rentang normal yaitu konduks
36,5-37 ̊ C, 4. Golongan obat
antipiretik bertujuan
untuk mengatasi demam.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pukul 09.10 Wita III Memonitor temperatur suhu S : Pasien mengatakan badan terasa
tubuh. panas
O : Suhu tubuh pasien 38,8 ̊ C
Pukul 09.20 Wita I Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan mersa nyeri
lokasi, frekwensi durasi dan pada vagina, nyeri dirasakan saat
intensitas (skala 1 – 10) dan bergerak, berjalan, dan duduk,
upaya untuk mengurangi nyeri. skala nyeri 6 dari 0-10 skala
yang diberikan
O : Pasien tampak meringis
Pukul 10.00 Wita I,II,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Inj. IV Ceftriaxone 1 x 50 ml sudah benar-benar diminum,
Paracetamol 1 x 500 mg tidak ada reaksi alergi
Pukul 14.00 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi
Pukul 15.45 Wita II Menganjurkan pasien untuk S : Pasien mengatakan area kelamin
tidak menggaruk area yang merasa sangat gatal
mengalami gatal O : Pasien tampak masih menggaruk
area genetalia
Pukul 16.15 Wita III Memberikan kompres pada S : Pasien mengatakan badan terasa
lipatan axila dan paha. panas
O : Kompres sudah diberikan, tubuh
pasien teraba hangat
Pukul 19.30 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi
Minggu, 26-11 -17, I Memonitor TTV pasien S : Pasien mengucapkan terima
Pukul 09.00 Wita kasih setelah melakukan
pemeriksaan TTV
O : TD : 130/80 mmHg,
N : 107 x/menit,
S : 38,2 ̊ C
R : 20 x/menit
Pukul 09.10 Wita III Memonitor temperatur suhu S : Pasien mengatakan badan terasa
tubuh. panas
O : Suhu tubuh pasien 38,2 ̊ C
Pukul 09.20 Wita I Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan mersa nyeri
lokasi, frekwensi durasi dan pada vagina, nyeri dirasakan saat
intensitas (skala 1 – 10) dan berjalan dan duduk, skala nyeri 5
upaya untuk mengurangi nyeri. dari 0-10 skala yang diberikan
O : Pasien tampak meringis
Pukul 10.00 Wita I,II,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Inj. IV Ceftriaxone 1 x 50 ml sudah benar-benar diminum,
Paracetamol 1 x 500 mg tidak ada reaksi alergi
Pukul 10.30 Wita II Memonitor tanda-tanda infeksi S : Pasien mengatakan merasa tidak
seperti bau, eritema, dan nyaman
demam O : Tampak terdapat eritema, masih
terdapat lesi pada vagina
Pukul 10.40 Wita II Melakukan perawatan vulva S : Pasien mengatakan merasa lebih
hygine dan mengajarkan klien nyaman dari sebelumnya
tentang perawatan vulva O : Daerah vulva pasien tampak
hygiene. lebih bersih
Pukul 14.00 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi
Pukul 15.45 Wita II Menganjurkan pasien untuk S : Pasien mengatakan area kelamin
tidak menggaruk area yang merasa gatal
mengalami gatal O : Pasien tampak sudah tidak
menggaruk area genetalia
Pukul 16.15 Wita III Memberikan kompres pada S : Pasien mengatakan badan terasa
lipatan axila dan paha. hangat
O : Kompres sudah diberikan, tubuh
pasien teraba hangat
Pukul 19.30 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi
Pukul 10.00 Wita I,II,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Inj. IV Ceftriaxone 1 x 50 ml sudah benar-benar diminum,
Paracetamol 1 x 500 mg tidak ada reaksi alergi
Pukul 10.30 Wita II Memonitor tanda-tanda infeksi S : Pasien mengatakan merasa lebih
seperti bau, eritema, dan nyaman, pasien mengatakan rasa
demam gatal sudah berkurang
O : Tampak terdapat eritema sudah
berkurang, lesi pada vagina
tampak berkurang, purpura
tampak berkurang
Pukul 10.40 Wita II Melakukan perawatan vulva S : Pasien mengatakan merasa lebih
hygine dan mengajarkan klien nyaman dari sebelumnya
tentang perawatan vulva O : Daerah vulva pasien tampak
hygiene. lebih bersih
Pukul 14.00 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg sudah benar-benar diminum
Pukul 16.15 Wita III Memberikan kompres pada S : Pasien mengatakan badan sudah
lipatan axila dan paha. tidak panas, demam sudah
berkurang
O : Kompres sudah diberikan, tubuh
pasien sudah tidak teraba panas,
turgor kulit elastis, wajah pasien
tampak tidak pucat
Pukul 19.30 Wita I,III Melaksanakan pemberian obat S : Pasien mengatakan merasa rileks
Kodein 1 x 50 mg O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg sudah benar-benar diminum,
tidak ada reaksi alergi
Pukul 09.00 Wita I Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan nyeri sudah
lokasi, frekwensi durasi dan berkurang, nyeri dirasakan saat
intensitas (skala 1 – 10) dan duduk, skala nyeri 3 dari 0-10
upaya untuk mengurangi nyeri. skala yang diberikaan
O : Pasien tampak rileks
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl No
No Evaluasi Ttd
Jam Dx
1 Selasa, 28-10-17, I S : Pasien mengatakan merasa rileks, pasien mengatakan
Pukul 09.00 Wita nyeri sudah berkurang, nyeri dirasakan saat duduk,
skala nyeri 3 dari 0-10 skala yang diberikaan
O : TD : 120/80 mmHg, Nadi 90 x/menit, Suhu tubuh 37 ̊ C,
RR 20 x/menit, pasien tampak rileks
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
2 Selasa, 28-10-17, II S : Pasien mengatakan rasa gatal pada alat kelamin sudah
Pukul 09.00 Wita berkurang, pasien mengatakan merasa lebih nyaman dari
sebelumnya
O : Pasien tampak sudah tidak menggaruk area genetalia,
turgor kulit elastis, daerah vulva pasien tampak lebih
bersih, eritema tsudah bmpak erkurang, lesi pada vagina
tampak berkurang, purpura tampak berkurang,tidak
terdapat perdarahan
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
3 Selasa, 28-10-17, III S : Pasien mengatakan badan sudah tidak panas, pasien
Pukul 09.00 Wita mengatakan demam sudah berkurang
O : Tubuh pasien sudah tidak teraba panas, turgor kulit
elastis, wajah pasien tampak tidak pucat,pasien tampak
rileks, suhu tubuh 37 ̊ C.
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien