Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI LANDASAN FILOSOFIS , JENIS PENDEKATAN DAN METODE

PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM DI INDONESIA

MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum Biologi
Dibina oleh Avia Riza Dwi Kurnia, S.P, M.Pd.

Disusun oleh
Kelompok 2 Offering C :
Dara Norisha (160341606096)
Dini Febrianti Safitri (160341606100)
Elvira Harum P (160341606012)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Januari 2019
1.2.1. Landasan Filosofis Dalam Perkembangan Kurikulum Pendididkan Di Indonesia

Secara harfiah filsafat berarti “cinta akan kebijakan” (love of wisdom) untuk
mengerti dan berbuat secra bijak ia harus memiliki pengetahuan yang diperoleh
melalui proses berfikir, yaitu berfikir secra mendalam logis dan sistematis. Dalam
pengertian umum filsafat adalah cara berfikir secara radikal, menyeluruh dan
mendalam atau cara berfikir yang mengupas sesuatu sedalam dalamnya. Landasan
Filosofis Dalam Pengembangan Kurikulum adalah asumsi asumsi atau rumusan yang
didapat dari hasil berfikir secara mendalam, analisis, logis dan sistematis dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum. Fisafat
akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Oleh karena itu,filsafat
yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu sangat
mempengaruhi terhadap pendidikan yang ingin direalisasikan. Landasan filosofis
pendidikan antara lain:
1. Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme
Berdasarkan pemikiran filsafat idealisme pendidikan harus dikembangkan pada
upaya pembentukan karakter, pembentukan bakat insani dan kebajikan sosial
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya.
2. Landasan Filosofis Pendidikan Realisme
Tujuan pendidikan filosofis realisme hendaknya dirumuskan terutama diarahkan
untuk melakukan penyesuaian diri dalam hidup dan melaksanakan tanggng jawab
sosial.
3. Landasan Filosofis Pendidikan Fragmatisme
Tujuan pendidikan filosofis Fragmentisme tidak ada batas akhirnya, sebab
pendidikan merupakan pertumbuhan sepanjang hayat, proses rekontruksi yang
berlangsung secara terus menerus. Tujuan pendidikan lebih diarahkan pada upaya
untuk memperoleh pengalaman yang berguna untuk memcahkan masalah baru
dalam kehidupan individu maupun sosial.
4. Landasan Filosofis Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia
Indonesia yakni pancasila. Pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik
agar menjadi manusia yang berpancasila. Undang undang No 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional merumuskan “Pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan Undang Undang Dasar 1945”. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratid serta
bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3).
Adapun landasan filosofi dari berbagai kurikulum di Indonesia :
1. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0209/U/1984 tanggal 2 Mei 1984 yang
disempurnakan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 0486/U/1984 tanggal 26 Oktober 1984, dan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0261a/U/1985 tanggal 29 Juni 1984.
Landasan penyusunan Kurikulum 1984 yaitu: Nilai dasar yang merupakan
falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya dilandasi Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 seperti tercantum pada Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) 1983. Untuk mencapai manusia seutuhnya, secara efektif dan
optimal penyelengaraan pendidikan perlu disesuaikan dengan perkembangan
dan perubahan masyarakat yang sedang membangun dengan kemajuan ilmu
dan teknologi. Hal ini membawa konsekuensi perlunya perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar
yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.
Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang
pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
b) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
c) Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar
berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi
kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang
diberikan.
d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk
membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
e) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental
siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui
pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke
kompleks.
f) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses
adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada
proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses
diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan.
2. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 pada dasarnya dibuat sebagai penyempurnaan
kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke
sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa
untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang
menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, diantaranya sebagai berikut :
a) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
b) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
c) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
d) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
e) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
g) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman siswa.

Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukanya kurikulum 1994


adalah sebagai berikut:
a) Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan
Undang-Undang.
b) Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan,
diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan
nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan
pembangunan.
c) Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah
Menengah Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan tersebut.

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004-2013)


Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1999)
berimplikasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam
penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak
memiliki kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga
diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara
holistik. Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan
secaramenyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia
Indonesiaseutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlaq, budi pekerti,
pengetahuan,keterampilan, seni, olah raga, dan perilaku. (Ahmadi, 2013: 77).
Dalam penyusunan Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tentu diperlukan
landasan-landasan yang dijadikan sebagai fondasi (dasar hukum) serta
pegangan dalam penerapannya. Adapun landasan-landasan KBK meliputi :
a. Pancasila. Pancasila merupakan landasan filosofis pengembangan
kurikulum nasional. Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, KBK
mengakomodasikan berbagai perbedaan secara tanggap dengan
memadukan berbagai keuntungan disetiap tempat. KBK menerapkan
suatu strategi khusus guna meningkatkan makna dalam pembelajaran
untuk semua peserta didik tanpa memperhatikan latar budaya, etnik,
agama, dan gender melalui pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan filosofis
Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum.
b. Dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999/BAB IV.E, GBHN (1999-2004) bab
V tentang “Arah Kebijakan Pendidikan” dan UU RI No. 22 Tahun 1999
serta peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2000. Tentang otonomi daerah.
c. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas : di nyatakan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang


dimaksudkan itu telah diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasional sebagai
berikut:
a) Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.
b) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.
c) Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
d) Pemberlakuan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
e) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan

Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah Otonom, yang antara lain


menyatakan pusat berkewenangan dalam menentukan:kompetensi siswa;
kurikulum dan materi pokok; penilaian nasional; dan kalender pendidikan. Atas
dasar itulah maka Indonesia memilih untuk memberlakukan Kurikulum KBK
sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan serta penyempurnaannya dalam
bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Beberapa Keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah:
a) KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi
Paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning to know, learning
to do, learning to live together, dan learning to be.
b) Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam
proses pembelajaran, silabus menjadi kewenangan guru.
c) Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu, tetapi jumlah mata
pelajaran belum bisa dikurangi.
d) Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan
metode pembelajaran PAKEM dan CTL.
e) Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif,
penilaian memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan
afektif, dengan penekanan penilaian berbasis kelas.
f) KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar
(KHB), penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar
(KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). KHB
berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi siswa yang
perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun.
PBK adalah melakukan penilaian secara seimbang di tiga ranah,
dengan menggunakan instrumen tes dan non tes, yang berupa
portofolio, produk, kinerja, dan pencil test. KBM diarahkan pada
kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru
tidak bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai
motivator yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara penuh dan optimal. (Ahmadi, 2013: 79).

2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006


Sanjaya (2010) menyatakan bahwa: KTSP pada hakikatnya
berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
mempertahankan, mengembangkan, dan dapat hidup dalam sistem nilai
masyarakatnya sendiri. Oleh sebab itu dalam proses pengembangan KTSP
harus mencerminkan sistem nilai yang ada di masyarakat. Sistem nilai
yang berlaku di masyarakat adalah Pancasila, oleh karena itu membentuk
manusia pancasilais merupakan tujuan dan arah pendidikan. Dengan
demikian isi kurikulum yang dikembangkan harus memuat dan
mencerminkan nilai-nilai.

Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22


tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Ahmadi adalah sebagai berikut:
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa
peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang
bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis
sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan lingkungan siswa.
b) Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan
agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal, dan pengembangan diri secara terpadu.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
d) Relevan dengan kebutuhan.
e) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan
tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.
f) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum direncanakan
dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
g) Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
h) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan
lokal untuk membangun kehidupan masyarakat. (Ahmadi, 2013: 80)

3) Kurikulum 2013 (K13)


Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang
siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah mendorong
peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang
mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial,
seni, dan budaya.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari
melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di
mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik
Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan
dari masyarakat.
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Landasan filosofis kurikulum 2013 adalah :
a) Pendidikan berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan
membangun landasan kehidupan masa depan.
b) Pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembang budaya.
c) Pendidikan memberikan dasar bagi untuk peserta didik berpartisipasi
dalam membangun kehidupan masa kini.
d) Pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.
e) Pendidikan adalah proses pengembangan jatidiri peserta didik.
f) Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang belajar
(eklektik antara perenialisme, esensialisme, humanisme, progresivis-me,
rekonstruksi sosial).
1.2.2 Jenis Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1.2.2.1 Jenis Pendekatan
Pendekatan merupakan penerapan strategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar menjadi kurikulum
yang lebih baik. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan
demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut
pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Berikut merupakan
beberapa pendekatan yang diterapkan pada kurikulum tahun 1984-2013:

1. Kurikulum 1984
Kebijakan kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Kurikulum
1984 ini lahir sebagai perbaikan dari kurikulum sebelumnya (kurikulum 1975).
Kurikulum 1984 mempunyai ciri-ciri ;1) berorientasi pata tujuan pembelajaran
(intruksional), 2) pendekatanpembelajaranya menggunakan model pembelajaran Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learing (SAL), 3) materi
pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral, 4) menenamkan
pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, 5) Materi disajikan berdasarkan
tingkat kesiapan atau kematangan siswa, 6) menggunakan pendekatan ketrampilan
proses (process skill approach).22 Karena sifatnya yang senralistik, kurangnya
sosialisasi dan minimnya daya dukung implementasi kurikulum maka banyak sekolah
yang kurang mampu menterjemahkan, dan menerapkan CBSA, sehingga pad akhirnya
banyak penolakan terhadap kurikulum ini.

2. Kurikulum 1994

Kebijakan terhadap kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum


1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pada
Kurikulum ini menekankan pada prinsip Link and Match pada sekolah kejuruan
seperti STM (Sekolah Teknik Menengah). Link and Match adalah prinsip tentang
pentingnya keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja atau industri. Sekolah harus
mampu menyiapkan tenaga-tenaga kerja yang terampil yang dibutuhkan oleh industri.
Sebaliknya dunia industri juga harus bersinergi dengan lembaga-lembaga pendidikan.
Pada akhirnya kurikulum ini banyak dikritik karena pendidikan menjadi kepanjangan
tangan dari proses industrialisasi dan tidak memanusiakan manusia (dehumanisasi).

3. Kurikulum 2004 (KBK)

Kebijakan kurikukum 2004 dikenal dengan sebutan Kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu
sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Diantara karakteristik
utama KBK yaitu: menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya
materi. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa,
Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.

4. Kurikulum 2006 (KTSP)

Kebijakan kurikulum 2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP). Ciri yang paling menonjol adalah guru diberikan kebebasan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan Karangka Dasar (KD), Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD)
setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional.Tujuan KTSP meliputi tujuan pendidikan nasional
serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang
ada di daerahnya.

5. Kurikulum 2013

Perubahan Kurikulum 2013 merupakan wujud pengembangan dan


penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya kurikulum KTSP tahun 2006 yang dalam
implementasinya dijumpai beberapa masalah yaitu (1) Konten kurikulum terlalu padat
yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan
dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, (2) Belum
sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, (3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,
keterampilan, dan pengetahuan, (4) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai
dengan perkembangan kebutuhan—misalnyapendidikan karakter, metodologi
pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan—belum
terakomodasi di dalam kurikulum, (5) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap
perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global, (6) Standar
proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga
membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran
yang berpusat pada guru. (7) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian
berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya
remediasi secara berkala, dan (8) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum
yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir. Titik tekan pengembangan
Kurikulum 2013 ini adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola
kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan
penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang
diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik/ ilmiah adalah suatu teknik pembelajaran yang
menempatkan siswa menjadi subjek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga
mampu mengkonstruk pengetahuan baru atau memadukan dengan pengetahuan
sebelumnya. Pendekatan saintifik/ ilmiah terbukti lebih efektif dalam pembelajaran
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Kemendikbud (2013) mengemukakan
keterampilan-keterampilan ilmiah dalam pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

a. Mengamati
Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam
proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau
dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya
Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat.
c. Mengumpulkan Informasi/Eksperimen
Mengumpulkan informasi/eksperimen merupakan kegiatan pembelajaran
berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun dari hasil kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam
proses mengumpulkan informasi/eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
d. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar
Mengasosiasikan/Mengolah Informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang
berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun dari hasil kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam
proses mengasosiasikan/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

1.2.2.2 Metode Pembelajaran pada Kurikulum di Indonesia


Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Sehingga metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru
untuk merealisasikan rencana pembelajaran yang sudah ada dan harapannya mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa
metode pembelajaran merupakan suatu teknik penyajian materi pembelajaran yang
dikuasai oleh seorang guru agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh murid dengan baik. Berikut jenis-jenis metode pembelajaran :
a) Metode Ceramah
Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang
dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar. Metode ini merupakan yang
paling banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap
orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain.
Terdapat bebrapa kelebihan dari metode ini , yaitu guru mudah menguasai kelas,
guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar, suasana kelas akan
lebih kondusif dan tenang, pengajar lebih memiliki porsi besar dalam mengatur
kegiatan kelas. Sedangkan kekurangan antara lain, membuat siswa
pasif,mengandung unsur paksaan kepada siswa, sukar mengontrol sejauh mana
pemerolehan belajar anak didik, kegiatan pengajaran menjadi verbalisme
(pengertian kata-kata) dan bila terlalu lama membosankan.

b) Metode Tanya Jawab


Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya
saling bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar.
Dengan menggunakan metode ini setiap murid dapat dipancing untuk berfikir dan
berani menyampaikan pendapatnya. Sehingga murid akan berusaha untuk fokus
saat mengikuti proses pelajaran di kelas. Selain itu, peran guru dalam
memberikan pelajaran serta pemahaman kepada murid bisa berjalan dengan lebih
baik. Namun metode ini memiliki sedikit kekurangan yaitu dalam hal efisiensi
waktu, karena ketika seorang siswa menyampaikan pendapatnya juga tidak
membutuhkan waktu yang singkat maka metode ini terkesan kurang efisien jika
ketersediaan waktu yang pendek.

c) Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang
pelakasanaannya diawali oleh peragaan sumber belajar kemudian diikuti oleh
warga belajar. Hal yang diperagakan adalah harus kegiatan yang sebenarnya,
tidak bersifat abstrak.Kelebihan dari metode ini yaitu siswa bisa memahami
secara lebih jelas tentang suatu proses atau cara kerja, penjelasan menjadi lebih
mudah dimengerti, meminimalisir kesalahan dalam menyampaikan materi lisan,
karena bukti konkret bidilihat. Sedangkan kekurangan dari metode ini yaitu
pabila benda yang didemonstrasikan terlalu kecil, siswa kesulitan dalam
mengamati.jumlah siswa yang terlalu banyak dapat menghalangi pandangan
siswa secara merata.tidak semua materi bisa didemonstrasikan, dan memerlukan
guru yang benar- benar paham, agar bisa mendemonstrasikan dengan baik.
d) Metode Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode Brainstorming atau Curah Pendapat yaitu cara untuk menghimpun
gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan.

e) Metode Diskusi Kelompok


Metode Diskusi Kelompok yaitu cara pembahasan suatu masalah oleh
sejumlah anggota kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan. Dengan meetode
diskusi proses belajar mengajar dapat membangun suasana kelas yang lebih
menarik dan tidak membosankan. Karena, setiap murid akan terfokus pada
masalah yang sedang didiskusikan bersama-sama. Selain itu dengan metode ini
mengajarkan kepada para murid untuk mampu bersikap kritis dan sistematis
dalam berpikir. Dalam metode ini setiap murid dituntut untuk aktif, dan tentu
tidak semua murid mampu mengikuti metode tersebut. Metode ini lebih
cenderung diisi oleh siswa yang memang dianggap pandai dan para murid yang
berani berbicara. Maka dari itu, bagi murid yang kurang berani, mereka akan
memiliki peluang yang kecil untuk bisa berpartisipasi dalam jalannya diskusi.

f) Metode Rembuk Sejoli


Metode Rembuk Sejoli yaitu cara pemecahan suatu masalah yang
pelaksanaannya warga belajar dalam kelompok dibagi secara berpasangan
kemudian dalam waktu yang singkat masing-masing kelompok membahas suatu
masalah dan diakhiri dengan penyampaian laporan nya oleh masing-masing juru
bicara dalam kelompok besar.

g) Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group)


Metode Buzz Group yaitu cara pembahasan suatu masalah yang
pelaksanaannya warga belajar dibagi dalam kelompok kecil antara tiga sampai
enam orang membahas suatu masalah yang diakhiri dengan penyampaian hasil
pembahasannya oleh setiap juru bicara pada kelompok besar.

h) Metode Panel
Metode Panel yaitu cara pembahasan suatu masalah melalui kegiatan diskusi
yang dilakukan oleh beberapa ahli dari berbagai keahlian dihadapan warga
belajar. Metode diskusi panel terdapat dua jenis anggota diskusi, yaitu anggota
aktif dan tidak aktif. Bagi anggota aktif mereka akan ikut terlibat di dalam forum
diskusi. Sebaliknya anggota yang tidak aktif, mereka tidak akan melibatkan diri
di dalam diskusi lebih sederhananya hanya sekadar menjadi pendengar.

i) Metode Forum Debat


Metode forum (debate) adalah cara pembelajaran yang dilakukan melalui
diskusi terbuka yang disampaikan oleh beberapa nara sumber dengan topik
masalah yang kontroversial
j) Metode Seminar
Metode Seminar yaitu cara penyampaian informasi berdasarkan hasil
penelitian yang diikuti dengan kegiatan diskusi oleh seluruh warga belajar
dibawah bimbingan sumber belajar. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
warga belajar dapat berdasarkan hasil penelitian tentang suatu kasus/masalah,
dapat juga hasil bacan/literatur.

k) Metode Penugasan (Resitasi)


Metode Resitasi yaitu cara pemberian tugas yang dilakukan oleh sumber belajar
kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas
maupun di luar kelas, serta dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

l) Metode Studi Kasus


Metode studi kasus yaitu cara penelaahan suatu kasus nyata di lapangan melalui
kegiatan penelitian, yang diakhiri dengan kegiatan penyampaian laporan

Rujukan
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.81A tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0209/U/1984

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. Tentang otonomi daerah.


Sanjaya,Wina.2010.Kurikulum dan Pembelajaran.Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0261a/U/1985
TAP MPR No.IV/MPR/1999/BAB IV.E, GBHN (1999-2004) bab V tentang “Arah
Kebijakan Pendidikan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU RI No. 22 Tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai