Anda di halaman 1dari 8

Kestabilan Lereng Penambangan ( I )

(http://radyanprasetyo.blogspot.com/2012/06/kestabilan-lereng-

penambangan-i.html)

PENDAHULUAN

Aktivitas pertambangan khususnya tambang terbuka (open pit) hampir selalu

mengakibatkan perubahan morfologi permukaan mengingat penggalian menjadi

aktivitas utamanya. Pengusahaan pertambangan seperti ini memerlukan capital yang

besar, teknologi tinggi dan skill khusus. Selain itu faktor keselamatan tentunya menjadi

salah satu pertimbangan utama dalam rangkaian aktivitas penambangan. Oleh karena

itulah sudah jelas dibutuhkan teknologi atau perencanaan yang baik agar pelaksanaan

kegiatan penambangan bisa berjalan dengan aman, terjadi efisiensi biaya, efektif dan

produktivitas dari pekerja tinggi serta lancar tanpa terjadi atau seminimal mungkin

kecelakaan kerja.

Kestabilan lereng menjadi perhatian khusus dalam merencanakan aktivitas

penambangan di tambang terbuka. Perhitungan dan pemantauan secara tepat harus

dilakukan untuk menghilangkan resiko longsoran. Resiko ini amat besar dampaknya

terhadap perusahaan seperti kerusakan peralatan, waktu, biaya dan korban manusia.

Kebijakan pemerintah tentang kestabilan lereng tersebut diatur dalam Kepmen

Pertambangan dan Energi No. 555. K/26/M.PE/1995 tanggal 12 Mei 1995 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pertambangan Umum.


kestabilan lereng menentukan keamanan hingga keekonomian aktivitas tambang

Kestabilan lereng ini tergantung dari rasio stripping atau nisbah pengupasan yang

membandingkan unit batuan pengotor (waste/lapisan tanah penutup) dengan minera

berharga yang akan diambil. Faktor lain yang berpengaruh sperti kondisi air tanah,

kekeasan batuan. Detail faktor-faktor yang mempengaruhi kestabian lereng ini yaitu:

a. Penyebaran Batuan

Penyebaran jenis tanah atau batuan yang terdapat di lokasi penelitian harus

diketahui dengan benar karena masing–masing jenis tanah atau batuan mempunyai sifat

fisik dan mekanik yang berbeda pada suatu keadaan tertentu serta mempunyai sifat

yang berbeda pula apabila suatu beban atau tegangan dikenakan kepadanya.

b. Morfologi Daerah
Morfologi suatu daerah adalah keadaan fisik, karakteristik dan bentuk permukaan

dari bumi, Morfologi ini sangat menentukan laju erosi yang akan berpengaruh pada

cepat atau lambatnya proses dan pengendapan yang terjadi, dan mentukan arah aliran

tanah maupun air permukaan.

c. Struktur Geologi

Struktur geologi yang harus diketahui meliputi struktur regional maupun lokal,

struktur mayor maupun minor. Struktur geologi ini mencakup pencatatan adanya kekar,

sesar, bidang perlapisan, siklin dan antiklin, ketidak selaran, dll. Struktur Geologi ini

sangat mempengaruhi kekuatan batuan atau tanah atau paling tidak merupakan

tempat-tempat rembesan air sehingga akan mempengaruhi cepat atau lambatnya

proses pelapukan. Penentuan arah jurus dan kemiringan bidang-bidang tersebut

merupakan bagian yang sangat penting dalam melengkapi data analisa.

d. Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor yang penting dalam analisa kestabilan lereng,

karena mempengaruhi perubahan temperatur dan curah hujan. Hal ini berhubungan

dengan tingkat pelapukan yang terjadi pada satu daerah. Pada daerah tropis proses

pelapukan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan daerah dingin.


Pelapukan mempengaruhi sifat-sifat fisik dan mekanik dari batuan dan tanah,

yaitu:

- c (Kohesi)

-  ( Sudut geser dalam)

-  (Bobot isi batuan atau tanah)

e. Aktivitas Manusia

Selain akibat alamiah, hasil kerja manusia juga dapat mempengaruhi kestabilan

lereng diantaranya kegiatan penggalian, pembuatan jalan tambang, bendungan. Akibat

kegiatan tersebut akan menyebabkan perubahan keseimbangan dari gaya-gaya dalam

sehingga akan menyebabkan bertambahnya gaya geser.

f. Geometri Lereng

Geometri lereng harus diperhatikan adalah tinggi (H) dan sudut kemiringan lereng

(), apabila suatu lereng baik lereng tunggal maupun lereng total mempunyai

kemiringan yang tetap, maka perubahan ketinggian akan mengakibatkan perubahan

kestabilan dari lereng yang bersangkutan karena berat material lereng yang harus

ditahan oleh kekuatan geser tanah/batuan semakin besar. Dengan demikian


sehubungan dengan hal tersebutmaka unutuk menjaga daripada lereng, maka semakin

tinggi lereng maka sudut kemiringan lereng yang diperlukan makin kecil.

Pola longsoran pada lereng

g. Pengaruh Air Tanah

Pengaruh ketinggian air tanah di dalam massa tanah atau batuan pada lereng

dapat berfungsi sebagai pelarut dan sebagai media tranportasi material pengisi celah

rekahan dimana akibat dengan adanya kehadiran air tersebut dapat menimbulkan

tegangan air pori yang akan mengurangi tegangan normal, sehingga akan memperkecil

kekuatan geser. Pada gambar 5 dijelaskan pengaruh kehadiran air tanah pada kestabilan

lereng.
Pengaruh Tekanan Air Yang Pada Block

Adapun persamaan tegangan normal yang diakibatkan oleh adanya air adalah

sebagai berikut :

n = ( W cos  - U ) / A

sehingga persamaan nilai fator keamanan dengan pengaruh tegangan air pori

adalah sebagai berikut :

Dimana :

 = Tegangan normal
U = Gaya angkat air

A = Area pada dasar blok

 = Sudut kemiringan bidang luncur

W = Berat blok yang meluncur

h. Sifat Fisik dan Sifat Mekanika Material

Sifat fisik dan sifat mekanika tanah atau batuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kestabilan dari lereng karena berhubungan dengan besar kecilnya nilai

kekuatan geser dimana kelongsoran yang tejadi pada lereng merupakan peristiwa

keruntuhan geser, dengan demikian di dalam melakukan analisa kestabilan dari lereng

tanah atau batuan perlu diketahui sifat fisisk dan mekanik tanah atau batuan yang

mempengaruhi kuat geser.

Adapun sifat fisik dan mekanik tanah dan batuan yang diperlukan dalam

melakukan analisa kestabilan lereng adalah sebagai berikut :

 Sudut geser dalam

 Kohesi

 Bobot isi
Kestabilan lereng mutlak menjadi pertimbangan husus dalam operasional

tambang terbuka. Dalam praktir pertambangan, jika nilai faktor keselamatan telah

memenhi kritaria, maka lereng tersebut dikategorikan aman dari longsoran.

Namun apabila berbicara dri sudut pandang lainya khususnya kehutanan, akan

terbentur dengan regulasi kehutanan dimana menyebutkan tanah yang peka erosi

dengan kemiringan lereng lebih dari 15% dikategorikan hutan lindung. Oleh karena itu,

praktik penambangan yang baik dan benar (good minig practice) harus lebih diupayakan

lagi.

Anda mungkin juga menyukai