Anda di halaman 1dari 38

ASESMEN GERIATRI

SEORANG LANSIA USIA 70 TAHUN DENGAN DIABETES MELLITUS


TIPE 2 DAN AMPUTASI PADA KAKI KANAN

Disusun oleh:
Gustamas Indra Maulana 030.13.086
Heru Dimas Prakoso 030.13.092

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN
PERIODE 27 AGUSTUS – 3 NOVEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan asesmen geriatri kepada salah satu warga
yang berada di sekitar Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

Kunjungan rumah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan periode
27 Agustus – 3 November 2018.

Dalam mengerjakan tugas ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari
banyak pihak, dan dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Dr. dr. Rina K Kusumaratna, M.Kes selaku pembimbing yang sudah meluangkan
waktunya untuk memberikan masukan dan bimbingan.
2. dr. Fatimah Sari Ismayani selaku pembimbing di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan yang selalu membantu memberikan motivasi dan masukan kepada
kami selama penyusunan laporan ini.
3. Kepada semua pihak di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang telah membantu
dan membimbing selama kami berada di Puskesmas.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu
segala saran dan kritikan yang membangun sangat diharapkan.

Jakarta, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II ASESMEN GERIATRI ........................................................................ 2
A. Identitas pasien .................................................................................. 2
B. Pemeriksaan fisik ............................................................................. 7
C. Data laboratorik ................................................................................. 12
D. Hasil pemeriksaan tambahan lain ..................................................... 12
E. Daftar masalah dan rencana penanganan .......................................... 13
F. Laporan lanjutan ................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
DOKUMENTASI KEGIATAN......................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. 1

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan- tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya.
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi
dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living.2

Para ahli memproyeksikan pada tahun 2020 mendatang usia harapan hidup lansia di
Indonesia menjadi 71,7 tahun dan perkiraan jumlah lansia menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34
%.(2) Dari data USA Bureau of the Census, Indonesia diperkirakan mengalami pertambahan
warga lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990 – 2025, yaitu peningkatan sebanyak 414
%.(3) Pada tahun 2020 jumlah lansia Indonesia akan menempati urutan ke empat paling banyak
sesudah Cina, India, dan Amerika Serikat.(1) Peningkatan jumlah lansia tersebut, berdampak
pada munculnya masalah kesehatan yang terjadi pada lansia berupa masalah fisik, biologi,
maupun psikososial.3

Dalam mewujudkan lansia sehat, mandiri, berkualitas dan produktif harus dilakukan
pembinaan kesehatan sedini mungkin selama siklus kehidupan sampai fase lanjut usia dengan
memerhatikan faktor-faktor resiko yang harus dihindari. Salah satu jenis pelayanan kesehatan
yang dapat diberikan kepada lansia adalah kunjungan rumah atau home visit. Salah satu
pelaksanaan home visit pada lansia adalah dengan melakukan asesmen geriatri yang bertujuan
untuk mengevaluasi kesehatan secara komprehensif dengan harapan dapat meningkatkan
kualitas kesehatan pasien lansia yang dikunjungi. Pada tulisan ini akan dilaporkan sebuah
laporan asesmen geriatri pada pasien perempuan usia 70 tahun dengan diagnosis Diabetes
Mellitus Tipe II dan Kaki Kanan Diamputasi.

1
BAB II
ASSESSMENT GERIATRI

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir / umur : Solo, 30 Desember 1947 / 70 Tahun
Alamat : Jl. Meteo No.37, RT008/RW 006, Kelurahan Pesanggrahan,
Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan
Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Orang terdekat : Tn. S
Usia : 76 tahun
Jumlah Anak :5
Jumlah Cucu :7
Jumlah Cicit :0
Pembiayaan kesehatan: KIS

Riwayat Medis / Evaluasi Fisik


Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 12
September 2018 pada pukul 10.00-11.30 WIB dirumah pasien.
1. Keluhan utama:
Kedua kaki terasa kebas dan linu
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh terasa baal pada kaki kiri yang dirasa hilang timbul sejak 1 tahun yang
lalu. Pasien juga merasa kesemutan pada kaki kiri. Keluhan timbul terutama pada saat
berjalan jauh. Kaki kanan pasien telah diamputasi sejak 3 tahun yang lalu karena
menderita kaki diabetes. Keluhan itu membuat pasien merasa sulit melakukan aktivitas
sehari-hari. Sehari-hari pasien menggunakan alat bantu untuk berjalan. Pasien juga
mengatakan bahwa ia sering merasa haus dan minum lebih banyak dari biasanya. Pasien
juga mengeluh kedua matanya sudah kabur, seperti ditutupi kabut. Keluhan pusing,
demam, batuk lama, nyeri ulu hati, mual dan muntah disangkal. Pasien mengatakan
sering BAK sejak 3 tahun lalu, keluhan BAB disangkal.

2
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menderita penyakit kencing manis sejak 10 tahun yang lalu namun pasien tidak
pernah rutin berobat. Riwayat lainnya seperti darah tinggi, penyakit jantung, penyakit
ginjal maupun asma disangkal.
4. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari delapan bersaudara. Dua diantaranya meninggal dunia
saat kecil dan tidak diketahui penyebabnya. Pasien memiliki 1 saudara kandung yang
memiliki penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan lumpuh akibat stroke. Ibu pasien
memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
5. Riwayat Pembedahan
Riwayat operasi (+) satu kali, amputasi kaki kanan
6. Riwayat opname Rumah Sakit
Riwayat opname (+) post operasi amputasi, di Rumah sakit
7. Pemeriksaan gigi / gigi palsu
Oral hygiene kurang baik dan menggunakan gigi palsu .
Lain-lain : Tidak ada.
8. Riwayat alergi : Tidak ada
9. Kebiasaan
Pasien mengaku sering meminum minuman manis seperti minuman teh kemasan.
Sehari-harinya pasien tidak pernah mengenakan pakaian, termasuk pakaian dalam
akibat pakaian yang dikenakan selalu basah karena BAK dan BAB tidak dapat di
kontrol dan merasa panas jika menggunakan pakaian.
Merokok
- Apakah anda merokok? Tidak
- Apakah orang terdekat atau orang disekitar anda merokok? Tidak
Minum Alkohol
- Apakah anda minum minuman beralkohol? Tidak
Olahraga
- Apakah anda melakukan olahraga? Tidak
- Jenis olahraga? –
- Berapa kali dalam seminggu ? –

3
- Berapa lama intensitas anda melakukan olahraga tersebut?
Kopi
- Apakah anda sering minum kopi? Tidak
- Berapa gelas kopi dalam sehari? -
Kesimpulan : Pasien tidak merokok, tidak minum beralkohol dan tidak mengkonsumsi
kopi, pasien tidak pernah berolahraga.
10. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Pasien mengkonsumsi Metformin 500mg dengan dosis 2x1. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien rutin meminum obatnya setiap pagi dan sore.
11. Riwayat Pendidikan dan sosio-ekonomi
Pasien merupakan lulusan SD, dan pasien bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga.Untuk memenuhi kebutuhan per bulan, anak tertua pasien bekerja sebagai
driver ojek online untuk memenuhi kebutuhan pasien, istri dan kedua adik pasien.
12. Pola Konsumsi Makanan Lansia

FORMULIR 24 HOURS RECALL

(Catatan : asupan makanan/minuman KEMARIN mulai bangun pagi hingga tidur malam)

Tabel Riwayat Makanan Pasien 24 Jam Terakhir

Jumlah
Waktu Jam Nama makanan atau minuman
URT
Nasi Putih
Kecap
Makan 1 piring
08.00 Air putih
Pagi
Kopi

Nasi Putih
Makan
13.30 Garam 1 piring
Siang
Air putih

Nasi Putih
Makan 19.00 Telur mata sapi 1 telur
Malam Air putih

4
13. Penapisan Depresi
Untuk setiap pertanyaan dibawah ini, penjelasan mana yang paling dekat
dengan perasaan yang anda rasakan bulan lalu?

Setiap Sering Kadang Jarang Tidak


waktu sekali kadang sekali pernah
1. Berapa seringkah bulan yang √
lalu masalah kesehatan anda
menghalangi kegiatan anda,
(mis. pergi mengunjungi teman,
aktivitas social)
2.Berapa seringkah bulan lalu √
anda merasa gugup ?
3.Berapa seringkah bulan lalu √
anda merasa tenang dan damai ?
4.Berapa seringkah bulan lalu √
anda merasa sedih sekali ?
5.Berapa seringkah bulan lalu √
anda merasa bahagia ?
6.Berapa seringkah bulan lalu √
anda merasa begitu sedih
sampai serasa tak ada
sesuatupun yang mungkin
menghiburnya ?
7.Selama bulan lalu, berapa √
seringnya perasaan depresi anda
mengganggu kerja anda sehari-
hari ?
8.Selama bulan lalu, berapa √
sering anda merasa tak ada lagi
sesuatu yang anda harapkan
lagi?
9.Selama bulan lalu, berapa √
sering anda merasa tak
diperhatikan keluarga ?
10.Berapa sering selama bulan √
lalu anda merasa ingin
menangis apa saja
11.Selama bulan lalu, berapa √
sering anda merasa bahwa
hidup ini sudah tak ada gunanya
lagi ?
Kesimpulan : tidak terdapat gangguan depresi pada pasien ini dalam 1 bulan terakhir.

5
Status Fungsional
a. ADL dasar dan Instrumental

Bisa sendiri Perlu bantuan Tergantung orang


Komponen ADL
sepenuhnya seseorang lain sepenuhnya
Mandi √
Ambulansi √
Transfer √
Berpakaian √
Berdandan √
BAB/BAK √
Makan √
Sediakan makan √
Atur keuangan √
Atur minum obat- √
obatan
Bertilpun √
Kesimpulan: Beberapa aktivitas pasien masih dapat melakukan sendiri namun ada beberapa
aktivitas yang harus dibantu oleh orang lain.

b. Keterbatasan fungsional
Pertanyaan : Sudah berapa lamakah (apabila ada) kesehatan anda membatasi kegiatan
anda berikut ini?

Aktivitas >3 bulan < 3 bulan Tak Terbatasi


Berbagai pekerjaan berat (mis. Angkat barang, √
lari,)
Berbagai pekerjaan sedang (mis.menggeser √
meja / almari, angkat barang belanjaan)
Pekerjaan ringan di rumah yang biasa √
dikerjakan
Mengerjakan pekerjaan (di kantor / sehari-hari) √
Naik bukit / naik tangga √
Membungkuk, berlutut, sujud √
Berjalan kl.100 meter √
Makan, mandi, berpakaian ke WC √
Kesimpulan: Pada pasien didapatkan keterbatasan fungsional dalam melakukan pekerjaan
ringan hingga berat.

6
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital

Baring Duduk Berdiri


Tekanan darah 110/80 110/60 -
Nadi / menit 70 (reguler) 70 (reguler) -
Laju respirasi / 18 18 -
menit
Suhu tubuh 36,8
2 bulan yl 1 bulan yl Saat ini
Berat badan - - 70
Tinggi badan - - 160
BMI - - 27,3

2. Keadaan Kulit

Bercak kemerahan : tidak ada


Lesi kulit lain : tidak ada
Curiga keganasan : tidak ada
Dekubitus : tidak ada

3. Pendengaran

Temuan fisik Ya Tidak

Dengar suara normal √

Pakai alat bantu dengar √

Serumen impaksi √

4. Penglihatan : tajam penglihatan pada kedua mata berkurang

Ya Tidak
Membaca huruf surat kabar:
 Tanpa kaca mata √
 Dengan kaca mata √
Katarak:
 Kanan √
 Kiri √

7
5. Mulut

Buruk Baik
Higiene mulut √
(Karies gigi +, gigi tidak lengkap,
jarang sikat gigi)
Ada Tidak
Gigi palsu √
Lecet di bawah gigi palsu √
Lesi yang lain (kalau ada √
jelaskan)

6. Leher
Normal Abnormal (jelaskan)
Derajat gerak √
Kel. Tiroid √
Bekas luka pada tiroid : tidak ada
Massa lain : tidak ada
Kelenjar limfe membesar/tidak (bila ya jelaskan) : tidak ada

7. Dada
Massa teraba/tidak, bila ya: kanan/kiri, jelaskan : tidak ada
Kelainan lain : tidak ada

8. Paru-paru
Kiri Kanan
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi :
 suara dasar Vesikuler Vesikuler
 suara tambahan - -

9. Kardiovaskuler

a. Jantung
- Irama Reguler Reguler

- Bising Tidak Tidak

- Gallop Tidak Tidak

8
Lain-lain (jelaskan)

b. Bising Ada Tidak


- Karotis : √
Kiri

Kanan
- Femoralis: √
Kiri

Kanan
c. Denyut nadi Ada Tidak
perifer
- A. dorsalis
pedis :
Kiri √

Kanan √
- A. tibialis
posterior : √
Kiri

Kanan √
d. Edema Tak ada +1 +2 +3 +4
-Pedis √
-Tibial √
-Sakral √

10. Abdomen

Hati membesar : tidak ada


Massa abdomen lain : tidak ada
Bising/bruit : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Cairan asites : tidak ada
Limpa membesar : tidak ada

11. Rektum/anus : tidak dilakukan pemeriksaan


12. Genital / pelvis : tidak dilakukan pemeriksaan

9
13. Muskuloskeletal

Tak Tl. Bahu Siku Tangan Pinggul Lutut Kaki


ada blkg
Deformitas √
Gerak √
terbatas
Nyeri √
Benjolan / √
peradangan
Kesimpulan: Pada pasien didapatkan keterbatasan gerak pada kedua bahu, tangan, pinggul,
lutut dan kaki.

14. Neurologik / Psikologik


a. Status Mentalis :

Baik Terganggu
Orientasi
Orang √
Waktu √
Tempat √
Situasi √
Daya ingat
Sangat lampau √
Baru terjadi √
Ingat obyek stlh 5 menit √
segera (mengulang)

Kuisioner pendek / portable tentang Status Mental :


Betul Salah
Tanggal berapakah hari ini ? √
Hari apakah hari ini ? √
Apakah nama tempat ini ? √
Berapakah nomor telpon rumah √
anda ?
Berapakah usia anda ? √
Kapankah anda lahir (tgl/bln/thn) ? √
Siapa nama gubernur sekarang ? √
Nama gubernur sebelum ini ? √
20 dikurang 3 dan seterusnya √

10
Jumlah kesalahan
0–2 kesalahan : baik
3–4 kesalahan : gangguan intelek ringan
5–7 kesalahan : gangguan intelek sedang
7 – 10 kesalahan : gangguan intelek berat

Kesimpulan : Pada pemeriksaan status mentalis dengan menggunakan kuesioner


pendek, maka didapatkan jumlah kesalahan pasien yang termasuk dengan
gangguan intelek ringan.

b. Perasaan hati / afek : serasi


c. Umum
Normal Abnormal (jelaskan)
Syaraf otak √
Motorik :
-kekuatan Ekstremitas atas (4/4)
Ekstremitas bawah (4/4)
- tonus √
Sensorik : - tajam Hipoestesi pada pedis
- raba (Gloves & Stocking
- getaran neuropathy)
Refleks
Serebelar : - jari ke √
hidung
Kesimpulan: Terdapat kelemahan pada ekstremitas kanan dibandingkan dengan ekstremitas
kiri dan terdapat kelainan motorik pada kedua ekstremitas dan sensorik pada kedua tangan dan
kaki pasien.

d. Tanda-tanda lain
Ya Tidak Bila Ya, jelaskan
Tremor saat √
istirahat
Regiditas cogwebell √
Bradikinesia √
Tremor intense √
Gerakan tak sadar √
Refleks patologis √
Kesimpulan: Pada pemeriksaan tanda-tanda lain dari gerakan involunter tidak ditemukan
kelainan.

11
15. Resiko Jatuh

No Identifikasi Jawaban
1 Apakah ada jatuh beberapa tahun Ya
kebelakang?
2 Kekhawatiran akan jatuh Ya
3 Permasalahan jantung/Vaskular Tidak
4 Gangguan kognitif Ya
5 Inkontinensia Tidak
6 Depresi Tidak
7 Masalah Motorik dan Sensoris Ya
8 Permasalahan spesifik lainnya Tidak
9 Pengobatan psikoaktif Tidak
10 Pengobatan menggunakan sedasi Tidak
11 Pengobatan yang menyebabkan Ya
hipotensi
12 TUG test >12 detik Ya
13 Visus <20/40 atau tidak >1 tahun tidak memeriksakan mata
pemeriksaan mata >1 tahun
14 Perubahan sistol lebih dari 20 Tidak
mmHg atau diastol lebih sama
dengan dari 10 mmHg, atau pusing
ketika berpindah dari berbaring ke
berdiri
Kesimpulan: Dari tabel diatas tampak pasien memiliki resiko jatuh

C. Data Laboratorik
Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai normal
25/07/2018 26/07/2018

Glukosa Darah Sewaktu < 200 mg/dl 512 494

Asam Urat < 7,5 mg/dl 3,7

Kesimpulan: Dari hasil Gula Darah Sewaktu (GDS) terlihat meningkat.

D. Hasil Pemeriksaan Tambahan Lain


Tidak dilakukan pemeriksaan tambahan.

12
E. Daftar Masalah dan Rencana Penanganan
Indikator Indikator
Aspek Perencanaan Pendekatan Komprehensif
problem/diagnostik
Biologis DM tipe 2 - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga - Pasien berobat ke
tentang penyakit diabetes mellitus, dokter
penatalaksanaan, diet (makan sedikit - Pasien sudah rutin
namun sering), termasuk edukasi tentang meminum obat
pengobatan anti diabetes yang teratur dan - Pasien memiliki food
efek sampingnya, serta kemungkinan apa diary
yang terjadi jika tidak minum obat anti - GDS saat kunjungan
diabetes, dan komplikasinya. selanjutnya
- Diharapkan pasien memiliki food diary mengalami
untuk melihat makanan apa saja yang
penurunan
telah dimakan.
- Memotivasi pasien dan keluarga untuk
rutin kontrol ke dokter untuk
memeriksakan kadar gula darah dan
meminum obat anti diabetes secara
teratur.
- (Rencana pengobatan : Metformin 3x500
mg)
Biologis IMT diatas normal – Mengedukasi pasien dan keluarga untuk - Pasien lebih sering
mengatur jadwal makan pasien dengan makan makanan
porsi sedikit dan frekuensi sering bergizi
– Mengedukasi pasien dan keluarga untuk - IMT dalam batas
menjaga pola makan yang baik dan benar normal
– Mengedukasi pasien dan keluarga untuk - Pasien dibawa ke
membawa pasien ke fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan
untuk pemeriksaan lebih lanjut untuk pemeriksaan
(laboratorium darah) lebih lanjut
Biologis Rasa kebas dan linu - Menjelaskan tentang keluhan yang - Pasien sudah lebih
pada kaki diderita, komplikasi, dan penanganannya sering digerakkan
kepada pasien dan keluarga anggota tubuhnya,
- Mengedukasi dan mengajarkan pasien sehingga kekakuan
dan care giver untuk melakukan aktivitas berkurang.
fisik ringan dirumah, dengan - Pasien sering miring
kanan dan kiri dan
menggerakan anggota tubuhnya secara
sudah bisa
aktif.
melakukannya
- Melatih pasien untuk sering melakukan sendiri
gerakan miring kanan dan kiri agar tidak
terjadi luka pada daerah yang tertekan.
- Mengedukasi pasien agar selalu memakai
sandal untuk mencegah luka

Psikologis Gangguan kognitif - Edukasi keluarga untuk sering mengajak - Keluarga sudah
ringan pasien ngobrol lebih sering

13
mengajak pasien
ngobrol
Sosial - Risiko jatuh - Memberikan edukasi kepada keluarga - Keluarga pasien
- Keterbatasan pasien bahwa pasien perlu didampingi bersedia untuk
fungsional dalam dan dibantu dalam melakukan mendampingi,
melakukan aktivitasnya sehari-hari membantu dan
pekerjaan ringan - Memberikan saran kepada keluarga memberi semangat
hingga berat. pasien untuk memperhatikan keadaan kepada pasien dalam
melakkukan
rumah beserta lingkungannya, seperti
aktivitasnya.
kebersihan lantai, penerangan, serta
- Pasien didampingi
penataan barang di rumah, sehingga
keluarganya sering
mempermudah pasien dalam
bersosialisasi dengan
melakukan aktivitasnya, terutama oleh
tetangga sekitar dan
karena pasien memiliki risiko jatuh dan
tetangga mulai
keterbatasan dalam melakukan
datang mengunjungi
pekerjaan ringan hingga berat
pasien untuk
- Edukasi kepada keluarga untuk
memotivasi pasien
medukung pasien dalam menjalani
dan memberikan
aktivitasnya baik di dalam maupun luar
doa.
rumah dengan tetangga.
- Keluarga bersedia
- Edukasi keluarga agar menggunakan
membantu pasien
kursi roda pasien yang ada agar sedikit
menggunakan kursi
tidak nya pasien dapat melakukan
roda nya lagi
aktivitas dan berjalan-jalan sehingga
- Pasien mengerti dan
mengurangi kebosanannya
dapat melakukan
- Melakukan pelatihan mobilitas kepada
senam disabilitas
pasien dan dibantu oleh keluarga
minimal 3 kali
melalui senam disabilitas (amputasi)
seminggu

F. Laporan Lanjutan
Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus kurang lebih sejak 10 tahun yang lalu. Pada
awalnya pasien merasa masih kuat berjalan, namun semakin lama kedua kaki terasa semakin
lemas dan berat pada saat berjalan. Keluhan lemas dan baal juga dirasakan pada kedua tangan
pasien. Pasien mengeluh pandangan kenamun Sejak 6 bulan terakhir pasien tidak bisa menahan
BAK, sehingga pasien tidak pernah memakai celana karena selalu basah. Namun keluhan ini
juga tidak pernah diperiksakan ke dokter. Sejak 1 bulan terakhir pasien merasa tidak bisa
menahan jika BAB. Saat ini pasien mengeluh kedua telapak kaki terasa kebas dan linu. Pada
awalnya pasien merasa masih kuat berjalan jauh, namun lama kelamaan kedua kaki terasa

14
semakin lemas dan berat untuk berjalan. Keluhan lemas dan baal juga dirasakan pada kedua
tangan pasien. Menurut pengakuan keluarga, pasien tampak semakin kurus. Pasien mengeluh
pandangan kedua mata pasien kabur seperti ada kabut. Pasien tidak mengeluh adanya demam,
batuk lama, muntah, maupun nyeri ulu hati. Riwayat lainnya seperti darah tinggi, penyakit
jantung, penyakit ginjal maupun asma disangkal. Untuk penyakit Diabetes Mellitus, pasien
tidak pernah memeriksakan diri rutin ke dokter, obat yang pasien tebut jarang diminum dan
hanya disimpan sehingga banyak obat yang menumpuk dirumah. Pasien mengatakan alasan
tidak meminum obat karena bosan dan malas.
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, namun pasien
sampai saat ini masih senang kopi. Pasien juga tidak pernah berolahraga. Tidak didapatkan
adanya tanda-tanda kemungkinan depresi dalam 1 bulan terakhir. Pasien memiliki keterbatasan
dalam melakukan pekerjaan ringan hingga berat. Dalam melakukan beberapa aktivitas sehari-
hari, beberapa aktivitas masih bisa dilakukan sendiri seperti makan, berdandan dan berganti
pakaian. Namun pasien tidak pernah memakai pakaian maupun pakaian dalam karena pasien
merasa panas. Pasien memerlukan bantuan orang lain untuk berjalan jauh, mandi,
membersihkan BAB dan BAK.
Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pasien 90/60 mmHg. Dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya karies gigi. Pasien memiliki gangguan kognitif
ringan. Pasien memiliki risiko jatuh. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar
glukosa darah sewaktu sebesar 494 mg/dL, asam urat 3,7 mg/dL. Pemeriksaan dilakukan
dengan alat diagnosa pribadi menggunakan strip. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan lab, dapat disimpulkan pasien mengalami :
1. Diabetes mellitus tipe 2
2. Amputasi kaki kanan
3. Katarak senilis

Follow up
Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 25/07/2018. Saat kunjungan, pasien terlihat lemas,
menurut keluarga, pasien kurang melakukan aktivitas, sebagian besar aktivitas hanya di atas
kasur, kedua tangan dan kaki masih terasa baal dan linu. Saat dilakukan pemeriksaan tanda
vital tekanan darah masih didapatkan rendah yaitu 95/70. Pada pemeriksaan fisik tidak
didapatkan kelainan.
Kegiatan yang dilakukan :

15
1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
2. Mengedukasi pasien dan care giver agar pasien melakukan gerakan aktivitas ringan sehari-
hari.
3. Menjelaskan seluruh hasil pemeriksaan pasien dan rencana terapi selanjutnya kepada
keluarga dan care giver pasien.
Rencana kegiatan :
1. Mengedukasi pasien dan keluarga untuk membawa pasien ke Puskesmas untuk
memeriksakan diri kembali ke dokter dan melihat perkembangan penyakit.
2. Melakukan pemeriksaan GDS pada pasien.

Kunjungan ketiga dilakukan pada tanggal 26/07/2018. Kunjungan dilakukan segera setelah
mendapat kabar dari keluarga pasien, bahwa pasien semalam sudah dibawa ke Puskesmas dan
sempat dilakukan pemeriksaan Gula Darah Sewaktu dengan hasil sebesar 512 mg/dl. Saat
kunjungan ini, pasien masih mengalami keluhan yang sama dengan kunjungan sebelumnya,
pasien terlihat lemas, kedua tangan dan kaki masih terasa baal, tekanan darah 90/60.
Kegiatan yang dilakukan :
1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
2. Melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dan asam urat dengan hasil berikut:
Glukosa darah sewaktu : 494 mg/dl
Asam urat : 3,7 mg/dl
3. Mengajarkan kepada pasien dan care giver mengenai gerakan aktivitas fisik ringan dengan
menggerakan anggota tubuh pasien.
4. Mengajarkan kepada care giver dalam hal pemberian obat pasien.
5. Mengedukasi keluarga pasien agar pasien mendapatkan makanan yang bergizi seimbang,
makanan yang baik dikonsumsi dan yang harus dihindari.
6. Mengedukasi pasien dan keluarga untuk membawa pasien ke Puskesmas untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

Summary
Pada Pemeriksaan Fisik (Summary)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya karies gigi, katarak, dan adanya risiko jatuh.

Pada Pemeriksaan Laboratorium (Summary)


Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya kadar gula darah tinggi.

16
Pada Assessment Geriatri (Summary)
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lab, dapat disimpulkan pasien
menderita diabetes mellitus, katarak senilis dan adanya risiko jatuh. Diabetes mellitus pada
pasien ditandai dengan adanya baal pada kedua tangan dan kaki dan didukung oleh hasil gula
darah sewaktu pada pemeriksaan di Puskesmas tanggal 25/07/2018 yaitu sebesar 512 mg/dl,
di rumah pasien pada tanggal 26/07/2018 yaitu sebesar 494 mg/dl, serta adanya riwayat
kencing manis dalam keluarga. Katarak senilis ditandai dengan pandangan kedua mata yang
kabur dan dari hasil pemeriksaan mata didapatkan katarak pada mata kanan dan kiri. Hipotensi
didapatkan dari tiga kali kunjungan dengan tekanan darah 90/60. Pasien juga memiliki risiko
jatuh, dari ADL (Activity Daily Living) memiliki keterbatasan melakukan aktivitas ringan-
berat.

Rencana Perawatan Terpadu (Comprehensive Care)


Komunikasi
• Membina komunikasi yang baik antara pasien dengan keluarga
• Mengajak pasien berdiskusi bila ada yang ingin ditanyakan
• Memotivasi pasien untuk senantiasa berpikir positif, semangat untuk sembuh
dan rutin meminum obat, serta mengedukasi keluarga untuk turut memberi
dukungan kepada pasien

Informasi
• Menginformasikan mengenai penyakit yang diderita pasien kepada keluarga
dan care giver dan pentingnya check up rutin dan berobat ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjut (rumah sakit).
• Menjelaskan terapi yang diberikan kepada pasien dan pentingnya minum obat
secara teratur.
Edukasi
• Menggerakkan anggota tubuh baik secara aktif maupun pasif.
• Mengubah kebiasaan makan dengan mengurangi konsumsi manis dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk memenuhi nutrisi pasien.
• Mengedukasi pasien dan keluarga untuk berobat ke fasilitas kesehatan dan
minum obat secara teratur agar gula darah terkontrol.

17
• Kontrol kesehatan ke puskesmas atau fasilitas kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan secara rutin minimal sebulan sekali
• Lingkungan rumah dikondisikan selalu dijaga keamanan dan kenyamanannya
untuk mengurangi risiko jatuh.
• Memberikan support kepada keluarga agar sabar dalam merawat pasien.
Terapi Farmakologik
• Metformin 3 x 500 mg
Non – Farmakologik
• Merujuk pasien ke Sp.PD dan Sp.M  untuk melakukan pemeriksaan
penunjang dan mendapatkan penanganan yang adekuat.

G. Geriatric Giant

Geriatri adalah populasi masyarakat yang berusia 60 tahun keatas. Terminologi Giant
geriatric, pertama kali diajukan pada tahun 1930-an oleh Prof. Bernard Isaacs untuk me-
highlight kondisi medis yang dominan dalam proses penuaan. Walaupun penyebab mortalitas
mayor pada geriatri adalah kanker, penyakit jantung, dan stroke, giant geriatric mencerminkan
kondisi yang mempengaruhi sebagian besar lansia dan menyebabkan ketidakmampuan dalam
melakukan fungsi sehari-hari. Kondisi-kondisi medis yang dialami pasien adalah , imobilisasi,
risiko jatuh, dan penurunan intelektual (demensia).

1. Inkontinensia urin
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai pengeluaran urin secara involunter, tidak
diinginkan, dalam jumlah dan frekuensi tertentu yang menimbulkan masalah kesehatan
dan/atau social.4,5
Pengeluaran urin terjadi akibat kontraksi dari detrusor buli dan relaksasi dari otot polos
sfingter. Ketika buli terisi urin, sampai pada jumlah tertentu (+ 300ml), reseptor regang
pada dinding buli akan mengirimkan menuju pusat miksi pada segmen sakral, kemudian
sinyal eferen dikirimkan baik melalui sistim syaraf otonom dan somatik. Saat miksi, impuls
kolinergik dari sistim parasaimpatis akan menyebabkan kontraksi detrusor, pada saat yang
bersamaan tonus dari sistim simpatis akan hilang, menyebabkan relaksasi sfingter urethra
interna, dan juga tonus dari sistim syaraf somatik (n. pudendus) akan menghilang,
menyebabkan relaksasi sfingter urethra eksterna.4,6

18
Gambar 1. Inervasi buli-buli 5

Perubahan pada buli-buli akibat menua, baik anatomis dan fisiologis, tidak secara
langsung menyebabkan inkontinensia urin, tetapi mempermudah terjadinya inkontinensia
urin. Mengecilnya ukuran buli, penurunan volume buli, meningkatnya urin residual
mengakibatkan pengosongan buli yang lebih sering (frekuensi). Menurunnya kemampuan
menekan kontrksi detrusor menyebabkan munculnya gejala urgensi. Gejala-gejala ini dapat
diperberat dengan adanya patologi lain yang sering ditemui pada usia lanjut, seperti infeksi
saluran kemih, kelemahan otot dasar panggul, hipertrofi prostat, imobilisasi dan impaksi
fekal.5,6
Tabel 1. Penyebab inkontinensia akut/sementara7
D Delirium/confusional state
I Infection-urinary
A Atropic urethritis/vaginitis
P Pharmaceuticals
E Excess urine output (seperti CHF, hiperglikemia)
R Restricted mobility
S Stool impaction

Pada pasien delirium, pasien memerlukan tata laksana untuk kondisi medis yang
mendasarinya dibandingkan tata laksana berkemih. Infeksi saluran kemih (ISK)
menyebabkan inkontinensia akut ketika disuria dan urgensi sangat dominan yang
menyebabkan pasien lanjut usia tidak dapat menuju toilet sebelum sempat berkemih. Hal
tersebut hanya terjadi pada ISK yang simptomatik, sedangkan pada bakteriuria
asimptomatik, sering pada lanjut usia, tidak menimbulkan inkontinensia. Karena gejala ISK
pada lanjut usia dapat tidak khas, perlu dievaluasi dengan baik adanya ISK pada usia
lanjut.7-9

19
Uretritis/vaginitis atropik sering menimbulkan gejala inkontinensia. Delapan puluh
persen wanita usia lanjut yang datang dengan keluhan inkontinensia memiliki
uretritis/vaginitis atropik. Pada vaginitis atropik, mukosa vagina tampak atropi, erosi,
rapuh, dan terdapat perdarahan pungtata. Vaginitis atropik dapat diobati dengan pemberian
estrogen dosis rendah baik peroral maupun pervaginam. Medikamentosa merupakan salah
satu penyebab paling sering inkontinensia pada geriatri. Mekanisme masing-masing
bervariasi dalam menyebabkan inkontinensia.10

Tabel 2. Evaluasi dasar dan lanjutan pada pasien dengan inkontinensia urin,5,6,11

Anamnesis
 Tipe (urge, stres, campuran, overflow)
 Frekuensi, keparahan, durasi
 Pola (diurnal, nokturnal, campuran, situasi tertentu)
 Gejala yang berhubungan urinasi
 Penyakit penyerta
 Medikasi
 Fungsi fungsional (status mental, kognitif, kemampuan untuk self-toilet,
mobilitas)

Pemeriksaan fisik

 Identifikasi kondisi medis


 Tes stress-induced leakage ketika buli penuh
 Palpasi distensi buli pasca pengosongan
 Pemeriksaan pelvis
 Pemeriksaan rektal
 Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan penunjang dasar

 Rekam pengosongan
 Pemeriksaan volume residu pasca pengosongan (PVR) dengan kateterisasi atau
USG
 Urinalisis (untuk mendeteksi adanya piuria, hematuria, dan glukosuria),
sitologi,dan kultur

Pemeriksaan penunjang lanjutan

 Pemeriksaan metabolik seperti kadar glukosa dan kalsium


 USG ginjal
 Uroflowmetri
 Sistometrogram
 Sistoskopi

20
 Evaluasi urodinamik

2. Imobilisasi
Imobilisasi diartikan sebagai kehilangan gerak anatomi akibat perubahan fungsi
anatomis. Imobilisasi digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana seseorang
membutuhkan tirah baring atau mobilisasi yang sangat terbatas, akibat suatu penyakit atau
kondisi yang dideritanya. Penyebabnya beragam, termasuk faktor psikologis (depresi,
kecemasan), perubahan fisik (kardiovaskuler, neurologi, muskuloskeletal, nyeri), dan
lingkungan (tidak adanya alat bantu). Dari beberapa data epidemiologi, masalah
muskuloskeletal, arthritis, dan nyeri menunjukkan angka kejadian yang tinggi pada
populasi lanjut usia.4,11,12
Beragam faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi pada
geriatri. Faktor-faktor tersebut perlu diidentifikasi secara cermat karena sebagian besar
dapat dicegah atau ditata laksana sehingga tidak menyebabkan imobilisasi lagi.Konsep
mobilisasi dini telah dilontarkan sejak awal 1940-an pada pasien-pasien usia lanjut yang
dirawat di rumah sakit. Antibiotik dan pembedahan kuratif membantu mempersingkat
lamanya imobilisasi.

Tabel 3. Penyebab umum imobilisasi pada lanjut usia11


Gangguan muskuloskeletal
 Artritis
 Osteoporosis
 Fraktur (terutama tulang panggul dan femur)
 Masalah podiatrik
 Lain-lain (misal: penyakit Paget)
Gangguan neurologis

 Stroke
 Parkinson
 Neuropati
 Normal Pressure Hydrocephalus
 Demensia
 Lain-lain (disungsi serebelar, neuropati)

21
Penyakit kardiovaskuler

 Gagal jantung kongestif (berat)


 Penyakit arteri koroner (angina yang sering)
 Penyakit pembuluh darah perifer (klaudikasio yang sering)
Penyakit paru

 PPOK (berat)

Faktor sensori

 Gangguan penglihatan
 Penurunan sensasi kinestetik
 Penurunan sensasi perifer
Penyebab lingkungan

 Imobilisasi yang dipaksakan (di rumah sakit atau rumah


perawatan)
 Kurangnya alat bantu
 Nyeri akut dan kronis
Lain-lain

 Deconditioning (setelah tirah baring berkepanjangan)


 Malnutrisi
 Penyakit sistemik yang berat (keganasan)
 Depresi
 Efek samping obat (rigiditas karena antipsikotik)
 Takut akan jatuh
 Apatis dan kurangnya motivasi

Dalam penilaian pasien lanjut usia yang mengalami imobilisasi, anamnesis yang
terfokus harus meliputi identifikasi penyebab terjadinya imobilisasi, baik masalah internal
maupun lingkungan pasien. Perubahan kecil yang seringkali kurang diperhatikan atau
dianggap wajar dapat merupakan tanda-tanda awal dari suatu kelainan, seperti misalnya
keluhan keseimbangan dimana kelainan dapat terjadi dari organ sensorik perifer, susunan

22
syaraf pusat,organ efektor. Kelambatan berjalan (bradikinesia) dapat merupakan tanda-
tanda dini penyakit Parkinson. Pada umumnya memang didapatkan penurunan kecepatan
berjalan + 20% pada usia lanjut, dimana rentang melangkah pada usia lanjut menurun,
tetapi jumlah langkah per menitnya konstan.4,13

Tabel 4. Penilaian terhadap pasien usia lanjut dengan imobilisasi


Anamnesis
 Perjalanan dan durasi dari disabilitas yang menyebabkan
imobilisasi
 Kondisi medis yang ikut berperan
 Nyeri
 Obat-obatan yang berisiko menyebabkan imobilisasi
 Motivasi dan faktor psikologis lainnya
 Lingkungan
Pemeriksaan fisik

 Kulit
 Status kardiopulmonal
Pemeriksaan muskuloskeletal

 Tonus dan kekuatan otot


 Lingkup gerak sendi
 Deformitas dan lesi
Defisit neurologis

 Kelemahan fokal
 Evaluasi kognitif, sensori dan persepsi
 Keseimbangan

Tingkat mobilisasi

 Tempat tidur
 Kemampuan untuk berpindah
 Perpindahan dengan kursi roda

23
 Keseimbangan saat berdiri
 Gait
 Nyeri dengan pergerakan
Nutrisi

 Protein
 25-OH vitamin D

Tabel 5. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien imobilisasi


Kulit
 Ulkus dekubitus
Muskuloskeletal

 Atrofi dan deconditioning


 Kontraktur
 Osteoporosis
Kardiovaskular

 Deconditioning
 Menurunnya volume darah  hipotensi ortostatik
 Trombo-emboli vena
Pulmonal

 Penurunan ventilasi
 Atelektasis
 Pneumonia aspirasi
Gastrointestinal

 Anoreksia
 Konstipasi
 Impaksi fekal, inkontinensia

Urogenital

 Infeksi
 Retensi
 Kalkulus buli
 Inkontinensia
Metabolik

24
 Perubahan komposisi tubuh (misalnya: penurunan volume plasma  perubahan
farmakokinetik obat)
 Keseimbangan nitrogen negatif
 Gangguan toleransi glukosa
Psikologi

 Penurunan sensoris
 Delirium
 Depresi

Ulkus Dekubitus

Ulkus dekubitus adalah kerusakan kulit dan jaringan lunak di bawahnya, akibat tekanan
pada penonjolan tulang dan permukaan luar yang terus menerus pada jaringan dalam
periode waktu tertentu. Empat faktor yang berperan penting terhadap patogenesis
terjadinya ulkus dekubitus yaitu:4,14
a. Tekanan, lebih besar dari 25 mmHg
b. Daya regang, besar gaya yang memberikan penekanan pada permukaan.Pada
usia lanjut, diperberat dengan kondisi jaringan kulit yang kendur dan longgar
c. Friksi(gesekan).Gesekan antara kulit dan permukaan seprei, pakaian, dapat
menyebabkan trombosis dari pembuluh darah kecil, mengakibatkan aliran darah
tidak adekuat.
d. Kelembaban, seperti pada pasien geriatri dengan inkontinensia urin.

Tabel 6. Stadium ulkus dekubitus berdasarkan modifikasi klasifikasi Shea.11


Stadium Manifestasi klinis

Stadium I Edema nonblanchable pada kulit yang masih utuh atau


perubahan warna kulit yang hangat, edema, dan berindurasi pada
pasien dengan kulit gelap

Stadium II Peradangan/kerusakan mencapai tingkat dermis sampai


perbatasan lemak subkutan. Telah terjadi kehilangan kulit
epidermidis dan/atau dermis, dapat terbentuk bula, abrasi, atau
ulkus dangkal. Selain itu, juga dapat dapat terjadi fibrosis dan
perubahan pigmen

25
Stadium III Ulkus sudah mencapai jaringan lunak dan lapisan fasia dalam.
Dasar ulkus sering terinfeksi dan didapatkan jaringan nekrotik

Stadium IV Telah ada keterlibatan otot dan tulang. Tulang menjadi dasar
ulkus, pada stadium ini, osteomielitis dan artritis septik dapat
menjadi komplikasinya

3. Instabilitas dan jatuh

Jatuh merupakan masalah yang serius pada populasi lanjut usia. Setiap tahun,
sekitarsepertiga populasi usia usia diatas 65 tahun dan 50% dari populasi diatas 80 tahun
pernah mengalami jatuh. Setengah dari populasi tersebut mengalami jatuh berulang. Sekitar
7% dari populasi di atas 75 tahun masuk ke unit gawat darurat setiap tahun dan lebih dari
40% dari kunjungan tersebut perlu dirawat di rumah sakit.Kejadian lebih banyak pada
wanita daripada pria.
Jatuh dapat menyebabkan cedera serius bahkan fatal pada lansia dan merupakan
penanda klinis yang penting dalam kondisi frailty yang berhubungan dengan kondisi medis
lainnya dan peningkatan tingkat mortalitas yang tidak berhubungan langsung dengan
cedera akibat jatuh. Jatuh merupakan penyebab kelima kematian pada geriatri. Dampak
dari jatuhpun sangat signifikan mempengaruhi kualitas hidup pada populasi lanjut usia.11

Evaluasi risiko jatuh pada lanjut usia dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang komprehensif dan sistematis untuk mengidentifikasi semua faktor-faktor predisposisi.
Perlu diperhatikan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi medis pada
lanjut usia tidak khas dan saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga menilai semua
aspek dan faktor yang berkontribusi sangat essential. Dengan mengindetifikasi faktor-
faktor tersebut diharapkan dapat menurunkan risiko jatuh dengan memodifikasi faktor-
faktor tersebut.15

Dalam anamnesis perlu diketahui kondisi umum saat ini untuk melihat risiko kasar
terjadinya jatuh. Riwayat jatuh sebelumnya termasuk gejala yang mendahuluinya, lokasi,
situasi sekitar saat terjatuh perlu juga ditelusuri. Kondisi medis yang berhubungan dengan
risiko jatuh perlu dievaluasi satu persatu seperti penyakit neurologis perlu pemeriksaan
keseimbangan, gait, tonus otot, dan koordinasi.15

26
Tabel 7. Faktor predisposisi jatuh dan intervensi15

Faktor Predisposisi Contoh intervensi

Sensorik
Visual: tajam penglihatan, persepsi Tata laksana penyakit dasar, koreksi
refraksi, ekstrasi katarak, pencahayaan
yang baik
Pendengaran Tata laksana penyakit dasar, hearing aid,
mengurangi bising
Tata laksana penyakit dasar, latihan
Disfungsi vestibular
vestibular, hindari obat vestibulotoksik
Tata laksana penyakit dasar, latihan
proprioseptif keseimbangan, koreksi pola berjalan

Saraf pusat
Penyakit saraf pusat : seperti parkinson, Tata laksana penyakit dasar, fisioterapi
NPH
Tata laksana penyakit dasar,
Dementia instrumentasi, ambulansi

Muskuloskeletal
Kelemahan otot: ekstremitas atas dan
bawah
Tata laksana penyakit dasar, latihan
Arthropati keseimbangan dan gait

Gangguan kaki: propioseptif, pola


gait

Lain-lain
Hipotensi postural
Tata laksana penyakit dasar, rehidrasi,
hindari obat pencetus, elevasi kepala
saat tidur
Depresi
Antidepresan dengan efek antikolinergik
Medikamentosa minimal
Penggunaan dosis efektif yang paling
minimal atau dihentikan bila
memungkinkan

27
4. Demensia
Demensia merupakansindrom penurunan fungsi mental global dan progresif yang
cukup berat sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari dan fungsi sosialnya.
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh negara-negara maju,
dan telah menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara berkembang seperti
Indonesia. Hal ini disebabkan makin meningkatnya penyakit-penyakit degeneratif serta
makin meningkatnya usia harapan hidup hampir di seluruh dunia.
Sebagian besar demensia ireversibel, hanya 5% yang dapat reversibel. Angka kejadian
demensia meningkat seiring dengan pertambahan usia, jarang sekali didapatkan pada usia
< 65 tahun, tetapi pada usia > 85 tahun dapat di atas 20%.
Gejala dari demensia bervariasi antara lain penurunan daya ingat (terutama memori
jangka pendek), disorientasi waktu dan tempat, gangguan dalam berbahasa, perubahan
perilaku dan afek, perubahan kepribadian, dan menurunnya kemampuan melaksanakan
aktivitas sehari-hari. Demensia pada geriatri terdiri atas demensia reversibel atau reversibel
parsial dan ireversibel.11

Tabel 8. Penyebab demensia reversibel16

Neoplasma Penyakit autoimun


Gangguan metabolik  Vaskulitis sistem saraf pusat
Trauma  Arteritis temporal
Toksin  SLE
 Alkohol  Sklerosis multipel
 Logam berat Obat-obatan
 Racun organik Gangguan nutrisi
Infeksi Gangguan psikiatri
 Virus, termasuk HIV Depresi
Gangguan lain (misalnya: NPH)

Demensia ireversibel bersifat progresif kronik dan sulit disembuhkan. Terdapat beberapa
penyebab terjadinya demensia ireversibel. Penyebab demensia ireversibel antara lain:11,15

 Penyakit degeneratif sistem saraf pusat seperti penyakit Alzheimer (55%), demensia
frontotemporal, demensia terkait dengan Lewy bodies(15%), penyakit Huntington,
penyakit Pick (5%),Progressive supranuclear palsy,dan penyakit Parkinson

28
 Penyakit vaskular/demensia vaskular (20%) yang dapat disebabkan stroke iskemik
multipel, penyakit Binswanger, emboli serebral, arteritis, anoksia sekunder karena henti
jantung dan gagal jantung, dan intoksikasi zat toksik seperti karbonmonoksida (CO)
 Demensia Trauma: trauma kranioserebral dan demensia pugilistic
 Infeksi: AIDS, infeksi oportunistik, penyakit Creutzfeld-Jakob, Progressive Multifocal
Leukoencephalopathy, dan demensia pasca-ensefalitis

Selain itu, terdapat kondisi lain yang juga didapatkan gangguan fungsi kognitif, adalah Mild
Cognitive Impariment (MCI ) dan Cognitive Impairment, not Dementia (CIND), pada kondisi
ini kelambatan berfikir, gangguan memori ringan, dimana kondisi ini dapat menjadi demensia
atau tidak.4,17

Tabel 9. Kriteria Diagnosis Demensia18

A Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada kedua gangguan


berikut:
1. Gangguan memori ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru atau
untuk mengingat informasi yang baru saja dipelajari
2. Satu atau lebih gangguan kognitif di bawah ini:
a. Afasia (gangguan berbahasa)
b. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi
motorik masih normal)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun
fungsi sensorik masih normal)
d. Gangguan fungsi eksekutif (seperti merencanakan, mengorganisasi, berpikir runut,
berpikir abstrak)

B Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2 menyebabkan gangguan


bermakna pada fungsi sosial dan okupasi serta menunjukkan penurunan yang
bermakna dari fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus saat
timbulnya delirium.

Tabel 10. Kriteria diagnosis penyakit Alzheimer18

1. Kriteria diagnosis klinis untuk probable penyakit Alzheimer mencakup:


- Demensia yang ditegakkan oleh pemeriksaan klinis dan tercatat dengan
pemeriksaan Mini Mental Test, Blesse Dementia Scale, atau pemeriksaan sejenis dan
dikonfirmasi dengan tes neuropsikologis

29
- Defisit pada dua atau lebih area kognitif
- Tidak ada gangguan kesadaran
- Awitan antara 40 dan 90 tahun, umumnya setelah umur 65 tahun
- Tidak ada kelainan sistemik atau penyakit otak lain yang dapat menyebabkan
defisit progresif pada memori dan kognitif
2. Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:

- Penurunan progresif fungsi kognitif spesifik seperti afasia, apraksia, dan agnosia
- Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan pola perilaku
- Riwayat keluarga dengan gangguan yang sama, terutama bila sudah dikonfirmasi
secara neuropatologi
- Hasil laboratorium yang menunjukkan:
a. Pungsi lumbal normal yang dievaluasi dengan teknik standar
b. Pola normal atau perubahan non-spesifik pada EEG seperti peningkatan aktivitas
slow wave
c. Bukti adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang progresif dan terdokumentasi
oleh pemeriksaan serial
3. Gambaran klinis yang konsisten dengan diagnosis probable penyakit Alzheimer
setelah mengeksklusi penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:
- Perjalanan penyakit yang progresif namun lambat
- Gejala-gejala yang berhubungan seperti depresi, insomnia, inkontinensia, delusi,
halusinasi, verbal katastrofik, emosional, gangguan seksual, dan penurunan berat
badan
- Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien, terutama pada penyakit tahap lanjut
seperti peningkatan tonus otot, mioklonus, dan gangguan melangkah
- Kejang pada penyakit lanjut
- Pemeriksaan CT normal untuk usianya
4. Gambaran yang membuat diagnosis probable penyakit Alzheimer menjadi tidak
cocok adalah:
- Awitan yang mendadak dan apolectic
- Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis, gangguan sensorik, defisit
lapang pandang, dan inkoordinasi pada tahap awal penyakit; dan kejang atau
gangguan melangkah pada saat awitan atau tahap awal perjalanan penyakit.
5. Diagnosis possible penyakti Alzheimer:
- Dibuat berdasarkan adanya sindrom demensia tanpa adanya gangguan neurologis,
psikiatrik, atau sistemik lain yang dapat menyebabkan demensia dan adanya variasi
pada awitan, gejala klinis atau perjalanan penyakit
- Dibuat berdasarkan adanya gangguan otak atau sistemik sekunder yang cukup untuk
menyebabkan demensia, namun penyebab primernya bukan merupakan penyebab
demensia
6. Kriteria untuk definite penyakit Alzheimer adalah:
- Kriteria klinis untuk probable penyakit Alzheimer
- Bukti histopatologi yang didapat dari biopsi atau otopsi

30
7. Klasifikasi penyakit Alzheimer untuk tujuan penelitian dilakukan bila terdapat
gambaran khusus yang mungkin merupakan subtipe penyakit Alzheimer seperti:
- Banyak anggota keluarga yang mengalami hal yang sama
- Awitan sebelum usia 65 tahun
- Adanya trisomi 21
- Terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang relevan seperti penyakit Parkinson
.

Mengingat perjalanan dari demensia yang progresif dan pada tahap awal seringkali sulit
untuk mendeteksi dini adanya demensia. Pada pasien usia lanjut dengan gejala-gejala
berikut sebaiknya dilakukan evaluasi lebih lanjut:
 Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru, biasanya berulangkali sulit mengingat
percakapan, kejadian, janji yang baru saja terjadi; lupa tempat meletakkan barang-
barang
 Kesulitan mengerjakan pekerjaan sulit, terutama pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan banyak tahapan, seperti memeriksa laporan keuangan sederhana,
memasak.
 Kemampuan reasoning yang menurun, seperti: tidak tahu apa yang harus dilakukan
ketika bak mandi luber
 Orientasi dan kemampuan spasial yang terganggu, seperti kesulitan saat berkendara,
menata benda-benda di dalam rumah
 Kemampuan berbahasa menurun, kesulitan menemukan kata-kata untuk menyatakan
apa yang ingin diutarakan
 Perilaku, tampak lebih pasif dan kurang berespon, lebih mudah terangsang, curiga,
salah menginterpretasikan stimulus visual dan auditorik.

Pemeriksaan penunjang tidak selalu dilakukan pada pasien dengan demensia. Beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan seperti memeriksa darah perifer lengkap, fungsi hati dan
ginjal, serta elektrolit (Tabel 29). Dapat pula dilakukan pemeriksaan neuroimaging (MRI
atau CT scan otak). Kemungkinan ditemukannya lesi struktural akan meningkat pada pasien
dengan usia <60 tahun, adanya tanda atau gejala neurologi fokal yang tidak dapat dijelaskan,
onset tiba-tiba atau penurunan fungsi kognitif dengan cepat (dalam beberapa minggu sampai
bulan), serta adanya kondisi predisposisi seperti metastasis kanker atau penggunaan
antikoagulan.16

31
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization(WHO). Health Statistics and Information System:


Proposed Working Definition of an Older Person in Africa for the MDS Project. 29 Juli
2018. Accessed from http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/
2. Setiati S. Geriatric Medicine, Sarkopenia, Frailty dan Kualitas Hidup Pasien Usia
Lanjut : Tantangan Masa Depan Pendidikan, Penelitian dan Pelayanan Kedokteran di
Indonesia. eJKI 2013;1:234-42.
3. Singh S, Bajorek B. Defining ‘elderly’ in clinical practice guidelines for
pharmacotherapy. Pharmacy practice 2014;12(4).

1
DOKUMENTASI KEGIATAN

– Kondisi Rumah

– Kunjungan 1 (24/07/2018)

2
– Kunjungan 2 (25/07/2018)

– Kunjungan 3 (26/07/2018)

3
– Pasien mengunjungi Puskesmas (30/07/2018)

Anda mungkin juga menyukai