Anda di halaman 1dari 10

PSIKIATRI KOMUNITAS

Disusun oleh:

Gustamas Indra Maulana (030.13.086)


Heru Dimas Prakoso (030.13.092)

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 27 AGUSTUS 2018 – 3 NOVEMBER 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup
sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.1

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Dalam penanganan gangguan jiwa, terutama
penderita gangguan jiwa berat, dilakukan secara manusiawi tanpa mengabaikan hak-hak asasi
manusia. Pendekatan yang dilakukan berdasarkan konsep kesehatan jiwa komunitas, yaitu dari
klinis-individual menjadi produktif-sosial.1,2

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang mendapat
perhatian di dunia dan di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena demensia. Indonesia memiliki penduduk yang beragam latar belakang budaya serta
berbagai faktor biopsikososial memungkinkan peningkatan jumlah kasus gangguan jiwa yang
menyebabkan beban negara menjadi bertambah dan penurunan produktivitas manusia dalam
jangka panjang. Data Riskesdas 2013 menunjukkan sekitar 14 juta orang atau 6 % dari jumlah
penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas memiliki ganggunan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan. Selain itu, gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.3
BAB II

PEMBAHASAN

Role Play 2:

Inu R.T, 28 tahun, menikah, memiliki 2 orang anak. Keluhan: Jantung berdebar-debar, sesak
napas, lemas, seperti mau pingsan. Hal ini sudah 5 kali terjadi, sehingga pasien tidak berani
keluar rumah, takut mati mendadak. Sudah berulang kali ke puskesmas, tapi tidak ada
perbaikan. Apa yang perlu dilakukan selanjutnya?

Keluhan : Jantung berdebar-debar, sesak napas,


lemas, seperti mau pingsan. Sudah 5 kali terjadi

Puskesmas

Pemeriksaan

Anamnesis – Sejak kapan


– Pemicu
– Riwayat penyakit
– Ada atau tidak temuan fisik Pemeriksaan fisik
sebelumnya, keluarga,
yang berhubungan dengan
kebiasaan, gaya hidup
masalah kejiwaan
Diagnosis

Berdebar-debar +, sesak +,
cemas +
Diagnosa sementara :
F.40 General Anxiety
Disorder
– Medikamentosa
– Non medika mentosa
Terapi – Family Support
– Terapi komunitas
MASYARAKAT :

- Saat masyarakat menemui atau menjumpai seseorang dengan keluhan seperti di atas
dapat melaporkan kepada kader pada wilayah tersebut ataupun membujuk dan
menyarankan keluarga untuk membawa pasien ke Puskesmas

KADER :

- Jika keluarga pasien tidak mau membawa pasien ke puskesmas maka kader dapat
menginformasikan pada pihak puskesmas bila ada masyarakatnya yang memiliki
keluhan seperti di atas
- Saat kader mendapatkan laporan dari masyarakat tentang adanya seseorang dengan
keluhan di atas maka kader mendatangi rumah pasien dan membujuk keluarga untuk
membawa pasien ke Puskesmas
- Menciptakan stigma positif pada keluarga pasien agar mau membawa pasien ke
Puskesmas

DOKTER PUSKESMAS :

- Melakukan home visit ke rumah pasien tersebut bila penderita dan atau keluarga tidak mau
membawa pasien ke Puskesmas.
- Melakukan pemeriksaan pasien menggunakan metode 2 menit (menggali RPS,RPD
riwayat penggunaaan obat serta trauma)
- Memberikan penjelasan mengenai penyakit dan pengobatan yang akan dilakukan pada
pasien dan keluarga
- Merujuk pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan (RSU atau RSJ)
PENCEGAHAN :

Untuk mencegah terjadi terlantarnya seorang pasien dengan kesehatan mental maka dapat
dilakukan:

PUSKESMAS :

- Melakukan penyuluhan mengenai semua penyakit ataupun keadaan yang dapat


menyebabkan terganggunya kesehatan mental
- Melakukan penyuluhan bagaimana menangani seseorang dengan gejala kelainan
mental
- Melakukan pelatihan tentang menangani atau mengenali seseorang dengan keluhan
kesehatan mental (untuk menghindari kejadian pemasungan)

MASYARAKAT :

- Aktif dalam melaporkan kejadian yang berkaitan dengan keluhan mengenai kesehatan
mental
- Menciptakan stigma positif terhadap orang dengan gangguan mental

Upaya Kesehatan Jiwa bertujuan:1


1. Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan
kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat
mengganggu Kesehatan Jiwa
2. Menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi kecerdasan
3. Memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi ODMK dan
ODGJ berdasarkan hak asasi manusia
4. Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi
ODMK dan ODGJ
5. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa
6. Meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
7. Memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat memperoleh haknya
sebagai Warga Negara Indonesia.
Upaya Kesehatan Jiwa dilakukan melalui kegiatan: 1
1. Promotif : kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan penyelenggaraan pelayanan Kesehatan
Jiwa yang bersifat promosi Kesehatan Jiwa dan dapat dilakukan secara terintegrasi,
komprehensif, dan berkesinambungan dengan upaya promotif kesehatan lain.
2. Preventif : kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa.
3. Kuratif : kegiatan pemberian pelayanan kesehatan terhadap ODGJ yang mencakup
proses diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sehingga ODGJ dapat berfungsi
kembali secara wajar di lingkungan keluarga, lembaga, dan masyarakat.
4. Rehabilitatif
Kesehatan jwa komunitas adalah suatu pendekatan pelayanan kesehatan jiwa berbasis
masyarakat, dimana seluruh potensi yang ada di masyarakat dilibatkan secara aktif. Upaya
pelayanan kesehatan jiwa komunitas dapat dibedakan menurut tingkatan dan jenis
pelayanannya.2
Tingkatan Pelayanan

Menurut tingkatan pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari pelayanan:2

a. Primer


b. Sekunder
c. Tersier
Gambar 1. Tingkat Pelavanan dan Intervensi Keseliatan Jiwa Komunitas

Jenis Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas


Jenis pelayanan meliputi pelayanan non-medik dan pelayanan medik. Termasuk pelayanan
non-medik adalah:2

a. Penyuluhan


b. Pelatihan
c. Deteksi dini
d. Konseling
e. Terapi okupasi
Sedangkan yang termasuk pelayanan medik adalah:
a. Penyuluhan
b. Penilaian psikiatrik
c. Deteksi dini
d. Pengobatan dan tindakan medik-psikiatrik
e. Konseling
f. Psikoterapi
g. Rawat inap
Mekanisme dari sisi petugas kesehatan adalah proses penyediaan pelayanan kepada
masyarakat, sedangkan dari sisi masyarakat adalah proses untuk mendapatkannya. Prosesnya
di mulai dari menghubungi/mendatangi fasilitas, mendapatkan pelayanan, sampai dengan
kembali kerumah.
Gambar 2. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas tingkat primer
Gambar 3. Mekanisme pelayanan kesehatan jiwa Komunitas tingkat Sekunder

Gambar 4. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas tingkat Tersier

Pelayanan kesehatan jiwa komunitas bersifat parinuma, karena jenjang pelayanannya


lengkap, terdiri dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, integratif dan dengan sumber daya
berasal dari masyarakat. Pelayanan diberikan secara berkesinambungan, baik bagi mereka yang
sehat maupun yang sakit, di rumah maupun di fasilitas kesehatan, dan untuk semua usia.
Seluruh potensi dan sumber daya masyarakat didayagunakan untuk mewujudkan masyarakat
yang mandiri dalam kesehatannya.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Presiden. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014

Tentang Kesehatan jiwa. 2014.

2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas.

Kementerian Kesehatan RI. 2009.

3. Kementerian Kesehatan RI. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat.

Kementerian Kesehatan RI. 2016.

Anda mungkin juga menyukai