Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN STUDI KASUS

CARPALL TUNNEL SYNDROME (CTS)

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik


di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

disusun oleh :
Muhammad Fadli NIM: 1507101030184
Muhammad Haekal NIM: 1507101030166
Muhammad Rizaldi NIM: 1507101030201
Muhammad Syahrul Rozi NIM: 1507101030116
Mustaqiem Isda NIM: 1507101030108
Mutiana Safitri NIM: 1507101030102

Pembimbing:

Dr. dr. Imran, M. Kes, Sp. S


dr. Syahrizal, MPH

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul “Carpall Tunnel Syndrome”.
Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing
umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik pada Bagian/ SMF Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan
kepada Dr. dr. Imran, Sp. S, M. Kes. yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing
penulis dalam penulisan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para
sahabat dan rekan-rekan yang telah memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas ini
dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi sumbangan pemikiran
dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang kedokteran dan berguna bagi para
pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu. Semoga Allah SWT selalu memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.

Banda Aceh, April 2018

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Carpall tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal adalah salah satu
gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat
edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan
sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di pergelangan tangan. Carpal tunnel
syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi
nervus medianus.1
Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus medianus
terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik dan
ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesi jari-jari yang mendapat inervasi dari
saraf medianus, kelemahan dan atrofi thenar.2
Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan dimana tulang dan
ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervud
medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan
kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum yang kuat dan melengkung di atas
tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini, akan
menyebabkan penekanan terhadap struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus
medianus.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Gambar 1. Struktur anatomi nervus medianus


Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala khas dan tanda-tanda yang terjadi
termasuk kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal. Gejala yang termasuk adalah
mati rasa, parestesia, dan nyeri pada distribusi saraf medianus. Gejala ini mungkin atau
tidak disertai dengan perubahan obyektif dalam sensasi dan kekuatan struktur medianus
yang diinervasi tangan.1
Sindroma ini juga dulu dikenal sebagai acroparesthesia, median thenar neuritis,
atau partial thenar atrophy. Diagnosis carpal tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati
rasa dan kesemutan yang dapat menjalar hingga pundak dan leher, gangguan ini sering
terjadi di malam hari saat tidur dengan

2
3

posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome
akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati rasa dan nyeri, perlu dilakukan gerakan
pergelangan tangan, tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi
penderita carpal tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi
kortikosteroid dan pembedahan. Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome di diagnosis tanpa
disertai dengan penyebab yang khusus dan pada beberapa penderita diartikan oleh faktor
genetik.7

2.2 EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi carpal tunnel syndrome di USA 1-3 kasus dari 100 populasi per tahun.
Insiden mungkin meningkat menjadi 150 per 1000 subyek per tahun dengan prevalensi rata-
rata 500 kasus per 1000 subyek di populasi yang resiko tinggi. Berdasarkan mortalitas dan
morbiditas, carpal tunnel syndrome tidaklah fatal tetapi bisa menyebabkan kerusakan saraf
medianus yang irreversibel dengan konsekuensi kehilangan fungsi tangan yang berat dan
tidak bisa diterapi lagi. Untuk perbandingan rasionya, wanita dan laki-laki 10:1.
Berdasarkan usia, carpal tunnel syndrome rentan terjadi pada usia 45- 60 tahun. Hanya 10%
pasien yang menderita CTS pada umur di bawah 30 tahun.2

2.3 ETIOLOGI

Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga dilalui
beberapa tendon flexor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan
ini dapat menyebabkan terjadinya penekan pada saraf medianus sehingga timbul carpal
tunnel syndrome.

Pada sebagian kasus, etiologinya tidak diketahui terutama pada penderita usia
lanjut. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan
tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan
termasuk carpal tunnel syndrome.
4
Pada kasus yang lain, etiologinya adalah:1

1. Herediter : neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya


HMSN (hereditary motory and sensory neuropathies) tipe III
2. Trauma : dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan.
Sprain pada pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang. Seorang sekertaris yang sering mengetik, pekerjaan kasar yang
sering mengangkat benda berat dan pemain musik terutama pemain piano dan
peamin gitar yang banyak menggunakan tangannya juga merupakan penyebab yang
mendasari carpal tunnel syndrome.
4. Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis tulang, sarkoidosis
5. Metabolik : amiloidosis dan gout artritis
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, DM,
Hipotiroid, dan kehamilan
7. Neoplasma : kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase dan mieloma
8. Penyakit kolagen vaskular : reumatoid artritis, polimialgia reumatika,
skleroderma, dan SLE
9. Degeneratif : osteoartritis
10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dan terapi anti koagulan
11. Faktor stress
12. Inflamasi : inflamasi dari membran mukosa yang mengelilingi tendon yang
menyebabkan saraf medianus tertekan

2.4 GEJALA KLINIS

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia,
hilangnya sensasi atau rasa seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial
jari walupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesi
biasanya lebih menonjol di malam hari.
5
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam
hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak
berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan tangannya atau dengan
meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila
penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri
dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat
menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terus terasa sampai ke lengan atas dan leher,
sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan.

Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan, dan
pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita mulai
mempergunakan tangannya. Hipestesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls
sensoriknya di inervasi oleh nervus medianus.

Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang
terampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Pada penderita carpal
tunnel syndrome pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot
lainnya yang di inervasi oleh saraf medianus.4

2.5 PATOGENESIS

Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrome.


Umumnya carpal tunnel syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor
retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang
berulang-ulang dan lama akan menyebabkan peningkatan tekanan intravaskuler. Akibatnya
aliran darah vena intravaskular melambat. Kongesti yang terjadi akan mengganggu nutrisi
intravaskular lalu diikuti oleh anoksia yang merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan
mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Keadaan ini
menyebabkan keluhan nyeri dan bengkak yang terutama timbul pada malam hari. Pada pagi
hari akan terasa berkurang setelah tangan digerak-gerakan atau di urut. Apabila keadaan ini
terus berlanjut maka akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lalu saraf
menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus
medianus terganggu secara menyeluruh.
6
Pada carpal tunnel syndrome akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi
tekanan perfusi kapiler hingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.
Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peningkatan tekanan intravaskular yang
menyebabkan berlanjutanya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan edema sehingga aliran darah ke saraf terganggu. Akibatnya kerusakan pada
saraf tersebut. Tekanan langsung pada saraf perifer dapat pula menimbulkan invaginasi
nodus ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu.8

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosis carpal tunnel syndrome ditegakkan berdasarkan gejala- gejala yang ada
dan didukung oleh beberapa pemeriksaan:

1. Pemeriksaan fisik
Haruslah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian
khusus pada fungsi motorik, sensorik, dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan
tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosis carpal tunnel syndrome
adalah sebagai berikut:4
a. Flick’s sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak- gerakan jari-
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa.
b. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi terdapat atrofi otot-otot thenar
c. Wrist extension test
Penderita melakukan ekstensi secara maksimal, sebaiknya dilakukan secara
serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik
timbul gejala-gejala seperti carpal tunnel syndrome, maka tes ini mendukung
diagnosa.
d. Phalen’s test
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik
timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini menyokong diagnosa.
e. Torniquet test
7
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter diatas siku
dengan tekanan sedikit diatas sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala carpal
tunnel syndrome, maka tes ini menyokong.
f. Tinel’s sign
Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus apabila dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
g. Pressure test
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari.
Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti carpal tunnel
syndrome, tes ini menyokong.
h. Luthy’s sign
Penderita diminta melingkari ibu jari dan jari telunjuk pada botol atau gelas.
Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat
maka tes ini menyokong diagnosa.
i. Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan adalah perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang
terbatas pada daerah inervasi nervus medianus.
j. Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination)
pada jarak lebih dari 6mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif.
8

Gambar 2. Pemeriksaan fisis Carpal Tunnel Syndrome

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot- otot thenar. Pada
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
normal pada 31% kasus carpal tunnel syndrome.
b. Kecepatan hantar saraf pada 15-20% kasus bisa normal. Pada yang lainnya,
KHS akan menurun dan masa laten distal dapat memanjang, menunjukkan ada
gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih
sensitif dari masa laten motorik.

3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto rontgen pada pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah penyebab dari carpal tunnel syndrome terdapat penyebab lain seperti fraktur
atau artritis.
4. Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi dari carpal tunnel syndrome belum jelas seperti pada usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
9
2.7. TERAPI

Terapi yang ditujukan pada carpal tunnel syndrome adalah terapi terhadap penyakit
yang mendasari keadaan tersebut atau penyakit yang menyebabkan terjadinya carpal tunnel
syndrome. Oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:7

1. Terapi langsung terhadap carpal tunnel syndrome


a. Terapi konservatif
- Istirahatkan pergelangan tangan
- Obat anti inflamasi non steroid
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.

Gambar 3. Manu hand brace


- Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan
karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah
proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus
palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2
minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi
belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretik
- Vitamin B6. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa carpal tunnel syndrome
terjadi karena adanya defisiensi vitamin B6 sehingga dianjurkan pemberian
piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya
berrpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat
10
menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar.
- Fisioterapi. Dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan.

b. Terapi operatif
Tindakan operasi pada carpal tunnel syndrome disebut neurolisis nervus
medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus yang
tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan
sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Indikasi relatif tindakan
operasi adalah hilangnya sensibilitas persisten.

2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari carpal tunnel syndrome
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya carpal tunnel syndrome
harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan Carpal
tunnel syndrome kembali. Pada keadaan dimana Carpal tunnel syndrome terjadi
karena adanya gerakan tangan yang repititif harus dilakukan penyesuaian ataupun
pencegahan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Carpal
tunnel syndrome atau mencegah kekambuhannya antara lain:
- Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
- Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah
seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan
hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.
- Batasi gerakan tangan yang repetitif
- Istirahatkan tangan secara periodik
- Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki
waktu untuk beristirahat.
- Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan
secara teratur.

Disamping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering


mendasari terjadinya carpal tunnel syndrome seperti: trauma akut maupun kronik
11
pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering
hemodialisa, myxedema akibat hipotiroid, akromegali akibat tumor hipofise,
kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis,
tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat
menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan.

2.8. PENCEGAHAN

Salah satu cara menghindari carpal tunnel syndrome adalah dengan cara jika
melakukan aktivitas yang banyak menimbulkan pergerakan pada pergelangan tangan
dianjurkan untuk berhenti sejenak setiap 15-20 menit dengan melakukan stretching agar
pergelangan tangan tidak terekspos terus- menerus. Menjaga tangan tetap hangat karena
tangan lebih mudah terasa sakit bila dalam suhu dingin. Perbaiki postur tubuh, karena
postur tubuh yang salah dapat menyebabkan posisi bahu sedikit ke depan sehingga pada
posisi ini otot leher dan bahu akan memendek dan menekan saraf-saraf leher yang dapat
mempengaruhi pergelangan dan jari tangan.7

2.9. PROGNOSIS

Pada kasus Carpal tunnel syndrome ringan maka prognosisnya adalah baik. Apabila
pada kasus yang membutuhkan tindakan operasi, secara umum prognosisnya juga baik
tetapi penyembuhan post operatifnya bertahap. Keseluruhan proses perbaikan carpal tunnel
syndrome setelah operasi ada yang mencapai 18 bulan. Bila setelah operasi tidak
mengalami perbaikan, kemungkinan yang terjadi adalah:

1. Kesalahan menegakkan diagnosis, mungkin penekanan terhadap nervus medianus


terletak lebih proximal.

2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.

3. Terjadi carpal tunnel syndrome yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti
akibat edema, infeksi, hematom atau jaringan hipertrofik.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SF
Umur/Tanggal Lahir : 44 tahun / 12 September 1950
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ulee Kareng
Status : Menikah
Tanggal Kunjungan : 3 April 2018

I. Anamnesis
Keluhan Utama
Telapak tangan kiri terasa kebas
Keluhan Tambahan
Nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan keluhan kebas pada telapak tangan sebelah kiri yang dirasakan sejak 2 tahun
yang lalu. Kebas dirasakan paling berat pada ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Nyeri semakin
dirasakan ketika pasien beraktivitas, namun saat istirahat nyeri dan kebas masih dirasakan. Pasien
juga mengeluhkan pergelangan tangan kirinya mengecil dibandingkan tangan kanan. Pasien
merasakan kelemahan kekuatan jari tangan kiri, sehingga menyebabkan adanya gangguan pada
gerakan halus seperti memasang kancing dan menjahit. Gejala dirasakan memberat saat malam
hari sehingga pasien tidak bisa tidur.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun, tidak terkontrol. Pasien terkadang
merasakan lemas seketika ketika terlalu banyak beraktivitas. Riwayat diabetes, penyakit jantung,
penyakit ginjal dan alergi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu kandung pasien memiliki riwayat hipertensi, namun riwayat diabetes, asma, penyakit jantung

12
13
di keluarga disangkal
Riwayat Pemakaian Obat
Pasien rutin mengkonsumsi obat-obatan sebagai berikut :
- Injeksi methylprednisolon 2 tahun yang lalu
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Lansoprazole 2 x 30 mg
- Gabapentin 1 x 500 mg
- Mecobalamin 1 x 500 mg
- Calcium lactat 1 x 1 tab
- Amlodipin 1 x 5mg
Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang berlemak, asin dan manis. Pasien
tidak suka minum kopi, makan-makanan yang asam maupun pedas. Pasien juga jarang berolahraga. Pasien
sudah berkeluarga memiliki anak, namun pasien tinggal bersama 1 orang anak nya dirumah. Pekerjaan
pasien sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga yang memilki aktivitas ringan-sedang seperti mencuci,
menyahit, menjahit dan lain-lain. Untuk aktivitas fisik, pasien mengaku jarang berjalan dan berolahraga
setiap harinya.
Riwayat Reproduksi
Pasien memiliki riwayat menstruasi pertama kali pada usia 12, teratur, 5-6 hari dengan 2-
3 kali ganti pembalut per hari serta tidak nyeri saat haid. Saat ini pasien sudah menopause. Pasien
menikah 2 kali di usia 18 dan 28 tahun. Pasien memiliki 1 orang anak hidup dari 2 orang anak.
Keadaan Lingkungan Rumah dan Sekitarnya
Dari tampak depan rumah terlihat kusam dan relatif lebih rendah dari jalan lorong masuk. Rumah
pasien terbuat dari beton. Bangunan permanen dengan lantai sudah dilapisi ubin. Halaman rumah yang
sempit dipenuhi tanaman dan barang-barang bekas. Sebuah dapur yang terdapat tumpukan barang-barang
yang sedikit tertata dengan rapi. Terdapat 2 buah kamar mandi untuk semua anggota keluarga. Keadaan
rumah cukup bersih namun berantakan dan ventilasi kurang.
14

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Present
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Frekuensi Jantung : 88 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 18 x/menit
Temperatur : 36,8 0C (aksila)
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 146 cm
IMT : 24,4 kg/m2 (Normoweight)
Status General
Kepala
Mata : Cekung (-/-), Reflek cahaya (+/+), pupil bulat (+/+), pupil
isokorukuran (3mm/3mm),sklera ikterik (-/-), konjungtiva
palpebra inferior pucat (-/-)
THT : dalam batas normal
Thorax
Thorax anterior
Aukultasi
Suara Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
15
Thorax posterior
Auskultasi
Suara Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)

Jantung
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (N)
Ekstremitas : CRT < 2 detik
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -

Status Neurologis
A. G C S : E4 M6 V5
Pupil : Isokor (3mm/3mm)

B. Nervus Cranialis
Tidak dilakukan pemeriksaan
16
C. Badan
Motorik
1. Gerakan respirasi : Abdomina Thorakalis
Sensibilitas
1. Rasa nyeri : dalam batas normal
2. Rasa raba : dalam batas normal

D. Anggota Gerak Atas


Motorik
1. Pergerakan : (+/+)
2. Kekuatan : 5555/5555
3. Atrofi : (- /+)
Refleks
1. Biceps : (+1/+1)
2. Triceps : (+1/+1)

E. Anggota Gerak Bawah


Motorik
1. Pergerakan : (+/+)
2. Kekuatan : 5555/5555
3. Atrofi : N/N

Refleks
1. Patella : (-/+)
2. Achilles : (+/+)
3. Babinski : (-/-)
F. Gerakan Abnormal
Tidak ditemukan gerakan abnormal
G. Fungsi Vegetatif
1) Miksi : dalam batas normal
2) Defekasi : dalam batas normal

Pemeriksaan Laboratorium
Pada saat kunjungan dilakukan, pasien belum melakukan pemeriksaan laboratorium.
17

IV. Diagnosis Holistik


1. Aspek personal :
Pasien dengan keluhan kebas pada telapak tangan sebelah kiri sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
ingin sembuh total sehingga pasien rutin mengkonsumsi obat neuroprotektor dan
antihipertensi.
2. Aspek Klinik :
Diagnosis Klinis :
Carpal Tunnel Syndrome + Hipertensi grade I
Diagnosis Psikologis : Tidak ditemukan kelainan psikologis
Diagnosis Intelektual : Tidak ditemukan intellectual disability
Diagnosis Sosial : Tidak ditemukan masalah dalam hal ekonomi, pendidikan
maupun kesejahteraan rumah tangga
Diagnosis Nutrisi : Normoweight
3. Aspek Risiko Internal :
Pasien mengaku sudah mulai mengubah pola hidupnya ke arah yang lebih sehat seperti sudah
mengurangi asupan makanan berlemak, manis dan asin serta mengantikannya dengan menu
yang lebih sehat. Pasien sudah rutin berobat dan mengkonsumsi obat neuroprotektor dan
antihipertensi
4. Aspek Resiko Eksternal :
Pasien didukung penuh oleh anak pasien dalam pengobatan dimana seluruh biaya pengobatan pasien
dibayarkan oleh anaknya. Pasien tidak memiliki kesulitan dalam ekonomi. Pasien memiliki kendala
dalam akses kesehatan, dimana pasien tinggal di ulee kareng, namun fasyankes yang terdaftar BPJS
untuk keluarga di UPTD Puskesmas Kuta Alam.
5. Derajat Fungsional :
Derajat 1, dimana pasien tidak mengalami keterbatasan fungsi.
18
Genogram

Sudah meninggal Ny. SF


Usia 76 th 68 th

Sudah Meninggal Tn. A


19 th 37 th

Keterangan

Hipertensi Kematian individu

Hipertensi Perempuan

Laki-Laki

V. Rencana Penatalaksanaan Pasien


1. Health Promotion
 Memberikan materi mengenai hipertensi, cara pengendaliannya, dan penaganannya
 Istirahat cukup diatas tempat tidur.
 Rajin beraktivitas dan olahraga sehari-hari setidaknya 30 menit selama 3 minggu sekali
baik berjalan biasa maupun senam ringan
 Membiasakan gaya hidup sehat dengan berolahraga kepada anggota keluarga, menurunkan
berat badan agar ideal, diet rendah lemak, diet rendah gula, diet rendah garam dan tidak
stress.
 Mengganti minyak goreng, memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan.
 Menganjurkan agar pasien membatasi aktivitas fisik yang berat.
 Rutin minum obat dalam mengontrol tekanan darah
19
2. Spesific Protection
 Screening terhadap komplikasi yang dapat terjadi akibat menderita hipertensi dalam jangka
waktu lama seperti pemeriksaan jantung dan pemeriksaan fungsi ginjal.
3. Prompt Treatment
Melanjutkan obat-obatan yang telah didapatkan sebelumnya

4. Disability Limitation
Pasien tidak ada disability limitation

5. Rehabilitasi
Pasien tidak memerlukan rehabilitasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien dengan keluhan kebas pada telapak tangan sebelah kiri yang dirasakan sejak 2 tahun
yang lalu. Kebas dirasakan paling berat pada ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Nyeri semakin
dirasakan ketika pasien beraktivitas, namun saat istirahat nyeri dan kebas masih dirasakan. Pasien
juga mengeluhkan pergelangan tangan kirinya mengecil dibandingkan tangan kanan. Pasien
merasakan kelemahan kekuatan jari tangan kiri, sehingga menyebabkan adanya gangguan pada
gerakan halus seperti memasang kancing dan menjahit. Gejala dirasakan memberat saat malam
hari sehingga pasien tidak bisa tidur.
Pada carpal tunnel syndrome akut keluhan kebas dan nyeri biasanya terjadi akibat penekanan
yang melebihi tekanan perfusi kapiler hingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik
saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peningkatan tekanan intravaskular yang
menyebabkan berlanjutanya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan edema sehingga aliran darah ke saraf terganggu
Pada pemeriksaan tekanan darah ditemukan TD 140/70mmHg dengan mengkonsumsi obat
anti hipertensi secara teratur. Hal ini menunjukkan bahwa pasien telah didiagnosa hipertensi.
Tatalaksana yang telah didapatkan sebelumnya oleh pasien berupa tatalaksana non farmakologi
(mengubah pola hidup) dan farmakologi (Simvastatin 1x10 mg dan Amlodipin 1x5 mg).
Tatalaksana non farmakologi yaitu mengubah pola hidup bertujuan untuk mengurangi kolesterol
LDL, mengurangi konsentrasi trigliserida (TG), dan meningkatkan kolesterol HDL. Usaha yang
dapat dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh, meningkatkan asupan serat,
mengurangi asupan karbohidrat, dan meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari.
Farmakologi dapat diberikan Simvastatin. Simvastatin termasuk golongan Statin guna untuk
menghambat secara kompetitif koenzim 3-hidroksi 3-metilglutaril (HMG CoA) reduktase, yakni
enzim yang berperan pada sintesis kolesterol, terutama dalam hepar. Di hepar, statin meningkatkan
regulasi reseptor kolesterol LDL sehingga meningkatkan pembersihan kolesterol LDL. Dosis
maksimal yang direkomendasikan yaitu 80 mg/hari. Efek samping berupa ruam kulit, alopesia,
anemia, pusing, depresi, parestesia, neuropati perifer, peningkatan enzim hepar (0,5-2% pada
pengguna dosis tinggi), sakit kuning, pankreatitis; sindrom hipersensitivitas (termasuk
angioedema) jarang dilaporkan.

20
21

Selain golongan statin, golongan seperti inhibitor absorps kolesterol, bile acid sequestrant,
fibrat, asam nikotinat (niasin), inhibitor CETP, dan terapi kombinasi seperti kombinasi fibrat dan
statin menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan TG serta meningkatkan kolesterol HDL lebih
tinggi daripada terapi tunggal manapun. Untuk obat anti hipertensi diberikan Amlodipin.
Amlodipin merupakan obat golongan CCB yang bekerja dengan cara menghambat ion kalsium
masuk ke dalam vaskularisasi otot polos dan otot jantung sehingga mampu menurunkan tekanan
darah. Efek samping berupa nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan
tidur, sakit kepala, pusing, dan letih.
Pemberian nueroprotectan pada pasien dengan sindrom carpal tunnel berfungsi untuk
melindungi saraf yang terjepait pada terowongan saraf medianus, agar proses kompresi pada
nervus medianus tidak semakin memberat dan dapat mengurangi gejala yang terjadi seperti
nueuropati dan nyeri pada pergelangan tangan. Pada pasien dengan carpall tunnel syndrome juga
diberikan injeksi steroid berupa Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan
menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan
di sebelah medial tendon musculus palmaris longus merupakan terapi yang paling efektif untuk
menangani sindroma carpall tunnel. Hal ini berfungsi untuk mencegah proses inflamasi lebih lanjut
yang dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan saraf yang timbul akibat kompresi pada
terowongan nervus medianus.
BAB V

KESIMPULAN

Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari N. medianus di tingkat
pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan
penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri
tangan dan lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis,
atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit lokal.
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis dan pemeriksaan baik fisik
maupun penunjang. Pemeriksaan fisik yang patognomonis yaitu Phalen test dan Tinnel test.
Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu dengan Pemeriksaan
elektrodiagnostik, radiologi dan laboratorium (5).
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan
intensitas kompresi saraf. Kasus ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) dan menggunakan penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam
posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang.
Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika
tidak efektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan
kompresi.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

1. Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med, 2002. Vol. 346, No.
23.
2. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline On The
Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. 2007.
3. Reed P. Carpal Tunnel Syndrome. The Medical Disability Advisor : Workplace
Guidelines For Disability Duration. 2005.
4. Simpson MA, Day B, et al. Clinical Focus : Painful Numb Hands.
Practical Neurology – 2. 2011.
5. Durkan JA. A New Diagnostic Test For Carpal Tunnel Syndrome. J Bone Joint
Surg Am. 1991;73;535-538.
6. Wipperman J, Potter L. Carpal Tunnel Syndrome : Try These Diagnostic
Maneuvers. The Journal Of Family Practice. 2012. Vol.61, No.12
7. Viera AJ. Management of Carpal Tunnel Syndrome. American Family Physician.
2003. Vol.68, No.2.
8. Ablove RH. PrevalenceS of Carpal Tunnel Syndrome in Pregnant Women.
Wisconsin Medical Journal. 2009. Vol.108, No.4.
9. Jagga, V. Lehri, A et al. Occupation and its association with Carpal Tunnel
syndrome- A Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. 2011. Vol.
7, No. 2: 68-78.
10. Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3, No. 1.
11. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline on the
Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. 2008.
12. Gorsché, R. Carpal Tunnel Syndrome, The Canadian Journal of CME. 2001,101-
117.
13. Tana, Lusianawaty et al. Carpal tunnel syndrome Pada Pekerja Garmen di Jakarta.
Buletin Peneliti Kesehatan. 2004. vol. 32, no. 2: 73-82.
24
14. Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. Tunnel Syndromes: Peripheral Nerve
Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC PRESS. 2001.
15. Campbell, William W. DeJong's The Neurologic Examination, 6th Edition.
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins. 2005.
16. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline On The
Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. 2007.
17. Joseph J. Biundo, and Perry J. Rush. Carpal Tunnel Syndrome. American College
of Rheumatology. 2012.
18. Mc Cabe, Steven J. et al. Epidemiologic Associations of Carpal Tunnel Syndrome
and Sleep Position: Is There a Case for Causation?. American Association for Hand
Surgery. 2007. No.2 :127–134
19. Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat. 2009.
20. Latov, Norman. Peripheral Neuropathy. New York: Demos Medical Publishing.
2007.
21. Bachrodin, Moch. Carpal Tunnel Syndrome. Malang: FK UMM. 2011. Vol.7 No.
14.
22. Salter RB. 1993. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System.
2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co;.p.274-275.
23. Rambe, Aldi S. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU. 2004.
24. Mumenthaler, Mark. Et al. Fundamentals of Neurologic Disease. Stuttgard:
Thieme.2006.
25. Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med, 2002. Vol. 346, No.
23.
26. Wilkinson, Maureen. Ultrasound of the Carpal Tunnel and Median Nerve: A
Reproducibility Study. Journal of Diagnostic Medical Sonography. 2001 Vol. 17,
No. 6.
27. Cartwright, michael s. Et al. Evidence-based Guideline: Neuromuscular Ultrasound
for The Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. American Association of
Neuromuscular and Electrodiagnostic Medicine. 2012.

Anda mungkin juga menyukai