Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2019


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

BRONKOPNEUMONIA DAN GIZI BURUK

Oleh :

Siti Wahyuni Maharani . R


10542 0547 14

Pembimbing :
dr. Hj. Nirwana Loddo, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa:

Nama : Siti Wahyuni Maharani . R

NIM : 10542 0547 14

Judul Laporan Kasus : Bronkopneumonia Dan Gizi Buruk

Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Februari 2019

Pembimbing,

(dr. Hj. Nirwana Loddo, Sp.A)

2
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan


yang tinggi diseluruh dunia. Salah satu infeksi saluran nafas yaitu pneumonia. Pneumonia
adalah penyebab kematian tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia
menyebabkan kematian sebesar 18% pada anak-anak usia di bawah lima tahun pada tahun
2015 (WHO,2018). Tingginya angka kematian balita akibat pneumonia mengakibatkan target
SDG’s (Sustainable Development Goals) yang bertujuan menurunkan angka kematian anak
di bawah lima tahun sebesar 25 kematian per 1.000 kelahiran hidup di 2030 belum tercapai.

Menurut WHO 2014, kematian pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berada pada
urutan ke-8 setelah India (174.000), Nigeria (121.000), Pakistan (71.000), DRC (48.000),
Ethiopia (35.000), China (33.000), Angola (26.000), dan Indonesia (22.000). Menurut
RISKESDAS 2018, prevalensi pneumonia anak naik dari 1,6% menjadi 2% (Kemenkes RI,
2018). Pneumonia di negara berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik maupun
ekstrinsik. Berdasarkan penelitian Sarmia dan Suhartatik (2014), menyimpulkan bahwa
faktor dominan penyebab pneumonia berasal dari faktor intrinsik seperti status gizi, imunisasi
lengkap, dan riwayat BBLR dengan kejadian pneumonia pada balita.
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk
karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau
kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya
terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya
perut (busung lapar).

WHO pada tahun 2014 telah membuat revisi klasifikasi dan tatalaksana untuk
pneumonia anak. Hal tersebut diikuti oleh keluarnya pedoman tatalaksana pneumonia balita
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015. Begitu juga pada beberapa
guideline di beberapa Negara mengalami beberapa pembaharuan.
Oleh karena tingginya mortalitas dan morbiditas pneumonia pada anak, diharapkan
dengan pembuatan referat ini dapat mengetahui penanganan dan tatalaksana terbaru dengan
harapan angka mortalitas dan morbiditas pneumonia pada anak dapat menurun.

3
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Penderita

Nama : Awina Syakira

Umur : 1 tahun 4 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Bayam No.5

Tanggal lahir : 18 April 2016

B. Identitas Keluarga

Nama Ayah : Rais

Umur : 25 tahun

Pekerjaan : Sopir

Pendidikan terakhir : SD

Nama Ibu : Fitriani

Umur : 20 tahun

Pekerjaan : IRT

Pendidikan terakhir : SMP

C. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Demam

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang anak perempuan umur 1,4 tahun masuk rumah sakit diantar oleh

orang tuanya dengan keluhan demam yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Demam

yang dirasakan terus menerus sepanjang hari , menggigil (-) keringat (-) kejang (-).

Pasien juga batuk berdahak selama 2 hari. Beringus (+). Riw. Sesak (+) sebelum

4
MRS Pasien juga Lemas (+). Menurut ibu pasien, nafsu minum anak kurang. Bab

terakhir hari hari 1 hari yang lalu dan Bak lancar. Pasien minum susu formula sejak

usia 2 bulan.

3. Riwayat penyakit dahulu :

Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama

sebelumnya.

4. Riwayat penyakit keluarga :

Ibu pasien mengatakan tidak ada dari keluarganya yang mengeluh keluhan

yang sama dengan pasien.

5. Riwayat sosioekonomi keluarga:

Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien lahir secara normal

dengan berat badan lahir 2800 gram. Selama hamil ibu pasien sehat dan rutin untuk

memeriksakan kehamilan. Pasien diberikan Asi selama 2 bulan.

Kesan gizi sampai saat ini kurang. Menurut keluarga pasien (ibu pasien) pola

minum pasien sehari – hari dirumah yaitu pasien minum susu formula dan sangat

jarang makan biasa.

Keluarga pasien termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah, ayah

bekerja sebagai sopir dan tingkat pendidikan sampai SD. Ibu sebagai ibu rumah

tangga dan tingkat pendidikannya sampai SMP.

6. Status Imunisasi:

Belu
Imunis m Booster
1 2 3 4
asi Perna 18 bln – 2 thn
h
BCG + (1

5
bln)
Hep. B + (0 + (2 + (3 + (4 bln)
bln) bln) bln)
Polio + (1 + (2 + (3 + (4 bln)
bln) bln) bln)
DPT + (2 + (3 + (4
bln) bln) bln)
Campa + (9
k bln)
Hib -
PCV -
Rotavir -
us
Influen -
za
MMR -
Varisel -
a
Hep A -
Tifoid -
HPV -

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Composmentis / Sakit Sedang / Gizi kurang

2. Tanda Vital:

 Nadi : 128 x / menit

6
 RR : 59 x /menit

 Suhu : 38,2oC

3. Status Generalis

 Kepala

- Rambut: hitam, tipis, tidak mudah tercabut

- Bentuk : Mesocephal

- Ukuran : Normocephal

- Ubun ubun besar: Menutup (+)

- Muka: Simetris, dismorfik (-)

- Mata : cekung (-) anemis (-) konjungtivitis (-) ikterik (-)

 Telinga : Otorhea (-)

 Hidung : Rinorhea (+)

 Bibir :

- Kering (-) Pucat (-) Sianosis (-)

 Mulut :

- Gigi : Caries (-)

- Sel mulut : Stomatitis (-) angular chelitis (-)

- Tenggorok : hiperemis (-)

 Leher : Kaku kuduk : (-)

- Kelenjar limfa : Limfadenopati : (-)

 Thorax :

- Bentuk : Simetris

- Payudara : Tidak ada kelainan

- Tasbeh : (-)

 Jantung :

7
- PP : Ictus Cordis tidak tampak

- PR : Ictus Cordis teraba

- PK : Redup, Batas jantung kiri, linea midclavicularis sinistra. Batas

jantung kanan, linea parasternalis dekstra

- PD : Bunyi Jantung I/II murni regular, bising (-)

 Paru :

- PP : Simetris dextra / sinistra

- PR : Nyeri tekan (-), sela iga kiri = sela iga kanan

- PK : sonor / sonor

- PD : Vesikuler, Rh +/+ wh -/-

 Abdomen :

- PP : Datar, ikut gerakan napas

- PD : Peristaltik (+) kesan normal

- PR :

Lien : tidak teraba

Hepar : tidak teraba

Massa : tidak teraba

- PK : timpani

 Kelenjar limfa : limfadenopati (-)

 Alat Kelamin : Tidak ada kelainan

 Ekstremitas : pitting edema (-) pada lengan dan kaki

 Kol. Vertebralis : dalam batas normal

 Kulit : turgor menurun

 Reflex fisiologis : dalam batas normal

 Tonus : normal

8
 Reflex patologis : tidak ada

4. Status Gizi

Makanan
Makan biasa , anak jarang makan sebelumnya.
ASI
ASI mulai dari umur 0 hingga 2 bulan.

Antropometri
Berat badan: 6.5 kg
Panjang badan: 78 cm
BB/PB: < - 3SD atau < 70% (Gizi buruk)

E. Diagnosis Kerja

Bronkopneumonia

Gizi buruk

FOLLOW UP PASIEN

HASIL PEMERIKSAAN, ANALISIS INSTRUKSI


TGL
DAN TINDAK LANJUT DOKTER

Tgl S Seorang anak perempan umur 1,4 thn Terapi UGD :

masuk masuk rumah sakit diantar oleh orang IVFD dext. 5% 16

18/12/ tuanya dengan keluhan demam yang tpm

2018. dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Demam Sanmol 70 mg / 8 jam

Jam yang dirasakan terus menerus sepanjang / drips

18.10 hari. Pasien juga batuk berdahak selama 2 Ambroxo; 3 x 1/3 cth

wita hari. Beringus (+). Riw. Sesak Little U 1 X ½ cth

sebelumnya 1 kali SMRS.

9
Selera minum : menurun

BAB : terakhir kemarin

BAK : baik

 HR: 100 x/menit

 RR: 26 x/menit

O  T : 39 °C

 Kepala : rambut tipis, dan tidak rontok,

 Wajah : normocephal

 Mata : cekung (-)

 Mulut : Stomatitis (-)

 Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-),

Ronkhi (+/+).

 Retraksi dinding dada (-).

 Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II,

Murni Reguler, Bising (-).

 Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan

Normal.

 Kulit : turgor menurun


A
 Ekstremitas : hangat (+)

Hiperpirexia ec susp. Bronkopneumonia


17 / 12 / S Demam (+) hilang timbul , menggigil(+) 1. IVFD dextrose5%

2018 sesekali flu (-) , batuk (+) berlendir (+), 16 tpm

sesak (-) muntah (-) 2. Inj.Sanmol

10
Selera makan : menurun 70mg/8jam/drips

Selera minum : menurun 3. Inj.Ampicilim 200

BAB: belum 2 hari mg/8jam/iv

BAK : Lancar 4. Inj.Gentamicin

20mg/12jam/iv

 HR: 152 x/menit 5. Ambroxo; syr

 RR: 48 x/menit 3x1/3 cth

O  T : 37,4 °C 6. Little U 1x1/2 cth

 BB : 6,5 kg

 PB : 78 cm

 SG : gizi buruk

 Kepala : rambut tipis, dan tidak rontok,

 Wajah : normocephal

 Mata : cekung (+)

 Mulut : Stomatitis (-)

 Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-),

Ronkhi (+/+).

 Retraksi dinding dada (-).

 Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II,

Murni Reguler, Bising (-).

 Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan

Normal.

 Ekstremitas : hangat (+)


A
Hiperpirexia pro ev

11
Konsul gizi

Foto thorax

Usg abdomen

18 / 12/ S Demam (+) hilang timbul, batuk (+) 1. IVFD

2018 berdahak, sesak (-) muntah (-) flu (-) dextrose5% 16

Selera makan : belum makan tpm

Selera minum : menurun 2. Inj.Sanmol

BAB: belum 3 hari 70mg/8jam/drips

BAK : Lancar 3. Inj.Ampicilim 200

mg/8jam/iv

 HR: 138 x/menit 4. Inj.Gentamicin

20mg/12jam/iv
 RR: 44 x/menit
5. Ambroxo; syr
 T : 36.5 °C 3x1/3 cth

O 6. Little U 1x1/2 cth


 BB : 6.5 kg

 PB : 78 cm

 SG : gizi buruk

 Kepala : rambut tipis, dan tidak rontok,

 Wajah : normocephal

 Mata : cekung (-)

 Mulut : Stomatitis (-)

 Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-),

Ronkhi (+/+).

12
 Retraksi dinding dada (-).

 Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II,

Murni Reguler, Bising (-).

 Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan

Normal

 Ekstremitas : hangat (+)

Bronkopneumonia
A
Gizi buruk

18 /12/18 S Asupan makanan via oral kurang dan 1. Susu formula

Gizi selera makan kurang akibat batuk , 75mg/6jam

klinik demam. 2. Energi total

 HR: 138 x/menit 3x133 kkal

3. Vit.A 6000 1X1


 RR: 44 x/menit
4. Folat 1x1
 T : 36,5 °C

Food recal 24 jam

Energi : 313.8 kal – 72%

Prot : 70,6 – 5%

Karbo 81 – 25%

Lemak : -
O

Wasting ada edema tidak ada

Status gizi : gizi buruk

13
Status metabolik : dalam batas normal

19/12/ S Demam (-), batuk (+) berlendir sudah 1. IVFD dextrose5%

2018 berkurang, sesak (-) muntah (-) 16 tpm

Selera makan : belum makan 2.Inj.Sanmol

Selera minum : menurun 70mg/8jam/drips

BAB: Biasa, warna kuning 3.Inj.Ampicilim 200

BAK : Lancar mg/8jam/iv

4.Inj.Gentamicin

 HR: 140 x/menit 20mg/12jam/iv

5.Ambroxol syr 3x1/3


 RR: 32 x/menit
cth
 T : 37,1 °C 6.Little U 1x1/2 cth

O  BB : 6.5 kg

 PB : 78 cm

 SG : gizi buruk

 Kepala : rambut tipis, dan tidak rontok,

 Wajah : normocephal

 Mata : cekung (-)

 Mulut : Stomatitis (-)

 Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-),

Ronkhi (+/+).

14
 Retraksi dinding dada (-).

 Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II,

Murni Reguler, Bising (-).

Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan

Normal

Bronkipneumonia
A
Gizi buruk

19/12/ S Demam (-), batuk (+), sesak (+) muntah 1. Susu formula

2018 (-). Anak sulit mengelarkan lendir 75mg/6jam

Gizi Selera makan : belum makan 2. Energi total

Klinik Selera minum : baik 3x133 kkal

BAB: Biasa, warna kuning 3. Vit.A 6000

BAK : Lancar 1X1

4. Folat 1x1

 HR: 150 x/menit

 RR: 58 x/menit

 T : 37,1 °C

 BB : 6,5 kg

 PB : 78 cm

 SG : gizi buruk

15
 Kepala : rambut tipis, dan tidak rontok,

 Wajah : normocephal

 Mata : cekung (+)

 Mulut : Stomatitis (-)

 Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-),

Ronkhi (+/+).

 Retraksi dinding dada (-).

 Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II,

Murni Reguler, Bising (-).

Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan

Normal

Bronkopneumonia
A
Gizi buruk

20/12/ S Demam (-), batuk (+), sesak (+) muntah 1. Injeksi stop

2018 (-) 2. Ambroxol

Selera makan : belum makan 3x1/3 cth

Selera minum : baik 3. Little U syr

BAB: Biasa, warna kuning 1x1/2 cth

BAK : Lancar 4. Cefadroxil

3x1cth

 HR: 138 x/menit

 RR: 30 x/menit

 T : 36,3 °C

16
 BB : 6.5 kg

O
 PB : 78 cm

 SG : gizi buruk

 Kepala : rambut tipis, dan tidak rontok,

 Wajah : normocephal

 Mata : cekung (-)

 Mulut : Stomatitis (-)

 Paru: Vesiculer, Wheezing (-/-),

Ronkhi (+/+).

 Retraksi dinding dada (-).

 Cardiovascular : Bunyi Jantung I/II,

Murni Reguler, Bising (-).

Abdomen : Bunyi Peristaltik (+) Kesan

Normal

A Bronkopneumonia

Gizi buruk

Diagnosis Akhri :

Bronkopneumonia

Gizi buruk

17
Resume :

Pasien masuk RS Pelamonia dengan keluhan demam. Demam yang dirasakan sejak 2

hari yang lalu. Demam yang dirasakan terus menerus sepanjang hari. Pasien juga batuk

berdahak selama 2 hari. Beringus (+). Riw. Sesak(+) sebelum masuk Rumah Sakit Pasien

juga Lemas (+) Menurut ibu pasien, nafsu minum anak kurang. Bab terakhir 1 hari yang lalu

dan Bak lancar. Pasien minum susu formula sejak usia 2 bulan. Status gizi kurang , suhu ,

nadi , keadaan umum lemas , mulut kering (-) bunyi pernapasan bronkovesikuler, bunyi

tambahan Rh (+/+) Wh (-/-) , retraksi otot pernapasan (+) disertai pernapasan cuping hidung,

peristaltik (+) normal.

Pada pemeriksaan antropometri di dapatkan status gizi <-3 SD dengan berat badan :
6.5 kg , panjang badan : 78 cm , berdasarkan skala perhitungan Z-score. Penampilan anak
yang terlihat kurus, iga mengembang, dan perut cekung sesuai dengan gejala klinis dari gizi
kurang
Hasil pemeriksaan DR

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


WBC 19.9 3.70-10.1 /uL
NEU 10.9 1.63-6.96%
LYM 5.18 1.09-2.99%
MONO 3.09 .240-.790%
EOS .114 .030-.440%
BASO .624 .0.00-.080%
RBC 4.30 3.60-4.69/uL
HGB 11.1 10.8-14.2 g/dL
HCT 32.9 37.7-53.7 %
MCV 76.5 81.1-96.0 fL
MCH 25.9 27.0-31.2 Pg
MCHC 33.9 31.8-35.4 g/dL
RDW 12.3 11.5-14.5 %
PLT 449. 155.-366. /Ul
MPV 6.13 6.90-14.5 fL

18
PEMERIKSAAN FOTO THORAX

PEMERIKSAAN USG ABDOMEN

19
BAB III

DISKUSI

Bronkopneumonia yang disebut juga sebagai pneumonia lobularis adalah peradangan


parenkim paru yang terlokalisir melibatkan bronkus dan biasanya bronkiolus, satu atau
beberapa lobulus paru, serta alveolus disekitarnya, yang ditandai dengan distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution) infiltrat, yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur.
Penyebab yang sering adalah Staphylococcus, Streptococcus, H. influenzae, Proteus sp, dan
Pseudomonas aeruginosa.1,4

Berdasarkan anamnesis, pasien bronkopneumonia biasanya datang dengan keluhan


batuk atau sesak napas. Batuk biasanya dijumpai pada awal penyakit, dimulai dengan batuk
kering kemudian menjadi produktif. Gejala infeksi umum berupa demam (suhu dapat naik
mendadak sampai 39o–40o C, dan mungkin disertai kejang karena demam yang terlalu
tinggi), sakit kepala, gelisah, malaise, rewel, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal
seperti mual, muntah.5 Pada kasus, dari anamnesis didapatkan pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan batuk (+) berlendir sejak 2 hari SMRS dan pasien mempunyai riw. Sesak(+)
sebelumnya 1 x SMRS. Pasien juga demam sejak 2 hari , dan demam dirasakan naik turun.
Nafsu makan anak menurun.

Pemeriksaan fisik, pada inspeksi pasien bronkopneumonia, terutama yang sedang


mengalami sesak akan ditemukan retraksi otot epigastrik, intercostal dan suprasternal. Tanda
objektif yang merefleksikan adanya distress pernapasan adalah retraksi dinding dada; seperti
yang disebutkan sebelumnya merupakan tanda adanya penggunaan otot-otot pernapasan
tambahan, orthopnea; dan pergerakan pernapasan yang berlawanan. Kontraksi yang terlihat
dari otot pernapasan tambahan lainnya adalah otot sternokleidomastoideus dan pergerakan
fossae supraclavicular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan
adanya sumbatan jalan napas. Dari pemeriksaan palpasi biasanya ditemukan fremitus vokal
yang simetris. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi parenkim paru. Meskipun terdapat
konsolidasi kecil pada paru yang terkena, hal tersebut tidak menghilangkan getaran fremitus
selama jalan napas masih terbuka. Namun bila terjadi perluasan infeksi paru (misalnya kolaps
paru atau atelektasis) maka transmisi energi vibrasi pada pemeriksaan fremitus akan
menurun.6,7,8

20
Pemeriksaan perkusi paru pada bronkopneumonia tidak ditemukan kelainan apa pun.
Pemeriksaan auskultasi pada bronkopneumonia ditemukan ronkhi. Ronkhi nyaring khas
ditemukan pada bronkopneumonia. Ronkhi terjadi akibat gelembung-gelembung udara
melewati sekret pada jalan napas atau jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka. Ronkhi
dideskripsikan sebagai bunyi non-musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang.
Ronkhi kasar maupun halus terjadi tergantung dari mekanisme terjadinya.6,7,8 Pada kasus,
dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kompos
mentis, GCS: E4V5M6, N: 128x/ menit, isi cukup, kuat angkat, P: 59x/ menit, S: 38,2ºC. BP:
Bronkhovesikuler, BT: Rhonki (+/+) basah halus , pernapasan cuping hidung (+) retraksi
otot pernapasan (+).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin


biasanya ditemukan adanya peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat membedakan
etiologi virus atau bakteri. Infeksi virus leukosit biasanya normal atau meningkat (namun
tidak melebihi 20.000/mm3 dengan predominan limfosit), sedangkan pada infeksi bakteri
jumlah leukosit meningkat antara 15.000 hingga 40.000/mm3 dengan predominan neutrofil.7
Pada kasus, dari hasil pemeriksaan laboratorium (darah rutin) didapatkan peningkatan sel
darah putih atau leukositosis dengan nilai 19.900/mm3. Pemeriksaan radiologis juga dapat
dilakukan dimana gambaran radiologis pada bronkopneumonia mempunyai bentuk difus
bilateral dengan peningkatan corakan bronkovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru.7 Pada kasus, dari hasil pemeriksaan radiologis didapatkan
gambaran radiologi bronkopneumonia gambaran perselubungan inhomogen pada lapangan
atas paru kanan, pericardial kanan dan perihiler kiri.

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi
buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau
kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-keduanya (disebut marasmik-
kwashiorkor). Pada anak kwashiorkor akan tampak seperti anak yang gemuk (sugar
baby),wajah membulat dan sembab, pandangan mata anak sayu, terdapat bercak merah muda
yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, rambut tipis kemerahan
seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut. Sedangkan pada anak marasmus akan
tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-otot (wasting), tinggal
tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, Iga gambang dan perut cekung, otot paha
mengendor (baggy pant), cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa

21
lapar.3 Pada pasien didapatkan iga gambang (+), wasting (+) dan anak sering cengeng dan
rewel.

Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak
langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi menjadi empat penilaian adalah
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak
langsung terbagi atas tiga adalah survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. 3
Pada kasus penilaian status pasien menggunakan antropometri, data diinterpretasikan dengan
menggunakan grafik Z-score. Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB)
menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Pasien dengan BB
6.5 kg dan PB 78 cm, maka didapatkan BB/PB: < - 3SD atau 70% (Gizi buruk).

Secara garis besar penyebab gizi buruk karena asupan makanan yang kurang atau
anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup
mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang
gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait
dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi
malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga
memudahkan terjadinya infeksi. Infeksi yang berat dan lama dapat menyebabkan marasmus,
terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis
dan sifilis kongenital.3Jadi, pada kasus ditemukan adanya hubungan antara
bronkhopneumonia dan gizi buruk.

Pasien dengan gizi buruk diberikan tatalaksana khusus, yaitu Tatalaksana dengan
rekomendasi WHO yang memiliki 10 langkah penatalaksanaan, terdiri atas fase stabilisasi,
transisi, dan fase rehabilitasi.8

Tabel 1. Tatalaksana anak gizi buruk (10 langkah).8

22
Tabel 2. Kebutuhan energi, protein dan cairan sesuai fase-fase tata laksana gizi buruk.8

Stabilisasi (F75) Transisi (F75 – F100) Rehabilitasi


(F100)

Energi 80-100 kkal/kgBB/hr 100-150 kkal/kgBB/hr 150-220/kgBB/hr

Protein 1-1,5 g/kgBB/hr 2-3 g/kgBB/hr 4-6 g/kgBB/hr

Cairan 100-130 ml/kgbb/hr Bebas sesuai kebutuhan


energi
Bila edema berat: 100
kkal/kgBB/hr

Suplementasi yang diberikan pada langkah pasien gizi buruk adalah vitamin A yang
digunakan sebagai pencegahan defisiensi zat mikro. Pada pasien yang berusia < 6 bulan
dapat diberikan vitamin A dengan dosis 50.000 IU (1/2 kapsul biru), 6-12 bulan 100.000 IU
(1 kapsul biru), dan 1-5 tahun 200.000 IU (1 kapsul merah).8 Pada kasus, pasien diberikan
vitamin A dengan dosis 6000 IU (1x1).

Penatalaksanaan khusus pada bronkopneumonia dengan anak gizi buruk yaitu:8

a. Beri ampicillin/amoxicillin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus


dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik
maka diberikan selama 5 hari.
b. Pada kepustakaan lainnya penggunaan Ampicillin secara umum dengan dosis sebagai
berikut:
 100-400 mg/kg/hari IM atau IV dosis terbagi per 6-8 jam
 50-100 mg/kg/hari per oral dosis terbagi per 6-8 jam
 Infeksi berat: 200-400 mg/kg/hari IM atau IV terbagi dalam 6-8 jam.
Pada kasus, terapi antibiotik yang diberikan adalah Ampicillin 200 gr/8jam/IV dan
Gentamicin 20mg/12jam/IV.

Ampicillin adalah antibiotik golongan penicillin yang memiliki mekanisme kerja


dalam penghancuran dinding peptidoglikan yang mampu berpenetrasi pada bakteri gram
positif dan gram negatif sehingga dapat digunakan sebagai obat lini pertama pada infeksi
seperti bronkopneumonia.10

23
Cefotaxime adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai
khasiat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel
bakteri. Cefotaxime sangat stabil terhadap hidrolisis beta laktamase, maka Cefotaxime
digunakan sebagai alternatif lini pertama pada bakteri yang resisten terhadap Penisilin.
Cefotaxime memiliki aktivitas spektrum yang lebih luas terhadap organisme gram positif dan
gram negatif.10

Gentamisin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang aktif


menghambat kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-negatif termasuk kuman-
kuman yang resisten terhadap antimikroba lain, seperti Staphylococcus penghasil
penisilinase; Pseudomonas aeruginosa; Proteus; Klebsiella; E.coli. Mekanisme kerja
berdasarkan penghambatan sintesa protein.10

Terapi simptomatik pada bronkopneumonia yaitu, jika keluhan batuk yang menyertai
sesak napas saat pasien datang dapat diberikan obat batuk dari golongan mukolitik, dan
ekspektoran.10 Pada kasus, pasien diberikan obat batuk yaitu Ambroxol 3x1/3 cth. Pemberian
antipiretik seperti Paracetamol dengan dosis 70mg per 8 jam terhadap keluhan demamnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjanis. Pneumonia. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Rahajoe Nastiti, Supriyatno
Bambang, Setyanto DB, editors. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2008. hal. 350-365.
2. Kementerian Kesehatan RI. Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita. Jakarta:
Kemenkes RI; 2010.
3. Krisnansari Diah. Nutrisi dan gizi buruk. Mandala of Health. 2010 Januari; 4(1): 60-68.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3.
Jakarta: Infomedika Jakarta; 1995.hal.1228-1235.
5. Administrated by the Alberta Medical Association. Guideline For The Diagnosis and
Management Of Community Acquired Pneumonia: Pediatrics.[online] 2002.[cited on
2015 March 7]; [screens]. Available from: HYPERLINK
6. Fadhila A. Penegakan diagnosis dan penetalaksanaan bronkopneumonia pada pasien bayi
laki-laki berusia 6 bulan (laporan kasus). Medula. 2013 October; 1(2): 1-10.
7. Anggraini Octaria, Rahmanoe Murdoyo. Bayi usia 3 bulan dengan bronkopneumonia.
Medula. Maret 2014; 2 (3): 66-72.
8. World Health Organization (WHO). Gizi Buruk. Dalam: Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Anak di Rumah Sakit. Tim editor Indonesia, editors. Jakarta: World Health Organization
Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009. hal. 83-
93.
9. Kalew Robby. Bronkopneumonia. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
SMF Bagian Ilmu kesehatan Anak FK UNPATTI RSUD M.Haulussy. Ambon: 2014.hal.
43-45.
10. Anggraini Octaria, Rahmanoe Murdoyo. Bayi usia 3 bulan dengan bronkopneumonia.
Medula. Maret 2014; 2 (3): 66-72.

25

Anda mungkin juga menyukai