Anda di halaman 1dari 16

Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

Laporan Kasus

Pendekatan Kedokteran Keluarga pada


Pasien Hipertensi

Siti Wahyuni Maharani.R, Wulandari Dyaswara *


*Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Abstrak: Studi kasus ini menyajikan penatalaksanaan hipertensi dengan pendekatan kedokteran
keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. Didapatkan
perbaikan masalah klinis pasien dengan perbaikan perilaku kesehatan pasien, keluarga, dan
komunitas sekitar, serta perbaikan lingkungan. Data WHO bulan September 2011, disebutkan
bahwa hipertensi menyebabkan 8 juta kematian per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian
per tahun di wilayah Asia Tenggara. Hipertensi merupakan peningkatan sistolik >140 mmHg dan
diastolik > 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
istirahat. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunia dengan prevalensi di Indonesia sebesar
25,8%.Hipertensi terbagi menjadi dua hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan hipertensi dimana etiologinya tidak diketahui dengan prevalensi
sebesar 90% pasien hipertensi. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan
mortalitas dan morbiditas melalui pendekatan terapi nonfarmakologi dan farmakologi.
Kata kunci: hipertensi, kedokteran keluarga.

Family Medicine Approach on Hypertension

Siti Wahyuni Maharani.R, Wulandari Dyaswara, *


*Department of Community Medicine, Faculty of Medicine University of Muhammadiyah
Makassar

Abstract: The case study presents management of Hypertersion with holistic, comprehensive, integrated, and
continuous family medicine approach. The symptoms of hypertension are clinically recovered by improving
health behavior of the patient, his family, and environmental condition.WHO in September 2011, mentioned
that hypertension causes 8 million deaths per year worldwide and 1.5 million deaths per year in the
Southeast Asian region. Hypertension is defined by increasing systolic more than 140 mmHg and diastolic
blood pressure more than 90 mmHg on two occasions with an interval of five minutes at rest. Hypertension is
a global health issue with its prevalence is 25.8% in Indonesia. Hypertension is divided to primary
hypertension (essential) and secondary hypertension. Primary hypertension is hypertension which etiology is
still unknown with prevalence of 90% of hypertensive patients. The general aim of hypertension treatment is
to decrease mortality and morbidity through nonpharmacological and pharmacological treatment
approachment.

Keywords.Hypertension, family medicine.


Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

Pendahuluan
Hipertensi merupakan salah satu WHO juga melaporkan penelitian di
penyakit tidak menular yang menjadi Bangladesh dan India dengan hasil
masalah kesehatan penting di seluruh prevalensi hipertensi 65% dari jumlah
dunia karena prevalensinya yang tinggi penduduknya, dengan prevalensi tertinggi
dan terus meningkat serta hubungannya pada penduduk di daerah perkotaan. Sesuai
dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, dengan data WHO bulan September 2011,
retinopati, dan penyakit ginjal.Hipertensi disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan
juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar 8 juta kematian per tahun di seluruh dunia
penyebab kematian dini.1 dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah
The Joint National Community on Asia Tenggara. Angka ini kemungkinan
Preventation, Detection evaluation and akan meningkat menjadi 29,2% di tahun
treatment of High Blood Preassure dari 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi,
Amerika Serikat dan badan dunia WHO 333 juta berada di negara maju dan 639
dengan International Society of sisanya berada di negara sedang
Hipertention membuat definisi hipertensi berkembangtermasuk Indonesia.3
yaitu apabila tekanan darah seseorang Menurut data Riskesdas tahun 2013
tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau penduduk di Indonesia adalah sebesar
lebih atau sedang memakai obat anti 25,8%. Prevalensi tertinggi di Provinsi
hipertensi. Pada anak-anak, definisi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang
hipertensi yaitu apabila tekanan darah terendah (16,8)%).4
lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, Berdasarkan penyebabnya
jenis kelamin, dan tinggi badan yang hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi
pengukuran yang terpisah.2 primer dan hipertensi sekunder atau
Data WHO di Jenewa tahun 2002 hipertensi renal.5
didapatkan prevalensi penyakit hipertensi a) Hipertensi Esensial
15-37% dari populasi penduduk dewasa di Hipertensi esensial atau hipertensi
dunia.Setengah dari populasi penduduk primer yang tidak diketahui
dunia yang berusia lebih dari 60 tahun penyebabnya, disebut juga hipertensi
menderita hipertensi. Angka Proportional idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Mortality Rate akibat hipertensi di seluruh Banyak faktor yang mempengaruhinya
dunia adalah 13% atau sekitar 7,1 juta seperti genetik, lingkungan,
kematian. Selain itu pada tahun 2001, hiperaktifitas sistem saraf simpatis,
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

sistem renin angiotensin, defek dalam Kategori hipertensi menurut JNC VII 2003
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko seperti obesitas,
alkohol, merokok, serta polisitemia.
Hipertensi primer biasanya timbul pada
umur 30 – 50 tahun.
Banyak faktor yang berperan untuk
b) Hipertensi sekunder terjadinya hipertensi meliputi risiko yang
Hipertensi sekunder atau tidak dapat dikendalikan (mayor) dan
hipertensi renal terdapat sekitar 5 % faktor risiko yang dapat dikendalikan
kasus. Penyebab spesifik diketahui, (minor). Faktor risiko yang tidak dapat
seperti penggunaan estrogen, penyakit dikendalikan (mayor) seperti genetik, jenis
ginjal, hipertensi vaskular renal, kelamin dan usia. Sedangkan faktor risiko
hiperaldosteronisme primer, dan yang dapat dikendalikan (minor) yaitu
sindrom cushing, feokromasitoma, obesitas, kurang aktivitas fisik, merokok,
koarktasio aorta, hipertensi yang alkoholisme, stress, konsumsi garam, dan
berhubungan dengan kehamilan, dan pola makan.7
lain – lain. Penyakit hipertensi akan menjadi
Berdasarkan American Heart masalah yang serius, karena jika tidak
Associiation (AHA) dan American College ditangani sedini mungkin akan
of Cardiology (ACC) berkembang dan menimbulkan komplikasi
mengeluarkan pedoman hipertensi terbaru yang berbahaya seperti terjadinya penyakit
tahun 2017 yaitu hipertensi ditetapkan jantung, gagal jantung kongestif, stroke,
apabila tekanan darah sistolik ≥130 gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal.
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥80 Hipertensi dapat dicegah dengan
mmHg.6 menghindari faktor penyebab terjadinya
Pedoman hipertensi ACC/AHA tahun 2017 hipertensi dengan pengaturan pola
makan,gaya hidup yang benar, merokok
dan alkohol, mengurangi konsumsigaram
yang berlebihan dan aktivitas yang cukup
seperti olahraga yang teratur.8
Tujuan terapi hipertensi adalah
mencegah komplikasi, menurunkan
kejadian kardiovaskular, serebrovaskular,
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

dan renovaskular, dengan kata lain muntah (-). Nafsu makan pasien baik. BAB
menurunkan efek tekanan darah tinggi biasa dan BAK lancar. Pasien sebelumnya
terhadap kerusakan end-organ, mencapai telah mengkonsumsi obat hipertensi sejak
dan mempertahankan target tekanan 6 bulan yang lalu secara teratur, Riwayat
darah.9 DM, kolesterol, dan asam urat disangkal.
Jenis-jenis obat antihipertensi Riwayat alergi disangkal. Riwayat
untuk terapi farmakologis hipertensi yang penyakit keluarga yang menderitas keluhan
dianjurkan oleh JNC 7 adalah: yang sama ada, bapak dan saudara laki-laki
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide pasien menderita hipertensi dan telah
(Thiaz) atau Aldosteron Antagonist meninggal dunia.
(Spironolakton), Furosemid. Pasien mengatakan mempunyai
b. Beta Blocker (BB) (propanolol, kebiasaan gemar makan makanan yang
bisoprolol, atenolol). asin dan berlemak, serta dalam porsi yang
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium berlebih tetapi rutin berolahraga pagi hari.
antagonist (CCB) (Nifedipine, Dari pemeriksaan fisik didapatkan
amlodipine, diltiazem, verapamil). keadaan umum baik, kompos mentis.
d. Angiotensin Converting Enzym Tanda vital yaitu tekanan darah 160/100
Inhibitor (ACEI) (Captopril, mmHg, nadi 82 kali/menit, pernapasan 20
Lisinopril, enapril). kali/menit, dan suhu badan 36,5 C. Status
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau gizi pasien, tinggi badan 157 cm, berat
Areceptor antagonist/blocker (ARB) badan 75 kg dengan hasil IMT = 29,26
(Losartan, valsartan, irbesartan, (Obesitas). Pada pemeriksaan penunjang
telmisartan).5 dilakukan pemeriksaan Laboratorium yaitu
pemeriksaan kadar kolesterol 209 mg/dl,
Ilustrasi Kasus
asam urat 5,6 dan GDP 91 mg/dl. Serta
Seorang pria bernama Tn.JJ
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
berumur 70 tahun datang ke Poli umum
EKG yang hasilnya dalam batas normal
Puskesmas Rappokalling dengan keluhan
tidak didapatkan kelainan pada irama
sakit kepala sejak 4 hari yang lalu. Sakit
jantung pasien tersebut.Status generalis,
kepala dirasakan tidak terus-menerus, sakit
kepala: rambut lurus, pendek, warna putih.
kepala dirasakan dari ubun-ubun hingga
Pemeriksaan mata, konjungtiva tidak
tengkuk. Sakit kepala dirasakan bertambah
anemis dan sklera tidak ikterik, lensa tidak
setelah beraktivitas. Pasien juga mengeluh
keruh. Pemeriksaan THT dalam batas
leher kadang tegang, pusing (-), demam (-
normal. Jantung dalam batas normal. Paru
), nyeri dada (-), sesak (-), mual (-),
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

dalam batas normal. Ekstremitas tidak sering berolahraga. Pada poin IV, tidak ada
didapatkan edema. faktor yang dapat memperberat masalah
Dari informasi yang dapatkan kesehatan pasien. Pada poin V, ditetapkan
pasien bekerja sebagai buruh. Pasien skala fungsional pasien derajat 1, karena
mempunyai 4 orang anak. Di dalam rumah pasien mampu melakukan pekerjaan
terdapat 1 ruang tamu juga sebagai ruang seperti sebelum sakit.
tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Jarak
Tindakan yang dilakukan meliputi
antar rumah berdempetan, menyebabkan
tindakan terhadap pasien, keluarga, dan
kesan ventilasi sangat kurang.
lingkungannya. Pada pasien diberikan
Frekuensi makan rata – rata setiap terapi medikamentosa untuk mengurangi
harinya 3x/hari dengan menu makan keluhan dan mengontrol tekanan darah
bervariasi. Variasi makanan sebagai yaitu amlodipin 5 mg di minum sekali
berikut: nasi, lauk (daging) sering makan sehari pada malam hari. Terapi non
coto, bakso, sayur (kangkung), air minum medikamentosa berupa edukasi mengenai
(air putih dan teh manis). Air minum pola makan dengan melakukan diet rendah
berasal dari air PAM yang dimasak sendiri. garam dan gaya hidup yang sehat. Pasien
diharapkan mengurangi konsumsi garam
Dalam menetapkan masalah serta
dan makanan berlemak dalam sehari,
faktor yang mempengaruhi, digunakan
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-
konsep Mandala of Health. Diagnosis
sayuran. Pasien diharapkan tetap olahraga
holistic yang ditegakkan pada pasien
teratur dan istirahat yang cukup. Edukasi
adalah sebagai berikut.
mengenai pentingnya meminum obat
Pada poin I, alasan kedatangan: secara teratur walaupun keluhan telah
keluhan sakit kepala. Keluhan tersebut berkurang, dan kembali ke puskesmas saat
juga disertai dengan leher tegang. Pada obat habis. Kepada keluarga pasien juga
poin II, diagnosis kerja yang ditegakkan diberikan edukasi mengenai faktor risiko
adalah Dignosis klinis 1 adalah hipertensi hipertensi, juga diberikan edukasi
Stage II. Pada poin III, didapatkan masalah mengenai pola makan yang sehat.
perilaku berupa pola makan yang tidak
Tindakan untuk mengatasi masalah
sehat makan makanan yang asin dan
lingkungan antara lain dengan melakukan
berlemak, serta dalam porsi yang berlebih
penyuluhan mengenai hipertensi dan faktor
dan mempunyai riwayat keluarga yang
risikonya. Pada kesempatan tersebut juga
menderita penyakit yang sama yaitu bapak
disampaikan mengenai pentingnya
dan saudara laki-laki pasien tetapi pasien
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

menjaga pola makan dan perilaku berobat


yang baik.

HT +

HT HT

KETERANGAN :

: Perempuan

: Laki - Laki

: Meninggal

: Penderita

Gambar 1 : Genogram
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

Gambar 2. Mandala of health


Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah :
Masalah Skor Upaya penyelesaian Resume hasil akhir Skor
awal perbaikan akhir
Fungsi biologis
- Faktor biologi pada pasien ini - Edukasi mengenai - Penyuluhan
3 penyakit dan terlaksana. 4
adalah terdapat riwayat hipertensi pencegahannya melalui - Pengobatan di
yang lama. Selain itu, terdapat penyuluhan. Puskesmas.
- Pengobatan. - Keluhan
faktor riwayat keluarga yang - Pemeriksaan tekanan berkurang.
menderita penyakit hipertensi yaitu darah rutin. - Pemeriksaan
Tekanan darah
ayah dan saudara laki-laki pasien. rutin dan rajin
mengambil obat
jika sudah habis.
Fungsi ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan
- Pendapatan keluarga dirasa tidak - Memotivasi untuk - Pasien berniat 3
cukup oleh pasien. 2 mencari alternatif lain mencari usaha lain
dalam usaha menambah untuk menambah
penghasilan dengan pendapatan
memanfaatkan waktu keluarga.
luang.
Faktor perilaku kesehatan keluarga
- Pola makanan dan hidup tidak 3 - Edukasi mengenai - Keluarga 4
sehat. pola makan dan hidup mengatur ulang
sehat. pola makan dan
hidup dengan
olahraga
- Edukasi dan motivasi 5
- Keluarga sudah
- Berobat jika hanya ada 3
untuk pemeriksaan berkeinginan
keluhan.
kesehatan berkala untuk
karena adanya risiko memeriksakan
untuk terjadi kesehatan berkala
komplikasi
Total Skor 16
11

Rata-rata skor 2,75 4

Keterangan skor:

Skor 1 tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.


Skor 2 keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan); penyelesaian
masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.
Skor 3 keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan,
penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider.
Skor 4 keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider
Skor 5 dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

Pembahasan EKG yang hasilnya irama jantung pasien


Seorang pria berumur 70 tahun dalam batas normal tidak didapatkan
dengan keluhan sakit kepala sejak 4 hari kelainan. Status generalis, kepala: rambut
yang lalu. Sakit kepala dirasakan tidak lurus, pendek warna hitam. Pemeriksaan
terus-menerus, sakit kepala yang mata, konjungtiva tidak anemis dan
dirasakan dari ubun-ubun hingga ke sklera tidak ikterik, lensa tidak keruh.
tengkuk. Sakit kepala dirasakan Pemeriksaan THT dalam batas normal.
bertambah setelah beraktivitas. Pasien Jantung dalam batas normal. Paru dalam
juga mengeluh leher kadang terasa batas normal. Ekstremitas tidak
tegang, pusing (-), demam (-), Nyeri dada didapatkan edema.
(-), sesak (-), mual (-), muntah (-). Nafsu Penyebab keadaan ini adalah
makan pasien baik. BAB biasa dan BAK adanya pola makan yang tidak sehat, pola
lancar. Pasien sebelumnya telah hidup yang kurang sehat serta faktor
mengkonsumsi obat hipertensi sejak 1 resiko keturunan.
tahun yang lalu secara teratur, Riwayat Kebanyakan orang mengonsumsi
DM, kolesterol, dan asam urat disangkal. garam yang berlebih pada saat memasak
Riwayat alergi disangkal. Riwayat yaitu 3×/hari, ikan laut, ikan tawar dan
penyakit keluarga yang menderita ikan asin atau teri yang asin karena
keluhan yang sama ada, yaitu ayah dan banyak mengandung garam. Garam
saudara laki-laki pasien menderita mengandung 40% sodium dan 60%
hipertensi. klorida. Orang yang peka pada sodium
Dari pemeriksaan fisik didapatkan lebih mudah meningkat sodiumnya, yang
keadaan umum baik, kompos mentis. menimbulkan retensi cairan dan
Tanda vital yaitu tekanan darah peningkatan tekanan darah. Asupan
160/100mmHg, nadi 82 kali/menit, natrium untuk pencegahan hipertensi dan
pernapasan 20 kali/menit, dan suhu badan pada pre hipertensi yang dianjurkan
36,5 C. Status gizi pasien, tinggi badan adalah < 100 mmol (2,4 g) per hari setara
157 cm, berat badan 75 kg dengan hasil dengan 6g (satu sendok teh) garam dapur
IMT = 29,26 (Obesitas). Pemeriksaan (natrium klorida). Bagi pasien dengan
Penunjang yang dilakukan yaitu hipertensi, asupan natrium dibatasi lebih
pemeriksaan laboratorium berupa rendah lagi, menjadi 1.5g perhari atau
pemeriksaan kada kolesterol 209 mg/dl, 3,5-4g garam perhari.
asam urat 5,6 dan GDP 91 mg/dl serta
dilakukan pemeriksaan Rekam Jantung
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

Aktivitas atau olahraga sangat dan berupa obat antihipertensi yaitu


mempengaruhi terjadinya hipertensi, amlodipin 5 mg yang dikonsumsi sekali
dimana pada orang yang kurang aktivitas sehari pada waktu malam hari.
akan cenderung mempunyai frekuensi Amlodipin termasuk dalam golongan
denyut jantung lebih tinggi sehingga otot obat antagonis kalsium golongan
jantung akan harus bekerja lebih keras dihidropiridin (antagonis ion kalsium)
pada tiap kontraksi. Makin keras dan bekerja menghambat infulks masuknya
sering otot jantung memompa maka ion kalsium melalui membran kedalam
makin besar tekanan yang dibebankan otot polos vaskular dan otot jantung.
pada arteri. Setelah dilakukan edukasi kepada
pasien dan keluarganya, diharapkan
Riwayat hipertensi didapat dari
pasien dapat mengurangi konsumsi
orang tua maka dugaan terjadinya
garam yang berlebihan dan mulai
hipertensi primer pada seseorang akan
mengatur pola hidup yang sehat dengan
cukup besar. Hal ini terjadi karena
olahraga fisik 3-4 kali dalam seminggu.
pewarisan sifat melalui gen. Faktor
Berbagai penelitian membuktikan bahwa
keturunan memang memiliki peran besar
hidup aktif yaitu melakukan aktifitas fisik
terhadap munculnya hipertensi. Hal itu
sedang selama minimal 30 menit setiap
terbukti dengan ditemukannya kejadian
hari dapat menurunkan resiko terjadinya
bahwa dari 10 orang penderita hipertensi,
hipertensi sebanyak 30-50%. Aktifitas
90 persen diantaranya terjadi karena
fisik adalah gerakan tubuh yang dapat
mereka memiliki bakat atau gen yang
meningkatkan pengeluaran tenaga atau
membawa munculnya hipertensi. Meski
energi pembakaran kalori. Aktifitas fisik
demikian gen dapat menjadikan
yang dianjurkan adalah aktifitas fisik
seseorang sebagai penderita hipertensi
tingkat sedang seperti membersihkan
karena ada faktor pemicu eksternal yang
lantai, mencuci kendaraan, jalan kaki,
lain.
dan senam. Aktifitas tersebut dilakukan
Diagnosis hipertensi grade II
secara terus menerus minimal 30 menit
ditegakkan atas dasar keluhan pasien,
perhari, pengeluaran kalori rerata
serta pada pemeriksaan fisik didapatkan
perminggu 700-2000 kalori. Pasien juga
tekanan darah 160/100mmHg.
harus rutin minum obat dan mengontrol
Pada kunjungan ke Puskesmas
tekanan darahnya, serta kembali ke
Rappokalling diberikan terapi
puskesmas jika obatnya habis. Kepada
medikamentosa untuk mengurangi gejala,
keluarga juga diberikan edukasi tentang
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

pentingnya hidup sehat, mengingat salah


satu faktor risiko hipertensi adalah faktor
keturunan.

DAFTARA PUSTAKA

1. Sidabutar, R. P., Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 1999. p: 210.

2. Bakri, S., dan Lawrence, G., 2008. Genetika Hipertensi. Dalam Hipertensi dan Ginjal.
Cetakan Pertama. Medan : USU Press

3. A. Tjokronegoro dan H. Utama.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In: E. Susalit, E.J.
Kapojos, dan H.R. Lubis ed. Hipertensi Primer. Jakarta: Gaya Baru; 2001. p: 453-456.

4. Hipertensi. WHO. 2001. [Diakses pada: 29 Mei 2018]. Diunduh dari:


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/5/Chapter%20I.pdf)

5. Gray, et al., 2005, Hipertensi. Lecturer Notes Kardiologi, Edisi ke-4, Jakarta:
Erlangga.

6. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 29Mei 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf.

7. 2017 Hypertension Guidelines Programming. American Heart Association’s annual


scientific sessions, Anaheim, California. November 13, 2017.

8. Infodatin. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,
2014

9. Agnesia.Faktor risiko hipertensi pada masyarakat. Universitas Dipanigoro, 2012


https://media.neliti.com/media/publications/115982-ID-faktor-risiko-hipertensi-pada-
masyarakat.pdf . Diakses 29 Mei 2018

10. Muhadi. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa.


Jakarta: FK UI, 2016
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

LAMPIRAN

Gambar 1. Pemeriksaan Tekanan darah.

Gambar 2. Dapur
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

Gambar 3. Kamar Mandi

Gambar 4. Kamar tidur


Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

TABEL NILAI APGAR


Respons
Hampir
KRITERIA PERTANYAAN Hampir
Kadang tidak
selalu
pernah
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena masing-masing
Adaptasi anggota keluarga sudah √
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena dapat membantu
Kemitraan √
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi
Apakah pasien puas dengan
kebebasan yang diberikan
Pertumbuhan √
keluarga untuk mengembangkan
kemampuan yang pasien miliki
Apakah pasien puas dengan
Kasih Sayang kehangatan / kasih sayang yang √
diberikan keluarga
Apakah pasien puas dengan
Kebersamaan waktu yang disediakan keluarga √
untuk menjalin kebersamaan
TOTAL
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0
Total skor
8-10 = fungsi keluarga sehat
4-7 = fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = fungsi keluarga sakit
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 9, ini menunjukan
fungsi keluarga sehat.
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi

PUSKESMAS RAPPOKALLING KOTA MAKASSAR


KUESIONER INDIKATOR KELUARGA SEHAT

INDIKATOR KELUARGA SEHAT (Sebelum Intervensi)


No. Indikator Suami Istri Anak Keluarga Point
1 Keluarga Mengikuti Program KB T T Y 0
2 Ibu Melakukan Persalinan Di T 0
Fasilitas Kesehatan (0-11 Bln)
3 Bayi Mendapatkan Imunisasi Y 1
Dasar Lengkap (Usia 12-24 Bln)
4 Bayi mendapatkan ASI Ekslusif T 0
(7-23 Bln)
5 Balita Di Pantau Pertumbuhannya Y 1
(Usia 2 Bulan ≤ 5 Tahun)
6 Penderita TB Paru Mendapatkan N N N N
Pengobatan Secara Teratur
7 Penderita Hipertensi Melakukan Y N N N
Pengobatan Secara Teratur
8 Anggota Keluarga Tidak Ada Y Y Y T 1
Merokok
9 Keluarga Sudah Menjadi Anggota Y Y Y Y 1
JKN
10 Keluarga Mempunyai Akses T T T T 0
Sarana Air Bersih
11 Keluarga Mempunyai Akses Y Y Y Y 1
Menggunakan Jamban Sehat
12 Penderita Gangguan Jiwa N N N N
Mendapatkan Pengobatan Secara
Dan Tidak Diterlantarkan
Indeks Keluarga Sehat 4
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi
Indikator Keluarga Sehat
Indeks Keluarga Sehat (IKS)= 12−Jumlah Indikator Yang Tidak Ada

Nilai Y = 1 (Satu)
Nilai T = 0 (Nol)
Nilai N = Indikator yang tidak ada
Catatan :
1. >0,800 : Keluarga Sehat
2. 0,500-0,800 : Keluarga Prasehat
3. <0,500 : Keluarga Tidak Sehat

Indeks Keluarga Sehat Sebelum Intervensi = 4 : (12 – 3) = 4 : 9 = 0,44 (Keluarga tidak


sehat)

Anda mungkin juga menyukai