Anda di halaman 1dari 24

Nama: Nisa Nabiilah (1102014195)

PBL Sk 1 Keputihan

LI 1. Mengetahui dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita

1.1 Makroskopis

Terdiri dari alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) berfungsi untuk kopulasi. Internal berfungsi untuk ovulasi, fertilisasi ovum,
transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, dan kelahiran.

A. Genitalia Eksterna
1. Mons Pubis
 Daerah kulit yang menonjpl didepan symphisis pubis
 Kulitnya berambut banyak jaringan lemak
 Berisi jaringan lemak, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf2
 Meluas ke bawah belakang ke labium mayora.

2. Labium Mayus Pudendi


 Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain
membentuk comissura posterior labiorum majorum, yg keventrocranial membentuk
comissura anterior labiorum anterior majorum
 Dapat dibedakan: facies lateralis, mempunyai rambut & banyak pimen. Facies
medialis, mempunyai glandula sebacea yg besar dan tidak punya rambut.
 Terdapat jaringan pengikat, lemek dan jaringan menyerupai tunica dartos scroti.
 Celah yang dibatasi oleh kedua labia mayora disebut rima pudendi.

3. Labium Minus Pudendi


 Suatu lipatan kulit.
 Kedorsocaudal kedua labiaminora berhubungan satu dengan yang lain
membentuk frenulum labiorum minorum
 Kevenrocranial berhubungan satu dengan yang lain membentuk preputium
clitoridis menutupi glands clitoridis dari ventrocranial.
 Dalam labium minus terdapat banyak pembuluh darah, glndula sebacea yang
bermuara langsung keluar, tidak ada folliculi rambut dan jaringan lemak

4. Vestibulum Vagina
 Daerah yang terletak diantara kedua bulbi vestibuli
 Ruangan ini dibatasi oleh:
 Kanan kiri oleh labia minore
 Ventrocranial oleh prenulum clitoris
 Dorsocaudal oleh prenulum labiorum minorum ( Frenulum labiorum
pudendi)
 Kedalam vestibulun vagina bermuara:
* Urethrae * Gl vestibularis mayor
* Vagina * Gl vestibularis minor

5. Clitoris
 Ujung proximal corpus cavernosum clitoridis melekat di dataran medial ramus
inferior ossis pubis dengan dataran lateralnya
 Ke ventral kedua crura clitoridis bersatu membentuk corpus clitoridis. Pada
ujung distal corpus clitoridis terdapat corpus cavernosum glandis yang membentuk
glans clitoridis.

6. Uretra Feminina
 Panjang sekitar 3-4 cm
 Predioposisi infeksi saluran kemih akibat penyebaran dari organisme usus
 Berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium urethrae externum yg terletak
diantara clitoris dan vagina.

7. Perineum
 Terletak dibawah diapragma pelvis
 Merupakan atrea berbentuk belah ketupat bila dilihat dari bawah
 Dibatasi oleh ramus inferioor ossis pubis dan ramjus inferior ossis ischii kanan
dan kiri dan kedua lig sacrotuberale
 Terbagi menjkadi urogenitalis di anterior ( ventral) dan regio analis diposterior
( dorsal).
B. Genitalia Interna
1. Ovarium
 Jumah sepasang
 Terletak dalam pelvis minor
 Berbentuk bulat memanjang, agak pipih ( dengan ukuran 3x1,5x1)
 Terdiri dari cortek (luar) dan medulla (dalam)
 Dilekatkan oleh mesovarium paga lig latum ( berupa lipatan peritoneum sebelah
lateral kiri dan kanan uterus)
 Difiksasi oleh:
1. Lig suspensorium ovarii( Lig infudibulopelvicum), lig ini menggangtungkan
uterus pada dinding panggul antara sudut tuba.
2. Lig teres uteri ( lig rotundum): Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus,
caudal dari tuba, kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bagian cranial
labium mayus.

2. Tuba Uterina (Salpink)


 jumlah sepasang
 merupakan saluran muscular, panjang 10 cm.
 Infundibulum, bangunan yang berbentuk corong
 Ampula, bangunan yang membesar
 Isthmus, bangunan yang menyempit
 Pars uterina ialah muara tuba di dalam uterus

3. Uterus
 Organ muskular,. Berbentuk buah jambu, agak pipih, dibedakan:
 Fundus uteri, ujung proksimal muara tuba uterina
 Faciea vesicalis, didataran ventral menghadap ke vesica urenia
 Facies intestinalis, didataran dorsal menghadap ke usus
 Margo lateralis kanan dan kiri.
 Dinding uterus dari luar kedalam terdiri:perimetrium, myometrium dan
endometrium

4. Vagina
 berbentuk tabung muskular, mulai cervix sampai genitalia externa.
 panjang antara 8- 12 cm
 Bagian distal cervix menonjol kedalam rongga vagina, disebut portio cervicis
uteri.Bagian cervix proksimalnya disebut portio supravaginaliscervicis uteri.
 Tunica muscularis dapat dipandang lanjutan myometrium tetapi lebih tipis
 Tunica mucosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral &
dorsal, disebut columna rugarum
 Pada virgo intacta aintroitus vagina sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang
disebut hymen, menurut bentuknya dapat dibedakan:
- Hymen anularis ( sebagai cincin)
- Hymen seminularis( sebagai bulan sabit)
- Hymen cribriformis ( berlubang2 sebagai saringan)
- Hymen fimbriatus ( dengan tepi sebagai jari2)
- Hymen imperforatus ( tidak berlubang)

Perdarahan
Perdarahan alat reproduksi wanita berasal dari A. iliaca interna cabang dari A. iliaca
communis. A. iliaca interna ini kemudian akan bercabang menjadi A. hipogastrica dan
selanjutnya akan bercabang ke organ-organ:
a. Uterus: A. hipogastrica akan bercabang ke uterus menjadi A. uterina. A. uterine ini
kemudian akan berjalan kearah ovarium (A. uterine rr. Ovaiana) dan memperdarahi
ovarium dan akan memperdarahi tuba (A. uterina rr. Tuba)
b. Vagina: A. hipogastrica juga akan berjalan kea rah vagina dan memperdarahi vagina
sebagai (A. vaginalis)
Ligamentum yang ikut menfiksasi uterus diantaranya adalah :
 Lig. cardinal (Mackenrodt’s)/ lig. cervicalis lateralis, melewati sebelah lateral cervix
dan bagian atas vagina ke dinding pelvis.
 Lig. utero-sacrale/lig. retro uterine, melewati bagian belakang cervix dan fornix vagina
ke fasia yang melapisi sendi sacro-iliaca. Mulai dari isthmus ke jaringan pengikat di
sebelah lateral dari rectum setinggi vertebra sacralis III, mengandung otot polos.
 Lig. puboservicale, meluas ke anterior dari lig. cardinal ke pubis, dari belakang
symphisis pubis menuju collum vesica urinaria.

1.2 Mikroskopis

Ovarium :
 Epitel sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal
 Dibawah epitel germinal adalah jaringan ikat padat yang disebut tunika albuginea.
 Ovarium memiliki :
 Korteks di tepi : folikel-folikel, fibrosit dengan serat kolagen dan retikular.
 Medulla di tengah : pembuluh darah,saraf dan pembuluh limfe.
 Folikel primordial : folikel terdiri dari oosit primer yang diliputi sel folikel gepeng.
 Folikel primer : sel folikel mulai bentuk kuboid, tidak ada ruang berisi liqour foliculi dan
zona pelusida terbentuk pada akhir fase folikel primer
 Folikel sekunder : epitel berlapis kuboid, stroma membentuk teka folikel yaitu teka
interna dan teka eksterna, terbentuk zona pelusida
 Folikel tersier : ruang-ruang follicle bersatu membentuk antrum folliculi yang berisi
cairan, sel telur terdeak ke tepi terletak di atas gundukan sel follicular disebut cumulus
oophorus.
 Folikel yang mengalami atresia pada semua tahap perkembangan folikel menajdi folikel
atretik.
 Ovum : ovum dikelilingi sel granulosa yang membentuk bukit kecil yaitu kumulus
ooforus. Satu lapisan sel granulosa yang berdekatan dengan oosit primer membentuk
korona radiata. Di antara korona radiata dan sitoplasma oosit primer adalah glikoprotein
terpulas asidofilik disebut zona pellusida.
 Corpus luteum : sel granulosa hipertropi, bentuknya berubah menjadi pilyhedral, inti
membesar dengan sitoplasma dipenuhi oleh lipd. Terdapat sel lutein granulosa yang
berpigmen kuning dan sel lutein theca.
 Corpus albicans : corpus luteum yang berdegenerasi karena tidak terjadi kehamilan.
Corpus albicans bersifat aselular dan dipenuhi serat hialin.
Tuba Uterina :
 Epitel selapis silindris bersilia (epitheliocytus ciliatus) dan tidak bersilia (sel sekretorik)
 Sel bersilia menciptakan arus ke arah uterus dan menjadi predominan dalam fase
proliperatif.
 Sel sekretorik menghasilkan nutrisi
 Mukosa terdiri dari banyak plica dan membentuk lumen yang tidak rata.

Uterus
 Dinding luar yaitu perimetrium, tengah miometrium dan sebelah dalam endometrium.
 Endometrium dilapisi oleh epitel selapis silindris.Dibagi dalam dua lapisan yaitu stratum
basale dan stratum functionale
 Terdapat kelenjar uterus di lamina propia.
 Terdapat arteri spiralis di endometrium.
 Miometrium terdiri dari otot polos, dipisahkan oleh jaringan ikat interstisial dengan
banyak pembuluh darah .
Serviks, Kanalis dan Forniks Vagina
 Kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumner tinggi penghasil mukus.
 Epitel serviks dilapisi oleh kelenjar serviks ke dalam lamina propia.
 Kelenajar serviks yang tersumbat dan berkembang menjadi kista glandular.
 Jaringan ikat di lamina propria serviks lebih fibrosa daripada di uterus.
 Porsio vagina dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa tanduk.

Vagina
 Dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
 Lamina propria tidak memiliki kelenjar tetapi
mengandung banyak pembuluh darah dan lomfosit.
LI 2. Mengetahui dan Menjelaskan Keputihan (Leucora)
2.1 Definisi
Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan
kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.
Leukorea adalah cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak
sampai keluar, namun belum tentu bersifat patologis. Sumber cairan ini dapat berasal dari sekresi
vulva, cairan vagina, sekresi serviks, sekresi uterus, atau sekresi tuba falopii, yang dipengaruhi
fungsi ovarium.
Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal,
sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada
pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5.

2.2 Etiologi
Seperti halnya gejala keputihan, penyebab terjadinya keputihan dapat disebabkan kondisi
non patologis dan kondisi patologis.
- Penyebab non patologis terjadi pada saat menjelang menstruasi atau setelah menstruasi,
rangsangan seksual, saat wanita hamil, stress baik fisik maupun psikologis
- Penyebab patologis terjadi karena infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi parasit jenis
protozoa dan infeksi gonorhoe. ( Manuaba, 2001).

2.3 Epidemiologi

Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami leukorea. Berdasarkan data
penelitian di dunia tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukan 75% wanita di dunia menderita
leukorea. Sedangkan Indonesia 75% wanita pasti mengalami leukorea minimal satu kali dalam
hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25%. Karena cuaca di Indonesia yang
lembabsehingga mudah terinfeksi jamur Candida Albicansyang merupakan salah satu penyebab
leukorea (Ayuningtyas, 2011).

Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang
mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual
yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali
fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi
kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah
Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis
meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan
Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan
diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu
penyebab.

2.4 Klasifikasi
 Keputihan yang fisiologik dapat ditemukan pada:
1. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; ini disebabkan oleh pengaruh
estrogen dari plsenta terhadap uterus dan vagina janin.
2. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh dari estrogen; keputihan disini
dapat menghilang dengan sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang
tua.
3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudat dari dinding vagina.
4. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
5. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri.
 Keputihan yang patologis dapat ditemukan pada infeksi
- BAKTERI :
a. Gardnerella vaginalis
 pada keadaan normal ditemukan pada saluran pernafasan
 terdapat 30% flora normal vagina wanita normal
 bersifat gram (-)
 penularan dari hubungan sexual

b. Chlamidia Trachomatis
 Merupakan salah satu dari 4 spesies chlamydia yang merupakan bakteri
khusus yang hidup sebagai parasite intrasel
 Infeksi bakteri menular sexual yang ditemukan diseluruh dunia
 Bersifat dimorfik
 Memiliki afinitas pada epitel uretra, serviks, konjungtiva mata
 Dapat menginfeksi faring, rektum orang yang melakukan hubungan sex oral
atau anal respetif
 Pada bayi terinfeksi waktu dilahirkan mengalami konjungtivitis dan
pneumonia

c. Neisseria Gonorhoae
 gram (-)
 diplococus
 memiliki kapsul
 teroksidasi positif
 tidak mampu bergerak
 tumbuh pada media diperkaya

- JAMUR
Candida Albicans
 adalah spesies kandida yang secara normal ada pada mulut, tenggorokan,
usus, kulit
 spesies penyebab lebih dari 80% kasus infeksi kandida pada genitalia
 pertumbuhan berlebihan; penyebab tersering vaginitis, vulvovaginitis
 tidak ditularkan secara sexual
 bersifat dimorfik
- PROTOZOA
Trichomonas vaginalis
 organisme oval berflagela berukuran setara dengan sebuah leukosit
 organisme terdorong oleh gerakan-gerakan acak berkedut dari sel flagelnya
 faktor predisposisi : haid, kehamilan, pemakaian kontrasepsi oral, tindakan
sering mencuci vagina
 penularan : ibu ke bayi karena pengaruh hormon ibu padd\a epitel vagina bayi
, penularan melalui hubungan sexual
- VIRUS:
a. Herpes Simplex (HSV)
 terdapat 2 tipe: tipe 1,tipe 2
 susunan genom tersebut dapat dibedakan melalui analisis pembatasan enzim
dari DNA virus
 Hsv-1: kontak dengan liur yang terinfeksi
 Hsv-2 : sexual atau infeksi genitalia maternal kepada bayi barul ahir
b. Human papiloma virus (HPV)
 anggota grup papova virus
 menyebabkan kondiloma akuminata
 ditularkan secara sexual
 penyebab kanker kongenital termasuk karsinoma serviks
 menggambarkan konsep bahwa strain virus alamiah dapat berbeda dalam
potensi onkogenik
IRITASI :
1. Sperma, pelicin, kondom
2. Sabun cuci dan pelembut pakaian
3. Deodorant dan sabun
4. Cairan antiseptic untuk mandi.
5. Pembersih vagina.
6. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
7. Kertas tisu toilet yang berwarna.

Tumor atau jaringan abnormal lain: Fistula, Benda asing, Radiasi

Penyebab lain : Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

Tidak dikatehui : Desquamative inflammatory vaginitis

2.5 Manifestasi Klinis


Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali
muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan
beberapa gejala fluor albus:
1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
2. Sekret vagina yang bertambah banyak
3. Rasa panas saat kencing
4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
- Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual
- Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa
dan berbau amis.
- Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga
berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada
komplikasi yang serius
- Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
- Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau daya tahan
tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim,
walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar

2.6 Patofisiologi

Gangguan keseimbangan flora normal atau perubahan suasana asam menjadi alkalis
memicu kolonisasi mikroorganisme lain. Keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan berupa
vaginosis bakterialis, vaginitis, dan servisitis sehingga sekret vagina menjadi abnormal dan
jumlahnya berlebihan. Pada vaginosis bakterialis terjadi pertumbuhan berlebihan bakteri
Gardnerella vaginalis akibat peningkatan pH asam vagina alkalis dan pertumbuhan berlebihan
bakteri anaerob lainnya, Bacteroides spp, dan Mobiluncus spp. Vaginitis dapat disebabkan oleh
jamur Candida albicans ( kandidosis, kandidiasis ), serta dapat disebabkan oleh protozoa
Trichomonas vaginalis ( trikomoniasis ).
Sevisitis dapat disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae dan parasit Chlamydia
trachomatis.
Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum menopause
terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa
mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai
mikroorganisme terutama Laktobasilus doderlein.
Peranan basil Doderlein dianggap sangat penting dalam menjaga suasana vagina dengan
menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basil Doderlein mempunyai kemampuan
mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap
dalam keadaan asam dengan pH 3,0 – 4,5 pada wanita masa reproduksi. Suasana asam inilah yang
mencegah timbulnya mikroorganisme.
Bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh beberapa faktor
maka terjadi penurunan fungsi basil Doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi
proteksi basil Doderlein berkurang maka terjadi aktifitas dari mikroorganisme patologis yang selama
ini ditekan oleh flora normal vagina.
Progresifitas mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi
inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari basil Doderlein
sehingga terjadi pengeluaran leukosit PMN, maka terjadilah leukorea.

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap
bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus
(Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan
pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Sekret berasal dari antara lain :
1. Kelenjar Bartholini yang terletak di bawah labium majus dan bermuara di bawah otot konstriktor
vagina, kadang-kadang tertutup sebagian oleh bulbus vestibuli. Kelenjar ini mengeluarkan sekret
mukoid pada saat gairah seks meningkat.
2. Duktus Skene (parauretralis) yang bermuara di meatus uretrae eksternum. Kelenjar ini
mensekresikan sekret yang mukoid.
3. Serviks uteri, memiliki banyak kelenjar yang mengeluarkan sekret yang berbeda-beda sesuai
dengan siklus haid.
4. Uterus yang terletak banyak kelenjar dari endometrium sampai ke miometrium pada umumnya.
Kelenjar-kelenjar ini mensekresi cairan alkali yang encer.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.
terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan
berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah
pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan
kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian
pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan
lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan
hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida
albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida
albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis
atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga
menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri
patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu
mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada
vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen
peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan
memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang
normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin,
yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga
merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.(2)
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan
umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan
pembersih vagina, disinfektan yang kuat

Cairan vagina adalah campuran yang terdiri dari lendir servik (sebagian besar) – cairan
endometrium dan tuba falopii – eksudat dari Kelenjar Bartholine dan Skene – transudat dari epitel
pipih vagina yang mengalami eksfoliasi – produk metabolisme mikroflora vagina

Cairan vagina terdiri dari :

 Protein
 polisakarida
 asam amino
 enzym
 imunoglobulin.
- Benda asing
Menimbulkan rangsangan pengeluaran cairan vagina yang jika berlebihan menimbulkan luka
akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal dalam vagina.
- Neoplasia/Keganasan
Terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat pembusukansel abnormal,
seringkali disertai darah yang tidak segar.
- Menopause
Estrogen turun → vagina menjadi kering dan lapisan sel tipis, kadar glikogen berkurang, dan
basil doderlein berkurang → memudahkan infeksi karena lapisan sel epitel tipis, mudah
menimbulkan luka → flour albus
- Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks terkelupas,
mudah terjadi infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul fluor albus.
- Stress

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis: Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB
kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita,
penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain

- Pemeriksaan Fisis dan Genital: Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum,
dan anus. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan
serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.

- Laboratorium : Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur
pH dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan
juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas
objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan
diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan
pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive disbanding pemeriksaan
mikroskopik.

Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat
kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
(2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang homogen,
kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan
nitrazine paper.

Diagnosis Banding:

DD :Kanker serviks (keputihan warna putih purulent yang berbau dan tidak gatal)
Normal Vaginosis Vaginitis Vulvovaginitis
Bakteri Trichomonas Candida albicans
vaginalis
Gejala Tidak ada Sekret, bau Sekret, bau busuk, Sekret, gatal dan
primer busuk, mungkin mungkin gatal seperti terbakar
gatal pada kulit vulva
Sekret Sedikit, putih, Meningkat, Meningkat, kuning, Meningkat, putih,
vagina flokulan tipis, homogen, hijau, berbusa, keju lembut seperti
putih, abu-abu, adheren; petekia dadih
adheren servikal sering ada
pH < 4,5 > 4,5 > 4,5 ≤ 4,5
Bau Tidak ada Sering, seperti Dapat ada, seperti Tidak ada
bau ikan bau ikan
Mikroskopis Sel epitel dengan Clue cells Trikomonas motil; Preparat KOH
lactobacillus dengan basil banyak PMN memperlihatkan
adheren; tidak tangkai ragi dan
ada PMN pseudohifa
Pengobatan Tidak ada Metronidazole Metronidazole Antifungi azol
topikal

2.8 Tatalaksana

Tujuan pengobatan :

 Menghilangkan gejala
 Memberantas penyebabrnya
 Mencegah terjadinya infeksi ulang
 Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan
kecemasannya.

Patologi : Tergantung penyebabnya

Obat obatan untuk keputihan Patologis :

1. Antiseptik : Povidone Iodin

Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan alat
douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi yang disebabkan jamur
Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai pembersih.

Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau sensitif
pemakaian harus dihentikan.

2. Antibiotik

Clotrimazole

Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang
disebabkan oleh Candida albicans.

Efek samping: pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal dan
urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali sehari
pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.

Tinidazole

Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas infeksi Protozoa,
Amuba.

Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu
minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.

Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa


dikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah vaginal
tablet.

Metronidazole

Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg
3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis

Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual. Untuk
infeksi Gardnerella vaginalis

Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi terhadap
alkohol.

Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan.

Nimorazole

Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam sediaan
tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol dan
Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.

Penisilin

1. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan
dalam saluran cerna
2. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat
makanan dalam absorbsinya.

Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin terhadap
susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis besar

Sediaan dan posologi :

Ampisilin :
- Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial

Amoksisilin :

- Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan sirup125mg/5mL dosis
diberikan 3 kali 250-500 mg sehari

3. Anti jamur : Nystatin

Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap obat ini
termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi dengan sifatnya
yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk digunakan sebagai obat
pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus hati-hati jangan digunakan pada
luka terbuka.

4. Anti Virus : Asiklovir

Hambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan krim untuk
mengobati herpes dilabia.
Efek samping :
Oral : pusing, mual, diare,sakit kepala
Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu hamil

Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :


1. Candida albicans
Topikal
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
Sistemik
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

2. Chlamidia trachomatis
Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3. Gardnerella vaginalis
Metronidazole 2 x 500 mg
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Neisseria gonorhoeae
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
Amoksisiklin 3 gr im
Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Kanamisin 2 gram im
Ofloksasin 400 mg/oral

5. Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase


Seftriaxon 250 mg im atau
Spektinomisin 2 mg im atau
Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
6. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder

2.9 Pencegahan

Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan
sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan
alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan
penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab
misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian
celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora
normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena
dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan
mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap
dudukan kloset sebelum menggunakannya.

2.10 Komplikasi
Infertilitas/masalah kesuburan; pelvic inflamatori disease; vulvovaginitis, uretritis; pada
wanita hamil dapat menyebabkan bayi prematur, gangguan perkembangan dan berat badan lahir
rendah (BBLR) terutama akibat bacterial vaginosis dan infeksi Trichomonas; serta dapat
memfasilitasi terjadinya HIV.

2.11 Prognosis

Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap


pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan
kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif
• Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata – rata 70 – 80% dengan regimen pengobatan
• Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %
• Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata – rata 95 %

LI 3. Mengetahui dan Menjelaskan Inflamasi Serviks dan Pap Smear

Pap Smear

Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya
perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan
serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim
dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan
telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-
sel leher rahim (Diananda, 2009). Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta
bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada saat haid (Dalimartha, 2004).

Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear


American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya memulai
skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun.
Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali,
melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes
setiap tahun.
Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes
Pap Smear lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa pengangkatan
serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1989) dalam Feig
(2001), merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah usia 18 yahun atau setelah
aktif secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu pemeriksaan fisik pelvik normal, interval
skrining dapat diperpanjang, kecuali pada wanita yang memiliki partner seksual lebih dari satu.
Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap
Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita
peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes,
pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat
tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan
hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear (Bhambhani, 1996).

Manfaat Pap Smear


a. Diagnosis dini keganasan
b. Perawatan ikutan dari keganasan
c. Interpretasi hormonal wanita
d. Menentukan proses peradangan
Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Soepardiman (2002),
Manuaba (2005), dan Rasjidi (2008),
prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:

1. Persiapan alat-alat yang akan


digunakan, meliputi spekulum bivalve
(cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek
yang telah diberi label atau tanda, dan
alkohol 95%.

2. Pasien berbaring dengan posisi


litotomi.

3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus,
dan kanalis servikalis.

4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.

5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan
diputar 360˚ searah jarum jam.

6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda
dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan.

7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.

8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi.

Interpretasi Hasil Pap Smear


Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear, sistem
Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:
a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.

b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.

c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.

d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.

e. Kelas V : keganasan.

Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat (Tierner
& Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan
epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga
epitelium.

c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah
melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.

Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui beberapa kali
pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah
sebagai berikut (Marquardt, 2002):
1. Sel skuamosa

a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)

b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)

c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)

d. Squamous Cells Carcinoma

2. Sel glandular

a. Atypical Endocervical Cells

b. Atypical Endometrial Cells

c. Atypical Glandular Cells

d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ

e. Adenokarsinoma Endoserviks

f. Adenokarsinoma Endometrium

g. Adenokarsinoma Ekstrauterin

h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

LI 4. Mengetahui dan Menjelaskan Taharah pada Keputihan

Keputihan bisa terjadi dalam keadaan tidak normal, yang umumnya dipicu kuman
penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu,
seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, kental,
lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal atau panas. Dalam khazanah Islam, keputihan
jenis ini biasa disebut dengan cairan putih kekuningan (sufrah ‫ )صفرة‬atau cairan putih kekeruhan
(kudrah ‫)كدرة‬. Terkait dengan kedua hal ini, di kitab shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat
bernama Ummu ‘Athiyyah radhiallahu ‘anha berkata:
‫ش ْيئًا‬
‫ا‬ ‫ص ْف ارة ا‬
ُّ ‫اوال‬ ‫ْال ُكد اْرة ا‬ ُّ‫ناعُد‬ ‫اَل‬ ‫ُكنَّا‬
“Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama
dengan haidh”
Berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang mengalami
menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban melaksanakan shalat
dan puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh
karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak, dan
membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih dahulu.
Pendapat yang dikemukakan oleh Syaikh Mushthafa al-Adawy dalam Jami’ Ahkam an-
Nisa’ ( hlm. 67-68 ). Beliau berpendapat, cairan keputihan tersebut tidak termasuk najis.
Alasannya, pertama : tidak ditemukannya dalil yang menajiskan cairan tersebut. Kedua,
keterangan bahwa setiap yang keluar dari dua jalan ( dubur dan kelamin ) adalah najis hanyalah
kesimpulan para ulama. Tak ada keterangan dari al-Quran dan Sunnah yang tegas menyebutkan
bahwa setiap yang keluar dari dua jalan itu najis. Ketiga, cairan jenis tersebut keluar dari saluran
rahim dan bukan keluar dari saluran kencing yang sifatnya najis. Keempat, menganalogikan
keputihan dengan darah istihadhah. Darah istihadhah hukumnya tidak membatalkan shalat.
Wanita hanya diharuskan untuk berwudhu setiap kali hendak shalat atau mandi dengan
menjama’ shalatnya. Jika darah istihadhah saja yang juga merupakan penyakit tidak
membatalkan shalat, demikian pula halnya dengan darah keputihan.
Daftar Pustaka

Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Yogyakarta

Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada akseptor KB.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.

Idhawati, C. 2011. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. K Dengan Leukore Candidiasis
Vulvovaginalis Di Ruang KIA Puskesmas Sawit I. Akbid Mamba’ul Ulum Surakarta.
Indah Arthanasia. 2011. Perawatan Gangguan Bermacam-macam Keputihan Pada Organ Reproduksi
Wanita.

Butel, J S., Brooks, G F., Morse S A. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick &
Adelberg. Jakarta : EGC.
Eroschenko V P. 2010. Atlas histologi diFiore: dengan korelasi fungsional. Jakarta : EGC.
Ismid I, Sjarifuddin P K, Sungkar S. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Ed 4. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
www.mui.or.id

Anda mungkin juga menyukai