Anda di halaman 1dari 3

Tugas Sinopsis CTG

Koas Obstetri dan Gynecologi RSPAD Gatot Soebroto periode 28 januari – 7 april 2019
Nama : Nour Indah Ogita
NPM : 1102013213

Pemantauan kesejahteraan janin (PKJ) merupakan hal penting dalam pengawasan janin saat
asuhan antenatal dan pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan
pemantauan janin. CTG adalah alat elektronik yang dapat dipergunakan dalam memantau
kesejahteraan janin melalui penilaian denyut jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan gerak
janin dalam waktu bersamaan. Kesejahteraan janin menggambarkan kecukupan oksigenasi dan
pertumbuhan janin yang baik, kesehatan ibu, dan volume cairan amnion yang cukup. CTG
mampu mengidentifikasi janin yang mempunyai risiko mengalami hipoksia dan kematian
intrauterin atau mengalami kerusakan neurologik, sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi
segera untuk memperbaiki kondisi janin tersebut dan menurunkan mortalitas perinatal dalam
permasalahan hipoksia intra uterin.

Pemeriksaan CTG dilakukan oleh dokter atau paramedik kompeten yang sudah melewati uji
awal, teori, demo, pembuatan laporan dan uji akhir. Dimana dalam proses interpretasi
diperlukan pemahaman yang baik tentang peralatan CTG, patofisiologi yang berkaitan dengan
sirkulasi uteroplasenta, pembuatan laporan hasil CTG harus sesuai dengan etika dan medikolegal
dimana seluruh hasil pemeriksaan dan laporannya harus disimpan dengan baik, minimal 5 tahun.

Beberapa keadaan yang memerlukan pemantauan, karena berkaitan dengan indikasi penggunaan
CTG, misalnya pertumbuhan janin terlambat, gerakan janin berkurang, kehamilan post term (≥
42 minggu), preeklamsia/hipertensi kronik, diabetes militus prekehamilan, DM yang
memerlukan terapi insulin, ketuban pecah pada kehamilan preterm, dan suspek solusio plasenta.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan CTG ialah persiapan pasien, persiapan
peralatan dan persiapan pemeriksa. Persiapan pasien mencakup identitas, nomor rekam medis,
indikasi pemeriksaan, diagnosis janin dan ibu, penjelasan prosedur dan hasil pemeriksaan,
mengosongkan kandung kemih dan tidak dalam keadaan lapar atau haus. Untuk persiapan
peralatan terdiri dari mesin CTG, peralatan tokometer, peralatan kardiometer, kertas CTG, jeli,
kertas tissue, formulir laporan, dan foley. Persiapan pemeriksa, dimana pemeriksa melakukan
pemeriksaan ulang identitas pasien, indikasi pemeriksaan, kesiapan peralatan, dan formulir
laporan. Pemeriksa menjelaskan prosedur pemeriksaan, mengatur tekanan darah pasien sebelum
pemeriksaan dan 15 menit kemudian, menilai kontraksi atau his secara berkala, menanyakan
gerak janin kepada pasien serta mencocokkan dengan gerakan yang dicatat oleh peralatan CTG.
Pada saat pemeriksaan posisi pasien tidak boleh tidur terlentang tetapi harus setengah duduk atau
tidur miring. Terdapat syarat untuk melakukan pemerisaan CTG, yaitu janin hidup dengan usia
kehamilan ≥ 28 minggu, ada persetujuan tindak medik dari pasien, punktum maksimum denyut
jantung janin dan tinggi fundus uteri diketahui, peralatan dalam keadaan baik dan siap pakai,
prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer.

Sebelum malakukan interpretasi CTG harus mengetahui bagaiana konsidi ibu dan janin,
peralatan yang dipakai, dan sarana pendukung lainnya yang berkaitan dengan pemeriksaan CTG.
Hal terpenting adalah identifikasi semua factor yang berkaitan dengan risiko hipoksia pada janin,
terdapat 3 kategori yaitu, kategori I adalah kondisi normal dari pematauan DJJ dan
menggambarkan status asam basa janin saat pemantauan rutin asuhan antenatal dan tidak
memerlukan tatalaksana lanjut. Kategori II tidak mempresiksi adanya abnormalitas status asam
basa janin, saat ini belum ditemukan bukti yang adekuat untuk mengklasifikasikan kategori ini
menjadi kategori I atau kategori III. Kategori II memerlukan evaluasi dan pemantauan lanjut
serta reevaluasi dan mencari faktor-faktor yang berkaitan dengan keadaan klinis. Pada beberapa
keadaan diperlukan uji diagnostic untuk memastikan status kesejahteraan janin atau melakukan
resusitasi intrauterine pada hasil kategoti II. Kategori III berkaitan dengan abnormalitas status
asam basa pada saat pamantauan janin tersebut dilakukan. Kategori III memerlukan evaluasi
yang akurat. Pada kondisi ini, tindakan yang dilakukan tidak terbatas hanya untuk memberikan
oksigenasi bagi ibu, merubah posisi ibu, menghentikan stimulasi persalinan, atasi hipotensi
maternal, dan penatalaksanaan takhisistol tetapi juga dilihat situasi klinis yang terjadi pada waktu
itu. Bila kategori III tidak dapat diatasi, pertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan dan
melakukan persalinan.

Pemeriksaan CTG mampu memahami kontraksi uterus, DJJ, interval DJJ pada janin yang sehat
menunjukkan gambaran yang tidak uniform dikenal sebagai variabilitas beat to beat untuk
mengetahui gambaran fungsi simpatis dan parasimpatis, akselerasi dimana peningkatan DJJ ≥15
dpm dari frekuensi dasar DJJ sebagai petanda bahwa janin tidak sedang dalam kondisi depresi
atau asidosis, deselerasi dini, deselerasi variable, deselerasi lambat, deselerasi lama, disfungsi
SSP dapat dilihat dalam pola DJJ yang datar, tumpul, frekuensi dasar tidak stabil, over shoot,
pola sinusoidal, check mark patterns.

Melakukan pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan melalui analisa keluhan ibu
(anamnesis), pemantauan gerak harian janin dengan kartu gerak janin, pengukuran tinggi fundus
uteri dalam sentimeter, pemantauan denyut jantung janin dan analisa penyakit pada ibu.

Anda mungkin juga menyukai