Anda di halaman 1dari 36

AIRWAY MANAGEMENT

KSMF:
Dr. Sonny Trisnadi, Sp. An

Dr. Andi Haris, Sp. An


Dr. Andri Julianto, Sp. An, KIC
Dr. Asep, Sp. An
Dr. M. Naufal, Sp. An
Dr. Riza M. Farid, Sp. An

Coass Anestesi Periode 13 Mei 22 Juni 2019


ANATOMI

John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 2
John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 3
DEFINISI
● Airway Management / penatalaksanaan jalan nafas ialah memastikan
jalan napas terbuka.

● Tindakan paling penting untuk keberhasilan resusitasi adalah segera


melapangkan saluran pernapasan.

● Dengan tujuan untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru


secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.

4
Emergency → Call For HELP !!

● Airway + C Spine Control

● Breathing + Support Ventilation

● Circulation + Control Hemmorage

5
TANDA OBSTRUKSI

Tanda-tanda obstruksi partial:


● Stridor (nafasnya berbunyi), terdengar seperti ngorok, bunyi kumur-kumur atau
melengking.
● Retraksi otot dada kedalam didaerah supraclavicular, suprasternal, sela iga dan
epigastrium selama inspirasi
● Nafas paradoksal (pada waktu inspirasi dinding dada menjadi cekung/datar
bukannya mengembang/ membesar).
● Balon cadangan pd mesin anestesi kembang kempisnya melemah.
● Nafas makin berat dan sulit (kerja otot-otot nafas meningkat).
● Sianosis, mrpkn tanda hipoksemia akibat obstruksi jalan nafas yang lebih berat

6
Tanda-tanda obstruksi total:
Serupa dengan obstruksi partial, akan tetapi gejalanya lebih hebat dan stridor justru
menghilang
● Retarksi lebih jelas
● gerak paradoksal lebih jelas
● Kerja otot nafas tambahan meningkat dan makin jelas.
● Balon cadangan tidak kembang kempis lagi.
● Sianosis lebih cepat timbul.

Sumbatan total tidak berbunyi dan menyebabkan asfiksia (hipoksemia ditambah


hiperkarbia), henti nafas dan henti jantung (jika tidak dikoreksi) dalam waktu 5 –
10 menit

7
PEMBUKAAN JALAN NAFAS MANUAL
● Head Tilt and Chin Lift Maneuver

8
● Jaw Thrust Maneuver

John D. , Brian K Costa, Anthony J Asciutto. Approaches to Manual Ventilation. Respiratory Care. 2014 9
PEMBUKAAN JALAN NAFAS DENGAN ALAT BANTU

Oropharyngeal airway (OPA)


● Digunakan pada pasien tidak sadar bila head
tilt-chin lift tidak berhasil
● Tidak boleh pada pasien dengan GCS > 10
(sadar atau setengah sadar) → dapat
menyebabkan batuk dan muntah

10
Nasopharyngeal airway (NPA)
● Dapat digunakan pada pasien
sadar/setengah sadar
● Indikasi lain: kesulitan penggunaan
OPA seperti ada trauma disekitar
mulut atau trismus
● Tidak merangsang muntah
● Hati-hati pasien dengan fraktura
basis cranii
● U/ dewasa 7 mm atau jari
kelingking kanan

John D, Brian K Costa, Anthony J Asciutto. Approaches to Manual Ventilation. Respiratory Care. 2014 11
John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 12
VENTILASI MANUAL

Bila pernafasan tidak adekuat → diberikan bantuan nafas (ventilasi) →


agar oksigen bisa masuk sampai ke alveoli → difusi ke darah → karbon
dioksida keluar dari alveoli ke udara bebas

13
Bag Mask Ventilation

Indikasi :
● Henti napas
● Napas spontan tidak adekuat
● Mengurangi kerja napas dengan membantu memberikan
tekanan positif pada saat inspirasi pasien

John D. , Brian K Costa, Anthony J Asciutto. Approaches to Manual Ventilation. Respiratory Care. 2014 14
ALAT BANTU NAPAS TINGKAT LANJUT

Intubasi Endotrakea (Orotrakea & Nasotrakea)

Proses memasukkan pipa endotrakea ke dalam trakea pasien


Kegunaan:
● Memelihara jalan nafas atas terbuka (paten)
● Membantu pemberian oksigen konsentrasi tinggi
● Memfasilitasi pemberian ventilasi dengan volume tidal tepat untuk pengembangan
paru yang adekuat
● Mencegah jalan napas dari aspirasi isi lambung atau benda padat atau cairan dari
jalan nafas atas
● Mempermudah penyedotan cairan dalam trakea

15
Indikasi:
● Ventilasi manual tidak memungkinkan atau tidak efektif pada henti jantung
● Pasien gagal napas, hipoksia hipoksemia yang memerlukan oksigen aliran tinggi yang
gagal dengan alat-alat ventilasi non invasive
● Pasien koma atau dibawah pengaruh obat anestesi

Kesulitan:
● Leher pendek berotot
● Mandibula menonjol
● Maksila atau gigi depan menonjol
● Uvula tidak terlihat (skor Mallampati 3 atau 4)
● Gerak sendi temporomandibular terbatas
● Gerak vertebra servikal terbatas

16
John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 17
Persiapan:
● Informed Consent
● STATICS
Scope → Stethoscope + Laryngoscope
Tracheal tubes
Airway Management → OPA + Bag Valve Mask with O2
Tape
Introducer → Stylet,
Connector → Cuff inflation syringe / Spuit Cuff / Spuit Kunci
Suction apparatus

18
Endotracheal Tube

John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 19
Laringoskop

John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 20
Prosedur

OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA)

21
NASOPHARYNGEAL AIRWAY

22
LARYNGEAL MASK AIRWAY (LMA)

23
24
Intubasi Orotrakea:

Komplikasi selama intubasi: Komplikasi setelah intubasi:


● Trauma gigi geligi ● Spasme laring
● Laserasi bibir, gusi, laring ● Aspirasi
● Merangsang saraf simpatis (Hipertensi- ● Gangguan fonasi
takikardi) ● Edema glottis-subglotis
● Intubasi bronkus ● Infeksi laring, faring, trakea
● Intubasi esophagus
● Aspirasi
● Spasme bronkus

25
Intubasi Nasotrakea:

Indikasi → untuk pasien yang menjalani prosedur tertentu di mulut


diameter lebih kecil dan lebih panjang → resistensi meningkat
Kontraindikasi:
● fraktur basis kranii
● fraktur nasal
● polip nasal
● koagulopati
→ Agen vasokonstriktor dapat diberi ke mukosa nasal

26
→ Ukuran tube 7 mm pada wanita, 8 mm untuk pria
→ lubang hidung kanan lebih dipilih → bevel dari tube tracheal akan bertemu septum
nasal yang datar → mengurangi kemungkinan kerusakan.

→ Komplikasi:
● Serupa dengan intubasi oral trakheal.
● Perdarahan hidung
● Robekan submukosa
● Pergeseran tonsil atau adenoid
● Infeksi sinus frontalis dan maksilaris dan bakteriemia setelah intubasi
nasotrakheal jangka panjang

27
Awake Intubation:

Indikasi: Antisipasi pada pasien dengan risiko aspirasi atau keraguan terhadap kemampuan
ventilasi paru
Jalan napas atas → anestesi topikal
▪ Lidokain spray ke hidung atau orofaring,
▪ lidokain 4% kumur atau nebulizer untuk anestesi diatas laring
▪ Blok saraf laringeal superior bilateral → anestesi supraglotis
▪ Injeksi trans trakea → untuk glotis dan trakea atas

28
Flexible Fibreoptic Bronchoscope

● Untuk mengintubasi pasien ketika teranestesi atau sadar (setelah anestesi topical yang cukup)
● Peralatan standar intubasi fiberoptik: pelindung mulut, anestesi topical, peralatan suction dan
sebuah laryngoscope fiberoptik fleksibel yang steril dilengkapi dengan sumber cahaya, sebuah
tracheal tube yang sudah dilumasi diletakkan pada laryngoscope fiberoptik
● Identifikasi trachea pada pintu atas trachea biasa digunakan sebagai tanda bahwa
penempatannya sudah tepat

29
John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 30
Laryngeal Mask Airway
● Pemasangan laringeal mask sering reaksi reflek orofaring & laringofaring → induksi propofol
IV → hambat refleks laring
● Laringeal mask tidak melindungi jalan napas dari regurgitasi / Aspirasi paru

Kontraindikasi:
● Keterbatasan membuka mulut
● Pasien dengan perut yang penuh
● Hiatus hernia
● Gastrooesophageal refluks
● Obstruksi usus halus
● Obesitas
● Peningkatan resistensi jalan napas
● Kemampuan paru yang rendah

31
Komplikasi:
• Obstruksi jalan napas → ok malposisi dari laryngeal
mask airway atau k/ epiglotis terdorong kebelakang
shg menutupi pintu masuk laring.
• Laringospasme, batuk, brokhospasme
• Gastrooesophageal refluks, sore throat, perubahan
fungsi pita suara sementara

John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 32
Esophageal-Tracheal Combitube

● Pipa 2 lumen dan 2 balon


● Dipasang tanpa perlu memvisualisasi pita suara
● Kontraindikasi : pasien dengan reflex laring atau faring

John F. B, David C. M, John D. W. Morgan & Mikhails: Clinical Anesthesiology. McGraw – Hill Education; Lange. 2018. 33
Cricothyrotomy

● Intubasi gagal padahal jalan nafas masih tersumbat


● Pasien tidak dapat diberi nafas buatan dari atas (mulut
hidung)
● Kanul bore besar (gauge 14) ditempatkan melalui membran
cricothyroid menuju trachea → Oksigen diberikan dengan
menghubungkan kanul dengan sumber oksigen bertekanan
tinggi dengan kontrol on/off.

34
35
😉
THANKS!

36

Anda mungkin juga menyukai