Anda di halaman 1dari 4

Kurikulum 2013 menekankan bahwa pembelajaran IPA adalah pembelajaran berbasis

integrated science (IPA terpadu) bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Hal tersebut
bermakna bahwa IPA merupakan pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap
peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam (Kemendikbud, 2013:
6).

Orang yang literat sains dapat dengan tepat menggunakan konsep sains, prinsip,
hukum,dan teori dalam berinteraksi dengan lingkungannya serta menggunakan proses
sains dalam menyelesaikan masalah, membuat keputusan, selanjutnya mengerti keadaan
alam yang sesungguhnya (Rohman et al., 2017).

Uraian di atas menunjukkan arti penting seseorang memiliki literasi terhadap sains. Oleh karena
itu literasi sains telah diakui secara internasional sebagai tolok ukur tinggi-rendahnya
kualitas pendidikan (Ardianto,2016).

Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. IPA mempelajari alam semesta dan
segala isinya beserta berbagai perubahan yang terjadi di alam tersebut. IPA juga
dikatakan sebagai salah satu pendekatan yang sistematis dalam mempelajari alam semesta
(Sujana et al.,, 2014).

Apabila tujuan pendidikan ini dapat tercapai, maka diharapkan sumber daya manusia
Indonesia menjadi sumber daya yang berkualitas yang mampu menghadapi persaingan
global, mampu mengembangkan kemampuan berpikir agar melek ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta mampu mengikuti dan memanfaatkan perkembangannya (Yafuz
et al., 2017).

Pendidikan IPA berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan


belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial dan alam. Saat ini pelajaran IPA masih dianggap sebagai pelajaran
hafalan yang monoton karena hasil belajar IPA yang belum memuaskan. Pembelajaran
IPA akan lebih bermakna apabila terdapat kesinambungan antara materi dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat tinggal siswa yang digunakan sebagai sumber
belajar (Nisa et al., 2015).

Pengukuran literasi sains tidak hanya penting untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik terhadap pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai
aspek proses sains, serta kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains
dalam situasi nyata (Inzanah et al., 2014).

Ardianto Didin, Rubini Bibin. 2016. Literasi Sains dan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IPA
Terpadu Tipe Shared. UNNES Science Education Journal 5(1).

Inzanah, Ibrahim M., Widodo W. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis
Kurikulum 2013 untuk Mengatur Literasi Sains Siswa SMP. Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya, 4(1).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi


Kurikulum 2013. SMP/MTs Ilmu Pengetahuan Alam. Kementerian Pendidilan dan Kebudayaan.

Nisa A., Sudarmin, Samini. 2015. Efektivitas Pembuatan Modul Terintegrasi Etnosains dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Literasi Sains. UNNES Science Education
Journal, 4(3).

Rohman Saiful, Rusilowati Ani, Sulhadi. 2017. Analisis Pembelajaran Fisika Kelas X SMA
Negeri di Kota Cirebon berdasarkan Literasi Sains. Physics Communication, 1(2).

Sujana A, Permanasari A, Mudzakir A. 2014. Literasi Kimia PGSD dan Guru IPA Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(1).
Yafuz M. B. A., Rusilowati A., Wiyanto. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains di Kota Tegal.
UNNES Physics Education Journal 6(3).

Literasi sains telah diidentifikasi dan diakui sebagai tujuan pendidikan sains (Marquez et
al., 2016).

Marquez R.V., Tenreiro C.V. Fostering Scientific Literacy and Critical Thinking in Elementary
Science Education. International Journal of Science and Mathematics Education, DOI
10.1007/s10763-014-9605-2.

Seorang siswa dengan literasi sains yang kurang berkembang mampu menyelesaikan
masalah dalam situasi yang sederhana dan intim, sedangkan siswa dengan literasi sains
yang lebih maju mampu menyelesaikan masalah dalam situasi yang kompleks dan kurang
intim (Nur, 2017).

Nur, Muriani Hayati. 2017. The Use of Science LiteracyTaxonomy to Measure Chemistry
Literacy of the Science Teacher Candidates. UNNES Science Education Journal, 6(1).

Penguasaan literasi sains adalah fokus utama pendidikan (Wahyuningsih et al., 2017).

Wahyuningsih S., Rusilowati A., Hindarto N. 2017. Analysis of Misconception to Science


Literacy using Three-Tier Multiple Choice Test in the Material of Characteristic of Light.
UNNES Science Education Journal, 6(3).

Kehidupan orang-orang di era globalisasi ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang pesat (Setiawan et al., 2017)

Setiawan B., Innatesari D. K., Sabtiawan W. B., Sudarmin. 2017. The Development of Local
Wisdom-Based Natural Science Modul to Improve Science Literation of Students. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai