Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Menstruasi
POSTED ON DESEMBER 5, 2012 BY ELFRIANA
0
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari
vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai
kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan
lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun,
tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif
terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai
usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir
dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-
masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun
berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-
saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal,
termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap
bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi
hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada
permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai
penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal
pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur
dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila
telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan),
lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui
vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid),
berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi
bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda
(walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi
dengan pemeriksaan darah sederhana.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah definisi menstruasi ?
2. Bagaimana siklus menstruasi ?
3. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
4. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
6. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi ?
8. Bagaimana Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Menjelaskan definisi dari menstruasi


2. Menjelaskan siklus menstruasi
3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
4. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
5. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi
8. Menjelaskan Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi
1.4. Manfaat

1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis,


serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.
2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan gangguan
dalam menstruasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium
uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal,
ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan et
al, 1998).

Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung secara
teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan
terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap
bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan
berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya,
menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.

2.2. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki
siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa
wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana pendarahan
dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir –
yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000 hingga
400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel
telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi
berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari
ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan
ini disebut dengan “OVULASI”.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle
Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut
tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat
daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon
yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama
dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian
memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut.
Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk
membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan
Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya
pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini,
sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki
kesempatan yang besar untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi,
mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur
tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin
(HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.

Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan
terjadilah proses menstruasi.

2.3. Gangguan dalam menstruasi

2.3.1. Definisi

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa
kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan.

2.3.2. Macam – macam gangguan menstruasi

2.3.2.1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)

a. Definisi

Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa
hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang
berlangsung terus sampai haid berhenti.

b. Etiologi

Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan
esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan,
dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid
terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan penting.
Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap
perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
c. Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang akan
menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan
mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai
vitaminanti depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali
bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat
mengakibatkan depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin
dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan
progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat
mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut.
Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau
normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi
prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

d. Manifestasi klinis

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala,
perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang
berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejal fisik
tersebut diatas.

e. Terapi

– Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari sebelum
haid

– Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari

– Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat

– Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum
haid

– Psikoterapi suportif

2.3.2.2. Disminorea

a. Definisi
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut
tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala,
perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan sekunder.

Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :

 Nyeri haid primer


Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah
stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid
itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti
stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi
tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.

 Nyeri haid sekunder


Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti
infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang
mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.

b. Etiolog

Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap
timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid
berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik
genitalia interna

c. Patofisiologi

 Pada disminorea primer :


Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi
membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2
ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium menghasilkan
asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2
dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE
dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya
peningkatan kontraksi dan distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke
uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf
aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.

 Pada disminorea sekunder :


Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi
uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri

d. Manifestasi klinis

Disminore Primer
 Usia lebih muda
 Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
 Sering pada nulipara
 Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
 Nyeri timbul mendahului haid
 Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
 Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
 Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
 Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
 Pemeriksaan pelvik normal
 Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
Disminore Sekunder
 Usia lebih tua
 Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
 Tidak berhubungan dengan paritas
 Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
 Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
 Berhubungan dengan kelainan pelvik
 Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
 Seringkali memerlikan tindakan operatif
 Terdapat kelainan pelvik
e. Terapi

 Penerangan dan nasihat


Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk
kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup,
dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

 Pemberian obat analgesik


Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi
simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas
pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.
Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan
sebagainya.

 Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud
untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk memungkinkan
penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat
dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

 Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin


Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini
indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan
atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1
sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.

2.3.2.3. Perdarahan Uterus Abnormal

1) Hipermenore (Menorraghia)

a. Definisi

Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi teratur.
Bisa disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari, ganti
pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.

Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan kehilangan
darah lebih dari 80ml

b. Etiologi

 40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada patologi
pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional.
 Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first menstrual
period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di ovarium.
 Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
 Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan
meningkatkan aliran menstruasi.
 Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe (uterus
sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).
 Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
 Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga karena
tonus otot kurang.
 Hypertensi.
 Decompensatio cordis.
 Infeksi : endometriosis, salphingitis.
 Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.
 Penyakit darah : Hemofili
c. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH),
yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada
gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus,
pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel
menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah
ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan
berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron.
Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari
setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium
sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi
dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang
terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat,
ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan.
Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun
ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan
hebat.

d. Manifestasi klinis

Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.

Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :

1) Sakit kepala

2) Kelemahan

3) Kelelahan

4) Kesemutan pada kaki dan tangan

5) Meriang

6) Penurunan konsentrasi
e. Terapi

Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :

1) Umur dan riwayat kesehatan

2) Kondisi sebelumnya

3) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :

1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang
disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).

2) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.

3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)

4) Progesteron (terapi hormon)

5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

2) Amenore

a. Definisi

Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya haid
selama 3 bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :

1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan
tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun

2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche

3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama
menyusui dan setelah menapause.
b. Etiologi

1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )

2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau vagina,
adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina
terlalu sempit / himen imperforata )

3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa,
bulimia, dan lain – lain )

4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin

5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer ) dimana sel hanya
mengandung 1 kromosom X )

6. Obesitas yang ekstrim

7. Hipoglikemia

8. Disgenesis gonad

9. Hipogonadisme hipogonadotropik

10. Sindroma feminisasi testis

11. Hermafrodit sejati

12. Penyakit menahun

13. Kekurangan gizi

14. Penyakit Cushing

15. Fibrosis kistik

16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )

17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal

18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital

20. Sindroma Prader-willi

21. Penyakit ovarium polikista

22. hiperplasia adrenal kongenital

Penyebab amenore sekunder :

1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
9. Menopause
10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar
hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )
11. Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid )
12. Prosedur dilatasi kuratesa
13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom Asherman
( pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan )
c. Patofisiologi

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom hemaprodit
seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular
feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan
oleh testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang
normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan,
tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak
terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan
seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang permanen.

Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH
dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen
dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi
hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.


Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan
progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab
yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan
adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak
pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan
gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium.


Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

c. Manifestasi klinis

Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.

Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda –
tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak
serta perubahan bentuk tubuh.

Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.

Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung
yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta
tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

 Sakit kepala
 Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
 Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering
 Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
d. Terapi

Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah
penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang
tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya.

Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore primer ) dan
selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk
memantau perkembangan pubertasnya.

BAB III

PROSES KEPERAWATAN

3.1 Contoh Kasus

Nn.N berumur 19 th, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik abdomen pada hari
pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah, tekanan darah 90/60 mmHg, merasa
gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat pucat dan lemas.

3.2 Pengkajian

3.2.1 Keluhan utama: nyeri abdomen

3.2.2 Riwayat penyakit saat ini:

Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga, pasien
mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari.

3.2.3 Riwayat menstruasi:

Menarche usia: 12 th Siklus: 28 hari

Banyaknya: normal Lamanya: 7 hari

HPHT: 2 hari yg lalu Keluhan: disminore

3.2.4 Pemeriksaan fisik


Observasi pemeriksaan fisik (ROS: Review of System): Keadaan umum, kesadaran, TTV: TD,
nadi, suhu badan, RR.

1. Breath
Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat sesak nafas.

1. Blood
Tekanan darah rendah (90/60 mmHg), Akral basah dan dingin

1. Brain
Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia

1. Bladder
Warna kuning dan volume 1,5 L/hari

1. Bowel
Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari), Kebersihan mulut: bersih,
Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit), BAB (1x/hari), Konsistensi:
padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.

1. Bone
Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.

3.3. Analisis Data

MASALAH
No. DATA ETIOLOGI KEPERAWATAN
1 Menstruasi Nyeri akut
DS:

 Penyebab timbulnya
nyeri: disminore.
 Nyeri dirasakan Regresi korpus luteum
meningkat saat aktivitas
 Lokasi nyeri abdomen ↓
 Skala nyeri menunjukkan
lebih dari progesteron↓
 Nyeri sering dan terus –
menerus
DO: ↓

 Wajah tampak menahan Miometrium terangsang


nyeri
DS: ↓

 Pasien menyatakan Kontraksi&disritmia uterus↑


mudah lelah
DO: ↓

 Nadi lemah (TD 90/60 Aliran darah ke uterus↓


mmHg)
 Px. terlihat pucat
 Sclera/ konjungtiva ↓
anemi
DS: Iskemia

 Px. menyatakan merasa ↓


gelisah
DO: Nyeri haid

 Pucat
Memperlihatkan kurang inisiatif
Menstruasi

2 ↓ Intoleran aktivitas

Pendarahan

Anemia

Kelemahan

Intoleran aktivitas
Menstruasi

3 ↓ Ansietas

Nyeri haid

Kurang pengetahuan

Ansietas

3.4 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia

3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

3.5 Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

 Tujuan:
Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

Kriteria hasil:
Skala nyeri 0-1
Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan
rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping
2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
pemberian analgesic
3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya
nafas berirama lambat, nafas dalam, 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
bimbingan imajinasi farmakologi tambahan
4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping 4. Penggunaan persepsi sendiri atau prilaku
px untuk menghilangkan nyeri dapat
membantu mengatasinya lebih efektif
5. Mengurangi rasa nyeri dan
5. Kompres hangat memperlancar aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

 Tujuan:
Pasien dapat beraktivitas seperti semula

 Kriteria hasil:
 Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan memperingan
intoleran aktivitas
 Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode
istirahat tanpa gangguan, dorong
istirahat sebelum makan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
1. Menghemat energi untuk aktivitas dan
regenerasi seluler/ penyembuhan
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan jaringan
2. Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi dan
membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen

4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen


 Tujuan:
Pasien bisa kembali

 Kriteria hasil:
 Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
 Pasien menunjukkan relaksasi
 Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres
INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam
rencana perawatan
1. Keterlibatan akan membantu pasien
merasa stres berkurang,memungkinkan
energi untuk ditujukan pada
penyembuhan
2. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
2. Memindahkan pasien dari stress luar
meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas
3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ pada penerimaan masalah stress saat ini,
memerlukan perilaku koping yang meningkatkan rasa control diri pasien
digunakan pada masa lalu 4. Belajar cara baru untuk mengatasi
4. Bantu pasien belajar mekanisme koping masalah dapat membantu dalam
baru, misalnya teknik mengatasi stres menurunkan stress dan ansietas

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium
uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal,
ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa
kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan.

Macam – macam gangguan menstruasi :

 Menurut gangguan siklusnya :


1. polimenore (sering)
2. oligomenore (jarang)
3. tidak teratur
4. amenore (tidak haid)
 Menurut gangguan perdarahan :
1. hypermenore (banyak)
2. hypomenore (sedikit)
3. spotting (perdarahan bercak)
 Perdarahan diluar haid (metroragia)

Anda mungkin juga menyukai