ABSTRAK −− penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio tepung terigu dengan tepung biji nangka terhadap
biskuit yang dihasilkan dan untuk mendapatkan satu rasio tepung terigu dengan tepung biji nangka dalam menghasilkan
biskuit yang terbaik. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 6 taraf (0, 10, 20, 30, 40 dan 50%)
dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan rasio tepung terigu dengan tepung biji nangka sampai formulasi 70:30%
menghasilkan biskuit yang tidak berbeda nyata dengan biskuit tanpa subtitusi (kontrol) terhadap volume pengembangan dan
organoleptik warna. Rasio tepung terigu dengan tepung biji nangka hingga formulasi 50:50% menghasilkan sifat fisik biskuit
yang tidak berbeda nyata terhadap kadar air, tekstur dan uji organoleptik (tekstur, rasa, warna dan penerimaan keseluruhan)
tetapi berbeda nyata terhadap volume pengembangan dan organoleptik warna.
ABSTRACT –The aims of this research conducted to determine the ratio effect of flour with jackfruit flour to the biscuits
produced and to obtain a ratio of wheat flour to jackfruit flour in producing the best biscuits. This research use a complete
randomized design, consist of 6 levels (0, 10, 20, 30, 40 and 50%) and 3 replications. The results of this study show The ratio
of wheat flour to jackfruit seed flour to 70:30% formulation produces biscuits that are not significantly different from biscuits
without substitution (control) of the development volume and color organoleptic. The ratio of wheat flour to jackfruit seed
flour to 50:50% formulation resulted in the physical properties of biscuits that were not significantly different from water
content, texture and organoleptic tests (texture, taste, color and overall acceptance) but significantly different from the
development volume and color organoleptic.
Keywords : Ratio, jackfruit-flour, flour, biscuits.
4
menghasilkan produk yang renyah karena glutenin Penilaian tekstur dapat berupa kekerasan, elastisitas
yang bersifat menyerap air, ataupun kerenyahan (Kartika, 1998).
Tekstur dipengaruhi oleh adanya kandungan
Selama pemanggangan, udara dan uap air gluten pada tepung. Menurut Anshari (2010)
akan terperangkap dalam adonan sehingga adonan menyatakan bahwa Gluten bermanfaat untuk
akan mengembang dan membentuk pori-pori yang mengikat dan membuat adonan menjadi elastis
besar. Hal ini diduga karena terjadinya proses sehingga mudah dibentuk dan tekstur produk yang
gelatenisasi protein. air terikat oleh protein dan dihasilkan menjadi renyah. Tepung biji nangka
menghilang saat proses pemanggangan. tidak memiliki protein gluten yang merupakan
Penambahan tepung biji nangka pada pembuatan protein utama pada terigu. Hal ini mengakibatkan
biskuit maka kandungan gluten lebih sedikit karena semakin tinggi penambahan tepung biji nangka
berkurangnya penggunaan tepung terigu. Pada maka tekstur yang dihasilkan semakin tidak renyah.
proses pembuatan biskuit, kandungan gluten sangat
mempengaruhi terhadap daya kembang dan tekstur 2. Rasa
biskuit yang dihasilkan. Menurut Subandoro dkk Rasa dalam bahan pangan sangat penting
(2013) jumlah gluten dalam adonan sedikit, dapat dalam menentukan daya terima konsumen, selain
menyebabkan adonan kurang mampu menahan gas, itu rasa juga merupakan salah satu faktor yang
sehingga pori-pori yang terbentuk dalam adonan sangat berpengaruh dalam menentukan mutu.
juga kecil. Akibatnya adonan menjadi tidak Menunjukkan. Skor rasa berkisar 3,65-4,20 yakni
mengembang. Selama pemanggangan, udara dan enak.
uap air dalam adonan akan terperangkap sehingga Rata-rata penerimaan panelis terhadap rasa
adonan akan mengembang. Adanya penambahan tidak memberikan pengaruh nyata. Hal ini diduga
bahan sumber protein atau komponen lain akan karena rasa tepung biji nangka yang tidak tajam
mengubah sifat gluten sehingga mempengaruhi atau cendrung rasa tawar hampir sama hal nya
pengembangan produk. Akibatnya adonan tidak dengan rasa tepung terigu sehingga pada biskuit
mengembang dengan baik, maka setelah yang dihasilkan tidak memilki rasa yang berbeda
pemanggangan selesai akan menghasilkan produk pula, hal ini didukung dengan hasil penelitian yang
yang keras. dilakukan oleh Nurjanah (2011) bahwa Tepung
pisang dan tepung terigu memiliki rasa yang
d. Sifat Organoleptik cendrung tawar sehingga sehingga perbandingan
tepung pisang dan tepung terigu tidak
Uji Mutu Hedonik mempengaruhi rasa biskuit yang dihasilkan. Rasa
Analisis ragam menunjukkan bahwa manis pada biskuit diperoleh dari penambahan gula,
penggunaan tepung biji nangka dalam pembuatan selain itu dengan penambahan susu dan margarin
biskuit berpengaruh tidak nyata terhadap parameter juga dapat digunakan sebagai pembangkit rasa
tekstur, rasa dan pembanding jamak tetapi (Wulandari, 2010).
berpengaruh nyata terhadap parameter warna.
3. warna
1. Tekstur Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada
Penilaian panelis menunjukkan bahwa hasil perlakuan 100:0% tidak berbeda nyata pada
uji penilaian tekstur biskuit sejalan dengan uji perlakuan 90:10, 80:20 dan 70:30% tetapi berbeda
parameter tekstur (Tabel 3) pada penelitian ini. nyata pada perlakuan 60:40 dan 50:50%. Pada
Skor tekstur berkisar 3,80-4,05, yakni renyah. 60:40% berbeda nyata pada 50:50%. Nilai warna
Perlakuan 100:0% tidak memberikan pengaruh tertinggi didapatkan pada perlakuan 100:0% yaitu
nyata pada perlakuan 90:10, 80: 20, 70:30, 60:40 sebesar 4,05 berwarna agak kuning dan nilai warna
dan 50:50%. Tekstur merupakan tekanan yang terendah didapatkan pada perlakuan 50:50% yaitu
dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, sebesar 2,95 yaitu berwarna kuning kecoklatan.
dikunyah dan ditelan) ataupun peradaban dengan Warna memegang peranan penting dalam pemilihan
jari. Setiap bentuk makanan mempunyai sifat suatu produk Karena jika warna tidak menarik akan
tekstur sendiri tergantung pada keadaan fisik, mengurangi penerimaan konsumen terhadap produk
ukuran dan bentuk sel yang dikandungnya. tersebut meskipun kandungan gizi yang dimiliki
sudah lengkap (Musita, 2016).
Tabel 4. Skor uji mutu hedonik dan penerimaan keseluruhan biskuit pada berbagai tingkat penggunaan tepung biji
nangka
Penggunaan tepung Penerimaan
Tekstur* Rasa** Warna***
biji nangka (%) Keseluruhan****
0 4,05 4,00 4,05 a 4,80
10 3,85 4,00 3,95 a 5,55
20 3,80 4,00 3,10 a 5,00
30 4,00 4,20 3,45 ab 5,05
40 3,80 4,00 3,30 bc 4,65
50 3,85 3,65 2,95 c 4,65
5
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut
uji DNMRT.
*Skor : 5 = sangat renyah; 4 = renyah; 3 =agak renyah; 2 = tidak renyah; 1 = sangat tidak renyah
**Skor : 5 = sangat enak; 4 = enak; 3 =agak enak; 2 = tidak enak; 1 = sangat tidak enak
***Skor : 5 = agak kuning; 4 = kuning; 3 = kuning kecoklatan; 2 = agak coklat; 1 = coklat
****Skor 7 = sangat lebih disukai dari R; 6 = lebih disukai dari R; 5 = agak lebih disukai dari R; 4 = sama
disukai dengan R; 3 = agak lebih tidak disukai dari R; 2 = lebih tidak disukai dari R; 1 = sangat
lebih tidak disukai dari R
6
Semakin berkurang pengeringan pada dari R dan terendah organoleptik
tepung terigu yang proses pembuatan pada perlakuan (tekstur, rasa,
dan bertambahnya tepung biji nangka, 60:40% dan 50:50% warna dan
tepung biji nangka sehingga dengan skor 4,65
penerimaan
maka warna biskuit menghasilkan tepung yaitu agak lebih
yang dihasilkan biji nangka berwarna disukai dari R. keseluruhan)
cendrung menurun kecoklatan. Fadillah Berdasarkan skor tetapi berbeda
nilai warna rasio dkk (2008) penilaian panelis nyata terhadap
80:20, 70:30, 60:40 menerangkan proses terhadap penerimaan volume
dan 50:50% memiliki pemasakan yang keseluruhan biskuit pengembangan
nilai warna yang lama akan dengan rasio semua dan organoleptik
lebih rendah menyebabkan perlakuan
warna.
dibandingkan dengan penguapan air yang dibandingkan dengan
nilai warna biskuit tinggi sehingga suhu biskuit R (komersial) 2. Saran
pada rasio 100:0% pemasakan semakin dapat dinyatakan 1. Pembuatan
dan 90:10%. tinggi dan bahwa panelis dapat biskuit rasio
Semakin tinggi mengakibatkan menerima biskuit tepung terigu
penggunaan tepung terjadi karamelisasi rasio tepung biji dengan tepung
biji nangka warna gula. Menurut nangka dengan biji nangka
biskuit yang Suarni (2009), semua perlakuan sebaiknya
dihasilkan cenderung menjelaskan bahwa dengan baik menggunakan
ke warna coklat. Hal pemanggangan akan formulasi 70:30%
ini sejalan dengan mempengaruhi terhadap
penelitian warna produk pengujian volume
Rahmaningsih menjadi coklat IV. KESIMPULAN pengembangan
(2016), semakin karena terjadinya DAN SARAN dan warna.
banyak tepung buah reaksi pencoklatan 2. Pembuatan
lindur yang noen enzimatis, yaitu 1. Kesimpulan biskuit tepung
digunakan maka karamelisasi dan Berdasarkan terigu dengan
warna biskuit ikan reaksi mailliard. hasil penelitian yang tepung biji
lele yang dihasilkan telah dilakuan maka nangka boleh
akan semakin 4. Penerimaan dapat disimpulkan menggunakan
berwarna kecoklatan. Keseluruhan sebagai berikut : formulasi hingga
Hal ini diduga karena Skor 1. Rasio tepung 50:50% terhadap
warna tepung biji penerimaan terigu dengan pengujian selain
nangka yang keseluruhan tepung biji volume
ditambahkan ke dilakukan dengan pengembangan
nangka sampai
dalam pembuatan pengujian dan warna.
formulasi 70:30%
biskuit berbeda pembanding jamak
dengan cara menghasilkan DAFTAR PUSTAKA
dengan warna tepung
terigu dimana warna membandingkan biskuit yang tidak
Aini, N. 2013. Teknologi
tepung biji nangka biskuit penelitian berbeda nyata Fermentasi
kecoklatan dengan biskuit dengan biskuit pada Tepung
dibandingkan dengan komersial. Biskuit Jagung.
tanpa subtitusi
Yogyakarta :
warna tepung terigu komersial memiliki (kontrol) terhadap Graha Ilmu.
sehingga adonan komposisi tepung Aj-juwita, A.T. &
volume
yang terbentuk terigu, gula Kusnadi, J.
pengembang, susu, pengembangan 2015.
adalah campuran
dan organoleptik Pembuatan
putih dan coklat. mentega dan garam. biskuit beras
Menurut Qomari Hasil rata-rata warna. parboiled
(2013) menyatakan penerimaan panelis 2. Rasio tepung (kajian
bahwa warna gelap terhadap pembanding proporsi tepung
terigu dengan beras parboiled
pada kerupuk jamak berkisar 4,65- tepung biji dengan tepung
disebabkan oleh 5,55 yakni agak lebih tapioka dan
nangka hingga
warna tepung biji disukai disukai dari penambahan
R – lebih disukai dari formulasi 50:50% kuning telur).
nangka berwarna
menghasilkan Jurnal Pangan
kecoklatan. R. penerimaan dan
Penyebab panelis terhadap sifat fisik biskuit Agroindustri.
warna tepung biji pembanding jamak yang tidak Vol. 3 No. 4.
tertinggi adalah Badan Standar Nasional
nangka kecoklatan berbeda nyata ( BSN). 1992.
adalah terjadinya perlakuan 90:10% terhadap kadar SNI 01-2973-
reaksi karamelisasi dengan skor 5,55 1992: Biskuit.
air, tekstur dan uji
saat perebusan dan yaitu lebih disukai BSN, Jakarta.
Anshari, H. 2010. Kurniawati, E. 1998. Biskuit. buah lindur
Pemanfaatan Pemanfaatan Skripsi. (Braguiera
Biji Cempedak Tepung Gayam Fakultas gymnorrhiza)
sebagai (Inocarpus Perikanan Dan terhadap ikan
Alternatif edulis Forst) Ilmu Kelautan, lele (Clarias
Pengganti untuk IPB. Bogor. batrachus).
Tepung Terigu. Pembuatan Nurjanah, S., Musita, N., Jurnal
PKM. Biskuit dalam & Indriani, D. Pengolahan
Universitas Rangka 2011. dan
Negeri Malang. Penganekaraga Karakteristik Bioteknologi.
Malang. man Pangan. biskuit dari Vol. 5, No. 3.
Bogasari. 2018. Tepung Skripsi campuran Restu, N., Damiati, M.K
Terigu Kunci Fakultas tepung pisang & Ekayani,
Biru. Pertanian IPB. batu (Musa I.A.P.H. 2015.
http://www.bog Bogor. balbisiana Pemanfaatan
asari.com/prod Lesmana, Y.T. 2017. colla) dan Tepung Biji
uct//brand/kunc Pengaruh tepung terigu Nangka
i-biru diakses perbandingan pada berbagai menjadi Kue
pada 03 Mei tepung terigu tingkat Pia Kering.
2018. dengan tepung subtitusi. Jurnal Jurnal
Hartika, W. 2009. Kajian buah pedada Teknologi dan Pendidikan
Sifat Fisik dan (Sonneratia Industri. Vol. kesejahteraan
Kimia Tepung caseolaris) 16, No.1. Keluarga. Vol.
Biji Nangka terhadap Perkasa, H.B. 2013. 11.
(Artocarpus karakteristik Pemanfaatan Rianti, A. W. 2008. Kajian
heterophyllus cookies kaya Buah Lindur Formulasi
Lamk) dan serat. Skripsi. (Bruguiera Cookies Ubi
Aplikasinya Fakultas gymnorrhiza). Jalar (Ipomea
dalam Teknologi Skripsi Batatas L.)
Pembuatan Pertanian, Fakultas dengan
Roti Manis. Universitas Perairan dan Karakteristik
Herzau dan Estasih. 2013. Jambi. Jambi. Ilmu Kelautan, Tekstur
Karakteristik Manley, D. 1998. Institut Menyerupai
cookies umbi Technology of Pertanian Cookies
inferior uwi biscuit, creaker Bogor. Bogor. Keladi.
putih (kajian and cookies. Purba, S.B. 2002. (Skripsi),
proporsi tepung Third Edition, Karakteristik Fakultas
uwi : pati Washington : Tepung Sukun Teknologi
jagung dan CRC. Press. (Artocarpus Pertanian,
penambahan Musita, N. 2016. Kajian altilis) Hasil Institut
margarin). sifat Pengeringan Pertanian
Jurnal Pangan organoleptik Drum dan Bogor. Bogor
dan biskuit Aplikasinya Santoso, M.T., Laili, H., &
Agroindustri. berbahan baku Untuk Subtitusi Rini, S. 2014.
Vol. 1, No.1. tepung jagung Tepung Terigu Pengaruh
Kartika, B. 1998. teknik Pada Perlakuan
Pedoman uji stamalisasi dan Pembuatan Pembuatan
inderawi bahan terigu. Jurnal Biskuit. Sktipsi Tepung Biji
pangan. Pusat Dinamika Fakultas Nangka
Antar Penelitian Teknologi Terhadap
Universitas Industri. Vol. Pertanian, Kualitas
Pangan dan 27, No. 2. Institut Cookies Lidah
Gizi. UGM. Nugraheni, T.C. 2010. Pertanian Kucing Tepung
Yogyakarta. Pengaruh Bogor. Bogor. Biji Nangka.
Kaya, A.O.W. 2008. Substitusi Purbasari P., Ekky F.A., & Jurnal
Pemanfaatan Tepung Biji Raizka K.M. Teknologi dan
Tepung Tulang Nangka 2014. Kejuruan
Ikan Patin (Artocarpus Bioplastik Dari Universitas
(Pangasius sp) Heterophyllus Tepung Biji Negeri Malang,
Sebagai Lamk.) Dengan Nangka. Vol. 37, No 2,
Sumber Penambahan Prosiding 167-178.
Kalsium dan Ekstrak Wortel Seminar Sari, K.T.P. 2012.
Fosfor dalam (Daucus Nasional Sains Pemanfaatan
Pembuatan Carota L.) Tekonolgi, Tepung Biji
Biskuit. Terhadap ISBN 978-602- Nangka
Sekolah Kualitas Mie 99334-3-7. (Artocarpus
Pascasarjana. Kering Selama Qomari, F. 2013. Pengaruh heterophyllus
Institut Umur Simpan subtitusi Lamk) Sebagai
Pertanian Nugroho J.S. 2006. tepung biji Substitusi
Bogor. Bogor. Optimalisasi nangka Dalam
Kementerian Pertanian Pemanfaatan terhadap sifat Pembuatan
Direktorat Ikan Pepetek organoleptik Kudapan
Jenderal (Leignathus dan sifat kimia Berbahan
Hortikultura. sp.) Daun Ubi kerupuk. Jurnal Dasar Tepung
2015. Statistik Jalar Putih Boga. Vol. 2, Terigu Untuk
Produksi (Ipomoea No. 1. Pmt Pada
Hortikultura. batatas L.) Rahmaningsih. 2016. Balita. Skripsi
Jakarta. Dalam Pengaruh Fakultas Ilmu
Pembuatan penambahan Keolahragaan,
UNES. Pascasarjana,
Semarang. Institut
Sitohang, K.A.K., Zulkifli, Pertanian
L., & Linda, Bogor. Bogor.
M.L. 2015. Wanzhao, L., Guangpeng,
Pengaruh L., Baolings.,
Perbandingan Xianglei T., &
Jumlah Tepung Xu, S. 2013.
Terigu dan Effect of
Tepung Sukun sodium
dengan Jenis stearoyl and the
Penstabil microstructure
Terhadap Mutu of dough,
Cookies Sukun. Advance
Jurnal Ilmu dan Journal of Food
Tekonologi Scense and
Pangan. Vol. 3. Technology 5
Soekarto, S. T. 1985. (6) : 682-687.
Penilaian Wulandari, M., Erma, H.
Organoleptik 2010. Pengaruh
Untuk Industri Penambahan
Pangan dan Bekatul
Hasil Terhadap
Pertanian. Kadar Protein
Bhrata Karya dan Sifat
Aksara, Organoleptik
Jakarta. Biskuit. Jurnal
Suarni. 2009. Prospek Pangan Dan
pemanfaatan Gizi
tepung jagung Universitas
untuk kue Muhammadiya
kering h Semarang.
(cookies). Vol. 01 No. 02
Jurnal Litbang Hal. 94-106
Pertanian. Vol. Widyastuti. 1993. Nangka
28, No. 2. dan Cempedak.
Subandoro, R.H., Basito., Jakarta:
& Atmaka, W. Penebar
2013. Swadaya.
Pemanfaatan Yunarni, 2012. Pembuatan
tepung millet Bakso Ikan
kuning dan dengan Tepung
tepung ubi jalar Biji Nangka
kuning sebagai (Artocarpus
subtitusi heterphyllus
tepung terigu Lamk). Skripsi
dalam Fakultas
pembuatan Pertanian,
cookies Universitas
terhadap Hasanuddin.
karakteristik Makassar.
organoleptik
dan
fisikokimia.
Teknosains
Pangan. Vol. 2,
No. 4.
Sudarmadji, S., B.
Haryono &
Suhardi. 1997
Analisa Bahan
Makanan dan
Pertanian.
Liberty,
Yogyakarta.
Sukri, N. 2012.
Karakterisasi
Tepung Umbi
Walur
(Amorphophall
us
Campanulatus
Var. Sylvetris)
dan
Aplikasinya
pada Mie dan
Cookies.
(Tesis).
Sekolah