Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI


SOSIAL: MENARIK DIRI DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG

Oleh :
SAMSUDIN
1408006

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2014
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus
a. Pengertian
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel
yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (Keliat, 2009)
b. Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyendiri).
 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.
 Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
 Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
 Posisi janin saat tidur.
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Perkembangan dan pola asuh keluarga: setiap gangguan dalam
pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan seseorang sehingga
mempunyai maslah respons sosial maladaptif. Misalnya kegagalan
menjalin hubungan intim dengan sesame jenis atau lawan jenis. Norma
keluarga mungkin tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak
diluar keluarga. Peran keluarga sering tidak jelas.
2) Faktor biologis: Genetik dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptif. Beberapa penelitian menunjukan bahwa adanya keterlibatan
neurotransmitter dalam perkembangan masalah ini, namun butuh
penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.
3) Faktor sosiokultural: norma yang tidak mendukung atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia,
orang cacat, dan penyakit, isolasi sosial menarik diri muncul ketika
norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari budaya atau
mayoritas kelompok.
b. Faktor presipitasi
1) Stressor sosiokultural: stressor da[at ditimbulkan oleh menurunnya
stabilitas unit keluarga dan perpisahan dengan orang yang berarti dalm
kehidupannya.
2) Stressor psikologik: kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.
Ketidakberdayaan dalam menghadapi kegagalan sehingga menyalahkan
orang lain, tidak berdaya, menyangkal tidak mampu menghadapi
kenyataan dan menarik diri dari lingkungan.

3. Pohon masalah

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

4. Masalah keperawatan
a. Masalah keperawatan:
 Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan konsep diri: harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji
Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
 Klien merasa makan sesuatu.
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
 Klien berbicara dan tertawa sendiri.
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
 Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi
Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif:
a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data Obyektif:
b. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri.

Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Isolasi sosial: menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

6. Intervensi
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
3) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
4) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
5) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
6) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
7) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
8) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
9) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

d. Klien dapat melaksanakan hubungan social


Tindakan:
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
a) Klien – Perawat
b) Klien – Perawat – Perawat lain
c) Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
d) Klien – Keluarga atau kelompok masyarakat
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang


lain
Tindakan:
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
2) Salam, perkenalan diri
3) Jelaskan tujuan
4) Buat kontrak
5) Eksplorasi perasaan klien
6) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
i. Perilaku menarik diri
ii. Penyebab perilaku menarik diri
iii. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
iv. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
7) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
8) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
9) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

Diagnosa 2 : harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative
3) Utamakan memberikan pujian yang realistik

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan


Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Tindakan:
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Daftar Pustaka

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri,
edisi 3. Jakarta: EGC.
g. Lampiran
Strategi Pelaksanaan
A. Kondisi klien :
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyendiri).
 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.

B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri

C. Tujuan
 Mampu membina hubungan saling percaya dengan klien
 Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial menarik diri
 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
 Klien mampu berkenalan dengan orang lain.

D. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan :

SP 1 Pasien:
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial,
membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan

Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Deni maslikah Saya senang dipanggil Deni, Saya mahasiswa keperawatan Stikes
Karya Husada Semarang, saya yang akan membantu merawat Bapak dari sekarang
sampai nanti.”
“Siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Bapak hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman Bapak? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama Pak?Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Bapak? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan Bapak? Apa yang membuat Bapak jarang bercakap-
cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? Apakah Bapak merasa
sendirian? Siapa saja yang Bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bapak lakukan dengan teman yang Bapak kenal?”
“Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
yang lain?”
”Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Bapak?Ya, apa lagi ? (sampai
pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah Bapak belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita
dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Bapak, senang
dipanggil ..... Asal saya dari Bireun, hobi memasak”
“Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya
apa?”
“Ayo Bapak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Bapak. Coba berkenalan
dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang
hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan berkenalan?”
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya Bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga Bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Bapak mau
praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada
jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak Bapak berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, Bapak mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien :
Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama -seorang perawat)
ORIENTASI :
“Selamat pagi bu! ”
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi
sambil bersalaman dengan perawat ! »
« Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak Bapak
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat D. Tidak lama kok, sekitar 10
menit »
« Ayo kita temui perawat D disana »
KERJA :
( Bersama-sama klien saudara mendekati perawat D)
« Selamat pagi perawat D, ini ingin berkenalan dengan Daya »
« Baiklah Pak, Bapak bisa berkenalan dengan perawat D seperti yang kita praktekkan
kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat D : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada perawat D . coba tanyakan tentang
keluarga perawat D »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Bapak bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat D, misalnya jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat D, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan Bapak akan
kembali ke ruangan Bapak. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat D untuk melakukan terminasi
dengan klien di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan perawat D”
”Bapak tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah Bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari
kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik nanti Bapak coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
Sampai besok.”

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-
seorang pasien)

ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak! Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat D kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat D kemarin
siang”
”Bagus sekali ibu menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu ibu ingin punya banyak teman lagi?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )
« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »
« Baiklah Pak, Bapak sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Bapak
lakukan sebelumnya. »
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »
« Ada lagi yang Bapak ingin tanyakan kepada D»
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Bapakbisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Bapak bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »
(ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan D)
« Baiklah D, karena Bapak sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Bapak. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat D untuk melakukan terminasi
dengan S di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berkenalan dengan D”
”Dibandingkan kemarin pagi, Bapak tampak lebih baik saat berkenalan dengan D”
”pertahankan apa yang sudah Bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan D jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan
orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Bapak dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang
dan jam 8 malam, Bapakbisa bertemu dengan D, dan tambah dengan pasien yang
baru dikenal. Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana Bapak, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Bapak. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”

Anda mungkin juga menyukai