Anda di halaman 1dari 74

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

PRODI S1 KEPERAWATAN

HALAMAN JUDUL

DISUSUN OLEH :
TIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. 0291- 442993/437218


Website : http://www.umkudus.ac.id
Email :sekretariat@umkudus.ac.id

1 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran praktik klinik Keperawatan khususnya mata
ajaran KEPERAWATAN KOMUNITAS 2. Buku panduan praktik klinik keperawatan
komunitas 2 ini membahas konsep prosedur atau tindakan keperawatan yang berhubungan
keperawatan komunitas antara lain tentang definisi, tujuan, indikasi dan kontra indikasi,
persiapan alat dan prosedur pelaksanaan dari kompetensi hardskill keperawatan komunitas 2.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun demikian
aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap panduan praktik klinik keperawaan komunitas 2 ini dapat dijadikan
petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Kami juga merasa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan buku panduan ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan ini sangat kami harapkan. Semoga
buku panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran laboratorium mahasiswa Prodi
S-1 Keperawatan.

Kudus, Februari 2019

Tim Penyusun

2 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................. 5
PETUNJUK PRAKTIKUM .................................................................................................................. 5
BAB III ................................................................................................................................................. 6
MATERI PEMBELAJARAN ............................................................................................................... 6
PENDOKUMENTASIAN ASKEP KOMUNITAS....................................................................... 6
TES MANTOUX ............................................................................................................................ 36
INHALASI MANUAL .................................................................................................................. 44
SAP (SATUAN ACARA PEMBELAJARAN) ............................................................................ 47
POSYANDU BALITA .................................................................................................................. 60
POSYANDU LANSIA .................................................................................................................. 66
PENGOBATAN SEDERHANA................................................................................................... 71
Fase Terapi Daun Sirsak untuk Pasien Kanker............................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 74

3 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
BAB I

PENDAHULUAN

Sesuai dengan judulnya, buku panduan ini hanya merupakan suatu uraian mengenai
prosedur penatalaksanaan keperawatan pada pasien di ranah komunitas yang harus dikuasai
oleh mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus Program Studi S-1 Keperawatan.
Dalam rangka mempersiapkan tugas utama seorang perawat professional yaitu
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien, maka mahasiswa
keperawatan harus membekali diri dengan berbagai kompetensi baik kompetensi knowledge,
hardskill maupun softskill.
Ketiga kompetensi tersebut harus mempunyai bobot yang sama dalam pelaksanaan
tugas utama perawat. Khusus kompetensi hardskill, mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus
Program Studi S-1 Keperawatan diwajibkan mengikuti praktikum keperawatan komunitas 2
untuk semester V.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah antara lain :
1. Mahasiswa dapat memahami konsep prosedur yang akan dilakukan
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan standar operasional prosedur
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap tindakan terkait dengan hambatan atau
kendala yang dihadapi saat tindakan dilakukan, efek samping atau komplikasi dari
tindakan yang dilakukan dan bagaimana cara mengatasinya.
4. Mahasiswa dapat membuat dokumentasi keperawatan komunitas mulai dari pengkajian
sampai evaluasi keperawatan.

4 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
BAB II

PETUNJUK PRAKTIKUM

A. ALOKASI WAKTU P = 1 SKS x 14 minggu efektif x 170 menit x 2 kelas= 4.760


menit

B. EVALUASI PRAKTIK
a. Ujian kompetensi = 70 %
b. Nilai observasi/project/partisifasi perkuliahan = 30 %

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN Skill Laboratory :


1. Pendokumentasian Askep Komunitas
2. Tes Mantoux
3. Inhalasi Manual
4. Pembuatan SAP
5. Posyandu Balita
6. Posyandu Lansia
7. Pengobatan Sederhana

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


a. Pengertian
kesehatan komunitas menurut American Public Health Association (2004)
yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan profesional
yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan komunitas.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan
kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif, preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang
utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes, 2006).

b. Contoh format pengkajian – evaluasi keperawatan komunitas

5 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
BAB III
MATERI PEMBELAJARAN

INTRUKSIONAL KERJA
PENDOKUMENTASIAN ASKEP KOMUNITAS
IK.KPSP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH PENDOKUMENTASIAN ASKEP
Revisi Ke : Tanggal KOMUNITAS

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

PENGKAJIAN KOMUNITAS

I. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


A. Kepala Keluarga
1. Nama KK : ………………………………………
2. Alamat : ………………………………………
………………………………………

6 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

B. Susunan keluarga

NO NAMA UMUR JENIS HUBUNGAN AGAMA PENDIDIKAN PEKERJAAN


KELAMIN

C. Tipe Keluarga :
D. Pengambilan keputusan
1. Siapakah pengambil keputusan dalam keluarga ?
( ) Ayah ( ) Ibu
( ) Anak tertua ( ) Anak laki-laki tertua
2. Apakah perlu bantuan orang lain untuk memecahkan masalah kesehatan dalam
keluarga ?
( ) Ya ( ) Tidak
Bila ya siapa: ……...............................................................
3. Siapa anggota keluarga yang paling dipercaya kepala keluarga untuk
membantu masalah kesehatan yang ada dalam keluarga ?
( ) Anak tertua ( ) Istri
( ) Anak laki-laki tertua ( ) Anak perempuan tertua

7 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

II. KEBUTUHAN DALAM HIDUP SEHARI-HARI


A. Status Gizi:
Nama Usia Berat Tinggi LILA Kesimpulan
Badan Badan

B. Kebutuhan Nutrisi
1. Komposisi jenis makanan tiap anggota keluarga
JENIS MAKANAN Rata-rata Jenisnya
Jumlah porsi/hari
Makanan pokok
Lauk pauk
 Protein hewani
 Protein nabati
Sayuran
Susu
Buah
Suplemen tambahan

8 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

2. Apakah dalam keluarga ada kebiasaan untuk mengistemewakan seseorang ?


( ) ya ( ) tidak
Bila ya siapa ?
( ) Ayah ( ) Istri
( ) anak tertua ( ) anak bungsu
( ) anak mertua ( ) sama rata
3. Cara penyajian makanan dalam keluarga:
( ) terbuka ( ) tertutup ( ) kadang-kadang
4. Pantangan terhadap makanan dalam keluarga:
( ) tidak ada ( ) ada sebutkan
5. Kebiasaan keluarga dalam pengelolaan air minum:
( ) tidak dimasak ( ) dimasak ( ) kadang-kadang
6. Kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan:
( ) tidak dicuci ( ) dipotong baru dicuci ( ) dicuci baru dipotong

C. GAYA HIDUP
1. Apakah keluarga berolahraga secara rutin ?
( ) tidak ( ) ya, sebutkan …………….
2. Kapan olah raga biasa dilakukan ?
( ) setiap hari ( ) setiap minggu ( ) tidak tentu
3. Kebiasaan anggota keluarga yang merugikan kesehatan:
( ) merokok ( ) minuman keras ( ) obat terlarang
( ) makanan siap saji
4. Apakah ada kebiasaan keluarga cuci tangan sebelum makan ?
( ) ya ( ) tidak, mengapa
:...............................................................
5. Apakah keluarga selalu membiasakan diri memakai alas kaki ?
( ) ya ( ) tidak, mengapa…………………..

9 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

III. PENGKAJIAAN ANGGOTA KELUARGA


A. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT PUS (PASANGAN USIA SUBUR)
1. Berapa usi PUS saat ini :
( ) < 20 tahun ( ) 20-25 tahun ( ) 25-30tahun ( ) 30-35 tahun
( ) 35-40 tahun ( ) 40-45tahun ( ) < 45 tahun
2. Saat ini apakah PUS menggunakan alat kontrasepsi :
( ) Ya, sebutkan ( ) Tidak
3. Bila tidak, apa alasan PUS tidak menggunakan alat kontrasepsi
( ) Tidak tahu ( ) Tidak nyaman ( ) Mahal ( ) Dilarang agama
4. Dari mana PUS mendapatkan informasi tentang KB
( ) Petugas kesehaan ( ) Orang lain
( ) Media elektronik ( ) Media Massa
5. Apakah PUS sudah memiliki pengetahuan cukup tentang kesehatan reproduksi
( ) ya ( ) tidak
6. Adakah keluhan kesehatan pada Pus
( ) tidak ( ) Ada, sebutkan

B. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT IBU HAMIL


1. Berapa usia kehamilan ibu saat ini
( ) 1-3 bulan ( ) 3-6 bulan ( ) 6-9 bulan
2. Berapa peningkatan berat badan ibu selama kehamilan saat ini
( ) < 9 kg ( ) 9-12 kg ( ) > 12 kg
3. Apakah ibu memeriksakan kehamilan saat ini
( ) Ya ( ) Tidak
4. Berapa kali ibu memeriksakan kehamilan
( ) 1 kali ( ) 2 kali ( ) 3 kali
( ) 4 kai ( ) > 4 kali

10 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

5. Bila tidak, apa alasan ibu tidak memeriksakan kehamilan


( ) Jauh ( ) Takut ( ) Tidak tahu
( ) Malas ( ) Mahal
6. Apakah ibu mendapatkan imunisasi TT selama kehamilan
( ) Ya, berapa kali ( ) Tidak
7. Bila tidak, apa yang menyebabkan ibu tidak imunisasi TT
( ) Jauh ( ) Takut ( ) Tidak tahu
( ) Malas ( ) Mahal
8. Bagaimana kondisi ibu hamil saat ini
( ) sehat ( ) bengkak di kaki
( ) perdarahan ( ) sering pusing
( ) pucat dan lemah ( ) lain-lain: ………………………..
9. Bila ibu hamil sakit, apa keluhan/diagnosis medisnya.................................

C. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT IBU NIFAS


1. Dibantu oleh siapa ibu saat melahirkan
( ) Tenaga kesehatan ( ) Non Tenaga Kesehatan
2. Apakah ibu mendapatkan informasi tentang perawatan fase nifas
( ) Ya ( ) Tidak
3. Bila ya, informasi apa yang ibu dapatkan
( ) Kebersihan diri ( ) Perawatan payudara
( ) Perawatan alat kelamin ( ) Cara memandikan bayi
( ) Perawatan tali pusat ( ) nutrisi selama nifas

4. Adakah keluhan kesehatan ibu nifas saat ini


( ) tidak ada ( ) Ada, sebutkan
5. Bila ibu nifas dalam kondisi sakit, apa keluhan/diagnose medisnya

11 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

D. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT IBU MENYUSUI


1. Apakah ibu mendapatkan informasi tentang cara pemberian ASI
( ) Ya ( ) Tidak
2. Bila ya, jenis informasi apa yang ibu dapatkan
( ) Perawatan Payudara ( ) Manfaat ASI ( ) Teknik menyusui
3. Apakah ibu pernah memberi kolostrum/susu pertama kali keluar pada bayi segera
melahirkan
( ) Ya ( ) Tidak
4. Sampai usia berapa anak diberi hanya ASI saja tanpa tambahan susu formula
dan/atau makanan lain
( ) 4 bulan ( ) 6 bulan
5. Sampai usia berapa anak diberi ASI
( ) 6 bulan ( ) 6-12 bulan
( ) 12-18 bulan ( ) 18-24 bulan
6. Keluhan ibu/diagnosis medis terkait dengan masalah menyusui, ……….

E. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT BALITA


1. Apakah keluarga melakukan penimbangan balita
( ) Ya ( ) Tidak, alasannya
2. Bagaimana kondisi balita saat ini
( ) Sehat ( ) Sakit, sebutkan
3. Tumbuh anak saat ini
( ) normal ( ) kurang
4. Perkembangan anak saat ini
( ) Normal ( ) terlambat

12 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

F. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT ANAK PRASEKOLAH DAN USIA


SEKOLAH (5-12 Tahun)
1. Berapa kali anak melakukan kebersiahn gigi dalam sehari
( ) 1 kali ( ) 2 kali ( ) 3 kali
2. Bagaimana kondisi gigi anak saat ini
( ) Berlubang dan hitam ( ) Gusi bengkak dan berdarah
( ) Sariawan ( ) Bersih dan sehat
3. Apakah anak terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
( ) Ya ( ) Tidak
4. Apakah anak terbiasa memakai alas kaki saat bermain
( ) Ya ( ) Tidak
5. Bagaimana kondisi anak saat ini
( ) Sehat ( ) Sakit, sebutkan

G. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT ANAK REMAJA (12-18 Tahun)


1. Kegiatan yang dilakukan remaja di luar jam sekolah

2. Apakah remaja memiliki masalah emosional


( ) tidak ( ) ya, sebutkan
3. Bagaimana kondisi remaja saat ini
( ) Sehat ( ) Sakit, sebutkan

4. Apakah remaja memiliki pengetahuan tentang kesehatan remaja?


( ) ya, cukup ( ) ya, kurang ( ) tidak
5. Dari mana informasi kesehatan remaja diperoleh
( ) tenaga kesehatan ( ) media cetak/elektronik ( ) teman

13 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 9 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

H. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT LANSIA (>55 Tahun)


1. Berapa jumlah lansia dalam rumah saat ini
( )1 ( )2 ( )>2
2. apakah Lansia saat ini masih aktif bekerja ?
( ) ya ( ) tidak
3. Masalah-masalah yang sering dirasakan oleh usila :
( ) jantung / tekanan darah tinggi ( ) reumatik
( ) kelumpuhan ( ) kesulitan makan
( ) sulit buang air kecil ( ) sulit buang air besar
( ) gangguan penglihatan ( ) gangguan pendengaran
( ) batuk darah ( ) lain-lain:
……………............................................................................................
4. Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
( ) Jantung ( ) Hipertensi
( ) Diabetes ( ) Asma
5. Pernahkah melakukan pemeriksaan gula darah dalam waktu 3 bulan terakhir
( ) Pernah, hasilnya ( ) Tidak Pernah
6. Bagaimana kondisi lansia saat ini
( ) Sehat ( ) Sakit
7. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh usila di waktu senggang :
( ) berternak ( ) berkebun
( ) membaca ( ) olah raga
( ) pengajian ( ) mengasuh cucu
( ) mengerjakan kegiatan rumah tangga ( ) rekreasi dalam rumah
( ) rekreasi di luar rumah ( ) tidak ada kegiatan
8. Apakah usila rutin mengikuti Posyandu lansia
( ) ya ( ) tidak, mengapa………..

14 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 10 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

9. Menurut keluarga apa perlu dibentuk perkumpulan usila ?


( ) ya ( ) tidak

IV. FAKTOR SOSIO, BUDAYA DAN EKONOMI


A. Penghasilan dan Pengeluaran
1. Apakah setiap anggota keluarga (sudah dewasa) mempunyai penghasilan?
( ) ya ( ) tidak
Bila ya, siapa saja ?
……………………………………………….............................
2. Bila digabung pendapatan keluarga sebulan :
( ) kurang dari 1.000.000
( ) 1.000.000 s/d 2.500.000 ( ) lebih dari 2.500.000
3. Apakah penghasilan keluarga mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari?
( ) ya ( ) tidak
Bila tidak, apa yang dilakukan ?
...............................................................................
4. Siapakah yang mengelola keuangan dalam keluarga ?
( ) Ayah ( ) Ibu
( ) lain-lain
B. Sistem Nilai
1. Suku Ayah dan Ibu
Kultur yang dominan dalam keluarga :
......................................................................
2. Adakah nilai-nilai tertentu yang dianut bertentangan dengan kesehatan?
( ) tidak ( ) ya, sebutkan dan mengapa :
.................................................................................................................
3. Apakah keluarga mengikuti kegiatan keagamaan ?
( ) tidak ( ) ya, sebutkan :

15 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 11 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

4. Adakah kegiatan atau nilai agama yang menurut keluarga bertentangan dengan
kesehatan ?
( ) tidak ( ) ya, sebutkan :
5. Apakah persepsi keluarga terhadap kesehatan ?
( ) merupakan hal yang terpenting ( ) tidak tahu
( ) tidak merupakan masalah dalam keluarga
C. Hubungan dengan Masyarakat
1. Apakah anggota keluarga ikut dalam organisasi kemasyarakatan, khususnya
dalam bidang kesehatan ?
( ) tidak, alasannya ( ) ya, sebutkan :
2. Adakah penghargaan yang diterima dari masyarakat karena keikutsertaannya
dalam kegiatan kesehatan di masyarakat ?
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan :
3. Apakah keluarga cukup berpengaruh di dalam masyarakat ?
( ) tidak ( ) ya, alasannya :
4. Adakah konflik keluarga dalam masyarakat ?
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan :
5. Apakah keluarga menggunakan faktor-faktor penunjang yang ada di
lingkungannya untuk memecahkan masalah kesehatan ?
( ) sebutkan : ( ) tidak, alasannya ...........................................

FAKTOR LINGKUNGAN

A. KONDISI RUMAH
1. Jenis bangunan :
( ) Permanen ( ) Semi permanen (3) Non permanen
2. Apakah di rumah terdapat jendela / lubang angin ?
(1) Ya (2) Tidak

16 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 12 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

3. Jika ya ,berapa luas jendela / lubang angin seluruhnya ?


(1) < 20 % luas lantai (2) > 20 % luas lantai
4. Apakah jendela dibuka setiap hari ?
(1) Ya ( ) Tidak ( ) Kadang-kadan
5. Atap rumah
( ) sirap ( ) seng ( ) genteng
6. Cahaya yang masuk dalam rumah
( ) baik ( ) cukup ( ) kurang
7. Penerangan
( ) lampu tempel ( ) listrik ( ) petromaks
8. Lantai
( ) tanah ( ) papan
( ) plester ( ) ubin

B. Pembuangan Sampah
1. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah ?
( ) ya, tertutup ( ) ya, terbuka ( ) tidak
2. Cara pembuangan sampah keluarga :
( ) Dibakar ( ) Dibuang di sungai /selokan
( ) Ditimbun ( ) Dibuang di sembarang tempat
3. Keadaan tempat penampungan sampah :
(1) terpelihara (2) Tidak terpelihara
C. Sumber Air
1. Jenis sumber air:
( ) sumur gali ( ) air sungai
( ) PAM ( ) Tadah hujan
2. Apakah air minum diambil dari sumber air tersebut ?
( ) ya ( ) tidak, bagaimana memperolehnya …………

17 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 13 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

3. Apakah Air minum tersebut dimasak terlebih dahulu sebelum diminum


( ) ya ( ) tidak
D. Jamban Keluarga
4. Apakah keluarga mempunyai WC sendiri ?
( ) ya ( ) tidak, dimana tempat BAB........................
5. Bila ya, apa jenis jambannya ?
( ) leher angsa ( ) cemplung
Bagaimana kondisinya
..........................................................................................
( ) terpelihara ( ) tidak terpelihara
6. Tempat pembuangan air limbah
( ) sungai ( ) parit ( ) Penampungan
7. Kondisi saluran pembuangan
( ) terbuka lancar ( ) terbuka tergenang ( ) tertutup

Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan


1. Adakah perkumpulan kegiatan kemasyarakatan atau sosial di wilayah ini ?
( ) ya, jenisnya : ( ) tidak
2. Adakah pelayanan kesehatan di wilayah ini ?
( ) ya, jenisnya ( ) tidak
3. Apakah keluarga menggunakan pelayanan kesehatan tersebut ?
( ) ya ( ) tidak, alasannya :
4. Apakah pelayanan kesehatan tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan
umum dari tempat tersebut ?
( ) ya, dengan apa : ( ) tidak, bagaimana menanggulanginya ?
5. Keluarga ikut asuransi kesehatan
( ) ya, sebutkan…………. ( ) tidak

18 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 14 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

V. PSIKOLOGI
1. Dalam keluarga apakah ada yang memiliki emosi yang labil
( ) tidak ada ( ) ada, siapa …………………………………………..
2. Adakah konflik atau resiko konflik dalam keluarga
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan ………………..
3. Apakah konflik tersebut sehubungan dengan tahapan tumbuh kembang ?
( ) ya ( ) tidak, jelaskan
4. Adakah peran keluarga dalam mengatasi konflik?
( ) ada, sebutkan …………………… ( ) tidak ada
5. Apakah ada perubahan / konflik ketidaksesuaian peran dalam keluarga ?
( ) tidak ada ( ) ada, jelaskan dan sebutkan
6. Adakah konflik dalam pola interaksi keluarga?
( ) tidak ada ( ) ada, jelaskan !
7. Sifat kominikasi yang sering diterapkan dalam keluarga :
( ) terbuka ( ) tertutup

VI. PSIKOSOSIAL
1. Apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa
( ) Ya, sebutkan ( ) Tidak
2. Bila ya, kondisinya saat ini
3. Upaya apa yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasinya
( ) Ke pelayanan kesehatan ( ) Didiamkan saja ( ) Alternatif

VII. Derajat Kesehatan


1. Kejadian kesehatan saat ini
a. Apakah saat ini ada anggota keluarga yang sedang sakit ?
( ) tidak ada ( ) ada
Jika ada yang sakit sebutkan keluhanya dan kapan mulai timbul !

19 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 15 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

..........................................................................................................
b. Bagaimana cara menanggulanginya ?
...........................................................................................................
2. Kejadian penyakit kronis
a. Apakah ada anggota keluarga yang sedang menderita penyakit kronis ?
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan :
b. Jika ada bagaimana cara menanggulanginya ? ................................
...........................................................................................................
3. Kejadian sakit akhir-akhir ini
a. Apakah ada anggota keluarga yang sakit akhir-akhir ini ( dalam satu tahun
terakhir) ?
( ) ada ( ) tidak ada
b. Jika ada sebutkan dan gejalanya apa : ..............................................
...........................................................................................................

VIII. Prilaku Keluarga Dalam Penanggulangan Sakit


1. Bagaimana kebiasaan berobat jika ada keluarga yang sakit ?
( ) tidak berobat ( ) beli obat sendiri ( ) Herbal
( ) ke dukun ( ) medis
2. Bila berobat ke medis, kemana cara mencarinya ?
( ) mantri ( ) BP/RS
( ) bidan ( ) dokter
3. Kegiatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan :
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan :

IX. Gangguan Sistem Pernafasan


1. Apakah keluarga mengalami batuk-batuk dalam satu bulan terakhir ini ?

20 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 16 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

( ) ya ( ) tidak ada
2. Bila ada apakah disertai sesak nafas atau demam ?
( ) ya ( ) tidak
3. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit batuk ?
( ) ya ( ) tidak
4. Apakah batuknya lebih dari 2 minggu?
( ) ya ( ) tidak
5. Apakah pada waktu batuk disertai nyeri ?
( ) ya, dimana : ( ) tidak
6. Apakah pada waktu batuk disertai dahak ?
( ) ya ( ) tidak
warnanya : ..............................................................................................
7. Apakah keluarga yang batuk sering berkeringat pada malam hari?
( ) ya ( ) tidak
8. Apakah dalam keluarga ada yang didiagnosa menderita TBC ?
( ) ya ( ) Tidak
9. Apakah ada kebiasaan membuang dahak di sembarang tempat
( ) ya ( ) tidak

X. Gangguan Sistem Pencernaan


6. Apakah ada anggota keluarga yang mengalami mencret-mencret dalam 1
bulan terakhir ?, bila ya siapa saja :
.....................................................................................
7. Berapa frekwensinya dalam sehari ?
..........................................................................
8. Bagaimana konsistensi fesesnya ?
( ) cair ( ) lembek
9. Bagaimana karakteristik fesesnya ?

21 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 17 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

( ) berbau ( ) disertai darah


( ) berbuih ( ) berlendir
10. Bagaimana bau fesesnya ?
( ) amis/anyir ( ) busuk
11. Apakah berak disertai muntah ?
( ) ya ( ) tidak
12. Dalam keluarga apakah ada yang mengalami gangguan nafsu makan
( ) ada, sebutkan ( ) tidak ada
13. Apakah ada anggota keluarga yang suka jajan makanan terbuka?
( ) ya ( ) tidak
14. Apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarga yg mencret ?
( ) didiamkan saja ( ) membuat dan memberikan LGG
( ) memberika larutan oralit ( ) membawa ke dokter
( ) memberikan obat tradisional, sebutkan :
15. Apakah dalam keluarga ada yang menderita gastritis (penyakit maag).
( ) ada ( ) tidak ada

XI. Sistem Integumen


1. Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kulit
( ) ada, sebutkan ( ) tidak ada
2. Apakah dalam keluarga ada yang mengalami perubahan warna kulit pada daerah
tersembunyi disertai penurunan sensasi rasa (mati rasa)
( ) ada, sebutkan ( ) tidak ada
3. Adakah yang didignosa menderita kusta atau lepra?
( ) ada, sebutkan ( ) tidak ada

22 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 18 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

HASIL TABULASI DATA


PENGKAJIAN KESEHATAN MASYARAKAT

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Golongan Umur


Golongan Umur Jumlah Persen %
0 – 5 th
6 – 14 th
15 – 64 th
> 65 th

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persen %
Laki-laki
Perempuan

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Menurut Agama


Agama Jumlah Persen %
Islam
Kristen
Katolik
Budha
Hindu

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan


Pendidikan Jumlah Persen %
Tidak sekloah/belum tamat SD/SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Akademi/Universitas

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan


Pekerjaan Jumlah Persen %
PNS
ABRI
Wiraswata
Tani
Buruh / karawan
Tidak kerja / lain - lain

23 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 19 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Menurut


Penyakit Penyebab Kematian

Penyakit Penyebab Kematian Jumlah Persen %

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Menurut 10 besar


Penyakit Yang Sering Diderita

Penyakit Yang Sering Diderita Jumlah Persen %

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Menurut Data KB

Data KB Jumlah Persen %


1. Akseptor KB

2. Jenis Kontrasepsi
a. Sederhana
b. Efektif
c. Mantap
3. Asal pelayanan KB
a. Bidan
b. Pukesmas
c. Dokter
4. Keluhan yang dirasakan
a. Mens tak teratur
b. Pusing
c. Hyperpigmentasi
d. Kegemukan
e. Tidak ada
5. Pemeriksaan terhadap keluhan
a. Ya
b. Tidak

24 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 20 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Menurut Data Bayi / Balita

Data Bayi / Balita Jumlah Persen %


1. Aktif di Posyandu
2. Memiliki KMS
3. Penimbangan teratur
4. Hasil penimbangan
a. Naik
b. Turun
c. Tetap
5. Pemberian ASI
6. Disapih umur
a. < 0 bulan
b. 0-6 bulan
c. 7-12 bulan
d. > 12 bulan
7. Imunisasi
a. Lengakap
b. Belum lengkap
c. Tidak pernah

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Menurut Riwayat Kehamilan

Riwayat Kehamilan Jumlah Persen %


1. Kehamilan Ke.........
a. 1
b. 2
c. 3
d. >5
2. Riwayat Kehamilan
a. Baik
b. Bermasalah
3. Pemeriksaan Kehamilan
a. Tenaga Kesehatan
b. Dukun
c. Tidak pernah
4. Disapih umur
a. Ada
b. Tidak
5. Disapih umur
a. Ada
b. Tidak
6. Rencana Melahirkan
a. Yankes/Tenaga Kesehatan
b. Dukun

25 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 21 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

Table 11. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Berdasarkan


Parameter Umur Dibanding Berat Badan

Prosentasi KEP >


No Umur Jumlah Normal (%)
Ringan Sedang Berat Normal
1 0-< 1 th
2 1 – 2 th
3 2 - 3 th
4 3 - 4 th
5 4 - 5 th
6 5 - 6 th
Total

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Berdasarkan


Parameter Umur Dibanding Lingkaran Lengan Atas (LLA)

Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 0-< 1 th
2 1 – 2 th
3 2 - 3 th
4 3 - 4 th
5 4 - 5 th
6 5 - 6 th
Total

Table 13. Distribusi Frekuensi Status Gizi Keluarga (Pria) Berdasarkan


Parameter Umur Dibanding Berat Badan

Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 6 – 12 th
2 13 – 19 th
3 20 – 26 th
4 27 – 33 th
5 34 – 40 th
6 41 – 47 th
7 48 – 54 th
8 > 55 th
Total

26 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 22 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Status Gizi Keluarga (Pria) Berdasarkan


Parameter Umur Dibanding Lingkaran Lengan Atas (LLA)

Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 6 – 12 th
2 13 – 19 th
3 20 – 26 th
4 27 – 33 th
5 34 – 40 th
6 41 – 47 th
7 48 – 54 th
8 > 55 th
Total
Table 15. Distribusi Frekuensi Status Gizi Keluarga (Wanita) Berdasarkan
Parameter Umur Dibanding Berat Badan
Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 6 – 12 th
2 13 – 19 th
3 20 – 26 th
4 27 – 33 th
5 34 – 40 th
6 41 – 47 th
7 48 – 54 th
8 > 55 th
Total

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Status Gizi Keluarga (Wanita) Berdasarkan


Parameter Umur Dibanding Lingkaran Lengan Atas (LLA)
Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 6 – 12 th
2 13 – 19 th
3 20 – 26 th
4 27 – 33 th
5 34 – 40 th
6 41 – 47 th
7 48 – 54 th
8 > 55 th
Total

27 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 23 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Menurut Data Usia

Data Jumlah Persen %


1. Usia Lanjut
a. Ada
b. Tidak
2. Keberadaan Posyandu Lansia
a. Ya
b. Tidak
3. Kemampuan Dalam memenuhi ADL
a. Mandiri
b. Dibantu Sebagian
c. Dibantu Total
4. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
a. Jantung
b. Diabetes Militus
c. Hypertensi
d. RF
e. Reumatik
f. Lain-lain
5. Kelainan yang sering dirasakan
a. Sulit Tidur
b. Nyeri tulang
c. Inkontinensia
d. Pusing
6. Penangan pada penyakit / kelainan
a. Ada
b. Tidak ada

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Menurut


Kepersertaan Asuransi Kesehatan
Jenis Asuransi Jumlah Persen %
1. JPKM
2. Askes
3. Jamsostek
4. Lain-lain

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Menurut UKBM


Jenis Jumlah Persen %
1. Posyandu
2. Posyandu Lansia
3. Pos Obat Desa
4. Tanaman Obat Keluarga
5. Lain-lain

28 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 24 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Menurut Kegiatan


Upaya Kesehatan

Jenis Kegiatan / Kader Jumlah Persen %


1. Posyandu
2. Posyandu Lansia
3. KIA
4. Gizi
5. Lain-lain

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Menurut Penyakit


yang meresahkan masyarakat

Nama Penyakit Jumlah Persen %


1. Diare
2. Demam Berdarah
3. Polio
4. Flu Burung
5. Busung Lapar

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Menurut Pantangan


Masyarakatyang merugikan kesehatan

Keberadaan Pantangan Jumlah Persen %


Ada
Tidak ada

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Menurut Kebiasan Berobat

Tempat / cara berobat Jumlah Persen %


1. Sendiri
2. Pelayanan Kesehatan / Nakes
3. Dukun / Tradisional

29 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 25 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Menurut Keadaan Rumah,


Lingkungan, dan Fasilitas Sanitasi

Data Jumlah Persen %


1. Kontruksi Rumah dan Lantai
a. Permanen
b. Semi Permanen
c. Tidak Permanen
2. Ventilasi dan Pencahayaan
a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
3. Ruangan
a. Ada pembagian ruangan sesuai fungsi
b. Ada pembagian ruangan sebagian
c. Tidak ada pembagian ruangan
4. Keadaan Dapur
a. Bersih
b. Kotor
5. Keadaan Air
a. Baik
b. cukup
c. kurang
3. Keberadaan Tempat Sampah
a. ada memenuhi syarat
b. ada , kuarang memenuhi syarat
c. ada , tidak memenuhi syarat
d. tidak ada
4. Penangan Sampah
a. Dikelola , memenuhi syarat
b. Dikelola, tidak memenuhi syarat
c. Tidak Dikelola
5. Kepemilikan Jamban
a. Ada
b. Tidak Ada
6. Kondisi Jamban
a. Memenuhi syarat
b. Tidak memenuhi syarat
7. Jarak WC Ke Sumber Air
a. < 5 m
b. 5 – 10 m
c. > 10 m
8. Kondisi Pembuangan Air Limbah
a. Ada, memenuhi syarat
b. Ada, kurang memenuhi syarat
c. Tidak

30 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 26 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

Tabel 25. Distribusi Frekuensi Menurut Pemanfaatan Perkarangan


Pemanfaatan Perkarangan Jumlah Persen %
1. Ada, ditanami u/ toga & warung hdp
2. Ada, tidak dimanfaatkan
3. Tidak ada

Tabel 26. Distribusi Frekuensi Menurut Perternakan


Keberadaan Kandang Jumlah Persen %
1. Ada, dalam rumah
2. Ada, diluar rumah
3. Ada, Diluar rumah, kotor
4. Tidak ada

Tabel 27. Distribusi Frekuensi Menurut Perternakan


Keberadaan Kandang Jumlah Persen %
1. Ada, dalam rumah
2. Ada, diluar rumah
3. Ada, Diluar rumah, kotor
4. Tidak ada

Tabel 28. Distribusi Frekuensi Menurut Pola Pengambilan Keputusan


Pengambilan Keputusan Jumlah Persen %
1. Musyawarah
2. Otoriter

Tabel 29. Distribusi Frekuensi Menurut Penghasilan Perbulan


Penghasilan Perbulan Jumlah Persen %
1. < 300.0000
2. 300.000 – 500.000
3. > 500.000

31 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 27 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

ANALISA DATA MASALAH KESEHATAN


DESA / DUKUH ..............................

DATA ETIOLOGI MASALAH

DAFTAR MASALAH KESEHATAN / DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


DESA / DUKUH ................................................................

No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Tanda


Dx Data Pendukung Ditemukan Teratasi Tangan
Contoh :
Resiko terjadinya kematian diantara bayi yang
berada di desa X, berhubungan dengan : (1)
12 % dari bayi yang ada memiliki berat badan
lahir kurang dari 2500 gram pada tahun 2010;
(2) 24% bayi yang lahir pada tahun 2010,
memiliki ibu berusia 18 tahun atau kurang dari
18 tahun; (3) 46% dari peremouan yang
berusia 18 tahun atau kurang dari 18 tahun,
memiliki penghasilan kurang dari upah
minimum rata-rata pada tahun 2010, dan (4)
20% dari perempuan yang berusia 18 tahun
pada tahun 2010, memiliki riwayat prenatal
yang kurang adekwat (melakukan
pemeriksaan kehamilan kurang dari 3x),
ditunjukkan dengan : (a) angka kematian
bayi : 12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2010, (b) angka kematian bayi : 7 dialami oleh
penduduk asli sedangkan 17 kematian bayi
dialami oleh bayi dari penduduk musiman,
pada tahun 2010 dan (c) angka kematian bayi
baru lahir (neonatal): 14, angka kematian post
neonatal: 5 pada tahun 2010, sehingga terjadi
peningkatan kasus kematian bayi sebesar 10%
dalam waktu 10 tahun.

32 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 28 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

PRIORITAS MASALAH KESEHATAN / DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


DESA..............................................
POKJAKES : ..................................

Sesuai program Pem.

Kemungkinan diatasi
Potensial utk penkes
Sesuai Peran CHN

Resiko terjadi

Minat masy.

Tersedianya Sumber

Total Nilai
DX Kep

Fasilitas

Fasilitas

Petugas
Tempat

Waktu
Dana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

CARA MEMPRIORITASKAN MASALAH

1. Tuliskan diagnosa keperawatan


2. Nilai setiap diagnosa keperawatan untuk masing-masing factor
3. Nilai yang diberikan 0-5
4. Jumlah nilai tertinggi merupakan prioritas untuk diintervensi terlebih dahulu
5. Menilai bersama dengan masyarakat

33 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 29 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


RW:….. KEL:………….. KEC:…………..

N MASALAH SASAR TUJUAN STRATEGI RENCANA HARI/ TEMPAT EVALUASI


O KEP. AN KEGIATA TGL KRIT STAN
KOMUNITAS N ERIA DAR

IMPLEMENTASI (PELAKSANAAN KEGIATAN)


NO KEGIATAN HASIL HAMBATAN

34 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 30 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PENDOKUMENTASIAN ASKEP No. Dokumen:
KOMUNITAS
Berlaku:

FORMAT : EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

TANGGAL Diagnosa Keperawatan EVALUASI


S:

O:

A:

P:

35 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA

TES MANTOUX

IK.KPSP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH TES MANTOUX
Revisi Ke : Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:

Berlaku:

a. DEFINISI
Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang
sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk
mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat
dari kultur Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi. Pada
penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan
menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah
sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya
pada perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan
mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik. Test mantoux
adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu
dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC
sebanyak 0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.

36 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:

Berlaku:

b. TUJUAN
Tujuan dari tes mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk
mendiagnosis infeksi TBC. Kenapa salah satu? Karena ternyata tidak mudah untuk
mendiagnosis TBC sehingga perlu banyak faktor untuk mengetahui pasti bahwa
seseorang memang terinfeksi TBC dan harus menjalani pengobatan. Hasil tes
Mantoux saja tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis karena kadang hasil
tes ini memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Hasil pemeriksaan tes
mantoux ini harus didukung dengan keluhan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
laboratorium yang ada.

c. LOKASI DAN CARA PENYUNTIKAN TEST MANTOUX


Lokasi penyuntikan tes mantoux umumnya adalah pertengahan bagian atas,
lengan bawah kiri bagian depan. Penyuntikan dilakukan intrakutan (ke dalam kulit).

d. PRINSIP DASAR
Setelah seseorang terinfeksi kuman mycobacteria, sel limfosit T akan
berproliferasi dan menjadi tersensitisasi. Sel T yang tersensitisasi masuk ke dalam
aliran darah dan bersirkulasi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Proses
sensitisasi ini terjadi pada kelenjar getah bening regional dan memerlukan waktu 2-
12 minggu setelah infeksi. Sekali terinfeksi, maka sensitisasi terhadap tuberkulin
akan menetap. Injeksi tuberkulin pada kulit akan menstimulasi sel-sel limfosit dan
terjadi aktivasi rentetan kejadian yang termasuk dalam respon hipersensitivitas tipe
lambat (delayed-type hypersensitivity/DTH). Respons ini dikatakan lambat oleh
karena reaksi memerlukan waktu berjam-jam. Reaktivitas kulit mencakup
vasodilatasi, edema, infiltrasi sel-sel limfosit, basofil, monosit dan netrofil ke lokasi
suntikan. Antigen-spesific limfosit T akan berproliferasi dan melepaskan limfokin,
yang akan mengundang akumulasi sel-sel alin ke lokasi suntikan. Terjadilah indurasi
yang mencerminkan aktivitas DTH. Pada pasien yang sudah pernah terinfeksi, DTH
muncul setelah 5-6 jam dan kebanyakan mencapai indurasi maksimal 48-72 jam.
e. PROSES PENYUNTIKAN TEST MANTOUX

1. TES BAYI BARU LAHIR


Bila saat mengandung si ibu menderita TBC bisa saja bayi akan terkena TBC
begitu dilahirkan. Ini disebut dengan TBC kongenital dan bayi harus segera
dites Mantoux pada usia sekitar 1 bulan. Usahakan jangan di bawah 1 bulan
karena dapat memberi reaksi negatif meski boleh jadi si bayi tersebut menderita

37 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:

Berlaku:

TBC. Itu karena sistem imun bayi usia ini masih belum baik. Kendati kasusnya
sangat jarang ditemui, setidaknya orangtua dapat segera mengatasinya bila
bayinya memang positif TBC.

2. TES PADA ANAK


Tes Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan protein dari kuman
Mycobacterium tuberculosis pada lengan bawah anak. Agar hasilnya akurat,
penyuntikannya harus benar-benar teliti. Bahan yang dimasukkan harus dengan
dosis tepat dan masuk sepenuhnya ke dalam kulit, bukan di bawah kulit. Kemudian,
reaksi yang dihasilkan harus dibaca tepat waktu. Untuk memastikan anak terinfeksi
kuman TBC atau tidak, akan dilihat indurasinya setelah 48-72 jam. Indurasi ini
ditandai dengan bentuk kemerahan dan benjolan yang muncul di area sekitar
suntikan. Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif. Bila 5-9 mm
dinilai meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif.
Setelah hasil Mantoux dinyatakan positif, anak sebaiknya diikutkan pada
serangkaian pemeriksaan lainnya. Salah satunya adalah rontgen yang bertujuan
mendeteksi TBC lebih detail lewat kondisi paru yang tergambar dalam foto rontgen
dan dan tes darah. Tes mantoux dilakukan lebih dulu karena hasil rontgen tidak
dapat diandalkan untuk menentukan adanya infeksi kuman TB. Bercak putih yang
mungkin terlihat pada hasil foto bisa memiliki banyak penyebab. Anak yang sedang
menderita batuk pilek pun kemungkinan memiliki bercak putih di paru. Jadi, tes
Mantoux sangat perlu, tak cukup hanya rontgen paru.
Untuk mendapatkan diagnosis tepat, tes Mantoux dilakukan jika anak menujukkan
gejala-gejala berikut:
a. MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan)
Bila anak sulit makan dan memiliki berat badan yang kurang dari rata-rata
anak seusianya, orangtua patut waspada. Atau, ada peningkatan berat badan
tapi tak sesuai atau masih di bawah jumlah yang semestinya (tidak sesuai
dengan yang tertera pada KMS/Kartu Menuju Sehat).
b. Mudah sakit
Anak sakit batuk pilek wajar saja. Bedanya, anak yang terinfeksi TB akan
lebih mudah tertulari penyakit. Jika orang di lingkungan sekitarnya batuk
pilek, anak mudah tertulari atau sebulan sekali mesti sakit. Kondisi ini patut
mendapat perhatian.
c. Lemah, letih, lesu dan tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas

38 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:

Berlaku:

Anak-anak dengan TB, umumnya terlihat berbeda dari anak kebanyakan yang
sehat dalam beraktivitas. Ia tampak lemah, lesu dan tidak bersemangat.
d. Reaksi cepat BCG
Pada lokasi suntik vaksin BCG akan timbul tanda menyerupai bisul. Jika
reaksi ini muncul lebih cepat, misalnya seminggu setelah pemberian, berarti
tubuh anak sudah terinfeksi TB. Padahal normalnya, tanda itu paling cepat
muncul pada 2 minggu setelah anak divaksinasi BCG. Namun rata-rata,
benjolan pada kulit muncul setelah 46 minggu.
e. Batuk berulang
Batuk berkepanjangan merupakan gejala yang paling dikenal di kalangan
masyarakat sebagai pertanda TBC. Batuk yang awalnya berupa batuk kering
kemudian lama-kelamaan berlendir dan berlangsung selama 2 minggu lebih,
merupakan salah satu tanda TBC. Gejala ini akan muncul bila sudah terdapat
gangguan di paru-paru. Hanya saja, bedakan dari batuk alergi dan asma.
f. Benjolan di leher
Pembesaran kelenjar getah bening di leher samping dan di atas tulang
selangkangan bisa saja merupakan tanda TBC. Karena , kelenjar getah bening
merupakan salah satu benteng pertahanan terhadap serangan kuman. Kelenjar
ini akan membesar bila diserang kuman. Namun, meski merupakan salah satu
gejala TB, tidak semua pembengkakan kelenjar getah bening adalah gejala
penyakit TB. Bisa jadi pembengkakan itu karena adanya infeksi atau radang di
tenggorokan.
g. Demam dan berkeringat di malam hari
Gejala awal TBC biasanya muncul demam pada sore dan malam hari, disertai
keluarnya keringat. Gejala ini dapat berulang beberapa waktu kemudian.
Namun hal ini tetap belum dapat memastikan kalau anak menderita TBC.
Tidak selalu anak-anak yang berkeringat di malam hari menderita TB.
Keringat tidur justru merupakan pertanda sistem metabolisme yang sedang
aktif bekerja. Tak heran, pada saat tidurlah anak-anak mengalami metabolisme
yang pesat.
h. Diare persisten
Diare akibat TBC biasanya tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa.
Sebagai orangtua, kita bisa membantu dokter untuk menjelaskan apakah
gejala-gejala di atas memang muncul pada anak atau tidak; berapa lama
berlangsungnya, dan seberapa sering gejala-gejala tersebut muncul. Dari
pengamatan kita sehari-hari, dokter akan sangat terbantu untuk mendiagnosis
penyakit anak serta memutuskan apakah perlu dijalani tes Mantoux atau tidak.
39 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2
Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:

Berlaku:

CARA MELAKUKAN UJI TUBERKULIN METODE MANTOUX (TES


MANTOUX) :
1. Siapkan 0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge)
2. Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada daerah
2-3 inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering
3. Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas. Suntikan
yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas seperti kulit
jeruk, berdiameter 6-10 mm
4. Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi
suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari
suntikan pertama.
5. Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar
tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan pulpen/spidol
karena dapat mengganggu hasil pembacaan.

Catatan
a. Perhatikan cara penyimpanan PPD sesuai petunjuk pada kemasan
b. PPD aman bagi bayi berapapun usianya bahkan aman pula bagi wanita hamil
c. Tes Mantoux bukan merupakan kontra indikasi bagi:
- Pasien yang pernah diimunisasi BCG
- Pasien yang pernah dilakukan tes Mantoux sebelumnya dan hasilnya positif
(dalam hal ini pengulangan diperlukan karena hasil tes Mantoux sebelumnya
tidak tercatat dengan baik)
- Pasien sedang dalam kondisi demam, sakit, maupun pasien dengan
imunokompromais
d. Adanya parut yang besar pada bekas tes Mantoux sebelumnya merupakan petunjuk
hasil positif pada tes terdahulu dan tidak perlu diulang. Namun perlu ditekankan
bahwa tes Mantoux menggunakan PPD dan bukan vaksin BCG.

Pembacaan
1) Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam
- Minta pasien control kembali jika indurasi muncul setelah pembacaan
- Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid
- Bila pasien tidak control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes
Mantoux harus diulang.

40 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:

Berlaku:

2) Tentukan indurasi (bukan eritem) dengan cara palpasi


3) Ukur diameter transversal terhadap sumbu panjang lengan dan catat sebagai
pengukuran tunggal
4) Catat hasil pengukuran dalam mm (misalnya 0 mm, 10 mm, 16 mm) serta
catat pula tanggal pembacaan dan bubuhkan nama dan tandatangan pembaca
5) Apabila timbul gatal atau rasa tidak nyaman pada bekas suntikan dapat
dilakukan kompres dingin atau pemberian steroid topikal.

Catatan:
Reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkulin yang munculnya cepat (immediate
hypersensitivity reactions) dapat timbul segera setelah suntikan dan biasanya
menghilang dalam 24 jam. Hal ini tidak mempunyai arti dan bukan menunjukkan
hasil yang positif.

INTERPRETASI TEST MANTOUX


Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm.
Kemungkinan yang perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut:
a. Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah
b. Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB.
c. Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5
tahun)
d. Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG
kecurigaan ke arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm.
e. Infeksi mikobakterium atipik

Meskipun demikian, hasil uji Mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif


pada pasien tertentu seperti :
a. Pasien dengan infeksi HIV
b. Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat imunosupresan jangka
panjang seperti pasien keganasan atau sindrom nefrotik

False Negative
Pasien-pasien tertentu yang terinfeksi tuberkulosis mungkin dapat menunjukkan
hasil tes Mantoux yang negatif. Kondisi demikian disebut dengan anergi. Anergi
kemungkinan terjadi pada pasien:

41 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:

Berlaku:

- Berbagai faktor indvidual seperti usia, nutrisi, gagal ginjal, imunosupresi


karena obat (seperti kortikosteroid) atau penyakit (seperti kanker, infeksi
HIV, dan sarcoidosis)
- Infeksi virus (seperti Campak,Mumps, Rubella, mononucleosis, Varicella,
dan influenza) dapat menurunkan reaktivitas tuberkulin selama beberapa
bulan
- Setelah vaksinasi dengan vaksin virus hidup (seperti Campak, Mumps,
Rubella) akan teramati penurunan reaktivitas tuberkulin. Oleh sebab itu, jika
uji mantoux tidak dapat dilakukan bersamaan dengan imunisasi Campak,
Mumps, dan Rubella, uji ditunda selama 4-6 minggu
- Pasien dengan sakit TB berat seperti TB milier, meningitis TB
- Mengingat masa yang diperlukan untuk terbentuknya cellular mediated
immunity sejak masuknya kuman TB adalah 2-12 minggu maka hasil negatif
pada pasien dengan kontak erat penderita TB dewasa masih mungkin pasien
sedang dalam masa inkubasi.

PENYIMPANAN
PPD RT 23 harus disimpan pada suhu antara +2 oC dan +8oC. Terlindung dari
cahaya. Jangan Dibekukan. Setelah Dibuka, isi vial harus digunakan dalam 24
jam. Setelahnya jika ada sisa, harus dibuang.

Gambar tes mantoux

42 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:

Berlaku:

43 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA
INHALASI MANUAL
IK.KPSP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Ke : Tanggal
INHALASI MANUAL

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
INHALASI MANUAL
Berlaku:

a. Pengertian
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat melalui saluran pernafasan
bagian atas

b. Tujuan
1. Mengencerkan sekret agar mudah keluar
2. Melonggarkan jalan nafas
3. Selaput lender pada saluran nafas menjadi tetap lembab
4. Mengobati peradangan pada saluran pernafasan bagian atas

44 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
INHALASI MANUAL
Berlaku:

c. Indikasi
1. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret
2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas

d. Peralatan
1. Baskom/gelas berisi air mendidih
2. Obat: menthol, vicks, minyak kayu putih
3. Handuk 2 buah
4. Bengkok 1 buah
5. Peniti 2 buah
6. Tissue
7. Kain pengalas untuk baskom air panas

e. Prosedur Kerja
1. Memberi tahu tentang tujuan dan prosedur kerja kepada klien
2. Memasang sampiran
3. Membawa Alat – alat ke dekat klien
4. Mencuci tangan
5. Mengatur pasien dalam posisi duduk, rileks/santai
6. Memasang handuk pada dada klien, dan kemudian penitikan ke punggung
7. Tempatkan baskom/gelas berisi air panas di atas meja pasien yang diberi
pengalas
8. Masukkan obat (mentol/vicks/minyak kayu putih) kedalam baskom/gelas
9. Menutup baskom dengan handuk sedemikian rupa sehingga menyerupai corong,
kemudian mulut dan hidung klien dihadapkan ke baskom dan minta klien untuk
menghirup uap air dari baskom selama 10 – 15 menit.
10. Gunakan teknik nafas dalam dan relaksasi.

45 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
INHALASI MANUAL
Berlaku:

a. Hirup udara dengan hidung , rasakan sampai penuh diparu, dan perut
membesar (dalam hitungan 1,2,3)
b. Tahan sebentar samapi hitungan 1,2,3
c. Hembuskan perlawan lewat mulut secara perlahan(seperti bersiul)
d. Ulangi cara diatas dan lakukan selama 10 -15 menit
11. Setelah selesai bersihkan mulut dan hidung dengan kertas tissue
12. Merapikan Klien
13. Membereskan alat
14. Mencuci tangan

46 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA

SAP (SATUAN ACARA PEMBELAJARAN)

IK.KPSP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Ke : Tanggal SAP (SATUAN ACARA
PEMBELAJARAN)

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
SAP (SATUAN ACARA
PEMBELAJARAN) Berlaku:

A. DEFINISI
Pemberian materi pendidikan kesehatan harus sesuai dengan Satuan Acara
Pendidikan (SAP). Satuan Acara Pendidikan berfungsi sebagai pedoman kerja dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan

47 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
SAP (SATUAN ACARA
PEMBELAJARAN) Berlaku:

B. KERANGKA SAP
1. Menentukan prioritas masalah
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan maslow
2. Mengidentifikasikan area/pesan pokok
Sesuaikan dengan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
3. Menentukan latar belakang masalah
Sesuaikan dengan tema yang dipilih dan fenomena yang terjadi sesuai dengan
keadaan sesungguhnya
4. Menentukan tujuan
Tujuan disusun berdasarkan TIU/TIK
a. Tujuan Instruksional Umum, merupakan penjabaran tujuan pembelajaran
yang relevan dengan Pokok Bahasan.
b. Tujuan Instruksional Khusus, merupakan penjabaran dan spesifikasi dari
tujuan Instruksional Umum.
2. Menentukan sasaran
Sasaran berupa Individu, Keluarga/Kelompok, Masyarakat
3. Menentukan isi
Merupakan materi pendidikan yang akan disampaikan, sesuai dengan TIK.
4. Menetukan metoda
Metoda pembelajaran harus disesuaikan dengan sasaran dan aspek (pengetahuan,
sikap, keterampilan) yang ingin dicapai. Sesuaikan juga dengan sumber daya yang
tersedia.
5. Menentukan media
Media yang digunakan harus sesuai dengan sasaran, tingkat pendidikan, aspek
yang ingin dicapai, metoda yang dipakai dan sumber daya yang ada.
6. Menentukan tempat/setting tempat
Pengaturan tempat yang digunakan untuk prmbelajaran
7. Menentukan rencana kegiatan

48 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
SAP (SATUAN ACARA
PEMBELAJARAN) Berlaku:

terdiri dari
a. Pendahuluan: mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pendidikan, menjelaskan maksud program dan tujuannya.
b. Penyajian: penyampaian pesan sesuai metoda dan media yang digunakan.
c. penutup: menguji keberhasilan penyampaian pesan dan tindak lanjut.
8. Menentukan evaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian terhadap keberhasilan program pendidikan
dengan melihat perubahan yang terjadi pada aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan sesuai dengan rancangan tik/tiu yang telah disusun sebelumnya.
Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kebersahilan tersebut dapat berupa :
kuesioner, lembar observasi (daftar cheklis), wawancara, dokumentasi.
9. Sumber/referensi
Merupakan buku yang dipakai sebagai sumber bahan pengajaran, meliputi : judul
buku, penulis/pengarang, penerbit, tahun terbit bab dan halaman.

49 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
Contoh sap
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)
Pokok Bahasan : Katarak
Sub Pokok bahasan : Perawatan post operasi Katarak
Waktu : 35 Menit
Penyuluh : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus
Tempat : Ruang cempaka I
Hari/tgl Pelaksanaan : Sabtu, 31 Desember 2018
Jam Pelaksanaan : 13.00-13.35 WIB

I. LATAR BELAKANG
Setelah penderita mengalami operasi mata, maka satu/ke-dua matanya akan
ditutup, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari perlu mendapatkan
bantuan baik oleh perawat dan keluarganya. Dalam keadaan demikian, perawat harus
berhati-hati dalam melakukan tindakan keperawatan dan bekerja sama dengan klien
dan keluarganya untuk mencegah terjadinya komplikasi. Untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan ini, maka suasana dalam ruangan harus tenang dan adanya
pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan sesudah operasi.
II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan pasien post operasi katarak mampu
untuk melakukan perawatan post operasi katarak,
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 kali pertemuan, diharapkan klien
dan keluarga dapat :
a. Mengetahui tentang pengertian perawatan setelah operasi
b. Mengetahui tentang tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
c. Mengetahui tentangHal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah operasi
d. Mengetahui tentang Cara memberi salep dan tetes mata
III. SASARAN
Pasien dan keluarga pasien Post operasi Katarak

50 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
IV. METODA
 Ceramah
 Tanya Jawab
 Demonstrasi
V. MATERI
Terlampir
VI. MEDIA
 LCD
 Alat
 Leaflet
VII. KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5 Menit  Mengucapkan salam pembuka  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan TIK  Perkenalan
 Menjelaskan proses KBM
 Apersepsi
 Melakukan Kontrak Waktu
2. Interaksi 15 menit  Menjelaskan tentang pengertian  Mendengarkan
perawatan setelah operasi  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang tujuan dan  Berdiskusi
maksud perawatan setelah operasi dengan
 Menjelaskan tentangHal-hal yang mahasiswa
perlu diperhatikan dalam (penyuluh )
perawatan sesudah operasi
 Menjelaskan tentang Cara
memberi salep dan tetes mata
3. Penutup 15 menit  Memberikan kesempatan untuk  Memberi
bertanya tanggapan
 Mengevaluasi pasien dan  Menjawab
keluarga post operasi katrak pertanyaan yang
 Menyimpulkan materi diajukan
 Salam Penutup  Menjawab salam

51 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
penutup

VIII. SETTING TEMPAT

Moderator

Penyaji

Audien Audien

IX. EVALUASI
Evaluasi Hasil
1. Struktur persiapan
a. 1 hari sebelum proses pembelajaran, SAP sudah siap
b. Alat
c. Penentuan waktu dan tempat
d. Materi
2. Proses
a. 30 menit sebelum proses penyuluhan, penyaji siap atau sudah datang
b. 15 menit sebelum proses penyuluhan peralatan siap
c. 10 menit sebelum proses penyuluhan peralatan audiens sudah dating
d. Selama proses penyuluhan audien tidak boleh meninggalkan ruangan
e. Audiens aktif bertanya dan memperhatikan
X. DAFTAR PERTANYAAN
1. Mengetahui tentang pengertian perawatan setelah operasi
2. Mengetahui tentang tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
3. Mengetahui tentangHal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah operasi
4. Mengetahui tentang Cara memberi salep dan tetes mata
XI. DAFTAR PUSTAKA
a. P.N oka. (1993) Ilmu Perawatan Mata. Airlangga university Press. Surabaya
b. Joyce L.K. (1996) Farmakologi Pendekatan Proses Keperwatan. EGC. Jakarta.

52 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
MATERI

1. Pengertian Perawatan Setelah Operasi


Yaitu perawatan yang dilakukan dengan hati-hati dan cara-cara tertentu sesudah
operasi yang meliputi tirah baring, penggunaan obat, perawatan luka dan lain-lain)
untuk mencapai kesembuhan yang optimal melalui kerja sama dokter/perawat-
penderita/keluarga
2. Tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
o Mendapatkan partisipasi dan kerja sama antara perawat/dokter dengan
penderita/keluarga dalam perawatan
o Mencapai kesembuhan yang optimal, sehingga hari perawatan cepat dan biaya
murah
o Memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam kemandirian perawatan
selanjutnya.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah operasi
a. Sesudah operasi, penderita dibawa lagi ke ruangan.
b. Penderita boleh makan dan minum (apabila operasinya menggunakan pembiusan
lokal). Makanan harus lembek dan mudah dicerna. Contoh makanan ringan
seperti sup, bubur , susu, roti, pudding, air sari buah, ikan daging ayam dan
sebagainya.
c. Kepala tidak boleh goyang paling sedikit 2 jam setelah operasi, sehingga semua
keperluan harus dibantu , karena harus tirah baring.
d. Penderita tidak boleh terlalu keras mengedan pada waktu kencing atau berak,
batuk dan bersin
e. Minumlah obat sesuai dengan anjuran, supaya tenang, terutama di malam hari
(obat anti sakit, obat pencegah bakteri/kuman)
f. 6 jam setelah operasi, penderita boleh miring ke arah mata yang tidak operasi.
g. Pergantian pembalut dilakukan 24 jam setelah operasi oleh petugas
kesehatan(dokter/perawat)
h. Pemberian obat mata baik tetes maupun salep.

53 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
i. Bila perkembangannya baik, penderita boleh duduk 6 jam setelah operasi, dan
boleh jalan 12 jam sesudah operasi, tidak perlu ditutup dengan kasa, tetapi
dengan dop berlubang.
j. Penderita boleh pulang 2 hari setelah operasi.
k. Penderita belum boleh mengangkat barang-barang yang berat selama dua
minggu, boleh mencuci rambutnya dengan dibantu (salon)
l. Biasanya 2 bulan setelah operasi penderita diberi kaca mata.
m. Perawatan pada anak-anak prinsipnya sama , hanya mobilisasi sesudah operasi
lebih cepat.
n. Setelah penderita pulang dari rumah sakit, penderita diperiksa ulang (kontrol)
tiap 1 minggu, 3 minggu, 6 minggu, kemudian 3,6, dan 12 bulan.

4. Cara memberi salep dan tetes mata


 Cara menggunakan tetes mata :
a) Cuci tangan
b) Penderita berbaring/duduk dan melihat ke atas
c) Perlahan tarik kulit kelopak mata yang sakit ke bawah
d) Teteskan satu tetes ke tengah-tangah kelopak mata.
e) Usahakan supaya penetes tidka menyentuk lipatan mata atau bulu mata
f) Penderita menjaga agar mata tetap tertutup selama 1-2 menit supaya obat
terserap.
i. Cuci tangan
 Cara menggunakan salep mata :
a. cuci tangan
b. penderita berbaring/duduk dan melihat ke atas
c. Perlahan tarik kulit kelopak mata yang sakit ke bawah kemudian pencet ujung
salep, ujung tube jangan sampai menyentuh mata.
d. Penderita dianjurkan untuk menutup matanya 2-3 menit.supaya obat masuk
dan terserap.
e. Selama pemberian salep penglihatannya akan kabur sebentar, dan istirahatlah.

54 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Tonsilitis


Sub Pokok bahasan : Perawatan post operasi tonsilitis
Waktu : 35 Menit
Penyuluh : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus
Tempat : Ruang cempaka I
Hari/tgl Pelaksanaan : Sabtu, 31 Desember 2018
Jam Pelaksanaan : 13.00-13.35 WIB

I. LATAR BELAKANG
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ
tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.
Di Amerika, tonsilektomi digolongkan operasi mayor karena kekhawatiran
komplikasi, sedangkan di Indonesia tonsilektomi digolongkan operasi sedang karena
durasi operasi pendek dan tidak sulit. Di Indonesia data nasional mengenai jumlah operasi
tonsilektomi belum ada. Namun data yang didapatkan dari RSUPNCM selama 5 tahun
terakhir (1993-2003) menunjukan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi
dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun
2003 ( 152 kasus).
Tonsilektomi merupakan pembedahan yang paling banyak dan biasa dilakukan di
bagian THT (Telinga, Hidung dan Teng-gorok), oleh karena itu sering dianggap sebagai
pembedahan kecil saja. Tetapi bagaimanapun juga, tonsilektomi adalah suatu pembedahan
yang merupakan tindakan manipulasi yang dapat menimbulkan trauma dengan risiko
kerusakan jaringan. Komplikasi mulai dari yang ringan bahkan sampai mengancam
kematian atau gejala subyektif pada pasien berupa rasa nyeri pasca bedah dapat saja
terjadi.
II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan pasien post operasi katarak mampu
untuk melakukan perawatan post operasi tonsilitis,

55 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 kali pertemuan, diharapkan
kliendankelurgadapat :
e. Mengetahui tentang pengertian perawatan setelah operasi
f. Mengetahui tentang tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
g. Mengetahui tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah operasi
III. SASARAN
Pasien dan keluarga pasien Post operasi tonsilitis
IV. METODA
 Ceramah
 Tanya Jawab
 Demonstrasi
V. MATERI
TERLAMPIR
VI. MEDIA
 LCD
 Leaflet
VII. KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5 Menit  Mengucapkan salam pembuka  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan TIK  Perkenalan
 Menjelaskan proses KBM
 Apersepsi
 Melakukan Kontrak Waktu
2. Interaksi 15 menit  Menjelaskan tentang pengertian  Mendengarkan
perawatan setelah operasi  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang tujuan dan  Berdiskusi
maksud perawatan setelah operasi dengan
 Menjelaskan tentang Hal-hal yang mahasiswa
perlu diperhatikan dalam (penyuluh )
perawatan sesudah operasi

56 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
3. Penutup 15 menit  Memberikan kesempatan untuk  Memberi
bertanya tanggapan
 Mengevaluasi pasien dan  Menjawab
keluarga post operasi tonsilitis pertanyaan yang
 Menyimpulkan materi diajukan
 Salam Penutup  Menjawab salam
penutup
VIII. SETTING TEMPAT
Moderator

Penyaji

Audien Audien

IX. EVALUASI
Evaluasi Hasil
3. Strukturpersiapan
a. 1 hari sebelum proses pembelajaran, SAP sudah siap
e. Alat
f. Penentuan waktu dan tempat
g. Materi
3. Proses
a. 30 menit sebelum proses penyuluhan, penyaji siap atau sudah datang
b. 15 menit sebelum proses penyuluhan peralatan siap
c. 10 menit sebelum proses penyuluhan peralatan audiens sudah datang
d. Selama proses penyuluhan audien tidak boleh meninggalkan ruangan
e. Audiens aktif bertanya dan memperhatikan
VIII. DAFTAR PERTANYAAN
1. Mengetahui tentang pengertian perawatansetelahoperasi
2. Mengetahui tentang tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
3. Mengetahui tentang Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah
operasi

57 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
IX. DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. 1997.BOISE Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif. 2000.KapitaSelektaKedokteran. Jakarta:MediaAeusCalpius.

MATERI
5. pengertian perawatan setelah operasi
Yaitu perawatan yang dilakukan dengan hati-hati dan cara-cara tertentu sesudah
operasi yang meliputi tirah baring, penggunaan obat, perawatan luka dan lain-lain)
untuk mencapai kesembuhan yang optimal melalui kerjasama dokter/perawat-
penderita/keluarga
6. tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
o Mendapatkan partisipasi dan kerjasama antara perawat/dokter dengan
penderita/keluarga dalam perawatan
o Mencapai kesembuhan yang optimal, sehingga hari perawatan cepat dan biaya
murah
o Memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam kemandirian perawatan
selanjutnya.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah operasi
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1. Menelan berulang
2. Muntah darah segar
3. Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Memberikan cairan bila muntah telah reda
d. Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari ada kepingan kecil).
e. Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
f. Menawarkan makanan
1. Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
2. Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati
pada pagi hari setelah perdarahan.

58 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
3. Menghindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak
bumbu selama 1 minggu.
g. Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
1) Menggunakan ice color (kompres es)
2) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
3) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
4) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
h. Mengajari pasien mengenal hal berikut
1. Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung
segera selama 1-2 minggu.
2. Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang
tertelan.
3. Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan
ke-8 setelah operasi.

59 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA

POSYANDU BALITA

IK.PB UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Ke : Tanggal POSYANDU BALITA

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
POSYANDU BALITA
Berlaku:

A. Pengertian
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pemeliharaan kesehatan yang
dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait.
(Departemen Kesehatan RI. 2006).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya
merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB – kesehatan
ibu dan anak (KIA), Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu
dan tempat yang sama ( Effendy, 1998 )

60 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
B. Tujuan Pembentukan Posyandu
1. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu
hamil), melahirkan dan nifas.
2. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS).
3. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk
tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

C. Sasaran posyandu
1. Bayi
2. Balita
3. Ibu hamil, menyusui, nifas
4. Wanita usia subur.

D. Pengelola Posyandu
1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah.
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat.
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK.
4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa.
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas)

E. Pembentukan Posyandu
Langkah - langkah pembentukan posyandu adalah :
1. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
2. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan
teknis unsur kesehatan dan KB .
3. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawasdiri, sarana
dan prasarana posyandu, biaya posyandu .
4. Pemilihan kader Posyandu.
5. Pelatihan kader Posyandu.
6. Pembinaan.

61 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
F. Kriteria pembentukan Posyandu.
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas
agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai
sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita.

G. Kriteria kader Posyandu :


1. Dapat membaca dan menulis.
2. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
4. Mempunyai waktu yang cukup.
5. Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
6. Berpenampilan ramah dan simpatik.
7. Diterima masyarakat setempat.

H. Kegiatan Pokok Posyandu


1. KIA
2. KB
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Penggulangan Diare
I. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi
masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan
posyandu dapat dilakukan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk,
balai desa, tempat pertemuan RT atau di tempat khusus yang dibangun
masyarakat. Penyelenggaraan posyandu dengan” pola lima meja”.
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan
pada Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan
petugas KB). Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh
Kader,Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari
Puskesmas, dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja yaitu:

62 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
a. Meja 1 adalah Pendaftaran
Pada sistem meja 1 dilakukan kegiatan diantaranya :
1. Pendaftaran
2. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasien usia subur.

b. Meja 2 adalah penimbangan


Kegiatan yang dilakukan pada meja 2 adalah penimbangan berat badan pada
balita. Hasil penimbangan dicatat pada kertas dan diselipkan pada KMS balita
yang berangkutan.

c. Meja 3 adalah Pencatatan


Balita yang sudah ditimbang pada meja 2, maka hasil penimbangan tersebut
dimasukkan kedalam KMS balita yang bersangkutan.

d. Meja 4 adalah penyuluhan perorangan


Kegiatan yang dilakukan pada meja 4 adalah para kader Posyandu memberikan
penyuluhan:
1. Pada ibu yang mempunyai balita berdasarkan hasil penimbangan, berat
badan balitannya naik atau turun, diikuti dengan pemberian makanan
tambahan, oralit dan vitamin A dengan dosis tinggi.
2. Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi, diikuti dengan pemberian tablet
besi.
3. Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan pemberian
kondom, tablet besi.

e. Meja 5 adalah pelayanan kesehatan


Pelayanan oleh tenaga professional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan
pengobatan, serta pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat.

Posyandu ini merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat,


maka pendanaanya juga secara swadaya walaupun ada dana bantuan
dari pemerintah jumlahnya sangat kecil. Bentuk swadaya dari masyarakat
misalnya berupa iuran yang ditetapkan oleh Posyandu setempat

63 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa kacang hijau atau yang
lainnya. Kader-kader Posyandu yang aktif memang layak dihargai. Secara
langsung mereka dapat mengetahui keadaan bayi dan balita yang menderita gizi
buruk bahkan busung lapar secara dini

64 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
SKEMA POLA PELAYANAN POSYANDU BALITA 5 MEJA

Meja 1

Meja 1
 Pendaftaran Balita dan
Ibu Hamil

Meja 2

Meja 2
 Penimbangan Balita dan Ibu
Hamil

Meja 3

Meja 3
 Pencatatan Hasil
Penimbangan

Meja 4
Meja 4
 Penyuluhan Ibu Balita dan
Ibu Hamil

Meja 5
Meja 5
 Pelayanan Kesehatan

65 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA

POSYANDU LANSIA

IK.PL UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Ke : Tanggal POSYANDU LANSIA

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
POSYANDU LANSIA
Berlaku:

A. Pengertian
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang
mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan ber- negara
(UU RI No 13 tahun 1998). Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut
usia (Depkes, 2000). Posyandu lansia adalah wadah pelayanan kepada lansia di
masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat

66 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
bersama pemerintah dan swasta, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada
upaya promotif dan preventif.

B. Tujuan Pembentukan Posyandu Lansia


Tujuan pembentukan posyandu lansia menurut Depkes RI (2006) adalah :

a. Meningkat jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat sehingga terbentuk


pelayanan kesehata yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut.

C. Sasaran Posyandu Lansia


Sasaran posyandu lansia meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut 60-69 tahun,
usia lanjut resiko > 70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Sedangkan
menurut Depkes sasaran penyelenggara posyandu lansia adalah seluruh penduduk yang
berusia 60 tahun keatas (Depkes,2000).

D. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Penyelengaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang terlatih,
tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat
baik seorang dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan posyandu lansia dilakukan dengan
sistem 5 meja meliputi (komnas lansia, 2010):

a. Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah
terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya.

b. Meja 2: Tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan
tinggi badan serta perhitungan index masa tubuh (IMT).
a. Meja 3:
Melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan darah, gula
darah, HB dan pemberian vitamin, dan lain-lain).

b. Meja 4: Penyuluhan

67 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
Tempat melakukan konseling atau penyuluhan kesehatan ( kesehatan, gizi dan
kesejahtraan).

c. Meja 5
Kegiatan yang dilakukan pada meja 5 adalah memberikan informasi dan melakukan
kegiatan sosial (pemberian makanan tambahan, bantuan modal, pendampingan dan
lain-lain sesuai kebutuhan).

E. Bentuk Kegiatan Pelayanan dalam Posyandu Lansia


Dalam kegiatan posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan:

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan


seperti makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur dan buang
air.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh.
4. Pengukuran tekanan darah serta denyut nadi.
5. Pemeriksaan hemoglobin
6. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal penyakit ginjal.
7. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila mana ada keluhan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan nomor 1 sampai 7.
8. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
9. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (depkes, 2006).

F. Tugas-Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia


a. Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapn kegiatan posyandu,
meliputi :
1. Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat
peraga, obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.

68 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
2. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para lansia
untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa
membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu
3. Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana
kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector
bisa hadir dalam kegiatan Posyandu.
4. Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara kader
Posyandu baik untuk persiapan dan pelaksanaannya.

b. Tugas-tugas kader pada saat kegiatan posyandu berlangsung disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja.
c. Tugas kader setelah pelaksanan kegiatan posyandu (H+ Posyandu)
1. Memindahkan catatan-catatan pada KMS lansia ke dalam buku register atau
buku bantu kader.
2. Melakukan evaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu
lansia pada bulan berikutnya.
3. Melakukan diskusi kelompok (Penyuluhan Kelompok) bersama lansia
(Paguyuban Lansia).
4. Melakukan kunjungan rumah untuk Penyuluhan Perorangan /sekaligus tindak
lanjut untuk mengajak lansia untuk datang ke posyandu lansia pada kegiatan
bulan berikutnya

69 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
SKEMA PELAKSANAAN POSYANDU LANSIA “5 MEJA”

Lansia

Meja
1

Meja Meja Meja Meja


5 4 3 2

Keterangan :

1. Meja 1: Pendaftaran
2. Meja 2: pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah.
3. Meja 3: Pencatatan
4. Meja 4: penyuluhan
5. Meja 5: pelayanan Medis

70 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
INSTRUKSIONAL KERJA

PENGOBATAN SEDERHANA

IK.PS UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Ke : Tanggal PENGOBATAN SEDERHANA

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
PENGOBATAN SEDERHANA
Berlaku:

a. Pengertian
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu padapengalaman dan keterampilan turun temurun dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral,sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
b. Prosedur
1. Cuci tangan

71 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
2. Menyiapkan alat dan bahan : bawang merah 5 butir, jahe 2 jari, tepung terigu 1
gelas
3. Bawang merah dan jahe ditumbuk halus
4. Tambahkan tepung terigu dan air masak secukupnya
5. Remas-remas bahan tadi
6. Gosokkan pada bagian tubuh yang sakit
7. Evaluasi tindakan
8. Cuci tangan

72 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
Fase Terapi Daun Sirsak untuk Pasien Kanker

Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah
tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di
berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa).

Daun sirsak memilki lebar 3 -7 cm dan panjang antara 6 – 18 cm. Daun yang tua
berwana hijau tua dan yang muda berwarna hijau kekuningan. Daun sirsak ternyata
mengandung banyak manfaat untuk bahan pengobatan herbal, dan untuk menjaga kondisi
tubuh. Dibalik manfaatnya tersebut ternyata tak lepas dari kandungannya yang banyak
mengandung acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin,
annomuricin, anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid,
muricapentocin. Kandungan senyawa ini merupakan senyawa yang banyak sekali
manfaatnya bagi tubuh, bisa sebagai obat penyakit atau untuk meningkatkan kekebalan
tubuh.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Purdue University Amerika
Serikat, menyatakan bahwa daun sirsak ini memiliki kandungan yang sangat baik untuk
pengobatan berbagai macam penyakit terutama penyakit kanker. Pada penelitian tersebut
membuhktikan bahwa daun sirsak mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Adapun
beberapa jenis kanker yang diklaim dapat diobati adalah kanker payudara, kanker prostat,
kanker paru-paru dan 12 jenis kanker lainya. Cara yaitu ambil 10 lembar daun sirsak tua, lalu
rebuslah dengan 3 gelas air. Biarkan hingga tersisa 1 gelas air, minumlah 2 kali setiap harinya
selama 2 minggu
73 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2
Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
DAFTAR PUSTAKA

Edberg Mark, 2007. Kesehatan Masyarakat Teori Sosial dan Perilaku, , Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Herdman, T. Heather. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014 . 2011

Machfoez dan Suryani, 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi


Kesehatan,Yogyakarta : Salemba Medika

Fitramaya Natoatmodjo Soekidjo,2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta :


Rineka Cipta

Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.


Adams, George L. 1997.BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.

Brown,E.R (1991) Community Action In Health Promotion : A Strategy To Em-Power


Individuals and communities. International journal of Health Service 21(3), 441-456

74 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2


Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus

Anda mungkin juga menyukai