KEPERAWATAN KOMUNITAS 2
PRODI S1 KEPERAWATAN
HALAMAN JUDUL
DISUSUN OLEH :
TIM
Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran praktik klinik Keperawatan khususnya mata
ajaran KEPERAWATAN KOMUNITAS 2. Buku panduan praktik klinik keperawatan
komunitas 2 ini membahas konsep prosedur atau tindakan keperawatan yang berhubungan
keperawatan komunitas antara lain tentang definisi, tujuan, indikasi dan kontra indikasi,
persiapan alat dan prosedur pelaksanaan dari kompetensi hardskill keperawatan komunitas 2.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun demikian
aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap panduan praktik klinik keperawaan komunitas 2 ini dapat dijadikan
petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Kami juga merasa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan buku panduan ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan ini sangat kami harapkan. Semoga
buku panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran laboratorium mahasiswa Prodi
S-1 Keperawatan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................. 5
PETUNJUK PRAKTIKUM .................................................................................................................. 5
BAB III ................................................................................................................................................. 6
MATERI PEMBELAJARAN ............................................................................................................... 6
PENDOKUMENTASIAN ASKEP KOMUNITAS....................................................................... 6
TES MANTOUX ............................................................................................................................ 36
INHALASI MANUAL .................................................................................................................. 44
SAP (SATUAN ACARA PEMBELAJARAN) ............................................................................ 47
POSYANDU BALITA .................................................................................................................. 60
POSYANDU LANSIA .................................................................................................................. 66
PENGOBATAN SEDERHANA................................................................................................... 71
Fase Terapi Daun Sirsak untuk Pasien Kanker............................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 74
PENDAHULUAN
Sesuai dengan judulnya, buku panduan ini hanya merupakan suatu uraian mengenai
prosedur penatalaksanaan keperawatan pada pasien di ranah komunitas yang harus dikuasai
oleh mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus Program Studi S-1 Keperawatan.
Dalam rangka mempersiapkan tugas utama seorang perawat professional yaitu
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien, maka mahasiswa
keperawatan harus membekali diri dengan berbagai kompetensi baik kompetensi knowledge,
hardskill maupun softskill.
Ketiga kompetensi tersebut harus mempunyai bobot yang sama dalam pelaksanaan
tugas utama perawat. Khusus kompetensi hardskill, mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus
Program Studi S-1 Keperawatan diwajibkan mengikuti praktikum keperawatan komunitas 2
untuk semester V.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah antara lain :
1. Mahasiswa dapat memahami konsep prosedur yang akan dilakukan
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan standar operasional prosedur
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap tindakan terkait dengan hambatan atau
kendala yang dihadapi saat tindakan dilakukan, efek samping atau komplikasi dari
tindakan yang dilakukan dan bagaimana cara mengatasinya.
4. Mahasiswa dapat membuat dokumentasi keperawatan komunitas mulai dari pengkajian
sampai evaluasi keperawatan.
PETUNJUK PRAKTIKUM
B. EVALUASI PRAKTIK
a. Ujian kompetensi = 70 %
b. Nilai observasi/project/partisifasi perkuliahan = 30 %
INTRUKSIONAL KERJA
PENDOKUMENTASIAN ASKEP KOMUNITAS
IK.KPSP UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
PENGKAJIAN KOMUNITAS
B. Susunan keluarga
C. Tipe Keluarga :
D. Pengambilan keputusan
1. Siapakah pengambil keputusan dalam keluarga ?
( ) Ayah ( ) Ibu
( ) Anak tertua ( ) Anak laki-laki tertua
2. Apakah perlu bantuan orang lain untuk memecahkan masalah kesehatan dalam
keluarga ?
( ) Ya ( ) Tidak
Bila ya siapa: ……...............................................................
3. Siapa anggota keluarga yang paling dipercaya kepala keluarga untuk
membantu masalah kesehatan yang ada dalam keluarga ?
( ) Anak tertua ( ) Istri
( ) Anak laki-laki tertua ( ) Anak perempuan tertua
B. Kebutuhan Nutrisi
1. Komposisi jenis makanan tiap anggota keluarga
JENIS MAKANAN Rata-rata Jenisnya
Jumlah porsi/hari
Makanan pokok
Lauk pauk
Protein hewani
Protein nabati
Sayuran
Susu
Buah
Suplemen tambahan
C. GAYA HIDUP
1. Apakah keluarga berolahraga secara rutin ?
( ) tidak ( ) ya, sebutkan …………….
2. Kapan olah raga biasa dilakukan ?
( ) setiap hari ( ) setiap minggu ( ) tidak tentu
3. Kebiasaan anggota keluarga yang merugikan kesehatan:
( ) merokok ( ) minuman keras ( ) obat terlarang
( ) makanan siap saji
4. Apakah ada kebiasaan keluarga cuci tangan sebelum makan ?
( ) ya ( ) tidak, mengapa
:...............................................................
5. Apakah keluarga selalu membiasakan diri memakai alas kaki ?
( ) ya ( ) tidak, mengapa…………………..
4. Adakah kegiatan atau nilai agama yang menurut keluarga bertentangan dengan
kesehatan ?
( ) tidak ( ) ya, sebutkan :
5. Apakah persepsi keluarga terhadap kesehatan ?
( ) merupakan hal yang terpenting ( ) tidak tahu
( ) tidak merupakan masalah dalam keluarga
C. Hubungan dengan Masyarakat
1. Apakah anggota keluarga ikut dalam organisasi kemasyarakatan, khususnya
dalam bidang kesehatan ?
( ) tidak, alasannya ( ) ya, sebutkan :
2. Adakah penghargaan yang diterima dari masyarakat karena keikutsertaannya
dalam kegiatan kesehatan di masyarakat ?
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan :
3. Apakah keluarga cukup berpengaruh di dalam masyarakat ?
( ) tidak ( ) ya, alasannya :
4. Adakah konflik keluarga dalam masyarakat ?
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan :
5. Apakah keluarga menggunakan faktor-faktor penunjang yang ada di
lingkungannya untuk memecahkan masalah kesehatan ?
( ) sebutkan : ( ) tidak, alasannya ...........................................
FAKTOR LINGKUNGAN
A. KONDISI RUMAH
1. Jenis bangunan :
( ) Permanen ( ) Semi permanen (3) Non permanen
2. Apakah di rumah terdapat jendela / lubang angin ?
(1) Ya (2) Tidak
B. Pembuangan Sampah
1. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah ?
( ) ya, tertutup ( ) ya, terbuka ( ) tidak
2. Cara pembuangan sampah keluarga :
( ) Dibakar ( ) Dibuang di sungai /selokan
( ) Ditimbun ( ) Dibuang di sembarang tempat
3. Keadaan tempat penampungan sampah :
(1) terpelihara (2) Tidak terpelihara
C. Sumber Air
1. Jenis sumber air:
( ) sumur gali ( ) air sungai
( ) PAM ( ) Tadah hujan
2. Apakah air minum diambil dari sumber air tersebut ?
( ) ya ( ) tidak, bagaimana memperolehnya …………
V. PSIKOLOGI
1. Dalam keluarga apakah ada yang memiliki emosi yang labil
( ) tidak ada ( ) ada, siapa …………………………………………..
2. Adakah konflik atau resiko konflik dalam keluarga
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan ………………..
3. Apakah konflik tersebut sehubungan dengan tahapan tumbuh kembang ?
( ) ya ( ) tidak, jelaskan
4. Adakah peran keluarga dalam mengatasi konflik?
( ) ada, sebutkan …………………… ( ) tidak ada
5. Apakah ada perubahan / konflik ketidaksesuaian peran dalam keluarga ?
( ) tidak ada ( ) ada, jelaskan dan sebutkan
6. Adakah konflik dalam pola interaksi keluarga?
( ) tidak ada ( ) ada, jelaskan !
7. Sifat kominikasi yang sering diterapkan dalam keluarga :
( ) terbuka ( ) tertutup
VI. PSIKOSOSIAL
1. Apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa
( ) Ya, sebutkan ( ) Tidak
2. Bila ya, kondisinya saat ini
3. Upaya apa yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasinya
( ) Ke pelayanan kesehatan ( ) Didiamkan saja ( ) Alternatif
..........................................................................................................
b. Bagaimana cara menanggulanginya ?
...........................................................................................................
2. Kejadian penyakit kronis
a. Apakah ada anggota keluarga yang sedang menderita penyakit kronis ?
( ) tidak ada ( ) ada, sebutkan :
b. Jika ada bagaimana cara menanggulanginya ? ................................
...........................................................................................................
3. Kejadian sakit akhir-akhir ini
a. Apakah ada anggota keluarga yang sakit akhir-akhir ini ( dalam satu tahun
terakhir) ?
( ) ada ( ) tidak ada
b. Jika ada sebutkan dan gejalanya apa : ..............................................
...........................................................................................................
( ) ya ( ) tidak ada
2. Bila ada apakah disertai sesak nafas atau demam ?
( ) ya ( ) tidak
3. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit batuk ?
( ) ya ( ) tidak
4. Apakah batuknya lebih dari 2 minggu?
( ) ya ( ) tidak
5. Apakah pada waktu batuk disertai nyeri ?
( ) ya, dimana : ( ) tidak
6. Apakah pada waktu batuk disertai dahak ?
( ) ya ( ) tidak
warnanya : ..............................................................................................
7. Apakah keluarga yang batuk sering berkeringat pada malam hari?
( ) ya ( ) tidak
8. Apakah dalam keluarga ada yang didiagnosa menderita TBC ?
( ) ya ( ) Tidak
9. Apakah ada kebiasaan membuang dahak di sembarang tempat
( ) ya ( ) tidak
2. Jenis Kontrasepsi
a. Sederhana
b. Efektif
c. Mantap
3. Asal pelayanan KB
a. Bidan
b. Pukesmas
c. Dokter
4. Keluhan yang dirasakan
a. Mens tak teratur
b. Pusing
c. Hyperpigmentasi
d. Kegemukan
e. Tidak ada
5. Pemeriksaan terhadap keluhan
a. Ya
b. Tidak
Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 0-< 1 th
2 1 – 2 th
3 2 - 3 th
4 3 - 4 th
5 4 - 5 th
6 5 - 6 th
Total
Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 6 – 12 th
2 13 – 19 th
3 20 – 26 th
4 27 – 33 th
5 34 – 40 th
6 41 – 47 th
7 48 – 54 th
8 > 55 th
Total
Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 6 – 12 th
2 13 – 19 th
3 20 – 26 th
4 27 – 33 th
5 34 – 40 th
6 41 – 47 th
7 48 – 54 th
8 > 55 th
Total
Table 15. Distribusi Frekuensi Status Gizi Keluarga (Wanita) Berdasarkan
Parameter Umur Dibanding Berat Badan
Prosentasi KEP
No Umur Jumlah Normal (%) > Normal
Ringan Sedang Berat
1 6 – 12 th
2 13 – 19 th
3 20 – 26 th
4 27 – 33 th
5 34 – 40 th
6 41 – 47 th
7 48 – 54 th
8 > 55 th
Total
Kemungkinan diatasi
Potensial utk penkes
Sesuai Peran CHN
Resiko terjadi
Minat masy.
Tersedianya Sumber
Total Nilai
DX Kep
Fasilitas
Fasilitas
Petugas
Tempat
Waktu
Dana
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
O:
A:
P:
TES MANTOUX
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
a. DEFINISI
Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang
sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk
mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat
dari kultur Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi. Pada
penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan
menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah
sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya
pada perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan
mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik. Test mantoux
adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu
dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC
sebanyak 0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
Berlaku:
b. TUJUAN
Tujuan dari tes mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk
mendiagnosis infeksi TBC. Kenapa salah satu? Karena ternyata tidak mudah untuk
mendiagnosis TBC sehingga perlu banyak faktor untuk mengetahui pasti bahwa
seseorang memang terinfeksi TBC dan harus menjalani pengobatan. Hasil tes
Mantoux saja tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis karena kadang hasil
tes ini memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Hasil pemeriksaan tes
mantoux ini harus didukung dengan keluhan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
laboratorium yang ada.
d. PRINSIP DASAR
Setelah seseorang terinfeksi kuman mycobacteria, sel limfosit T akan
berproliferasi dan menjadi tersensitisasi. Sel T yang tersensitisasi masuk ke dalam
aliran darah dan bersirkulasi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Proses
sensitisasi ini terjadi pada kelenjar getah bening regional dan memerlukan waktu 2-
12 minggu setelah infeksi. Sekali terinfeksi, maka sensitisasi terhadap tuberkulin
akan menetap. Injeksi tuberkulin pada kulit akan menstimulasi sel-sel limfosit dan
terjadi aktivasi rentetan kejadian yang termasuk dalam respon hipersensitivitas tipe
lambat (delayed-type hypersensitivity/DTH). Respons ini dikatakan lambat oleh
karena reaksi memerlukan waktu berjam-jam. Reaktivitas kulit mencakup
vasodilatasi, edema, infiltrasi sel-sel limfosit, basofil, monosit dan netrofil ke lokasi
suntikan. Antigen-spesific limfosit T akan berproliferasi dan melepaskan limfokin,
yang akan mengundang akumulasi sel-sel alin ke lokasi suntikan. Terjadilah indurasi
yang mencerminkan aktivitas DTH. Pada pasien yang sudah pernah terinfeksi, DTH
muncul setelah 5-6 jam dan kebanyakan mencapai indurasi maksimal 48-72 jam.
e. PROSES PENYUNTIKAN TEST MANTOUX
Berlaku:
TBC. Itu karena sistem imun bayi usia ini masih belum baik. Kendati kasusnya
sangat jarang ditemui, setidaknya orangtua dapat segera mengatasinya bila
bayinya memang positif TBC.
Berlaku:
Anak-anak dengan TB, umumnya terlihat berbeda dari anak kebanyakan yang
sehat dalam beraktivitas. Ia tampak lemah, lesu dan tidak bersemangat.
d. Reaksi cepat BCG
Pada lokasi suntik vaksin BCG akan timbul tanda menyerupai bisul. Jika
reaksi ini muncul lebih cepat, misalnya seminggu setelah pemberian, berarti
tubuh anak sudah terinfeksi TB. Padahal normalnya, tanda itu paling cepat
muncul pada 2 minggu setelah anak divaksinasi BCG. Namun rata-rata,
benjolan pada kulit muncul setelah 46 minggu.
e. Batuk berulang
Batuk berkepanjangan merupakan gejala yang paling dikenal di kalangan
masyarakat sebagai pertanda TBC. Batuk yang awalnya berupa batuk kering
kemudian lama-kelamaan berlendir dan berlangsung selama 2 minggu lebih,
merupakan salah satu tanda TBC. Gejala ini akan muncul bila sudah terdapat
gangguan di paru-paru. Hanya saja, bedakan dari batuk alergi dan asma.
f. Benjolan di leher
Pembesaran kelenjar getah bening di leher samping dan di atas tulang
selangkangan bisa saja merupakan tanda TBC. Karena , kelenjar getah bening
merupakan salah satu benteng pertahanan terhadap serangan kuman. Kelenjar
ini akan membesar bila diserang kuman. Namun, meski merupakan salah satu
gejala TB, tidak semua pembengkakan kelenjar getah bening adalah gejala
penyakit TB. Bisa jadi pembengkakan itu karena adanya infeksi atau radang di
tenggorokan.
g. Demam dan berkeringat di malam hari
Gejala awal TBC biasanya muncul demam pada sore dan malam hari, disertai
keluarnya keringat. Gejala ini dapat berulang beberapa waktu kemudian.
Namun hal ini tetap belum dapat memastikan kalau anak menderita TBC.
Tidak selalu anak-anak yang berkeringat di malam hari menderita TB.
Keringat tidur justru merupakan pertanda sistem metabolisme yang sedang
aktif bekerja. Tak heran, pada saat tidurlah anak-anak mengalami metabolisme
yang pesat.
h. Diare persisten
Diare akibat TBC biasanya tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa.
Sebagai orangtua, kita bisa membantu dokter untuk menjelaskan apakah
gejala-gejala di atas memang muncul pada anak atau tidak; berapa lama
berlangsungnya, dan seberapa sering gejala-gejala tersebut muncul. Dari
pengamatan kita sehari-hari, dokter akan sangat terbantu untuk mendiagnosis
penyakit anak serta memutuskan apakah perlu dijalani tes Mantoux atau tidak.
39 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2
Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: TES MANTOUX No. Dokumen:
Berlaku:
Catatan
a. Perhatikan cara penyimpanan PPD sesuai petunjuk pada kemasan
b. PPD aman bagi bayi berapapun usianya bahkan aman pula bagi wanita hamil
c. Tes Mantoux bukan merupakan kontra indikasi bagi:
- Pasien yang pernah diimunisasi BCG
- Pasien yang pernah dilakukan tes Mantoux sebelumnya dan hasilnya positif
(dalam hal ini pengulangan diperlukan karena hasil tes Mantoux sebelumnya
tidak tercatat dengan baik)
- Pasien sedang dalam kondisi demam, sakit, maupun pasien dengan
imunokompromais
d. Adanya parut yang besar pada bekas tes Mantoux sebelumnya merupakan petunjuk
hasil positif pada tes terdahulu dan tidak perlu diulang. Namun perlu ditekankan
bahwa tes Mantoux menggunakan PPD dan bukan vaksin BCG.
Pembacaan
1) Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam
- Minta pasien control kembali jika indurasi muncul setelah pembacaan
- Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid
- Bila pasien tidak control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes
Mantoux harus diulang.
Berlaku:
Catatan:
Reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkulin yang munculnya cepat (immediate
hypersensitivity reactions) dapat timbul segera setelah suntikan dan biasanya
menghilang dalam 24 jam. Hal ini tidak mempunyai arti dan bukan menunjukkan
hasil yang positif.
False Negative
Pasien-pasien tertentu yang terinfeksi tuberkulosis mungkin dapat menunjukkan
hasil tes Mantoux yang negatif. Kondisi demikian disebut dengan anergi. Anergi
kemungkinan terjadi pada pasien:
Berlaku:
PENYIMPANAN
PPD RT 23 harus disimpan pada suhu antara +2 oC dan +8oC. Terlindung dari
cahaya. Jangan Dibekukan. Setelah Dibuka, isi vial harus digunakan dalam 24
jam. Setelahnya jika ada sisa, harus dibuang.
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
a. Pengertian
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat melalui saluran pernafasan
bagian atas
b. Tujuan
1. Mengencerkan sekret agar mudah keluar
2. Melonggarkan jalan nafas
3. Selaput lender pada saluran nafas menjadi tetap lembab
4. Mengobati peradangan pada saluran pernafasan bagian atas
c. Indikasi
1. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret
2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas
d. Peralatan
1. Baskom/gelas berisi air mendidih
2. Obat: menthol, vicks, minyak kayu putih
3. Handuk 2 buah
4. Bengkok 1 buah
5. Peniti 2 buah
6. Tissue
7. Kain pengalas untuk baskom air panas
e. Prosedur Kerja
1. Memberi tahu tentang tujuan dan prosedur kerja kepada klien
2. Memasang sampiran
3. Membawa Alat – alat ke dekat klien
4. Mencuci tangan
5. Mengatur pasien dalam posisi duduk, rileks/santai
6. Memasang handuk pada dada klien, dan kemudian penitikan ke punggung
7. Tempatkan baskom/gelas berisi air panas di atas meja pasien yang diberi
pengalas
8. Masukkan obat (mentol/vicks/minyak kayu putih) kedalam baskom/gelas
9. Menutup baskom dengan handuk sedemikian rupa sehingga menyerupai corong,
kemudian mulut dan hidung klien dihadapkan ke baskom dan minta klien untuk
menghirup uap air dari baskom selama 10 – 15 menit.
10. Gunakan teknik nafas dalam dan relaksasi.
a. Hirup udara dengan hidung , rasakan sampai penuh diparu, dan perut
membesar (dalam hitungan 1,2,3)
b. Tahan sebentar samapi hitungan 1,2,3
c. Hembuskan perlawan lewat mulut secara perlahan(seperti bersiul)
d. Ulangi cara diatas dan lakukan selama 10 -15 menit
11. Setelah selesai bersihkan mulut dan hidung dengan kertas tissue
12. Merapikan Klien
13. Membereskan alat
14. Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
A. DEFINISI
Pemberian materi pendidikan kesehatan harus sesuai dengan Satuan Acara
Pendidikan (SAP). Satuan Acara Pendidikan berfungsi sebagai pedoman kerja dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan
B. KERANGKA SAP
1. Menentukan prioritas masalah
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan maslow
2. Mengidentifikasikan area/pesan pokok
Sesuaikan dengan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
3. Menentukan latar belakang masalah
Sesuaikan dengan tema yang dipilih dan fenomena yang terjadi sesuai dengan
keadaan sesungguhnya
4. Menentukan tujuan
Tujuan disusun berdasarkan TIU/TIK
a. Tujuan Instruksional Umum, merupakan penjabaran tujuan pembelajaran
yang relevan dengan Pokok Bahasan.
b. Tujuan Instruksional Khusus, merupakan penjabaran dan spesifikasi dari
tujuan Instruksional Umum.
2. Menentukan sasaran
Sasaran berupa Individu, Keluarga/Kelompok, Masyarakat
3. Menentukan isi
Merupakan materi pendidikan yang akan disampaikan, sesuai dengan TIK.
4. Menetukan metoda
Metoda pembelajaran harus disesuaikan dengan sasaran dan aspek (pengetahuan,
sikap, keterampilan) yang ingin dicapai. Sesuaikan juga dengan sumber daya yang
tersedia.
5. Menentukan media
Media yang digunakan harus sesuai dengan sasaran, tingkat pendidikan, aspek
yang ingin dicapai, metoda yang dipakai dan sumber daya yang ada.
6. Menentukan tempat/setting tempat
Pengaturan tempat yang digunakan untuk prmbelajaran
7. Menentukan rencana kegiatan
terdiri dari
a. Pendahuluan: mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pendidikan, menjelaskan maksud program dan tujuannya.
b. Penyajian: penyampaian pesan sesuai metoda dan media yang digunakan.
c. penutup: menguji keberhasilan penyampaian pesan dan tindak lanjut.
8. Menentukan evaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian terhadap keberhasilan program pendidikan
dengan melihat perubahan yang terjadi pada aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan sesuai dengan rancangan tik/tiu yang telah disusun sebelumnya.
Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kebersahilan tersebut dapat berupa :
kuesioner, lembar observasi (daftar cheklis), wawancara, dokumentasi.
9. Sumber/referensi
Merupakan buku yang dipakai sebagai sumber bahan pengajaran, meliputi : judul
buku, penulis/pengarang, penerbit, tahun terbit bab dan halaman.
I. LATAR BELAKANG
Setelah penderita mengalami operasi mata, maka satu/ke-dua matanya akan
ditutup, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari perlu mendapatkan
bantuan baik oleh perawat dan keluarganya. Dalam keadaan demikian, perawat harus
berhati-hati dalam melakukan tindakan keperawatan dan bekerja sama dengan klien
dan keluarganya untuk mencegah terjadinya komplikasi. Untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan ini, maka suasana dalam ruangan harus tenang dan adanya
pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan sesudah operasi.
II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan pasien post operasi katarak mampu
untuk melakukan perawatan post operasi katarak,
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 kali pertemuan, diharapkan klien
dan keluarga dapat :
a. Mengetahui tentang pengertian perawatan setelah operasi
b. Mengetahui tentang tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
c. Mengetahui tentangHal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah operasi
d. Mengetahui tentang Cara memberi salep dan tetes mata
III. SASARAN
Pasien dan keluarga pasien Post operasi Katarak
Moderator
Penyaji
Audien Audien
IX. EVALUASI
Evaluasi Hasil
1. Struktur persiapan
a. 1 hari sebelum proses pembelajaran, SAP sudah siap
b. Alat
c. Penentuan waktu dan tempat
d. Materi
2. Proses
a. 30 menit sebelum proses penyuluhan, penyaji siap atau sudah datang
b. 15 menit sebelum proses penyuluhan peralatan siap
c. 10 menit sebelum proses penyuluhan peralatan audiens sudah dating
d. Selama proses penyuluhan audien tidak boleh meninggalkan ruangan
e. Audiens aktif bertanya dan memperhatikan
X. DAFTAR PERTANYAAN
1. Mengetahui tentang pengertian perawatan setelah operasi
2. Mengetahui tentang tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
3. Mengetahui tentangHal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah operasi
4. Mengetahui tentang Cara memberi salep dan tetes mata
XI. DAFTAR PUSTAKA
a. P.N oka. (1993) Ilmu Perawatan Mata. Airlangga university Press. Surabaya
b. Joyce L.K. (1996) Farmakologi Pendekatan Proses Keperwatan. EGC. Jakarta.
I. LATAR BELAKANG
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ
tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.
Di Amerika, tonsilektomi digolongkan operasi mayor karena kekhawatiran
komplikasi, sedangkan di Indonesia tonsilektomi digolongkan operasi sedang karena
durasi operasi pendek dan tidak sulit. Di Indonesia data nasional mengenai jumlah operasi
tonsilektomi belum ada. Namun data yang didapatkan dari RSUPNCM selama 5 tahun
terakhir (1993-2003) menunjukan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi
dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun
2003 ( 152 kasus).
Tonsilektomi merupakan pembedahan yang paling banyak dan biasa dilakukan di
bagian THT (Telinga, Hidung dan Teng-gorok), oleh karena itu sering dianggap sebagai
pembedahan kecil saja. Tetapi bagaimanapun juga, tonsilektomi adalah suatu pembedahan
yang merupakan tindakan manipulasi yang dapat menimbulkan trauma dengan risiko
kerusakan jaringan. Komplikasi mulai dari yang ringan bahkan sampai mengancam
kematian atau gejala subyektif pada pasien berupa rasa nyeri pasca bedah dapat saja
terjadi.
II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan pasien post operasi katarak mampu
untuk melakukan perawatan post operasi tonsilitis,
Penyaji
Audien Audien
IX. EVALUASI
Evaluasi Hasil
3. Strukturpersiapan
a. 1 hari sebelum proses pembelajaran, SAP sudah siap
e. Alat
f. Penentuan waktu dan tempat
g. Materi
3. Proses
a. 30 menit sebelum proses penyuluhan, penyaji siap atau sudah datang
b. 15 menit sebelum proses penyuluhan peralatan siap
c. 10 menit sebelum proses penyuluhan peralatan audiens sudah datang
d. Selama proses penyuluhan audien tidak boleh meninggalkan ruangan
e. Audiens aktif bertanya dan memperhatikan
VIII. DAFTAR PERTANYAAN
1. Mengetahui tentang pengertian perawatansetelahoperasi
2. Mengetahui tentang tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
3. Mengetahui tentang Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah
operasi
MATERI
5. pengertian perawatan setelah operasi
Yaitu perawatan yang dilakukan dengan hati-hati dan cara-cara tertentu sesudah
operasi yang meliputi tirah baring, penggunaan obat, perawatan luka dan lain-lain)
untuk mencapai kesembuhan yang optimal melalui kerjasama dokter/perawat-
penderita/keluarga
6. tujuan dan maksud perawatan setelah operasi
o Mendapatkan partisipasi dan kerjasama antara perawat/dokter dengan
penderita/keluarga dalam perawatan
o Mencapai kesembuhan yang optimal, sehingga hari perawatan cepat dan biaya
murah
o Memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam kemandirian perawatan
selanjutnya.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan sesudah operasi
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1. Menelan berulang
2. Muntah darah segar
3. Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Memberikan cairan bila muntah telah reda
d. Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari ada kepingan kecil).
e. Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
f. Menawarkan makanan
1. Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
2. Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati
pada pagi hari setelah perdarahan.
POSYANDU BALITA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
A. Pengertian
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pemeliharaan kesehatan yang
dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait.
(Departemen Kesehatan RI. 2006).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya
merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB – kesehatan
ibu dan anak (KIA), Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu
dan tempat yang sama ( Effendy, 1998 )
C. Sasaran posyandu
1. Bayi
2. Balita
3. Ibu hamil, menyusui, nifas
4. Wanita usia subur.
D. Pengelola Posyandu
1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah.
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat.
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK.
4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa.
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas)
E. Pembentukan Posyandu
Langkah - langkah pembentukan posyandu adalah :
1. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
2. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan
teknis unsur kesehatan dan KB .
3. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawasdiri, sarana
dan prasarana posyandu, biaya posyandu .
4. Pemilihan kader Posyandu.
5. Pelatihan kader Posyandu.
6. Pembinaan.
Meja 1
Meja 1
Pendaftaran Balita dan
Ibu Hamil
Meja 2
Meja 2
Penimbangan Balita dan Ibu
Hamil
Meja 3
Meja 3
Pencatatan Hasil
Penimbangan
Meja 4
Meja 4
Penyuluhan Ibu Balita dan
Ibu Hamil
Meja 5
Meja 5
Pelayanan Kesehatan
POSYANDU LANSIA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
A. Pengertian
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang
mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan ber- negara
(UU RI No 13 tahun 1998). Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut
usia (Depkes, 2000). Posyandu lansia adalah wadah pelayanan kepada lansia di
masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat
a. Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah
terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya.
b. Meja 2: Tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan
tinggi badan serta perhitungan index masa tubuh (IMT).
a. Meja 3:
Melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan darah, gula
darah, HB dan pemberian vitamin, dan lain-lain).
b. Meja 4: Penyuluhan
c. Meja 5
Kegiatan yang dilakukan pada meja 5 adalah memberikan informasi dan melakukan
kegiatan sosial (pemberian makanan tambahan, bantuan modal, pendampingan dan
lain-lain sesuai kebutuhan).
b. Tugas-tugas kader pada saat kegiatan posyandu berlangsung disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja.
c. Tugas kader setelah pelaksanan kegiatan posyandu (H+ Posyandu)
1. Memindahkan catatan-catatan pada KMS lansia ke dalam buku register atau
buku bantu kader.
2. Melakukan evaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu
lansia pada bulan berikutnya.
3. Melakukan diskusi kelompok (Penyuluhan Kelompok) bersama lansia
(Paguyuban Lansia).
4. Melakukan kunjungan rumah untuk Penyuluhan Perorangan /sekaligus tindak
lanjut untuk mengajak lansia untuk datang ke posyandu lansia pada kegiatan
bulan berikutnya
Lansia
Meja
1
Keterangan :
1. Meja 1: Pendaftaran
2. Meja 2: pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah.
3. Meja 3: Pencatatan
4. Meja 4: penyuluhan
5. Meja 5: pelayanan Medis
PENGOBATAN SEDERHANA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
a. Pengertian
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu padapengalaman dan keterampilan turun temurun dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral,sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
b. Prosedur
1. Cuci tangan
Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah
tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di
berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa).
Daun sirsak memilki lebar 3 -7 cm dan panjang antara 6 – 18 cm. Daun yang tua
berwana hijau tua dan yang muda berwarna hijau kekuningan. Daun sirsak ternyata
mengandung banyak manfaat untuk bahan pengobatan herbal, dan untuk menjaga kondisi
tubuh. Dibalik manfaatnya tersebut ternyata tak lepas dari kandungannya yang banyak
mengandung acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin,
annomuricin, anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid,
muricapentocin. Kandungan senyawa ini merupakan senyawa yang banyak sekali
manfaatnya bagi tubuh, bisa sebagai obat penyakit atau untuk meningkatkan kekebalan
tubuh.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Purdue University Amerika
Serikat, menyatakan bahwa daun sirsak ini memiliki kandungan yang sangat baik untuk
pengobatan berbagai macam penyakit terutama penyakit kanker. Pada penelitian tersebut
membuhktikan bahwa daun sirsak mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Adapun
beberapa jenis kanker yang diklaim dapat diobati adalah kanker payudara, kanker prostat,
kanker paru-paru dan 12 jenis kanker lainya. Cara yaitu ambil 10 lembar daun sirsak tua, lalu
rebuslah dengan 3 gelas air. Biarkan hingga tersisa 1 gelas air, minumlah 2 kali setiap harinya
selama 2 minggu
73 Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas 2
Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
DAFTAR PUSTAKA
Edberg Mark, 2007. Kesehatan Masyarakat Teori Sosial dan Perilaku, , Jakarta : Buku
Kedokteran EGC