PENDAHULUAN
Gejala khasnya meliputi batuk, nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas. Alat
diagnostik mencakup rontgen dan pengambilan kultur dari sputum. Vaksin untuk
mencegah jenis pneumonia tertentu kini sudah tersedia. Pengobatan yang dilakukan
bergantung pada penyebab dasarnya. Dugaan pneumonia bakterial diobati
dengan antibiotik. Jika pneumonianya parah, penderita biasanya dirujuk ke rumah
sakit.3,4
Setiap tahunnya, pneumonia menjangkiti sekitar 450 juta orang, tujuh persen dari
total populasi dunia, dan menyebabkan sekitar 4 juta kematian. Walaupun pneumonia
dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai "the captain of the men of
death" (pemimpin kematian), penemuan terapi antibiotik dan vaksin pada abad ke-20
telah meningkatkan daya tahan hidup. Meskipun demikian, di negara berkembang,
dan di antara orang-orang berusia sangat lanjut, sangat muda, dan penderita sakit
kronis, pneumonia tetap menjadi penyebab kematian yang utama.4
1
Melihat dari masih tingginya angka kejadian dan angka kematian yang disebabkan
oleh Pnemonia di dunia dan di Indonesia, maka penulis merasa perlu adanya kajian
dan telaah lebih tetang pneumonia. Sehingga penulis memilih tema Pnemonia sebagai
tema utama dalam penulisan karya ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang mengenai
parenkim paru, biasanya ditandai dengan pengisian cairan atau konsolidasi pada
ruang alveoli. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada kapiler-kapiler
pembuluh darah di dalam alveoli, sehingga pada penderita pneumonia cairan yang
mengisi alveoli akan mengakibatkan hambatan dalam pertukaran gas setempat.
Terjadinya pneumonia pada anak dapat dibedakan menjadi 4 secara anatomis yaitu
pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia), pneumonia
interstisialis, dan pleuroneumonia. Infeksi pada anak sering kali berupa
bronkopneumonia dimana terjadi proses infeksi akut pada bronkiolus dan alveoli di
sekitarnya yang akan memberikan gambaran konsolidasi patchy pada lapang paru.1,6
2.2. Epidemiologi
Pneumonia dapat terjadi pada semua kalangan umur, tetapi insiden teringgi terjadi
pada anak dibawah umur 5 tahun (balita). Pneumonia menimbulkan angka morbiditas
yang tinggi pada anak-anak di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama
kematian pada anak balita di negara berkembang. Pada tahun 2008 pneumonia
menyerang sekitar 156 juta anak – anak ( 151 juta anak di negara berkembang dan 5
juta anak di negara maju ) dengan 61 juta kasusnya terjadi di regio Asia Tenggara.
Dimana dengan angka insiden pneumonia pada anak-anak di regio Asia Tenggara
sebesar 0,36 episode per tahun, sementara rata-rata dunia adalah 0,26 dan rata-rata
untuk negara berkembang adalah 0,295. Untuk perbandingan lebih lanjut sebanyak
1,6 juta anak meninggal atau 28 – 34% berusia di bawah 5 tahun dengan 95% terjadi
di negara berkembang. Insiden pneumonia diperkirakan sebanyak 36 dari 100 orang
(anak di kalangan anak < 5 tahun) di regio Asia Tenggara. Insiden ini adalah tertinggi
di dunia. WHO memperkirakan bahwa 1 dari 3 bayi baru lahir meninggal karena
pneumonia. Hal ini menandakan bahwa penyebab utama kematian pada anak terjadi
pada negara – negara berpenghasilan rendah.7
3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, pneumonia merupakan
penyakit penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare diantara balita. Angka
mortalitas pneumonia pada balita mencapai 15,5%. Data Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Kementerian
Kesehatan, pada 2012 ditemukan sekitar 549.708 kasus pneumonia di seluruh
Indonesia dan setiap harinya sekitar sekitar 416 anak Indonesia meninggal dunia
akibat pneumonia. Artinya, ada satu anak yang meninggal dalam waktu empat menit
akibat penyakit tersebut.5
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan tempat kejadiannya pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi :1
a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia,
CAP): pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu terjadinya infeksi di
luar lingkungan rumah sakit. Infeksi saluran pernapasan bawah yang terjadi
dalam 48 jam setelah dirawat di rumah sakit pada pasien yang belum pernah
dirawat di rumah sakit selama > 14 hari.
4
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang
terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. Jenis ini
didapat selama penderita dirawat di rumah sakit.6
Berdasarkan derajat gejala klinisnya World Health Organization (WHO) membagi
pneumonia menjadi:1
a. Bukan Pneumonia
b. Pneumonia Tidak Berat
Batuk
Sesak napas
Napas cepat (takipneu)
- Usia < 2 bulan : ≥ 60x/ menit
- Usia 2-12 bulan : ≥ 50x/menit
- Usia 1-5 tahun : ≥ 40x/menit
- Usia 5-8 tahun : ≥ 30x/menit
c. Pneumonia Berat
Batuk atau sesak napas disertai salah satu di bawah ini:
- Retraksi dinding dada
- Napas cuping hidung
- Grunting (merintih)
Auskultasi ditemukan ronki positif, suara napas menurun dan suara napas
bronkial positif
d. Pneumonia Sangat Berat
Batuk atau sesak napas yang disertai dengan:
- Sianosis sentral
- Kejang, letargi, kesadaran menurun
- Anggukan kepala
- Tidak bisa minum
- Muntah
Auskultasi ditemukan ronki positif, suara napas menurun dan suara napas
bronkial positif.1
2.4. Etiologi
Pneumonia umumnya dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk penyebab lainnya seperti bahan kimia dan benda asing yang teraspirasi. Di negara berkembang, pneumonia biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri, sedangkan di negara maju disebabkan oleh virus.8
Umur Etiologi
5
< 3 bulan Sering : Streptokokus Grup B, Respiratory syncytial
virus, Parainfluenza virus, C. trachomatis, B. pertussis
Jarang : S. pneumoniae, S. aureus, Haemophilus
influenza, Bakteri enterik gram (-)
3 bulan – 5 tahun Respiratory syncytial virus, Haemophilus influenza,
rhinovirus, adenovirus, Parainfluenza virus influenza
virus, S. aureus, S. pyogenes
>5 tahun M. pneumoniae, C. pneumonia
Tabel 1. Etiologi Pneumonia pada anak menurut kategori umur.1
a. Pneumonia bakteri
Dapat terjadi pada semua umur dari bayi hingga lanjut usia. Penyebab
utamanya adalah Streptococcus pneumonia. Terjadi karena system kekebalan
tubuh yang menurun dan malnutrisi sehingga bakteri cepat berkembang dan
merusak paru.
b. Pneumonia virus
Lebih sering terjadi dibandingkan dengan pneumonia bakterial. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini lebih sering dikaitkan dengan infeksi saluran napas
atas, namun pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Pada
umumnya sebagian besar pneumoni jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat.Namun bila infeksi terjadibersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian
c. Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder dengan predileksi tersering pada penderita
yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Adapun agen yang menginfeksi
yaitu Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Blastomyces
dermatitides, Candida albicans, dan Aspergillus.
d. Pneumonia protozoa
6
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang
prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari.
e. Pneumonia aspirasi
Terjadi karena aspirasi cairan, muntahan, makanan, cairan amniotic, debris,
asap rokok, bahan kimia, dan benda asing lainnya. Ini akan menyebabkan
iritasi pada paru sehingga menjadi area untuk infeksi sekunder.5
7
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Penyebab paling sering
pneumonia adalah virus dan bakteri. Sebagian kecil pneumonia merupakan akibat
sekunder dari viremia/bakteremia atau penyebaran dari infeksi intra abdomen. Dalam
keadaan normal saluran respiratori bawah mulai dari sublaring hingga unit terminal
adalah steril. Pneumonia ditandai oleh inflamasi alveoli dan ruang udara terminal
sebagai respon terhadap invasi oleh agen infeksius yang menuju paru melalui jalur
hematogen atau inhalasi. Aktivitas respon inflamasi menyebabkan migrasi target dari
fagosit, dengan pelepasan substansi toksik dari granul. Kerusakan paru disebabkan
oleh mikroorganisme penginvasi atau material asing dan respon inflamasi dari sistem
pertahanan tubuh yang dapat merusak jaringan tubuh separah atau bahkan lebih buruk
dari agen penginvasi.1,9,10
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk
kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung
kemudian menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian
sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel
yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus, dapat
terjadi kerusakan paru. Sel darah putih, sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi
sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang
rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran
darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru, banyak virus merusak organ
lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat
membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena
bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
8
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influenza, virus
syccytial respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus herpes simpleks
jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah
pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh
cytomegalovirus (CMV).13
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada
infeksi pada bagian lain dari tubuh. Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari
saluran pernapasan atas seperti hidung, mulut, dan sinus dan dapat dengan mudah
dihirup menuju alveoli. Setelah memasuki alveoli, bakteri mungkin menginvasi
ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung. Invasi ini
memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel
darah putih, menuju paru. Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang
berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin, menyebabkan aktivasi umum dari
sistem imun. Hal ini menyebabkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada
pneumonia yang disebabkan bakteri dan jamur.Neutrophil, bakteri, dan cairan dari
sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.13
Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan
penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah
rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal, dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas
pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum
dari pneumonia yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri
gram negatif dan bakteri atipikal. Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram
negatif” merujuk pada warna bakteri (ungu atau merah) ketika diwarnai
menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan
karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,
menyebabkan pneumonia yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang
berbeda dari bakteri yang lain.13
9
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut
dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut pneumococcus
adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumonia pada segala usia kecuali pada
neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus
aureus. Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri
gram negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni
termasuk Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli,
Pseudomonasaeruginosa, dan Moraxella catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada
perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.
Bakteri atipikal yang menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila
pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan Legionella pneumophila.13
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri. Pneumonia
yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcusneoformans, Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi, dan
Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit ini secara khas
memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan. Setelah memasuki tubuh, mereka
berjalan menuju paru-paru, biasanya melalui darah. Terdapat seperti pada pneumonia
tipe lain, kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang menyebabkan
ganguan transportasi oksigen. Salah satu tipe dari sel darah putih, eosinofil berespon
dengan dahsyat terhadap infeksi parasit. Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan
pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia
yang disebabkan parasit. Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia
adalah Toxoplasma gondii, Strongioides stercoralis dan Ascariasis13
10
Untuk mendiagnosis pneumonia kita perlu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan apakah benar pneumonia dan derajat
dari pneumonia. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik umumnya akan didapatkan
manifestasi nonspesifik seperti demam, sakit kepala, iritabel, malaise, nafsu makan
menurun, keluhan saluran cerna, gelisah. Dapat juga berupa tanda infeksi saluran
pernafasan yang tidak spesifik seperti batuk, takipne, ekpektorasi sputum, napas
cuping hidung, sesak napas, merintih, air hunger, sulit minum, sianosis, kejang,
distensi abdomen, hepar mungkin teraba. Dan tanda pneumonia yang lebih spesifik
berupa retraksi dinding dada, fremitus melemah, pekak pada perkusi, suara napas
melemah, dan terdengar ronki basah halus (kadang-kadang terdengar mengi). Dapat
dijumpai “anggukkan kepala”, kaku kuduk (meningismus), nyeri dada, friction rub,
dan nyeri abdomen.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka kita dapat mengarahkan
pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan dalam mendiagnosis pneumonia.
Pada pemeriksaan darah lengkap umumnya ditemukan leukositosis dengan dominan
PMN terutama pada penumonia bakteri. Foto polos dada merupakan standar emas
dalam mengkonfirmasi diagnosis dari pneumonia. Foto x-ray dada terutama
dianjurkan dilakukan pada pasien berusia di bawah 5 tahun dengan demam yang tidak
diketahui penyebabnya.10
Dari hasil foto dada baik AP, PA, dan lateral temuan konsolidasi lobus umumnya
diasosiasikan dengan infeksi pneumococcal dan temuan infiltrat intersititial
diasosiasikan dengan infeksi virus. Pada gambaram pneumokokel dan abses pada foto
x-ray dada diasosiasikan dengan infeksi S. Aureus, S. Pneumonia, H. Influenzae dan
bakteri enterik gram negatif. Gambaran efusi pleura ditemukan pada pneumonia
akibat infeksi S. aureus, S. Pneumonia dan M. pneumonia. Foto X-ray follow-up tidak
dianjurkan dilakukan hal ini dikarena perbaikan klinis biasanya mendahului
perbaikan radiografik.10,12
11
Hitung leukosit, penghitungan total neutrofil, protein reaktif C dan laju endap darah
tidak membantu membedakan pneumonia viral dengan pneumonia bakteri. Riset
mengenai pemanfaatan level procalcitonin untuk membedakan pneumonia akibat
infeksi bakteri dan virus serta untuk deteksi dini infeksi invasif telah banyak
dilakukan. Procalcitonin menyediakan spesifisitas yang lebih baik dari protein reaktif
C dalam membedakan kausa bakteri atau virus dari suatu demam, dengan sensitivitas
yang sama.12
12
Bagan 1. Penatalaksaan penumonia berdasarkan manifestasi klinis
Untuk pasien dengan rawat jalan, pilihan pertama antibiotik oral yang
direkomendasikan uantuk penanganan pneumonia adalah kotrimoxazol. Antibiotik ini
dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotik pilihan
kedua adalah amoksisilin.14
13
Golongan antibiotika yang paling banyak digunakan dalam kasus pneumonia adalah
golongan sefalosporin generasi ketiga dan penisilin. Kedua golongan antibiotika ini
merupakan broad spectrum yang memiliki aktifitas baik terhadap bakteri Gram
negatif maupun bakteri Gram positif dan aktif melawan S. pneumoniae. Penisilin
tunggal (ampisilin, amoksilin) digunakan sebagai terapi first line pada semua umur
jika S. pneumoniae diduga sebagai patogen yang paling mungkin.15
14
Bagan 2. Penanganan pneumonia berat pada anak > 2 tahun16
Semua pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan diklasifikasikan
sebagaipneumonia berat, tidak boleh diobati di rumah, harus segera dirujuk ke rumah
sakit.Tatalaksana pneumonia berat pada anak yang berumur ≤ 2bulan adalah sebagai
berikut:
15
Bagan 3. Penanganan pneumonia berat pada anak ≤ 2 tahun16
Selain pemilihan antibiotika yang tepat untuk pasien pneumonia, terapi suportif juga
penting untuk diberikan seperti;
16
-
Pemberian oksigen melalui kateter hidung atau masker. Jika penyakitnya berat
dan sarana tersedia, alat bantu napas mungkin diperlukan terutama bila
terdapat tanda gagal napas.
-
Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan rumatan yang diberikan
mengandung gula dan elektrolit yang cukup. Jumlah cairan sesuai berat
badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Pasien yang mengalami sesak yang
berat dapat dipuasakan, tetapi bila sesak sudah berkurang asupan oral dapat
segera diberikan. Pemberian asupan oral diberikan bertahap melalui NGT
(selang nasogastrik) drip susu atau makanan cair. Dapat dibenarkan pemberian
restriksi cairan 2/3 dari kebutuhan rumatan, untuk mencegah edema paru dan
edema otak akibat SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretic
Hormone).
-
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
untuk memperbaiki transport mukosiliar.
-
Koreksi kelainan elektrolit atau metabolik yang terjadi misalnya
hipoglikemia, asidosis metabolik.
-
Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya serta
komplikasi bila ada.18
17
kematian. Akses yang terbatas untuk klinik dan rumah sakit, akses terbatas untuk
sinar x, terbatasnya antibiotik pilihan dan ketidak mampuan untuk perawatan kondisi
utama yang tidak dapat dihindari menunjukan tingginya angka kematian dari
pneumonia.9,17
Gambaran radiologi pada pasien pneumonia akan kembali normal dalam 6-8 minggu.
Bila ada penyakit yang mendasari, kemungkinan pasien akan sembuh dalam waktu >
1 bulan atau pneumonia berulang.1
BAB III
LAPORAN KUNJUNGAN
18
Nama : GAS
Pendidikan Ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
Anggota Keluarga
3.2 Anamnesis
Keluhan utama :
Demam
Pasien dikeluhkan mengalami demam sejak 5 hari SMRS yaitu tanggal 2 April.
Demam yang dialami pasien lebih sering terjadi diwaktu malam hari. Demam muncul
19
tiba-tiba dengan suhu yang naik turun. Panas dikatakan tinggi namun ibu pasien lupa
suhu saat itu.
Selain demam pasien juga mengalami batuk dan pilek. Batuk sudah dialami pasien
sejak 5 hari SMRS dengan dahak yang tidak dapat keluar, disertai pilek dengan ingus
berwarna bening.
Pasien sempat menuju puskesmas bersama dengan kedua orang tua pasien pada
tanggal 4 April dan sempat di berikan obat penurun panas, obat batuk dan obat pilek
namun keluhan tidak membaik. Sehingga pada tanggal 7 April pasien menuju poli
anak RSUP Sanglah dengan keluhan demam. Saat itu dari pemeriksaan fisik
didapatkan pasien memiliki infeksi pada paru-parunya sehingga di rujuk menuju
UGD RSUP Sanglah.
Buang air kecil dikatakan tidak ada keluhan. Buang air besar dikatakan encer sejak 1
hari SMRS, dengan konsistensi agak cair, warna kekuningan tanpa darah. BAB 3 kali
dengan volume sangat sedikit. Makan dan minum dikatakan berkurang sejak
mengalami keluhan.
Pasien dikatakan pernah mengalami keluhan serupa berupa demam, batuk dan pilek
sebelumnya. Namun untuk infeksi pada paru-parunya dikatakan yang pertama
kalinya. Riwayat alergi obat dan alergi makanan pada pasien di sangkal oleh ibu
pasien. Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat asma dan penyakit kongenital
lainnya.
Riwayat sosial :
Pasien merupakan anak pertama. Pasien tinggal bersama orang tua. Pasien tinggal
pada sebuah rumah kos dengan ukuran ruangan 4x4 meter dengan kamar mandi di
20
dalam. Pasien lebih sering tidur bersama ibunya, karena ayah pasien bekerja dan
pulang 2 hari sekali. Kamar pasien sedikit mendapat sirkulasi udara karena jendela
jarang dibuka dan ventilasi kamar juga kurang baik. Kamar pasien mendapat sinar
matahari secara langsung namun sangat sedikit karena gorden juga tidak pernah di
buka. Sumber air untuk keperluan mandi dan mencuci berasal dari PDAM.
Di lingkungan kos pasien ada seorang anak yang mengalami batuk dan pilek. Pasien
sering bermain dengan anak itu. Pasien juga sering bermain dengan anjing peliharaan
pemilik rumah kos. Pasien sering menggunakan kipas angin di dalam kamarnya. Ayah
pasien memiliki kebiasaan merokok.
Riwayat pengobatan :
Sebelum pasien dirujuk ke UGD RSUP Sanglah, pasien sempat menerima
pengobatan di puskesmas di dekat rumah pasien. Pasien di berikan paracetamol sirup,
ambroxol sirup dan obat puyer. Namun keluhan pasien tetap.
Riwayat prenatal :
Riwayat persalinan :
Pasien dilahirkan normal di tolong oleh seorang bidan. Umur kehamilan saat itu 37
minggu, pasien dikatakan menangis spontan saat dilahirkan. Berat badan pasien saat
lahir 2900 gram dengan panjang badan 50 cm dan lingkar kepala di katakan lupa.
Riwayat imunisasi :
Pasien sudah mendapatkan Imunisasi berupa BCG 1 kali, Hepatitis B sebanyak 4 kali,
DPT 3 kali, Polio sebanyak 4 kali, Campak 1 kali. Imunisasi dilakukan di puskesmas.
21
Riwayat nutrisi :
Pasien sejak lahir diberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan
hingga sekarang berusia 1 tahun. Pasien tidak pernah diberikan susu formula sejak
lahir. Mulai usia 6 bulan, pasien sudah mulai diberikan bubur susu. Nasi tim
diberikan sejak usia 12 bulan dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Nasi tim dicampur
dengan sayur-sayuran berupa wortel, telor, dan daging ayam.
Riwayat perkembangan :
Riwayat alergi :
22
Penghasilan yang diperoleh dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari.
Status present
Respirasi : 35 kali/menit
Suhu : 36,5º C
Skala nyeri :0
Status gizi
Berat Badan : 9 kg
Panjang Badan : 75 cm
Lingkar Kepala : 46 cm
Status antropometri
Status general
Kepala : Normocephali
23
Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), secret (-), reflek cahaya +/+,
pupil isokor, oedema (-)
THT : Sekret telinga (-), napas cuping hidung (-), faring hiperemis (-),
tonsil T1/T1 hiperemis (-), lidah sianosis (-), mukosa bibir basah.
Toraks : simetris
Abdomen : tidak ada distensi, tidak ada nyeri tekan, peristaltik normal, turgor
baik, asites(-), hepar dan lien tidak teraba, massa (-)
3.5 Penatalaksanaan
24
- Cloramfenikol 100 mg/kg/hari ~ 225 mg@6 jam IV
- Paracetamol syrup cth 3/4 bila Tax: 38ºC dapat diulang @4 jam + kompres hangat
- Nebulisasi salbutamol 0,9 ml + NaCl 0,9% s/d 4 ml@8 jam atau sesuai klinis
Keluarga
Pasien tinggal bersama orang tuanya. Pasien sering diajak bermain oleh
tetangga kosnya yang berumur 2-3 tahun lebih tua daripada pasien. Saat tidur,
sering ditemani oleh ibunya saja karena ayah pasien setiap 2 hari sekali baru
bisa pulang oleh karena pekerjaannya.
Lingkungan rumah
Rumah kos pasien cukup luas, kamar kos pasien lumayan luas namun
ventilasi kurang. Tanaman di sekitar pekarangan rumah kos sangat banyak dan
terawat. Setiap hari pekarangan rumah dibersihkan, akan tetapi kamar pasien
25
jarang dibersihkan. Ventilasi rumah (jendela) jarang dibuka. Kamar tersebut
jarang mendapat pencahayaan matahari secara langsung. Posisi rumah cukup
jauh dari jalan raya sehingga cukup tenang. Terdapat binatang peliharaan
berupa anjing dan burung.
Waktu bersama keluarga
Pasien selalu bersama ibunya namun sangat jarang bersama ayahnya.
Perkembangan pasien selalu dipantau oleh ibu pasien saja.
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Hubungan emosi dengan kedua orang tua
Orang tua jarang memarahi anaknya jika cerewet ataupun nakal. Sedangkan
terhadap pasien yang berumur 1 tahun 2 bulan, orang tuanya merawat dan
menjaga pasien dengan sabar. Tidak pernah menggunakan kekerasan untuk
mendidik anaknya.
Hubungan kasih sayang dengan kedua orang tua
Pasien memiliki hubungan erat dengan ibunya. Namun dirasa kurang dengan
ayahnya oleh karena keterbatasan waku yang dimiliki ayah pasien. Di usianya
yang baru 1 tahun 2 bulan, pasien membutuhkan kasih sayang yang cukup dan
waktu yang lebih bersama keluarga.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Orang tua pasien masih kurang dalam memantau perkembangannya. Sehingga
beberapa perkembangan pasien dilupakan oleh orang tuanya, seperti dalam
hal menegakkan kepala, membalik badan dan berdiri. Namun perkembangan
pasien termasuk baik karena sudah bisa berjalan pada umur 14 bulan.
1. Biologis
Secara fisik pasien tampak normal dengan dengan status gizi kurang. Status
gizi menurut waterlow, didapatkan hasil 88,2% yang termasuk kriteria gizi
kurang. Asupan makanan yang didapatkannya cukup bervariasi, tetapi
porsinya masih kurang banyak. Pasien makan nasi 2 kali sehari. Kebutuhan
akan pengobatan cukup terpenuhi. Orang tua pasien segera membawa
anaknya berobat ke puskesmas terdekat jika sakit.
2. Psikologis
26
Pasien mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya terutama masalah
kesehatan, karena saat sakit pasien diantar menuju puskesmas. Setiap malam
pasien tidur dengan ibunya. Tetangga pasien juga sangat memperhatikan
pasien dengan sering mengajak bermain bersama dan mengasuhnya.
3. Sosial
Pasien sering berinteraksi atau diajak berkomunikasi dengan orang lain karena
pasien sering bermain dengan tetangga kosnya. Pola asuh dan perawatan yang
diberikan ibunya termasuk baik. Interaksi dengan orang tua cukup baik.
4. Lingkungan rumah
Rumah keluarga pasien berada di ujung gang, cukup jauh dari jalan raya.
Sehingga sedikit polusi asap kendaraan dan kebisingan. Di dalam kamar kos
terdapat kasur untuk tidur yang tidak berdipan. Tempat tidur pasien berupa
springbed dan kurang rapi serta sirkulasi udara masih kurang karena jendela
kamar jarang dibuka. Pasien sering menggunakan kipas angin. Ada beberapa
tanaman di area pekarangan rumah kos, sehingga cukup sejuk. Untuk
kebutuhan air sehari-hari, keluarga pasien menggunakan air dari PDAM. Di
rumah kos tersebut memelihara anjing dan burung.
Faktor risiko lain pneumonia adalah gizi kurang. Menurut perhitungan waterlow,
pasien termasuk gizi kurang (88,2%) dimana berat badan ideal 10,2 kg, sedangkan
berat pasien 9 kg. Lingkungan rumah pasien kemungkinan juga berpengaruh terhadap
pneumonia yang diderita pasien. Sirkulasi udara di kamar pasien masih kurang karena
jendela kamar jarang dibuka. Pasien sering tidur bersama-sama orang tuanya.
27
3.7 Saran
1. ASUH
Memperhatikan asupan makanan dan minuman anak. Mempersering atau
meningkatkan frekuensi pemberian makanan, dari 2 kali sehari menjadi 3
kali sehari. Sehingga kebutuhan kalori minimal dapat terpenuhi.
2. ASIH
Ayah pasien harus tetap meluangkan waktu bersama pasien di sela-sela
kesibukan bekerja.
3. ASAH
Menemani anak saat bermain, memberikan mainan dan alat belajar yang
mendukung perkembangan anak sesuai dengan umurnya. Lebih rajin
menstimulasi perkembangannya baik motorik halus, motorik kasar, bahasa,
dan personal sosial sehingga tidak terjadi keterlambatan
perkembangan.lebih memperhatikan kualitas udara di lingkungan pasien.
Misalnya dengan rajin membuka jendela kamar tempat tidur pasien.
28