Anda di halaman 1dari 2

LATIHAN OLAHRAGA PADA POPULASI KHUSUS: LANSIA

LATAR BELAKANG
Lebih dari setengah pasien yang memenuhi syarat untuk program rehabilitasi
jantung sekarang berusia di atas 65 tahun. Ini terjadi sebagian karena keberhasilan
dari pencegahan primer yang menyebabkan penyakit jantung koroner menjadi
suatu penyakit yang muncul pada usia yang lebih tua, dan juga akibat dari proses
penuaan pada populasi umum.
Studi Disabilitas Framingham mendefinisikan disabilitas sebagai adanya
suatu keterbatasan/limitasi pada pekerjaan dan mobilisasi, dan studi ini
menemukan bahwa tingkat disabilitas pada pasien-pasien jantung koroner lansia
juga jauh lebih tinggi daripada populasi umum. Pada pasien yang berusia di atas
70 tahun, 79% wanita dan 49% pria dengan penyakit jantung koroner dianggap
mengalami disabilitas bila dibandingkan dengan 49% wanita dan 27% pria dalam
populasi non-koroner dengan usia yang sama (Tabel 1). Adanya angina pektoris
atau gagal jantung kronis semakin meningkatkan kemungkinan terjadinya
disabilitas. Penyebab langsung disabilitas pada pasien-pasien jantung koroner
lansia ini bersifat fisiologis dan perseptual. Prediktor terbaik dalam menilai fungsi
fisik yang buruk pada populasi ini adalah adanya depresi mental dan tingkat
kebugaran aerobik yang rendah, dimana kedua kelainan tersebut masih dapat
diobati. Faktor penting lainnya meliputi adanya angina, massa otot rangka yang
rendah, tenaga yang lemah, dan adanya komorbiditas nonkardiak lainnya. Pasien-
pasien yang lebih tua memiliki kemungkinan yang jauh lebih kecil untuk
berpartisipasi dalam program rehabilitasi jantung bila dibandingkan dengan
pasien-pasien yang lebih muda.
Olahraga juga dianjurkan sebagai bagian dari terapi pasien jantung
koroner lansia karena efeknya yang menguntungkan terhadap faktor risiko jantung
koroner seperti kadar lipid di dalam darah, obesitas, distribusi lemak tubuh, dan
tekanan darah. Namun, masih belum jelas apakah latihan olahraga dapat
menurunkan angka mortalitas pada lansia karena hanya sedikit dari pasien-pasien
jantung koroner lansia yang diikutsertakan dalam uji meta-analisis acak terkait
latihan olahraga, dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan penurunan total
mortalitas sebesar 25% selama periode 3 tahun follow-up setelah menjalani
program rehabilitasi jantung pada pasien-pasien paruh baya pasca infark miokard.
Selain manfaat fisiologis, program rehabilitasi jantung juga memberi manfaat
psikologis yang meliputi berkurangnya tingkat isolasi sosial, tingkat self-efficacy
(kemandirian) yang lebih tinggi, dan tingkat depresi mental yang mungkin juga
lebih rendah.
Tujuan latihan olahraga pada populasi jantung koroner lansia adalah untuk
mengurangi disabilitas yang terjadi akibat kelainan jantung dan untuk
memperpanjang kelangsungan hidup pasien yang bersifat bebas dari disabilitas.
Hal ini bisa tercapai dengan merancang sebuah program yang dapat meningkatkan
kapasitas aerobik, kekuatan otot, dan fleksibilitas serta dapat memberikan manfaat
psikososial dan perseptual. Program latihan olahraga juga harus memperhitungkan
komorbiditas-komorbiditas lainnya yang mungkin bisa saja mengubah modalitas
dan intensitas stimulus latihan yang dibutuhkan. Komorbiditas-komorbiditas
tersebut salah satunya meliputi, penyakit paru kronis, diabetes, artritis,
osteoporosis, dan penyakit vaskular perifer dan serebrovaskular, walaupun
komorbiditas tidak terbatas hanya pada penyakit-penyakit tersebut. Regimen
olahraga juga harus mempertimbangkan masalah sosial seperti kesulitan
transportasi dan keberadaan pasangan yang juga membutuhkan pasien di rumah.

Tabel 1 Tingkat Disabilitas menurut Studi Framingham: Usia 70-88


Laki-Laki Wanita
Tanpa CAD atau CHF 27% 49%
CAD 39% 61%
Angina 56% 84%
CHF 57% 88%
Sumber: Ref 1

Anda mungkin juga menyukai