DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
BANJARBARU
2018
RINGKASAN
Pabrik Asam nitrat dari amonia menggunakan proses oksidasi dengan kapasitas 100.000
ton/tahun akan didirikan di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Hal ini dikarenakan lokasinya
dekat dengan bahan baku yaitu amonia yang diperoleh dari PT. Pupuk Kalimantan Timur. Proses
pembuatan asam nitrat dilakukan melalui 3 tahapan proses, yaitu oksidasi NH3, oksidasi NO, dan
absorbsi NO2. Pada tahap oksidasi NH3 amonia 99,5% dan udara direaksikan dalam sebuah
reaktor dengan katalis Pt-Rh. Tahap yang kedua, yaitu oksidasi NO berlangsung pada reaktor alir
pipa tanpa menggunakan katalis. Selanjutnya, proses absorbsi NO2 menggunakan air yang
berlangsung di absorber. Pabrik direncanakan akan didirikan pada tahun 2017 diatas tanah seluas
26981,51 m2. Jumlah karyawan yang dibutuhkan sebanyak 279 orang. Pabrik bekerja secara
kontinyu selama 24 jam perhari selama 300 hari dalam satu tahun. Setelah dilakukan analisa
ekonomi pabrik asam nitrat yang akan didirikan dapat dinyatakan layak secara ekonomi. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai parameter, yaitu Break Even Point (BEP) sebesar 47 %, Return On
Investment (ROI) sebesar 26 %, Pay Out Time (POT) sebesar 3,85 tahun, Shut Down Point (SDP)
sebesar 22 %, Discounted Cash Flow (DCF) sebesar 23,6461%
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan industri kimia di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
pesat. Salah satunya adalah industri asam nitrat. Kebutuhan asam nitrat di Indonesia cukup tinngi.
Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel 1.1 dengan mengggunakan pendekatan analisa pasar, terlihat
adanya selisih (gap) antara data produksi dan impor terhadap data konsumsi dan ekspor.
Tabel 1.1 Data untuk menghitung peluang pasar asam nitrat di Indonesia
Berdasarkan data konsumsi, produksi, ekspor, dan impor asam nitrat di Indonesia diperoleh
selisih sebesar 408.042.773 kg. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan asam nitrat di Indoensia
belum mencukupi. Saat ini kebutuhan asam nitrat di Indonesia dipenuhi oleh PT. Multi Nitrotama
Kimia dengan kapasitas pabrik 4.950 ton/tahun. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka didirikan pabrik asam nitrat dengan kapasitas produksi 100.000 ton/tahun.
1.3 Pemilihan Lokasi
Untuk pendirian pabrik asam nitrat, dipilih 3 alternatif lokasi yaitu, Bontang, Cikampek, dan
Balikpapan.
Tabel 1.1 Pemilihan Faktor – faktor yang Jumlah
Lokasi Pabrik dengan diperhatikan
Scoring Alternatif Lokasi
(1) (2) (3) (4)
(40%) (30%) (20%) (10%)
Bontang 5 x 40 =200 4 x 30 = 5 x 20 = 5 x 10 = 50 470
120 100
Cikampek 5 x 40 =200 4 x 30 = 4 x 20 = 80 4 x 10 = 40 440
120
Balikpapan 3 x 40 =120 4 x 30 = 5 x 20 = 100 5 x 10 = 50 390
120
Uraian Proses
2.2.1 Pengolahan Awal (Pretreatment)
Bahan baku utama yaitu amonia di dikirim langsung dari PT. Pupuk Kalimantan Timur dengan
kemurnian amonia sebesar 99,5% dan sisanya air sebesar 0,5%. Amonia tersebut dalam fase cair
dengan suhu -33,5 °C pada tekanan 1 atm. Bahan baku lainnya adalah udara yang diperoleh dari
alam. Amonia tidak membutuhkan proses pengolahan awal karena pengotor yang terkandung
dalam amonia hanya air. Sedangkan, udara yang berasal dari lingkungan dilewatkan melalui filter
(F-01) untuk memisahkan kotoran dan debu yang terikut. Selanjutnya udara tersebut di kompresi
menggunakan kompresor berjenis sentrifugal (C-01) hingga tekanan mencapai 8 bar. Amonia
dengan suhu -33,5 °C pada tekanan 1 atm dinaikkan tekanannya menjadi 8 bar dengan
menggunakan pompa (P-01) yang berjenis pompa sentrifugal dan dialirkan menuju vaporizer (V-
01) untuk dipanaskan dan diubah fasenya dari cari menjadi gas. Kemudian amonia dan udara akan
dicampur dalam akumulator (A-01). Amonia dan udara yang sudah tercampur dalam akumulator
(A-01), selanjutnya diumpankan ke reaktor 1 (R-01).
Reaktan berlebih pada reaksi ini adalah udara. Perbandingan rasio mol antara amonia dan udara
adalah 1:10 (Ullman, 1995). Reaksi bersifat eksotermis dan konversi amonia menjadi nitrogen
monoksida mencapai 96%. Pada tahap ini konversi reaksi samping mencapai 4% (Barholomew &
Farrauto, 2006) dengan reaksi sampingnya adalah sebagai berikut:
4NH3(g) + 3O2(g) 2N2(g) + 6H2O(g) ΔH = - 1268 kJ/mol
Produk – produk yang keluar reaktor adalah NO, H2O, O2, dan N2. Aliran keluar reaktor suhunya
mencapai 912,1 °C dan tekanan 8 bar (Coulson & Richardson’s, 1999). Gas yang keluar reaktor
kemudian didinginkan hingga suhunya mencapai 40 °C dengan melewati 3 cooler E-01, E-02, E-
03, dan satu cooler condesor (CC-01) untuk mengubah fase H2O yang terkandung dalam gas dari
fase gas menjadi cair. Selanjutnya, air tersebut dipisahkan dalam knock out drum (KOD-01). Gas
yang keluar dari bagian atas (KOD-01) masuk kedalam tahap selanjutnya, sedangkan air yang
keluar dari bagian bawah (KOD-01) dikirim ke unit pengolahan limbah. Kemudian masuk kedalam
tahap yang kedua yaitu oksidasi NO menjadi NO2 dengan tekanan yang dijaga tetap yaitu 8 bar dan
temperatur 40 °C (Coulson & Richardson’s, 1999). Tahap ini terjadi di reaktor 2 (R-02) yang
berjenis plug flow reactor. Reaksi berjalan secara eksotermis dan untuk menjaga suhu tetap konstan
digunakan media pendingin berupa cooling water. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g) ΔH = - 1127 kJ/mol
Reaktan berlebih pada reaksi ini adalah O2 yang berasal dari udara sekunder. Perbandingan rasio
mol antara NO dan O2 adalah 10:8. Konversi NO menjadi NO2 mencapai 90% (Siddiqui, 2016).
Kondisi keluar reaktor yaitu tekanan 8 bar dan temperatur 40 °C (Coulson & Richardson’s, 1999).
Tahap ketiga yaitu absorbsi NO2. Gas keluaran (R-02) diumpankan ke bagian bawah absorber (AB-
01). Jenis menara absorbernya yaitu packing tower. Gas NO2 yang terbentuk pada tahap dua diserap
menggunakan air yang diumpankan melalui bagian atas absorber untuk membentuk HNO3. Reaksi
yang terjadi pada tahap ini yaitu:
3NO2(g) + H2O(l) 2HNO3(aq) + NO(g) ΔH = - 72 kJ/mol
Reaksi bersifat eksotermis dan untuk menjaga suhu tetap konstan digunakan media pendingin
berupa cooling water. Konversi NO2 menjadi HNO3 mencapai 95% (Berl, 1960).
1.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA