1.1. Skenario
“Kejang Demam”
Halaman 1
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun datang ke IGD dibawa ibunya dengan keluhan kejang
sekitar 1 jam yang lalu.
Satu hari seebelum masuk rumah sakit, pasien panas, yang mendadak tinggi. Panas disertai
batuk, tidak ada pilek, tidak ada muntah dan tidak ada sesak. Satu jam sebelum dibawa rumah
sakit, pasien kejang, kejang terjadi di seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata
melirik ke atas. Kejang berlangsung selama dua menit, satu kali, dan berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti, pasien menangis. Kemudian pasien dibawa ke UGD RS. Sampai di UGD,
pasien sudah tidak kejang, namun badan masih panas.
Riwayat kejang dalam keluarga disangkal dan riwayat epilepsi dalam keluarga disangkal.
1
RIWAYAT KELAHIRAN
Pasien lahir dengan berat lahir 2600 gram dengan panjang 48 cm, lahir spontan, langsung
menangis kuat segera setelah lahir, usia kehamilan 38 minggu.
RIWAYAT IMUNISASI
Pasien tidak pernah diikutkan imunisasi karena menurut nenek pasien, tetangganya setelah
imunisasi mengalami kejang sehingga neneknya takut cucunya mengalami hal yang sama.
Pasien sudah bisa berjalan sendiri, sudah bisa berkata “ma-ma, pa-pa” bila memanggil
orangtuanya, “mbah” untuk kakek dan nenek dan sudah bisa mengatakan keinginannya
seperti “mamam” untuk makan, “mum” untuk minum dan sudah bisa minum sendiri.
2
Halaman 2
Pemeriksaan Fisik
Berat badan : 10 kg
Tinggi Badan : 76 cm
Kepala : bentuk normocephal, rambut hitam sukar dicabut dan distribusi merata, UUB
sudah menutup.
Pupil isokor
Tenggorokan : uvula ditengah, tonsil hiperemis (-) T1-T1, faring hiperemis (+)
Thoraks
Jantung :
3
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal dan regular, tidak ada bising
Paru :
Ekstremitas : akral dingin tidak ada, sianosis tidak ada, edema tidak ada, arteri dorsalis
pedis teraba kuat, capillary refill time < 2 detik.
Pemeriksaan Neurologis
Tanda meningeal :
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Kernig : (-)
4
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Hb : 11,1 d/dL
Ht : 34 %
Leukosit : 10.200
Trombosit : 300.000
K+ : 4,0 mmol/L
Basofil : 0,10 %
Netrofil : 64,80 %
Limfosit : 28,10 %
Monosit : 6,00 %
5
- Kejang demam sederhana
- Faringitis
PENATALAKSANAAN
- Pemberian injeksi Diazepam dosis 0,25 mg – 0,5 mg/kgBB/kali intra vena jika kejang
berulang atau diazepam rektal 5 mg.
- Antipiretik : Paracetamol dosis 10 – 15 mg/kgBB/kali bila demam (interval pemberian
terpendek 4 jam).
- Pencegahan intermitten : Diazepam oral 0,1 mg/kgBB/kali tiap 8 jam bila demam atau
Diazepam rektal 5 mg tiap kali tiap 12 jam bila demam diatas 38 ᵒC.
- Kompres air hangat.
PLANNING
6
1.2. Terminologi
1. Kejang
- Kontraksi yang involunter dan kuat atau serangkaian kontraksi otot-otot volunter.
- Suatu manifestasi klinik dari lepas muatan listrik berlebihan dari sel-sel neuron di
otak yang terganggu fungsinya.
2. Epilepsi
1.3. Problem
7
- Tanda vital: Nadi = 120 x/menit, Frekuensi nafas = 32 x/menit, Suhu =
39ᵒC.
- Kepala : bentuk normocephal, rambut : normal, UUB : menutup
- Mata : mata cekung (-), konjungtiva pucat (-), sclera ikterik (-), pupil
isokor, refleks cahaya (+).
- Hidung, mulut, telinga : Normal.
- Tenggorokan : Faring hiperemis (+).
- Leher, jantung, paru, ekstremitas : Normal.
Pemeriksaan neurologis :
- Motorik : koordinasi baik, kekuatan baik
- Sensorik : belum dapat dinilai.
- Refleks fisiologis : (+)
- Refleks patologis : (-)
- Tanda meningeal : kaku kuduk, brudzinsky I, brudzinsky II, dan kernig =
(-)
Pemeriksaan penunjang :
- Hematologi : Leukosit ( ) = 10.200
1.4. Hipotesis
1. Kejang demam
2. Meningitis
8
1.5. Mekanisme
Kejang
9
1.7.I Don’t Know (IDK) & Learning Issues (LI)
1. Otak
a. Anatomi
b. Histologi
c. Fisiologi
2. Kejang
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Klasifikasi
e. Diagnosa
f. Patofisiologi
g. Penatalaksanaan
3. Kejang Demam
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Klasifikasi
e. Diagnosa
f. Patofisiologi
g. Penatalaksanaan
4. Epilepsi
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Klasifikasi
e. Diagnosa
f. Patofisiologi
g. Penatalaksanaan
10
- Pertumbuhan fisik janin intrauterin dan setelah lahir
- Perkembangan motorik halus dan kasar
- Tahap-tahap perkembangan
- Faktor yang mempengaruhi perkembangan (gizi, genetik, lingkungan pada
periode prenatal dan postnatal)
11
BAB II
PEMBAHASAN
1. OTAK
A. ANATOMI
Muncul awal minggu ke-3 berasal dari ectoderm yang menebal
12
26-27 hari,Penutupan neuroporis kaudalis
27 hari,Ujung sefalik tabung saraf membentuk 3 dilatasi vesikel otak primer
5 minggu
1. Prosensefalon,terdiri dari telensefalon dan diensefalon
2. Mesensefalon dipisahkan oleh istmusrombensefalon dengan rombensefalon
3. Rombensefalon terdiri dari metensefalon (pons,serebelum) dan mielensefalon
1.Diensefalon
13
2.Telensefalon
14
Mesensefalon (Otak tengah)
1.Lempeng alar
Kolkulus anterior untuk pusat korelasi dan reflex untuk impuls penglihatan
Kolkulus posterior untyk pemancar sinaptik untuk reflex auditorik
2.Lempeng basal
15
Rombensefalon (Otak belakang)
16
2.Metensefalon
3.Serebelum
17
18
B. HISTOLOGI
1) NEURON
Merupakan unit fungsional dalam SSP dan SST
Terdiri atas: badan sel (perikarion), yang merupakan pusat trofik atau sintesis
untuk keseluruhan sel saraf dan juga menerima stimulus; dendrit, yaitu prosessus
panjang yang dikhususkan untuk menerima stimulus dari lingkungan; akson,
prosessus tunggal yang dikhususkan untuk menciptakan atau menghantarkan
impuls saraf ke sel-sel lain.
1. BADAN SEL (Perikarion)
- Mengandung nukleus dan sitoplasma disekelilingnya
- Nukleus eukromatik (terpulas pucat), sferis, dan sangat besar, dengan
nukleolus yang nyata
- Kromatin halus tersebar merata, menggambarkan tingginya aktivitas sintesis
sel
- Memiliki RE kasar yang tersusun berupa agregat sisterna paralel
- Di sitoplasma terdapat banyak poliribosom
- Aparatus Golgi hanya terdapat dalam badan sel, tetapi mitokondria dapat
dijumpai diseluruh sel, terutama di ujung akson.
2. DENDRIT
- Umumnya pendek dan bercabang-cabang
- Diselubungi oleh banyak sinaps
- Percabangan dendrit memungkinkan sebuah neuron untuk menerima dan
mengintegrasi sejumlah besar ujung akson dari sel saraf lain
- Spina dendrit merupakan tempat pemrosesan pertama bagi sinyal sinaptik yang
tiba di neuron. Perangkat pemrosesan terdapat didalam suatu kompleks protein
yang melekat pada permukaan sitosol membran pascasinaps.
3. AKSON
- Umumnya pendek dan bercabang-cabang
- Diselubungi oleh banyak sinaps
- Percabangan dendrit memungkinkan sebuah neuron untuk menerima dan
mengintegrasi sejumlah besar ujung akson dari sel saraf lain
19
- Spina dendrit merupakan tempat pemrosesan pertama bagi sinyal sinaptik yang
tiba di neuron. Perangkat pemrosesan terdapat didalam suatu kompleks protein
yang melekat pada permukaan sitosol membran pascasinaps.
20
Tabel 1. Asal dan fungsi utama sel neuroglia
21
Sel Astrosit
Sel Ependim
• Merupakan sel glia yang cukup besar tetapi masih lebih kecil daripada astrosit
• Terdapat dalam substansia grisea dan alba, biasanya dekat sel pyramid
• Badan sel mirip kacang kedelai
• Percabangan sitoplasmanya kurus dan sedikit
• Inti selnya relatif besar
Sel Mikroglia
22
• Merupakan sel glia yang paling kecil
• Terdapat di substansia grisea dan alba
• Badan sel agak gepeng, intinya sukar dilihat
• Percabangan sitoplasma cukup besar.
Cerebrum
Cerebellum
23
• Mempunyai banyak inti sel (bintik-bintik bulat warna hitam)
• Pada korteks, terdapat 2 lapisan: lapisan molekular di sebelah luar dan lapisan
granular di sebelah dalam
• Sel Purkinje letaknya dilapisan molekular, badan selnya terdapat pada batas antara
lapisan molekular dan granular, dendritnya mengarah ke lapisan molecular
• Inti sel besar, bentuknya bulat atau lonjong, anak inti jelas.
Ganglion Spinalis
Medula Spinalis
• Sel saraf motorik terdapat pada kornu anterior medula spinalis. Bagian ini mudah
dikenali karena terdapat pada bagian tengah mempunyai gambaran mirip kupu-
kupu
• Selnya besar dan polygonal
• Sitoplasma bercabang-cabang, intinya besar berbentuk bulat atau lonjong dengan
anak inti yang jelas
• Percabangan sitoplasma yaitu dendrit dan neurit jelas terlihat
• Badan sel dan dendrit terlihat mengandung badan Nissl sedangkan akson atau
neurit tidak
• Pangkal akson disebut akson Hillock, tidak mengandung substansi Nissl, sehingga
mudah dikenali.
24
Gambar 4. Medula Spinalis
25
Gambar 5. Sel Glia Sistem Saraf Tepi
Serabut Bermielin
26
Serabut Tidak Bermielin
SSP kaya akan akson yang tidak bermielin. Namun, pada sistem saraf perifer, semua
akson yang tidak bermielin terselubungi di dalam lipatan sel Schwann. Sel Schwann yang
berdekatan disepanjang serabut saraf yang tidak bermielin, tidak membentuk nodus Ranvier.
2. Saraf
• Memiliki tampilan mengilap dan keputihan karena kandungan mielin dan
kolagennya
• Diluar terdapat lapisan fibrosa iregular, disebut epineurium, berlanjut lebih
dalam, mengisi rongga antara berkas-berkas serabut saraf. Setiap berkas
(fasciculus) dikelilingi oleh perineurium, yaitu selpais jaringan ikat khusus yang
terdiri atas lapisan sel-sel gepeng mirip epitel
• Didalam selubung perineurium terdapat akson-akson berselubung sel Schwann
dan jaringan ikat pembungkusnya, yaitu endoneurium (terdiri atas selapis tipis
jaringan ikat longgar, bergabung dengan lamina external kolagen tipe IV, laminin,
dan protein lain).
27
Gambar 8. Saraf
3. Ganglia
Merupakan struktur lonjong, mengandung badan sel neuron dan sel glia yang
ditunjang oleh jaringan ikat. Bekerja menghantarkan impuls saraf, satu saraf
masuk, dan satu saraf lain keluar.
Arah impuls menentukan ganglion merupakan ganglion sensorik atau otonom.
Ganglia Sensorik
Menerima impuls aferen Yang menuju SSP. Berhubungan dengan saraf
kranialdan radiks dorsal saraf spinal
Ganglia Otonom
Mempengaruhi efek aktivitas otot polos, sekresi kelenjar, memodulasi irama
jantung, dan aktivitas involunter lainnya sehingga dapat mempertahankan
homeostasis.
28
Gambar 9. Ganglia (G: Ganglion; C: Jaringan ikat khusus; F: Fasciculus; S: Sel
satelit; L: Lipofuksin; N: Badan sel Neuronal; )
29
C. FISIOLOGI
TRANSMISI SINYAL
Definisi: Merupakan pemindahan impuls saraf dari satu neuron ke neuron yang lain (sinap)
Dimana sinyal listrik sendiri dihasilkan oleh perubahan pada perpindahan ion – ion yang
melintasi membran plasma. Sinap merupakan hubungan satu terminal akson (suatu neuron)
dengan denrid dari neuron yang lain. Terminal akson (neuron prasinap) – dendrid (neuron
pascasinap)
Terminal akson suatu neuron prasinap menghantarkan potensial aksinya menuju ke sinap dan
berakhir pada synaptic knob. Synaptic knob mengandung vesikel sinap yang pada akhirnya
neurotransmiter yang telah disintesis akan di kemas oleh neuro prasinap dalam bentuk vesikel
– vesikel sinap. Synaptic knob terletak dekat dengan neuron pascasinap namun ridak
menempel. Terdapat celah yang berisi pintu – pintu atau kanal – kanal (Kalium, Natrium)
yang disebut dengan celah sinap.
1. Ketika potensial aksi di nuron prasinap menjalar ke terminal akson, perubahan lokal
memicu terbukanya saluran kalsium berpintu voltase di synaptic knob
2. Karena kalsiu dalam ces lebih pekat, ion ini mengalir menuju synaptic knob melalui
kanal yang terbuka
3. Kalsium memicu pelepasan neurotransmiter dari vasikel sinap ke celah sinap secara
eksositosis
4. Neurotransmitter dibebaskan berdifusi dan berikatan dengan reseptor protein masing –
masing (subsinap)
5. Pengikatan memicu terbuka saluran ion spesifik di membran subsinap dan mengubah
permeabilitas neuron pascasinap
30
DEPOLARISASI
Definisi:
REPOLARISASI
Definis:
HIPERPOLARISASI
Definisi:
31
SINYAL LISTRIK
Semua sel tubuh memiliki potensial membran yang berkaitan dg distribusi yang tidak merata
serta perbedaan permeabilitas dari Na, K, & anion besar intrasel.
Mampu mengalami perubahan yang cepat untuk sementara waktu pada potensial
membrannya. Fluktuasi potensial ini, berfungsi sebagai sinyal listrik.
Merupakan potensial membran konstan yang ada ketika sebuah sel jaringan yang dapat
tereksitasi memperlihatkan perubahan potensial yang cepat.
POTENSIAL BERJENJANG
Merupakan perubahan lokal potensial membran yang terjadi dlm berbagai derajat/tingkat
kekuatan.
Contoh: Potensial membran berubah dr -70 mjd -60 mV, perubahan Potensial Berjenjangnya
-10mV.
*semakin kuat kejadian pencetusnya, semankin besar potensial berjenjang yang terjadi.
32
Potensial Berjenjang secara Lokal, terjadi pada membran sel saraf/sel otot:
Potensial Aksi
33
2. KEJANG
Definisi
Kejang merupakan suatu manifestasi klinik dari lepas muatan listrik berlebihan dari
sel-sel neuron di otak yang terganggu fungsinya.
Dapat disebabkan oleh kelainan fisiologis, kelainan biokimia, atau gabungan dari
ketiga kelainan tersebut.
Etiologi
Terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu populasi neuron
yang sangat mudah terpicu (fokus kejang), sehingga mengganggu fungsi normal otak
Juga terjadi dari jaringan otak normal di bawah kondisi patologik tertentu, seperti :
- Perubahan keseimbangan asam-basa / elektrolit
Kejang dapat merupakan manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang
membahayakan, misalnya :
- Gangguan metabolisme
- Infeksi intrakranium
- Gejala putus obat
- Intoksikasi obat (over doses)
- Ensefalopati hipertensi
Epidemiologi
34
0,3%-0,5% akan didiagnosis mengidap epilepsi (berdasarkan kriteria 2 kali / lebih
kejang tanpa pemicu)
Laki-laki berisiko sedikit lebih besar mengalami gangguan kejang dibandingkan
dengan perempuan
Lebih dari 75% pasien dengan epilepsi mengalami kejang pertama sebelum usia 20
tahun
Jika kejang pertama setelah usia 20 tahun, gangguan kejang tersebut biasanya
sekunder
Istilah kejang perlu secara cermat dibedakan dari epilepsi. Epilepsi menerangkan
suatu penyakit pada seseorang yang mengalami kejang rekuren non-metabolik yang
disebabkan oleh suatu proses kronik yang mendasarinya
Kejang
Sekali rekuren,
Kejang spontan, &
dapat terjadi tidak
disebabkan
Berulang Epilepsi
oleh kelainan
metabolisme
yang terjadi
bertahun-
tahun
35
Manifestasi Kejang
Kombinasi beragam dari perubahan tingkat kesadaran, serta gangguan fungsi motorik,
sensorik, atau otonom, bergantung pada lokasi neuron-neuron fokus kejangnya.
Patofisiologi
Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan.
36
Fokus kejang
memperlihatkan
beberapa fenomena
biokimiawi (Tingkat
membran sel)
- Polarisasi berlebihan
Mengganggu Akan melepaskan
- Hipopolarisasi
homeostasis kimiawi muatan secara
- Selang waktu dalam neuron berlebihan
repolarisasi
Kelainan pada
depolarisasi neuron
↑ berlebihan NT
eksitatorik / deplesi NT
inhibitorik
37
Hiperaktivitas neuron
38
3. KEJANG DEMAM
Definisi
Merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Biasanya infeksi ekstrakranial
yang paling sering menyebabkan kejang adalah infeksi saluran pernapasan atas (70% dari
seluruh penyebab kejang demam).
Etiologi
Penyebab kejang demam adalah infeksi viral, seperti URTI (Upper Respiratory Tract
Infection) termasuk otitis media dan tonsillitis (60%-65%) dan UTI (Urinary Tract Infection)
3%. Pada 1/3 kasus kejang demam tidak ditemukan penyebabnya. Akhir-Akhir ini disebut
bahwa Virus Herpes 6 dan Virus Influenza tipe A serta imunisasi DPT dan MMR juga dapat
menjadi penyebab demam pada kejang demam.
Epidemiologi
ILAE (1993) mengambil awitan usia di atas 1 bulan karena kejang demam yang
terjadi pada usia satu bulan pertama anak lebih mencurigakan kemungkinan meningitis.
Kejang demam terjadi pada 2%-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun (AAP, 1996). Dan
sebagian besar (63%) kejang demam berupa kejang demam sederhana dan 35% berupa kejang
demam kompleks.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam (ILAE, 1996). Kejang disertai demam pada bayi
berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6
bulan atau lebih dari 5 tahun pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi SSP atau epilepsi
yang kebetulan terjadi bersamaan dengan demam. Penelitian menyebutkan bahawa insidensi
kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.
Klasifikasi
39
1) Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizures)
2) Kejang demam kompleks (Complex Febrile Seizures)
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, umum, tonik dan atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa
gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan ciri (salah satu dari berikut):
kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial atau kejang berulang atau kejang lebih dari 1 kali dalam 24
jam.
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada
keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi
oksidasi terjadilebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan
hipoksia. Transpor aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K
ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran cenderung turun atau
kepekaan sel saraf meningkat.
Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung, otot,
dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan menyebabkan kejang bertambah
lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi
perubahan sistemik berupa hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motoric
40
dan hiperglikemia. Semua ini akan mengakibatkan iskemik neuron karena kegagalan
metabolisme di otak.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
41
Manifestasi Klinis
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak akan menimbulkan
gejala sisa. Pada kejang demam yang lebih lama (lebih dari 15 menit) biasanya diikuti oleh
apneu, hipoksemia, (disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet), asidosis laktat (disebabkan oleh metabolisme anaerobic), hiperkapnea,
hipoksi arterial, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian di atas menyebabkan gangguan peredaran darah di otak, sehingga terjadi hipoksemia
dan edema otak. Pada akhirnya terjadi kerusakan sel neuron.
Pemeriksaan Penunjang
Lumbal pungsi
− Pada anak berusia kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan (karena gejala klinis
meningitis pada usia tersebut kurang signifikan).
− Pada anak usia 12-18 bulan, pungsi lumbal dapat dipertimbangkan karena tanda dan
gejala meningitis dapat kurang jelas.
− Pada anak usia >18 bulan walaupun tidak disarankan, namun harus tetap dilakukan.
Jika terdapat tanda meningitis (kaku kuduk, kernig (+) dan Brudzinsky (+))
Definisi
42
Indikasi
kejang atau twitching, paresis atau paralisis termasuk paresis N. VI, koma, ubun-ubun
besar menonjol, kaku kuduk dengan kesadaran menurun, leukemia, mastoiditis kronik yang
dicurigai meningitis, sepsis, demam yang tidak diketahui sebabnya, pengobatan meningitis
kronik karena limfoma dan sarkoidosis, memasukkan obat-obatan tertentu
Kontraindikasi
Prosedur
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi
ditarik ke arah lutut),
2. ektremitas bawah fleksi maksimum (lutut ditarik ke arah dahi),dan sumbu
kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
3. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara vertebra L3 dan L4 atau L4 dan L5 yaitu
dengan menemukan garis potong sumbu kolumna vertebralis dan garis antara kedua
(SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L2 dan L3 namun tidak
boleh pada bayi.
43
4. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan povidon iodin diikuti dengan larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk steril
di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka.
5. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai
sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut
selama 1 menit.
6. Tusukkan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah ditentukan. Masukkan jarum
perlahan-lahan dengan mulut jarum terbuka ke atas
7. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar.Ambil cairan untuk pemeriksaan.
8. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester
EEG (Elektroensefalografi)
Definisi
Electroencephalografi adalah teknik untuk merekam aktivitas elektrik otak, tanpa membuka
tengkorak kepala.
44
Fungsi
• EEG dapat mengungkakan tanda-tanda gangguan fungsi otak, seperti tumor serebri,
ensefalitis, untuk diagnosis & klasifikasi kejang (gangguan serius yang disebabkan
oleh adanya aktivitas yang terganggu di neuron), deteksi lesi otak dan berbagai
keadaan psikiatrik, dll
• Penempelan 16 elektroda sesuai dengan titik-titik yang sudah ditentukan pada kulit
kepala dan akan mencatat perbedaan potensial listrik diantara titik-titik Penempatan
elektroda.
• kebersihan kulit kepala, kondisi elektroda, mesin EEG sangat berpengaruh untuk
mendapatkan hasil yang baik.
• Bahan elektroda yang umumnya digunakan adalah perak klorida.
• Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar.
• EEG direkam dengan cara
membandingkan tegangan antara elektroda aktif pada kulit kepala dengan elektroda
referensi pada daun telinga atau bagian lain dari tubuh. Tipe merekam ini disebut
monopolar. Tetapi tipe merekam bipolar lebih populer dimana tegangan dibandingkan
antara dua elektroda pada kulit kepala.
45
• Elektroensefalogram: Grafik yang menggambarkan perubahan potensial listrik otak
• Gelombang Otak (Brainwave) diukur berdasarkan beda pontensial yang terjadi secara
berulang-ulang di antara elektroda yang dihubungkan ke kepala manusia.
• Intensitas & pola aktivitas gelombang otak ini berubah sesuai dengan tingkat aktivitas
otak.
• Gelombang alfa
Gelombang berirama yang timbul pada frekuensi antara 8-13 siklus /detik
• Gelombang beta
• Gelombang teta
• Gelombang delta
46
Gambar Gelombang EEG
Hematologi
Imaging
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti Computed Tomography (CT) atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI) jarang sekali digunakan, tidak rutin dan atas indikasi seperti:
47
3. Papiledema
Tata Laksana
Diberi obat untuk menghentikan kejang yaitu diazepam 0,3-0,5 mg/KgBB intravena secara
perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit. Atau dalam waktu 3-5 menit. Dosis
maksimal 20 mg.
Diberikan diazepam IV dengan dosis 0,3-0,5 mg/KgBB. Bila belum berhenti juga
berikan Fenitoin secara IV dengan dosis awal 10-20 mg/KgBB/kali dengan kecepatan
1 mg/KgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/KgBB/hari. Dimulai 12 jam setelah dosis awal, bila kejang
belum berhenti juga, pasien harus dirawat intensif. Bila kejang sudah berhenti
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam, apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dari faktor risikonya (diberi antipiretik dan
antikonvulsan):
− Pemberian antipiretik: Paracetamol dengan dosis 10-15 mg/KgBB/kali
diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
− Pengobatan rumatan hanya diberikan bila demam menunjukkan ciri sebagai
berikut(salah satu):
Kejang lama >15 menit
48
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum dan sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, plasi cerebral, retardasi mental,
hydrocephalus
Kejang fokal
− Pengobatan rumatan dipertimbangkan apabila:
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
Terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Riwayat kejang demam lebih dari 4 kali dalam 1 tahun.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
risiko berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Dosis asam
valproat 15-40 mg/KgBB/hari dalam 2-3 dosis dan fenobarbital 3-4 mg/KgBB/hari
dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan selama setahun bebas kejang kemudian
dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.
Diazepan rectal 5
mg/kgBB. 5 mg (utk
BB<10kg)
5 mg (utk BB<10kg)
0-5 menit…………………..……………………………………………………………………………..
Ulangi pemberian
rectal dengan dosis
yang sama
Evaluasi kejang
5-10 menit……………………………………………………………………………………………….
Kejang (+)
Fenitoin: 12 jam
kemudian 5-7 mg/kgBB Kejang (+)
Fenobarbital IV/IM
10-20 mg/KgBB
10-15menit………………….……………………………………………………………………………
Midazolam 0-2
mg/Kgbb
ICU Midazolam 5-10
mg/Kgbb
Fenobarbital 5-10
mg/Kgbb
Prognosis
− Pada anak yang pernah mengalami kejang demam mempunyai risiko terulang kembali
kejang demam.
− Bila kejang demam sederhana pertama kali berusia <12 bulan maka risiko kejang
demam kedua 50%.
− Bila kejang demam sederhana pertama kali berusia >12 bulan risiko kejang demam
kedua 30%.
50
3) Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam.
4) Riwayat demam yang sering.
5) Kejang pertama adalah complex febrile seizures.
Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% anpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko,
50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan ≥ 3 faktor risiko.
Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
Kejang demam kompleks
Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
4. EPILEPSI
Dalam bahasa yunani epilepsi berarti “ serengan “ . epilepsi merupakan suatu manifestasi
gangguan fungsi otak dengan berbagai penyebab. Dan memiliki gelaja khas yaitu serangan
berulang.
Definisi
Epilepsi adalah merupaka suatu gejala yang dapat timbul karena penyakit, dimana terjadi
kelainan lepas muatan listrik dari sejumlah neuron otak yang dapat terjadi karena ada yang
mempengaruhi metabolisme neuron otak, gangguan fungsi otak dan transmisi pada sinaps.
Epidemiologi
Lebih sering terjadi pada usia 20 tahun pertama lalu menurun diusia 50 tahun.
Etiologi
Faktor pencetus
51
Kurang tidur
Stres emotional
Infeksi
Obat obatan tertentu
Alkohol
Perubahan hormonal
Terlalu lelah
Fotosensitif
Klasifikasi
a) Serangn parsial
Sederhana, kesadaran baik terjadi hentakan hanya di beberapa bagian di
tubuh.
52
Myoclonic
Grakan involuntar sekelompok otot skeletal yang timbul secara tiba-tiba dan
hilang dalam sekejap. Biasanya terjadi pada siang hari, setelah bangun tidur
terjadi hentakan tiba-tiba pada pasien.
Atonic
Jarang terjadi pasien kehilangan keuatan otot dan tiba tiba jatuh.
Tonik klonik/ grand mal
Secara tiba tiba penderita jatuh dan mengeluarkan jeritan, nafas terengah
engah, tubuh kejang , menggit lidah. Terjadi dalam 1-2 menit.
53
1. Epilepsi Grand mal
Pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron di seluruh area otak, dalm
korteks serebri, dibagian dalam serebrum dan dibatang otak.
Muatan listrik dijabarkan melalui semua jaras ke medulla spinalis terkadang
menimbulkan kejang tonik umum diseluruh tubuh. Menjelang akhir serangan diikuti
oleh kontraksi otot=otot tonik dan kemudian spasmodic secara bergantian (tonik-
klonik)
Pasien seringkali menggigit dan dapat mengalami kesulitan dalam bernafas, terkadang
menimbulkan sianosis.
Kejang inni berlangsung selama beberapa detik sampai 3-4 menit, ditandai dengan
keadaan depresi pasca kejang diseluruh system saraf, tetap dalam keadaan stupor
selama 1 sampai beberapa menit setelah serangan kejang berakhir, seringkali tetap
lelah dan tertidur selama berjam-jam.
(gambar 59-5), Rekaman EEG yang khas disemua regio korteks selama fase tonik.
Adanya pelepasan impuls bervoltase dan berfrekuensi tinggi. Saat bersamaan timbul
pelepasan impuls yang sama dikedua sisi otak, yang menggambarkan adanya sirkuit
neuron abnormal yang bertanggungjawab atas timbulnya serang hebat melibatkan
basal otak.
3. Epilepsi Fokal
Dapat menimbulkan setiap bagian otak baik regio setempat pada korteks serebri /
struktur- struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak.
Penyebabnya adalah lesi organic, seperti :
Jaringan parut di otak yang mendorong jaringan neuron didekatnya.
54
Adanya tumor yang menekan daerah otak.
Rusaknya suatu area pada jaringan otak.
Kelainan sirkuit setempat yang diperoleh secara congenital.
Penyebab- penyebab tersebut dapat menyebabkan pelepasan impuls yang sangat cepat
pada neuron setempat.
(gambar 59-5), gambaran gelombang paku abnormal yang terdapat pada kelainan otak
organic, merupakan factor prediposisi serangan epilepsy fokal
Pendekatan diagnosa
55
serangan,riwayat kehamilan,kelahiran,perkembangan,riwayat epilepsi
dikeluarga.
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
EEG
MRI
Diagnosis banding
Sinkope
Narcolepsy
Breathholding
TICS
Histeria
Terapi
Strategi serangan >> mencegah / menurunkan lepasnya muatan listrik saraf yang berlebihan.
Lewat perubahan kanal ion/ mengatur ketersediaan neurotransmiter.
Farmakologi
Menggunakan obat obat anti epilepsi
monoterapi lebih baik mengurangi potensi adverse effect, meningkatkan
kepatuhan pasien, tidak terbukti bahwa politerapi lebih baik dari monoterapi
dan biasanya kurang efektif karena interaksi antar obat justru akan
mengganggu efektivitasnya dan akumulasi efek samping dg politerapi
mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai dg kondisi klinis
pasien penting : kepatuhan pasien
jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan pelan-pelan
dihentikan dan diganti dengan obat lain (jgn politerapi)
lakukan monitoring kadar obat dalam darah jika mungkin, lakukan
penyesuaian dosis dgn melihat juga kondisi klinis pasien
56
Obat Anti Epilepsi ( OAE )
non farmakologi
o Amati faktor pemicu
o Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi
atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
57
5. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Definisi
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah atau dimensi tingkat sel, organ, individu
yang diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram, pound, dll) dan panjang (cm, m)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dan menyangkut proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan, organ, dan sistem
organ.
1. Faktor Genetik
2. Faktor Lingkungan
Linkungan prenatal
Gizi ibu
Mekanis : trauma, cairan ketuban, posisi janin
Toksin/zat kimia
Radiasi
Infeksi
Stress
Imunitas
Lingkungan postnatal
Biologis : gizi, kepekaan terhadap penyakit (imunisasi), dan hormone
Fisik : letak geografis suatu daerah, sanitasi, radiasi, dan keadaan
rumah
Psikososial : stimulasi belajar, kasih sayan, motivasi belajar, dan
interaksi anak-orang tua
1. ASUH
Pangan/gizi
Perawatan kesehatan dasar
58
Papan/pemukiman yang layak
Hygiene dan sanitasi lingkungan
Sandang
2. ASIH
Emosi kasih sayang
3. ASAH
Stimulasi mental
Kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, pendidikan agama,
kepribadian, moral etika, dan produktivitas
1. Masa Prenatal
a) Masa Embrional : konsepsi – 8 minggu
b) Masa Janin : 9 minggu – lahir
Minggu Peristiwa
1 Fertilisasi dan implantasi : mulai masa embrional
2 Endoderm dan ectoderm muncul
3 Mesoderm muncul, somit muncul
4 Fusi neural fold pelipatan embrio ke dalam bentuk seperti manusia ;
tunas lengan dan kaki muncul ; kepala (korona) – pantat 5 mm
5 Plakode lensa, mulut primitive, garis jadi pada tangan sudah terbentuk
6 Hidung primitive, filtrum, palatum primer, kepala – pantat 21 – 23
mm
7 Kelopak mata
8 Ovarium dan testis dapat dibedakan
9 Mulai masa janin
10 Wajah dapat dikenali sebagai manusia
20 Genitalia eksterna dapat dibedakan
25 Trimester 3 mulai, berat 900 gr, panjang 25 cm
28 Mata membuka, janin memutar kepala ke bawah, berat 1300 gr
38 Cukup bulan
59
2. Masa Bayi : 0 – 1 tahun
a) Neonatus : 0 – 28 hari
b) Pascaneonatus : 29 – 1 tahun
3. Pra Sekolah : 1 – 6 tahun
4. Sekolah : 6 – 18 tahun
Pola-Pola Perilaku
1. Lahir – 3 bulan
- Mengangkat kepala
- Belajar mengikuti objek dengan matanya
- Melihat wajah orang dewasa dengan tersenyum
- Bereaksi terhadap suara atau bunyi
- Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak
- Menahan barang yang dipegang
- Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
2. 3 – 6 bulan
- Mengangkat kepala 90 ͦ, dan mengangkat dada dengan topangan tangan
- Dapat meraih benda dalam jangkauan atau diluar jangkauannya
- Menaruh benda-benda di mulutnya
- Berusaha memperluas lapang pandang
- Tertawa
- Sudah dapat mencari benda-benda yang hilang
3. 6 – 9 bulan
- Dapat duduk dengan dibantu
- Tengkurep dan berbalik badan sendiri
- Mulai belajar merangkak
- Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain
- Dapat memegang benda keci dengan ibu jari dan telunjuk
- Bergembira dengan melempar-lempar mainan
- Mengenali wajah anggota keluarga
60
4. 9 – 12 bulan
- Sudah dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
- Berjalan dengan dituntun
- Dapat meniru suara
- Mengulang bunyi yang didengarnya
- Menyatakan 1-2 kata
- Dapat memahami perintah sederhana atau larangan
- Mulai mengeksplorasi sekitar, memasukan benda-benda ke mulut
- Berpartisipasi dalam permainan
5. 12-18 bulan
- Menyusun 2-3 kotak
- Mengatakan 5-10 kata
- Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing dengan anak-anak lain
6. 18-24 bulan
- Belajar naik dan turun tangga
- Dapat menyusun 6 kotak
- Dapat menunjuk mata dan hidung
- Mulai menyusun 2 kata menjadi kalimat sederhana
- Belajar makan sendiri
- Menggambar garis
- Mulai belajar buang air besar dan buang air kecil sendiri dan dapat mengontrolnya
- Bermain dengan anak-anak lain
7. 2-3 tahun
- Meloncat dan memanjat
- Menyusun kalimat
- Sudah dapat menggunakan kata “aku”, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya
- Dapat menggambar lingkaran dengan baik
8. 3-4 tahun
- Berpakaian dan membuka pakaian sendiri
- Dapat menggambar garis lintang
- Sudah mengenal 3-4 warna
- Dapat berbicara dengan baik
61
- Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
9. 4-5 tahun
- Dapat menghitung jari-jari
- Menyebutkan hari dalam seminggu
- Mulai memprotes bila dilarang
- Dapat membedakan bentuk
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan tubuh dan otak melambat
Penurunan nutrisi dan nafsu makan
Terdapat penurunan berat badan pada usia 2-5 tahun sebesar 2 kg dengan
pertambahan tinggi badan sebesar 7 cm per tahun
Badan semakin kurus
Kebutuhan tidur atau waktu istirahat menurun 11-13 jam/24 jam
Tumbuh 20 gigi primer
Gaya berjalan matur dan dapat berlari dengan sempurna
2. Bahasa, Kognisi, Permainan
Perkembangan bahasa cepat pada usia 2-5 tahun
Bertambahnya kosakata dari 50-100 kata sampai 2000 lebih kosakata
Susunan kalimat semakin baik
Bermain dengan pertambahan kompleksitas dan khayalan
3. Emosi
Rasa sayang yang kuat kepada orang tua dan timbul rasa kecemburuan
Masa Sekolah
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan badan : BB 3-3,5 kg, TB 6 cm/tahun
Lingkar kepala 2-3 cm
Habitus relatif stabil
Gigi susu diganti dengan gigi dewasa
Otot, koordinasi, dan daya tahan tubuh meningkat
62
2. Kognitif Bahasa
Kegiatan intelektual meluas
Permainan strategi dan kata-kata
3. Emosi Sosial
Penurunan labilitas emosi terhadap orangtua dan peningkatan keterlibatan hubungan
luar rumah
63
DAFTAR PUSTAKA
64