Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH KOMPRES TEPID SPONGE HANGAT TERHADAP

PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK UMUR


1-10 TAHUN DENGAN HIPERTERMIA
(Studi Kasus Di RSUD Tugurejo Semarang)
Bartolomeus Maling*).,
Ns. Sri Haryani S, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes (Biomed)***)
*)
Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
**)
Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
***) Dosen Program Studi Ilmu keperawatan POLTEKES DEPKES Semarang,

ABSTRAK

Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap (set point) lebih
dari 370C. Hipertermia bisa diatasi secara farmakologis maupun non farmakologis. Terapi
non farmakologis ada berbagai macam cara, salah satunya menggunakan terapi kompres tepid
sponge hangat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres tepid sponge
hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak umur 1-10 tahun dengan hipertermia di
RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian ini menggunakan eksperimen semu one group
pre test post test, jumlah sampel 36 responden dengan metode total sampling. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan thermometer digital dan menggunakan air hangat dengan
suhu 350C. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kompres tepid sponge hangat
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak umur 1-10 tahun dengan hipertermia. Dilihat dari
hasil analisis uji wilcoxon signed rank test didapatkan p-value sebesar 0,0001 < 0,05 dengan
penurunan rata-rata sebesar 1,40C. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah mengatasi
hipertermia dapat menggunakan terapi non farmakologis tepid sponge sehingga pasien tidak
tergantung dengan obat antipiretik.

Kata kunci : Hipertermia, Tepid sponge

ABSTRACT

Hyperthermia is a condition when the body temperature is over the set point and more than
370C. Hyperthermia can be overcome pharmacologically or non-pharmacologically. Non-
pharmacological therapy there are several ways, one of which is using warm tepid sponge
compress therapy. The purpose of this research is to find out the effect of tepid sponge warm
compress to decrease the body temperature of children aged 1-10 who suffer hyperthermia in
the case study of RSUD Tugurejo Semarang. The design of the research is using apparent one
group pre test post test, the number of the samples are 36 respondents using total sampling
method. In the research the researcher used digital thermometer and 350C warm water. The
result of the research shows that there is an effect of tepid sponge warm compress towards the
body temperature decrease of children aged 1-10 who suffer hyperthermia. Based on the
result analysis of wilcoxon signed rank test is shown that the p-value is 0,0001 < 0,05 whith
the average decrease is 1,40C. The recommendation of the research is tepid sponge non-
pharmacological therapy can be used to overcome hyperthermia so the patients do not depend
on antipyretic medication.

Keywords : Hyperthermia, Tepid sponge


PENDAHULUAN
Kompres tepid sponge adalah sebuah
Hipertermia adalah suatu keadaan dimana teknik kompres hangat yang
suhu tubuh melebihi titik tetap (set point) menggabungkan teknik kompres blok pada
lebih dari 370C, yang biasanya diakibatkan pembuluh darah supervisial dengan teknik
oleh kondisi tubuh atau eksternal yang seka (Corrard, 2001, hlm.253). Menurut
menciptakan lebih banyak panas daripada Suprapti, (2008) tepid sponge efektif
yang dapat dikeluarkan oleh tubuh (Wong, dalam mengurangi suhu tubuh pada anak
2003, hlm.377). Hipertermia terjadi pada 1 dengan hipertermia dan juga membantu
dari 2000 kasus anak berumur 1 – 10 tahun dalam mengurangi rasa sakit atau
yang dirujuk ke unit gawat darurat ketidaknyamanan.
pediatrik. Sebagian besar hipertermia
berhubungan dengan infeksi yang dapat Menurut penelitian Setiawati, (2008) rata-
berupa infeksi lokal atau sistemik. Oleh rata penurunan suhu tubuh pada anak
karena itu, hipertermia harus ditangani hipertermia yang mendapatkan terapi
dengan benar karena terdapat beberapa antipiretik ditambah tepid sponge sebesar
dampak negatif yang ditimbulkan 0,530C dalam waktu 30 menit. Sedangkan
(Kolcaba, 2007, dalam Setiawati, 2009, yang mendapatkan terapi tepid sponge saja
hlm.3). rata-rata penurunan suhu tubuhnya sebesar
0,970C dalam waktu 60 menit.
Dampak yang ditimbulkan hipertermia,
dapat berupa penguapan cairan tubuh yang Prevalensi hipertermia di RSUD Tugurejo
berlebihan sehingga terjadi kekurangan Semarang pada anak usia 1 – 10 tahun
cairan dan kejang. Perawat sangat pada tahun 2006 berjumlah 182 anak,
berperan untuk mengatasi hipertermia tahun 2007 berjumlah 249 anak, tahun
melalui peran mandiri maupun kolaborasi. 2008 berjumlah 171 anak, tahun 2009
Untuk peran mandiri perawat dalam berjumlah 157 anak, tahun 2010 berjumlah
mengatasi hipertermia bisa dengan 367 anak. Dilihat dari angka kejadian di
melakukan kompres (Alves & Almeida, atas menunjukkan bahwa kejadian
2008, dalam Setiawati, 2009, hlm.8). hipertermia setiap tahun semakin
meningkat.
Kompres adalah salah satu metode fisik
untuk menurunkan suhu tubuh bila anak Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mengalami demam. Selama ini kompres mengetahui pengaruh kompres tepid
dingin atau es menjadi kebiasaan yang sponge hangat terhadap penurunan suhu
diterapkan para ibu saat anaknya demam. tubuh pada anak dengan hipertermia.
Selain itu, kompres alkohol juga dikenal Tujuan khusus penelitian ini adalah
sebagai bahan untuk mengompres. Namun mendeskripsikan suhu tubuh anak sebelum
kompres menggunakan es sudah tidak dilakukan terapi kompres tepid sponge
dianjurkan karena pada kenyataan demam hangat, mendiskripsikan suhu tubuh
tidak turun bahkan naik dan dapat setelah dilakukan terapi kompres tepid
menyebabkan anak menangis, menggigil, sponge hangat, menganalisa perbedaan
dan kebiruan. Metode kompres yang lebih suhu tubuh antara sebelum dan setelah
baik adalah kompres tepid sponge dilakukan kompres tepid sponge hangat.
(Kolcaba, 2007, hlm.312).
METODE PENELITIAN Analisis data penelitian ini menggunakan
uji beda non parametrik yaitu uji wilcoxon,
Pada penelitian ini menggunakan desain karena sebaran data tidak berdistribusi
Quasi eksperimental dengan bentuk normal setelah dilakukan uji kenormalan
rancangan one group pretest-postest. dengan shapiro wilk dengan hasil p-value
Peneliti mengukur suhu tubuh sebelum < 0,05.
dilakukan eksperimen kemudian setelah
dilakukan eksperimen peneliti mengukur HASIL PENELITIAN DAN
kembali suhu tubuh responden. Tempat PEMBAHASAN
penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo
khususnya di ruang perawatan anak (ruang 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
melati) kelas 2 dan 3. Waktu penelitian Jenis Kelamin
dilaksanakan pada tanggal 1 – 17 Januari
2012. Tabel 1
Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin pada pasien
Populasi dalam penelitian ini adalah semua hipertermi di RS Tugurejo Semarang
anak usia 1-10 tahun yang mengalami bulan Januari 2012
hipertermia (suhu tubuh >370C) yang (n=36)
dirawat di RSUD Tugurejo Semarang yang JenisKelamin Frekuensi Persentase
berjumlah 31 pasien. Berdasarkan dari (f) (%)
Perempuan 15 44
jumlah populasi yang sedikit, maka
Laki-laki 21 56
peneliti menetapkan jumlah sampel 36 100
dengan metode total sampling. Dimana
peneliti mengambil keseluruhan jumlah Dilihat dari data tersebut dapat
populasi untuk dijadikan sampel dalam disimpulkan yang mendominasi dalam
penelitian ini. Adapun jumlah sampel penelitian ini responden yang berjenis
dalam penelitian ini sebesar 36 orang. kelamin laki-laki sebanyak 21 (56%).
Hasil observasi peneliti saat melakukan
Pada penelitian ini peneliti ikut terlibat penelitian dari tanggal 1-17 Januari 2012
secara langsung dan dibantu oleh 2 terlihat lebih banyak balita yang berjenis
enumerator (perawat di ruang anak). kelamin laki-laki yang di rawat inap.
Pengambilan data peneliti menggunakan Hipertermia lebih banyak terjadi pada laki-
thermometer digital dan menggunakan air laki dari pada perempuan dengan
hangat dengan suhu 350C. Uji validitas perbandingan 2:1 (Potter & Perry, 2005,
instrumen dilakukan dengan cara hlm.1836).
mengukur suhu dengan menggunakan
thermometer digital. Termometer tersebut Laki-laki merupakan salah satu kelompok
sudah dikalibrasi dengan tingkat beresiko yang mengalami masalah angka
keakuratan 99% (tercantum dalam kesakitan, karena anak laki-laki lebih aktif
brosurnya). Prosedur pelaksanaan tepid dan banyak beraktifitas dari pada
sponge diambil dari tahap – tahap perempuan, misalnya bermain. Mainan
pelaksanaan tepid sponge yang merupakan sumber yang berpotensi
direkomendasikan oleh Rosdahl dan merusak tubuh secara serius pada anak
Kowalski, (2008). Upaya yang dilakukan umur 1-10 tahun. Paparan eksogen dan
peneliti untuk meningkatkan reliabilitas produksi panas endogen merupakan dua
alat ukur adalah membuat prosedur mekanisme yang dapat menyebabkan
pengukuran suhu tubuh, membuat hipertermia pada temperature internal yang
prosedur pelaksanaan tepid sponge. tinggi dengan tingkat yang
membahayakan. Produksi panas yang
berlebihan dapat menyebabkan hipertermia
dengan mudah, dibandingkan dengan gigi juga bisa meningkatkan suhu namun tidak
kontrol temperatur tubuh secara fisiologis lebih dari 38,40C (Soedarmo, Garma,
dan perilaku (Gertmaker dalam Wong, Hadinegoro, et. al, 2008, hlm.30).
2008, hlm.9-10).
3. Suhu Tubuh Sebelum dan Sesudah
Diberikan Tepid Sponge
2. Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia Tabel 3
Tabel 2 Distribusi frekuensi suhu tubuh sebelum diberikan
Distribusi frekuensi karakteristik responden tepid sponge pada pasien hipertermia di RS
berdasarkan usia pada pasien hipertermi Tugurejo Semarang bulan Januari 2012
di RS Tugurejo Semarang (n=36)
bulan Januari 2012 Suhutubuh
(n=36) (0C)
Usiaresponden Frekuensi Persentase Mean 38,5
(f) (%) Median 38,5
< 3 tahun 7 19,4 Modus 38,5
3-4 tahun 10 27,8 Standar deviasi 0,4
5-6 tahun 8 22,2
7-8 tahun 6 16,7
9-10 tahun 5 13,9 Dari data tersebut terlihat bahwa nilai rata-
36 100 rata suhu tubuh sebelum diberikan tepid
sponge sebesar 38,50C, dengan standar
Berdasarkan data tersebut terlihat yang deviasi sebesar 0,40C.
mendominasi penelitian ini adalah
responden yang berusia 3-4 tahun Tabel 4
Distribusi frekuensi suhu tubuh setelah diberikan
sebanyak 10 (27,8%), sedangkan yang tepid sponge pada pasien hipertermia di RS
paling sedikit responden yang berusia 9-10 Tugurejo Semarang bulan Januari 2012
tahun sebanyak 5 (13,9%). Hal ini sesuai (n=36)
dengan teori yang dikemukakan oleh Wong, SuhuTubuh
(2008, hlm.862-863) menyatakan bahwa ( 0C )
hipertermi terjadi pada 3% - 4% anak-anak, Mean 37,1
biasanya usia 3 bulan sampai 5 tahun. Pada Median 37
penelitian ini, terapi tepid sponge untuk Modus 37
Standar deviasi 0,5
mengatasi hipertermi dapat digunakan karena
dapat ditoleransi anak dan hal tersebut tidak
menyebabkan anak menggigil. Dari data tersebut terlihat bahwa nilai rata-
rata setelah diberikan tepid sponge sebesar
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh 37,10C, dengan standar deviasi sebesar
akibat mekanisme hormonal sehingga 0,50C.
memberi efek tidak langsung terhadap suhu
tubuh. Pada neonatus dan bayi, terdapat Peningkatan suhu tubuh pada pasien
mekanisme pembentukan panas melalui hipertermia dapat disebabkan oleh
pemecahan (metabolisme) lemak coklat beberapa faktor diantaranya oleh infeksi
sehingga terjadi proses termogenesis tanpa bakteri, virus, tumor, trauma, syndrom
menggigil (non-shivering thermogenesis).
malignan, maupun intoksilasi (Cimpella,
Secara umum, proses ini mampu
meningkatkan metabolisme hingga lebih dari Goldman & Kline, 2000, dalam Ball &
100%. Pembentukan panas melalui mekanisme Bindler, 2003, hlm.397).
ini dapat terjadi karena pada neonatus banyak
terdapat lemak coklat. Suhu tidak selalu tetap Suhu tubuh diatur dengan mekanisme
dalam sehari, ada variasi naik dan turun seperti thermostat di hipotalamus.
berkisar 0,50C. Olahraga, pakaian berlapis- Mekanisme ini menerima masukan dari
lapis, mandi air panas, udara panas, dapat reseptor yang berada di pusat dan perifer.
meningkatkan suhu sekitar 1-1,50C. Tumbuh Jika terjadi perubahan suhu, reseptor-
reseptor ini menghantarkan informasi berarti dapat disimpulkan pada tingkat
tersebut ke thermostat, yang akan signifikan 5% terbukti ada pengaruh
meningkatkan atau menurunkan produksi kompres tepid sponge terhadap penurunan
panas untuk mempertahankan suhu set suhu tubuh pada pasien hipertermi. Hal ini
point yang konstan. Akan tetapi, selama membuktikan bahwa tepid sponge efektif
infeksi substansi pirogenik menyebabkan dalam membantu menurunkan suhu tubuh
peningkatan set point normal tubuh, suatu pada anak yang mengalami hipertemia.
proses yang dimediasi oleh prostaglandin.
Akibatnya, hipotalamus meningkatkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
produksi panas sampai suhu inti (internal) penelitian yang dilakukan oleh Setiawati,
mencapai set point yang baru (Wong, (2009) menyatakan terdapat perbedaan
2008, hlm.862). suhu sebelum dan setelah intervensi
pemberian tepid sponge pada pengukuran
Tepid sponge merupakan salah satu cara pertama 10 menit setelah selesai tepid
metode fisik untuk menurunkan demam sponge dan pengukuran kedua (30 menit
yang bersifat non farmakoterapi. Tehnik setelah pengukuran pertama) dengan p
ini dilakukan dengan melakukan kompres value 0,000. Terdapat perbedaan suhu
air hangat di seluruh badan anak. Suhu air setelah 10 menit selesai dilakukan tepid
untuk mengompres antara 30-350C sponge dan 30 menit setelah pengukuran
(Setiawati, 2009, hlm11). pertama, dengan p value 0,000.

Selain itu, tepid sponge juga bertujuan Pemberian kompres tepid sponge dalam
untuk menurunkan suhu di permukaan penelitian ini terbukti dapat menurunkan
tubuh. Turunnya suhu terjadi lewat panas suhu tubuh pasien. Hasil penelitian
tubuh yang digunakan untuk menguapkan mendapatkan bahwa suhu tubuh pada
air pada kain kompres. Karena air hangat pasien anak setelah pemberian kompres
membantu darah tepi di kulit melebar, tepid sponge rata-rata dapat mengalami
sehingga pori-pori menjadi terbuka yang penurunan sebesar 1,40Celcius. Waktu
selanjutnya memudahkan pengeluaran yang diperlukan untuk kompres
panas dari dalam tubuh. Pendapat lain, berdasarkan penelitian ini relatif singkat
dengan suhu di luar yang hangat, maka yaitu selama 20 menit.
tubuh akan menganggap suhu di luar
cukup panas yang membuat tubuh bereaksi Tepid sponge jika dilakukan dengan benar
menurunkan suhu (Perry, 1999, hlm.37). akan sangat efektif menurunkan demam
dengan cepat. Akan tetapi, efek tepid
4. Pengaruh Tepid Sponge Terhadap sponge selain menurunkan suhu tubuh,
Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien juga menyebabkan vasokonstriksi pada
Hipertermia awal prosedur. Vasokonstriksi ini
menyebabkan anak merasa kedinginan
Tabel 5 bahkan sampai menggigil, terutama jika
Analisis suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tidak dikombinasikan dengan antipiretik
tepid sponge pada pasien hipertermi di RS (Setiawati, 2009, hlm.8). Tepid sponge
Tugurejo Semarang bulan Januari 2012
( n=36)
sering direkomendasikan untuk
Suhu tubuh (0C) Z p-value mempercepat penurunan suhu tubuh. Akan
Sebelum Setelah tetapi selama tepid sponge, terjadi
(X±SD) (X±SD) penurunan suhu tubuh yang menginduksi
38,5 ± 0,4 37,1 ± 0,5 -5,297 0,0001 vasokonstriksi peripheral, menggigil,
produksi panas metabolik dan
Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon ketidaknyamanan secara umum pada anak
menunjukkan nilai Z sebesar -5,297 (Corrard, 2001, hlm.253).
dengan nilai p= 0,0001 (<0,05). Hal ini
Corrard, F. (2001). Ways to reduce fever:
KESIMPULAN new luke warm water baths
still indicated? Arch pediatric.
Berdasarkan hasil penelitian dan 9(3).311-315.
pembahasan, maka dapat disimpulkan nilai Kolcaba, K. (2007). http://www.
rata-rata suhu tubuh sebelum diberikan thecomfortline.com/posies.jpg/
tepid sponge sebesar 38,50C dengan diperoleh tanggal 19 Juni
standar deviasi 0,40C. Nilai rata-rata 2011.
setelah diberikan tepid sponge sebesar Perry, Anne Grifin. (1999). Buku saku
37,10C dengan standar deviasi 0,50C. ketrampilan dan prosedur
Sehingga dapat diketahui ada penurunan dasar. Jakarta: EGC.
nilai rata-rata suhu tubuh sebesar 1,40C. Potter, Patricia A dan Perry, Anne Grifin.
Ada pengaruh kompres tepid sponge (2005). Buku ajar fundamental
terhadap penurunan suhu tubuh pada keperawatan: konsep proses
pasien hipertermi. Hal ini ditunjukkan dan praktik. Edisi 4. Jakarta:
dengan hasil analisis wilcoxon didapatkan EGC.
nilai p=0,0001 (<0,005). Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh tepid
sponge. Jakarta: Fakultas Ilmu
SARAN Kedokteran Universitas
Indonesia.
Soedarmo, Sumarmo S Poerwo., Garna,
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Herry., Hadinegoro, Sri Rejeki
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
S., Satari, Hindra Irawan.
sebagai intervensi mandiri keperawatan
(2008). Buku ajar infeksi &
dalam menangani pasien hipertermia di
pediatrik tropis. Edisi kedua.
RS maupun di pelayanan kesehatan
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
yang lain sehingga meminimalkan
pengunaan antipiretik pada pasien.
Suprapti. (2008). Perbedaan pengaruh
kompres hangat dengan
2. Bagi Ilmu Keperawatan
kompres dingin terhadap
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
penurunan suhu tubuh pada
referensi bagi ilmu keperawatan dalam
pasien anak karena infeksi di
menentukan intervensi mandiri
BP RSUD Djojonegoro
keperawatan dalam menangani anak
Temanggung.
yang mengalami hipertermi.
http://digilib.unimus.ac.id/diun
duh tanggal 24 Agustus 2011.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Wong, Donna L. (2008). Buku ajar
Lebih mengembangkan hasil penelitian
keperawatan pediatrik. Edisi
mengenai metode kompres lain dalam
6. Jakarta: EGC.
kemampuannya menurunkan suhu
tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Ball, Jane W dan Bindler, Ruth C. (2003).


Pediatric Nursing: caring for
children. Edisi 3. New Jersey:
Upper Saddle River.

Anda mungkin juga menyukai