Anda di halaman 1dari 6

a.

Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang
berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi.
Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan
merambat dibawah permukaan. Penjalaran gelombang seismik mengikuti Hukum Snellius
yang dikembangkan dari Prinsip Huygens, menyatakan bahwa sudut pantul dan sudut bias
merupakan fungsi dari sudut datang dan kecepatan gelombang. Gelombang P yang datang akan
mengenai permukaan bidang batas antara dua medium berbeda akan menimbulkan gelombang
refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009)
Sebagian energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S,
dan sebagian lagi akan diteruskan sebagai gelombang P dan gelombang S (Hutabarat, 2009).
Hukum Snellius dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
𝑣 𝑣𝑝1 𝑣𝑝2 𝑣𝑠1 𝑣𝑝2
= = = =
sin 𝑖 sin 𝜃𝑝 sin 𝑟𝑝 sin 𝜃𝑠 sin 𝑟𝑝
Gelombang P yang datang akan mengenai permukaan bidang batas antara dua
medium berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009).

Gambar 5. Hukum Snellius

b. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan
sumber bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat seketika ditemukan
dengan membentuk garis singgung permukaan untuk semua wavelet sekunder. Prinsip
Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan
energi seiring dengan bertambahnya kedalaman (Asparini, 2011).
Gambar 6. Prinsip Huygens
c. Primsip Fermat
Prinsip Fermat Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki
variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-
zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah (Jamady, 2011).

Gambar 7. Prinsip Fermat


Teori Bidang Batas
Teori bidang batas merujuk pada hukum Snellius yang telah dibahas di atas. Hukum
Snellius Perambatan gelombang seismik dari satu medium ke medium lain yang mempunyai
sifat fisik yang berbeda seperti kecepatan dan densitas akan mengalami perubahan arah ketika
melewati bidang batas antar medium. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua
media yang sifat fisiknya berbeda akan dibiaskan jika sudut datang lebih kecil atau sama
dengan sudut kritisnya dan akan dipantulkan jika sudut datang lebih besar dari sudut
kritis. Sudut kritis adalah sudut datang yang menyebabkan gelombang dibiaskan 900. Jika
suatu berkas gelombang P yang dating mengenai permukaan bidang batas antara dua medium
yang berbeda, maka sebagian energi gelombang tersebut akan dipantulkan sebagai gelombang
P dan gelombang S, dan sebagian lagi akan dibiaskan sebagai gelombang P dan gelombang S,
seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini :

Gambar 8. Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium


untuk gelombang P (Bhatia, 1986)

Noise dalam data seismic


Noise adalah sinyal yang dianggap menggangu dan tidak diinginkan, oleh karena itu
dalam proses pengolahan data seismik dilakukan usaha pengurangan noise hingga persentase
noise pada data menjadi seminimal mungkin. Secara umum, Noise terbagi atas 2 jenis, yaitu
noise yang bersifat acak (random/ambient noise), dan noise yang bersifat koheren, Noise
tersebut biasanya ditimbulkan oleh sumber ledakan.(Kearey, 1999)
a. Random Noise (Ambient noise) Ambient noise adalah noise yang disebabkan oleh
segala sesuatu yang tidak disebabkan oleh sumber (source). Noise acak ini dapat
ditimbulkan oleh adanya angin, hujan, aliran air, aktifitas manusia, hewan, aktifitas
mesin industri, dan faktor lingkungan lainnya. Ciri-ciri dari tipe noise ini antara lain:
bersifat acak (random), memiliki spektrum yang lebar, memiliki energi yang relatif
rendah (berasosiasi dengan amplitudo kecil)

b. Noise Koheren(Shot generated noise )


Noise koheren adalah noise yang timbul akibat peledakan yang dilakukan pada sumber
saat pengambilan data. Beberapa jenis noise yang termasuk dalam kategori ini antara
lain.

c. Ground roll
Adalah noise yang menjalar melalui permukaan yang radial (gelombang permukaan)
menuju receiver Ciri-ciri dari ground roll antara lain: memiliki energi besar (amplitudo
tinggi), memiliki frekuensi yang relatif rendah, mempunyai kecepatan yang lebih
rendah dari sinyal utama, tetapi lebih besar dari air blast (air wave)
d. Air blast (air wave)
Adalah noise yang diakibatkan oleh penjalaran gelombang langsung melalui udara.
Karakter dari noise ini hampir sama dengan ground roll, hanya saja kecepatan air blast
lebih rendah.
e. Multiple
Adalah sinyal refleksi yang dapat berupa short-path multiple (SPM) maupun Long-path
multiple (LPM). SPM pada data rekaman seismik akan tiba setelah sinyal utama, sehingga akan
mempengaruhi tampilan sinyal utama. Sedangkan LPM, akan terlihat pada penampang seismik
sebagai sebuah “event” lain yang berulang. Multiple dapat dianggap sebagai noise, karena tidak
menggambarkan event reflektor sebenarnya.

Secara umum pengolahan data seismik memiliki step-step umum seperti Reformating,
Geometri/labeling, Amplitude Recovery (TAR), Koreksi Statik, Filter Digital, Dekonvolusi, ,
Analisa Kecepatan, Koreksi NMO, Migrasi Data Seismik.
GEOMETRI/LABELING
Geometri sendiri adalah proses pendefinisian konfigurasi letak shot point dan receiver
point sesuai di lapangan ke dalam software sesuai dengan data observasi. Lalu proses
selanjutnya adalah proses pendefinisian identitas trace dengan variabel-variabel (shotpoint,
koordinat di permukaan, CDP gather dan offset) yang bergantung pada geometri penembakan.
Oleh karena itu dibutuhkan data-data mengenai keadaan akuisisi di lapangan seperti jumlah
receiver per shotpoint, jarak offset shotpoint atau receiver, penyimpanan letak shotpoint ,
uphole time (waktu yag diperlukan sinyal seismik dari sumber pada kedalaman tertentu sampai
ke permukaan).
KOREKSI STATIK
Koreksi statik dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shotpoint
dan geophone), ketebalan lapisan lapuk (weathering zone), dan variasi kecepatan gelombang
seismik pada lapisan lapuk. Jadi, koreksi ini adalah mengoreksi perbedaan waktu tempuh
gelombang akibat perbedaan elevasi dan pengaruh lapisan lapuk. Di dalam pengolahan data
seismik, terdapat dua jenis koreksi statik yang harus dilakukan yaitu datum static dan refraction
static.
FILTERING
Filtering merupakan proses untuk memisahkan frekuensi data seismik primer dengan
frekuensi yang menganggu data seismik primer. Frekuensi-frekuensi pengganggu tersebut akan
dibuang dan dimusnahkan untuk melindungi sinyal primer. Frekuensi ini disebut noise, yang
biasanya dilakukan sebelum dan sesudah stack. filtering yang sering digunakan dalam
pengolahan data seismik adalah band pass, low pass (high cut) dan high pass (low cut).
Didalam pengolahan data seismik band pass filter lebih umum digunakan karena biasanya
gelombang seismik terkontaminasi noise frekuensi rendah (seperti ground roll) dan noise
frekuensi tinggi (ambient noise).
KOREKSI NMO

Normal moveout merupakan perbedaan waktu antara waktu jalar gelombang pada offset
tertentu dengan pada zero offset. Kecepatan yang digunakan untuk koreksi normal moveout
disebut kecepatan NMO. Koreksi NMO bertujuan untuk menghilangkan efek dari jarak (offset)
antara sumber dan geophone dalam satu CDP (Common Depth Point) sehingga tampilan dari
sumber dan geophone yang berbeda berada pada waktu yang sama.

Jika kecepatan NMO pas dan benar, maka event seismik akan terlihat flat dan datar,
jika kecepatan yang dipakai terlalu rendah maka event seismik akan terlihat melengkung ke
atas (overcorrected), dan jika kecepatan yang dipakai terlalu cepat maka akan terlihat
melengkung ke bawah (undercorrected).

TRACE EDITING
Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau memperbaiki trace atau record dari
hal-hal yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data di lapangan. Editing dapat
dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise, terutama koheren noise,
misfire, atau trace yang mati, polariti yang terbalik. Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu, pertama membuat trace-trace yang tidak diinginkan tersebut menjadi
berharga nol (EDIT) dan atau membuang / memotong bagian-bagian trace pada zona yang
harus didefinisikan (MUTE).
ANALISA KECEPATAN
Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang dipakai untuk mendapatkan
stacking velocity dari data seismik yang dilakukan dengan menggunakan Interactive Velocity
Analisis diperoleh dari kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO adalah hiperbolik.
Analisa kecepatan ini sangat penting, karena dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai
kecepatan yang cukup akurat untuk menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan dari suatu
reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan dalam CDP gather, harga kontur semblance analisis
sebagai fungsi dari kecepatan NMO dan CDP gather stack dengan kecepatan NMO yang akan
diperoleh pada waktu analisa kecepatan. Didalam CDP gather titik reflektor pada offset yang
berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).
STACKING
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam suatu CDP gather,
seluruh trace dengan koordinat midpoint yang sama dijumlahkan menjadi satu trace. Setelah
semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam format CDP gather setiap refleksi
menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal
tersebut dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya saja. Dengan
demikian apabila trace-trace refleksi yang datar tersebut disuperposisikan (distack) dalam
setiap CDP-nya, maka diperoleh sinyal refleksi yang akan saling memperkuat dan noise akan
saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan yang dipakai dalam proses stacking ini
adalah stacking velocity. Stacking velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola NMO.

MIGRASI
Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi merupakan tahap akhir dalam
metode Post Stack Time Migration yang bertujuan untuk memindahkan event-event data pada
section seismic ke posisi yang sebenarnya. Dengan kata lain migrasi diperlukan karena
rumusan pemantulan pemantulan pada CMP yang diturunkan berasumsi pada model lapisan
datar, apabila lapisannya miring maka letak titik-titik CMP / reflektornya akan bergeser. Untuk
mengembalikan titik-titik reflektor tersebut keposisi yang sebenarnya dilakukan proses migrasi

Anda mungkin juga menyukai