Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama hampir beberapa sebagai bangsa merdeka kita di hadapkan pada panggung
sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan dengan dekorasi, setting, aktor, maupun cerita yang
berbeda-beda. Setiap pentas sejarah cenderung bersifat ekslusif dan Steriotipe. Karena
kekhasannya tersebut maka kepada setiap pentas sejarah yang terjadi dilekatkan suatu tribute
demarkatif, seperti Orde Lama, Orde Baru Dan Kini Orde Reformasi.

Orde Baru lahir karena adanya Orde Lama, dan Orde Baru sendiri haruslah diyakini
sebagai sebuah panorama bagi kemunculan Orde Reformasi. Demikian juga setelah Orde
Reformasi pastilah akan berkembang pentas sejarah perpolitikan dan ketatanegaraan lainnya
dengan setting dan cerita yang mungkin pula tidak sama.

Dari perspektif ini maka dapat dikatakan bahwa Orde Lama telah memberikan
landasan kebangsaan bagi perkembangan bangsa Indonesia. Sementara itu Orde Baru telah
banyak memberikan pertumbuhan wacana normative bagi pemantapan ideology nasional,
terutama melalui konvergens ini lai nilai social budaya (Madjid,1998) Orde Reformasi sendiri
walaupun dapat dikatakan masih dalam proses pencarian bentuk, namun telah menancapakan
satu tekad yang berguna bagi penumbuhan nilai demokrasi dan keadilan melalui upaya
penegakan supremasi hokum dan HAM nilai nilai tersebut akan terus di Justifikasi dan
diadaptasikan dengan dinamika yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru?
2. Bagaimana sejarah orde baru?
3. Bagaimana kronologis runtuhnya Sistem Pemerintahan Orde Baru?
4. Bagaimana pekembangan pancasila pada Orde Baru?
5. Bagaimana peralihan politik dari orde lama ke Orde Baru?
6. Kehidupan Politik Pada Masa Orde Baru?
3. Bagaimana kehidupan politik pada masa Orde Baru?
4. Bagaimana revolusi hijau dan dampak revolusi hijau?
5. Hasil- hasil pembangunan pada masa Orde Baru?

1
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui maksud dari Pancasila.
2. Untuk mengetahui maksud dari Pancasila.
3. Untuk menegetahui perkembangan Pancasila pada era orde baru.
4. Mengetahui perkembangan masyarakat Indonesia pada masa orde baru

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami maksud dari Pancasila.
2. Mahasiswa mampu memahami maksud dari Pancasila.

3. Mahasiswa mampu memahami perkembangan Pancasila pada era orde baru.


4. Mahasiswa mampu memahami perkembangan masyarakat Indonesia pada masa
orde

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru


Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan
negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde
yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat
dan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD
1945.

2.2 Sejarah Orde Baru


2.2.1 Masa transisi (1966-1967)
Dalam masa 1966-1967 terdapat dualisme dalam kepemimpinan Nasional, yaitu di
satu pihak Presiden Sukarno yang masih aktif dan di pihak lain adanya tokoh Jendral
Soeharto yang semakin populer. Ia populer berkat prestasinya menumpas pemberontakan G-
30 S/PKI dalam waktu yang singkat, serta melaksanakan dengan pasti usaha-usaha stabilisasi
politik dan ekonomi berdasarkan Surat Perintah 11 Maret 1966.
Mengenai saran-saran yang disampaikan kepada pemerintahan untuk
menegembalikan kewibawaan Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum diusulkan
pemurnian pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945. Diusulkan pula agar diadakan jaminan
yang cukup terhadap pengakuan hak-hak asasi manusia dalam menciptakan dan menegakkan
hukum.
Pada akhirnya kekuasaan diserahkan kepada pengemban ketetapan MPRS No.
IX/MPRS/1966 Jendral Soeharto di Jakarta, 20 Februari 1967. Dan setelah itu memasuki
masa konsolidasi sejak tahun 1968. Saat itu pemerintah bersama DPR-GR menyelesaikan
berbagai macam undang-undang yang berkaitan dengan pemerintah. Dan juga menyelesaikan
masalah korupsi dan perselisihan antara kaum pribumi dan non-pribumi.
Memasuki tahun 1971, suasana politik lebih banyak dicurahkan kepada kegiatan
kampanye menghadapi pemilihan umum yang kedua dalam sejarah Republik Indonesia yang
berarti pemilihan pertama yang terjadi pertama pada jaman orde Baru.

3
2.2.2 Stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi
Pada awal jaman orde baru program pemerintah semata-mata diarahkan kepada usaha
penyelamatan ekonomi nasional terutama berupa usaha memberantas inflasi, penyelamatan
keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Kenaikan harga pada awal tahun
1966 yang menunjukkan tingkat inflasi sekitar 650% setahun tidak memungkinkan
pembangunan dengan segera, tetapi harus melakukan stabilisasi dan rehabilitsi ekonomi
terlebih dahulu. Stabilisasi berarti pengendalian inflasi, agar supaya harga-harga tidak
melonjak terus secara cepat. Sedangkan rehabilitasi adalah reahbilitasi secara fisik daripada
prasarana, rehabilitasi ekspor, rehabilitasi alat-alat produksi yang banyak mengalami
kerusakan.
Dan juga memperbarui landasan ekonomi dalam ketetapan No.XXIII/MPRS/1966.

2.2.3 Perkembangan sosial budaya


Pendidikan, dalam era ini pendidikan sangat diperhatikan demi kemajuan bangsa dan
menciptakan kesempatan belajar yang lebih luas. khususnya pendidikan tinggi diarahkan
pada sasaran pembinaan mahasiswa yang mampu menjawab tantangan modernisasi.
Relevansinya dengan situasi riil dalam kehidupan bermasyarakat.
Perkembangan pers dan media elektronika, titik tolak dari pembinaan pers nasional
adalah ketetapan sidang umum MPRS IV tahun 1966. Dalam ketetapan ini disebutkan
“kebebasan pers Indonesia adalah kebebasan untuk menyatakan serta menegakkan kebenaran
dan keadilan, dan bukanlah kebebasan dalam penegertian liberalisme”. Disebutkan juga
bahwa kebebasan pers berhubungan erat dengan keharusan adanya pertanggung jawaban,
atau singkatnya pers yang bertanggung jawab. Dan sahkan UU No.11 Tahun 1966 tentang
ketentuan pokok-pokok pers dan disempurnakan dengan UU No.4 Tahun 1967.

2.3 Perkembangan Pancasila pada Orde Baru


Setelah mengkaji arti dari Pancasila dan sejarah Nasional Indonesia dapat membuka
jendela fikiran untuk mengkaitkan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi pada orde baru
dan berikut merupakan analisis-analisisnya.
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarah dari
pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari pancasila serta UUD 1945. Demi
kepentingan kekuasaan akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan

4
apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu pancasila tetap pada posisinya sebagai alat
pembenar, rezim, otoritarian di bawah Soeharto.
Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru
sebagai alat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme Negara. Sehingga
pancasila oleh rezim orde baru ditafsirkan sedemikian rupa sehingga membenarkan dan
memperkuat otoritarianisme Negara. Makadari itu pancasila perlu disosialisasikan sebagai
doktrin komperehensif dalam diri masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas
;segala tindakan pemerintah yang berkuasa dalam diri masyarakat Indonesia. Adapun dalam
pelaksanannya upaya indoktrinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari
pengkultusan pancasila sampai dengan penataran p4.
Upaya pengkultusan terhadap pancasila dilakukan pemerintah orde baru guna
memperoleh kontrol sepenuhnya atas pancasila dan UUD 1945. Pemerintah orde baru
menempatkan pancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu yang keramat sehingga tidak boleh
diganggu gugat. Penafsiran dan implementasi pancasila sebagai ideology terbuka, serta UUD
1945 sebagai landasan konstitusi berada ditangan Negara. Pengkultusan pancasila juga
tercermin dari penetapan dan kesaktian pancasila setiap tanggal 1 oktober sebagai peringatan
atas kegagalan G30/PKI dalam upayanya menggantikan pancasila dengan ideologi komunis.
Pancasila pada orde baru 1945-1998 terlaksananya dengan dasar “super semar” dan
TAP MPRS XXXVII/MPRS/1968 periode ini disebut juga demokrasi pancasila, karena
segala bentuk penyelenggaraan Negara berlangsung berdasarkan nila-nilai pancasila.
Ciri-ciri pancasila:
a. Mengutamakan musyawarah dan mufakat
b. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat
c. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
d. Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan
e. Adanya rasa tanggungjawab dalam melaksanakan hasil keputusan musyawarah
f. Dilakukan dengan akal sehat sesuai dengan hati nurani yang luhur
g. Keputusan dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai
kebenaran dan keadilan.
Retorika mengenai persatuan kesatuan menyebabkan pemikiran bangsa Indonesia yang
sangat plural kemudian diseragamkan. Gagasan mengenai pluralisme tidak mendapat tempat
untuk didiskusikan secara intensif. Sebagai puncaknya, pada tahun 1985 seluruh organisasi
sosial politik digiring oleh hukum untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya dasar
filosofis, sebagai asas tunggal dan setiap warga Negara yang mengabaikan Pancasila atau

5
setiap organisasi sosial yang menolak Pancasila sebagai asas tunggal akan dicap sebagai
penghianat atau penghasut. Dengan demikian, jelaslah bahwa orde baru tidak hanya
monopoli kekuasaan, tetapi juga memonopoli kebenaran. Sikap politik masyarakat yang kritis
dan berbeda pendapat dengan Negara dalam prakteknya diperlukan sebagai pelaku tindak
criminal atau subversife.
Pada era orde baru, selain dengan melakukan pengkultusan terhadap Pancasila,
pemerintah secara formal juga mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila melalui TAP MPR NO
II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (p4) disekolah dan
masyarakat. Siswa, mahasiswa, organisasi sosial, dan lembaga-lembaga Negara diwajibkan
untuk melaksanakan penataran P4. Tujuan dari P4 antara lain adalah membentuk pemahaman
yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama
diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui
penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap
pemerintah orde baru. Selain sosialisasi nilai Pancasila dan menerapkan nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa, dalam kegiatan penataran juga disampaikan pemahaman terhadap
UUD 1945 dan Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pelaksanaan penataran P4 sendiri
menjadi tanggungjawab dari badan penyelenggara pelaksaan pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila (BP7).
Akan tetapi cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi generasi muda,
berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam penataran P4,
ternyata justru mematikan hati nurani generasi muda terhadap makna nilai luhur Pancasila
tersebut. Hal itu terutama disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak disertai
dengan keteladanan yang benar. Setiap hari para pemimpin berpidato dengan selalu
mengucapkan kata-kata Pancasila dan UUD 1945, tetapi dalam kenyataannya masyarakat
tahu bahwa kelakuan mereka jauh dari apa yang mereka katakana, perilaku itu justru semakin
membuat persepsi yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya Pancasila sebagai
landasan hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma hanya untuk
orang lain (rakyat) tetapi buka atau tidak berlaku bagi para pemimpin. Atau dengan kata lain
Pancasila hanya digunakan sebagai slogan yang menunjukkan kesetiaan semu terhadap
pemerintah yang sedang berkuasa.
Kecenderungan orde baru dalam memandang pancasila sebagai doktrin yang
komperehensif terlihat pada anggapan bahwa ideology sebagai sumber nilai dan norma
karena itu harus ditangani melalui upaya indoktrinasi secara terpusat. Pada akhirnya,
pandangan tersebut bermuara pada keadaan yang disebut dengan perfeksionisme Negara.

6
Negara perfeksionis adalah Negara yang merasa tahu apa yang benar dan apa yang salah bagi
masyarakatnya. Dan kemudian melakukan usaha-usaha sistematis agar kebenaran dan
kepahaman Negara itu dapat diberlakukan dalam masyarakatnya. Sehingga permulasi
kebenaran yang kemudian muncul adalah sesuatu yang dianggap benar kalau hal tersebut
sesuai dengan keinginan penguasa, sebaliknya sesuatu dianggap salah kalau bertentangan
dengan kehendak penguasa.

2.4 Peralihan Politik Dari Orde Lama Ke Orde Baru

2.4.1 Perkembangan Kekuatan Politik PKI di Jaman Orde Lama

Pada pemilihan tahun 1955 PKI memperoleh kemenangan yang cukup berarti. Di
bidang ideologi PKI berusaha mengganti sila Pertama dari Pancasila, yakni Ketuhanan Yang
Maha Esa dengan rumusan “kemerdekaan beragama”, yang jelas tidak sesuai dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia dan penanaman faham komunis di kalangan ABRI.
Presiden Soekarno melontarkan sebuah konsepsi yang disampaikannya pada tanggal 21
Pebruari 1957 dalam pidato menyelamatkan Republik Indonesia.

Dalam pidato tanggal 17 Agustus 1960, pidato yang berjudul Jalannya Revolusi Kita (Jarek),
Presiden Soekarno mempertegas lagi pelaksanaan manipol, maka dalam bulan Januari 1961
DPA memperinci pelaksanaan Manipol sebagai berikut :
1. Gotong royong, yang diartikan sebagai mempraktikkan somebundeling van alle
revolutionaire krachten.
2. Tanah tani, artinya diadakan landreform, mengakhiri pengisapan feodal secara
berangsur-angsur.
Tahun 1964 dicatat sejumlah aksi yang dilakukan PKI, antara lain adalah :
1. Gerakan riset di kecamatan-kecamatan.
2. Aksi pensitaan milik Inggris dan Amerika Serikat.
3. Aksi rituling, tuntutan penggantian pejabat yang anti PKI, aksi tunjuk hidung.
4. Pengindonesiaan Marxisme.
5. Aksi-aksi sepihak.

7
2.4.2 TNI-AD sebagai Penghalang Utama bagi PKI

Berbagai cara PKI berusaha menguasai dan mempengaruhi Angkatan Perang, tetapi usaha
mereka gagal karena TNI. Sesudah Perang Kemerdekaan berakhir TNI sudah memiliki
sebuah kode etik yang disebut Saptmarga, berlaku tanggal 5 Oktober 1951.

Usaha PKI untuk menguasai INI tetap dilanjutkan. PKI mendekati prajurit-prajurit TNI agar
berpihak kepada PKI. Tahun 1957 Pemerintah memberlakukan Undang-Undang Keadaan
Bahaya (UUKB), UUKB itu ditentang oleh PKI dengan alasan bahwa UUKB merusak
kehidupan demokrasi.

Kecemburuan PKI terhadap TNI semakin lama semakin meruncing. Presiden melakukan re-
organisasi dan integrasi dalam tubuh ABRI. Tiap-tiap Angkatan berlomba-lomba menjadi
yang paling paling setia kepada Presiden. Secara sistematis PKI melakukan politik adudomba
antar-Angkatan. Dalam tubuh Angkatan Laut dan Kepolisian timbul kericuhan yang sangat

menguntungkan PKI Angkatan Darat menyusun doktrin peruangan ialah Tri Ubaya Sakti,
tanggal 2-9 April 1965. Untuk memantapkan TNI-AD dalam menghadapi berbagai
rongrongan.

Sampai dengan bulan Mei 1965, PKI memperkirakan yang dilakukan telah mencapai satu
tahapan perebutan kekuasaan. Para pemimpin PKI mulai merasa menang, pada awal masa
Demokrasi Terpimpin PKI merasa ditekan oleh Penetapan Presiden No. 7/1959 tentang
syarat-syarat dan penyederhanaan kepartaian. Berdasarkan keputusan Presiden No. 128/1961,
bersama-sama partai lainnya PKI diakui sebagai partai yang syah.

2.4.3 G 30 S/ PKI Melenyapkan Obstakel Utama Terakhir

PKI melancarkan pemberontakan yang dikenal dengan nama Gerakan Tiga puluh
September (G.30. S/ PKI). Pemberontakan itu dapat ditumpas oleh ABRI bersama-sama
rakyat. Gagallah rencana PKI untuk merebut kekuasaan negara dan mengganti Pancasila
dengan Komunisme.

Pada tanggal 28 Agustus 1965 dimulailah persiapan-persiapan untuk melancarkan


pemberontakan. Oleh Politbiro CC-PKI dan I)ewan harian CCPKI diambil beberapa
keputusan.

8
2.5 Kehidupan Politik Pada Masa Orde Baru

Pemilu, pemerintahah, dan masalah ekonomi serta sosial-budaya


Pemerintah Orde Baru berkehendak menyusun sistem ketatanegaraan berdasarkan asas
demokrasi Pancasila. Salah satu wujud demokrasi Pancasila adalah penyelenggaraan
pemilihan umum (pemilu). Melalui pemilu, rakyat diharapkan dapat merasakan hak
demokrasinya, yaitu memilih atau dipilih sebagai wakil-wakil yang dipercaya untuk duduk
dalam lembaga permusyawaratan/perwakilan. Wakil-wakil rakyat yang terpilih nantinya
harus membawa suara hati nurani rakyat pada lembaga itu.

Penyelenggaraan pemilu di Indonesia didasarkan kepada asas luber (langsung, umum, bebas,
dan rahasia.
a. Langsung maksudnya rakyat mempunyai hak secara langsung memberikan suaranyatanpa
perantaraan orang lain.
b. Umum mempunyai arti semua warganegara yang memenuhi persyaratan berhak ikutserta
memilih dalam pemilihan umum.
c. Bebas berarti setiap pemilih dijamin keamanannya untuk melakukan pemilihanterhadap
salah satu peserta pemilu tanpa adanya pengaruh, tekanan, dan paksaan dari siapa pun atau
dengan cara apa pun.
d. Rahasia bermakna para pemilih dijamin kerahasiaannya dalam menyalurkan pilihannya
pada salah satu peserta pemilu.

Pada awal Orde Baru, pemilihan umum direncanakan akan diselenggarakan selambat-
lambatnya pada 5 Juli 1968. Hal ini berdasarkan pada Ketetapan MPRS No.XI/MPRS/ 1966
tentang Pemilihan Umum yang dihasilkan Sidang Umum IV MPRS tahun 1966. Namun,
pemilu kemudian tidak dapat dilaksanakan tepat waktu karena sulitnya menyelesaikan
pembahasan mengenai undang-undang pemilu.

Pada tanggal 10 November 1969 DPR-GR menyetujui dua RUU Pemilu dan disahkan
Presiden RI tanggal 17 Desember 1969, yaitu :
a. Undang-undang No. 15Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-anggota Badan
Permusyawaratan/Perwakilan Daerah, dan
b. Undang-undang No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan
DPRD.

Dengan berlandaskan kepada kedua undang-undang tersebut, pemerintah Orde Baru


mgnyelenggarakan pemilihan umum yang pertama kali pada 3 Juli 1971. Pemilu tahun 1971

9
diikuti 10 kontestan, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai
Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII), Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Persatuan Tarbiyah
Indonesia (Perti), Partai Murba, dan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI).
Pemilu pertama pada masa Orde Baru ini menghasilkan perolehan kursi DPR, yakni Golkar
236, NU 58, Parmusi 24, PNI 20, PSII 10, Partai Kristen Indonesia 7, Partai Katolik 3, Perti
2, Partai Murba dan IPKI tidak memperoleh kursi.

Pemilu kedua diselenggarakan pada 2 Mei 1977. Pada pemilu tahun 1977 terjadi
penyederhanaan kontestan, yaitu diikuti tiga peserta saja.
a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan fusi dari NU, PSII, Parmusi,dan
Perti.
b. Golongan Karya (Golkar).
c. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang mempakan fusi dari PNI, Partai Kristen Indonesia,
Partai Katolik, Murba, dan IPKI.

Pemilihan umum di masa pemerintahan Orde Baru dari waktu ke waktu, pada satu sisi
memang membawa negara kepada suatu kehidupan yang lebih baik dari pada kondisi
sebelumnya. Adapun kemajuan yang telah dicapai pemerintahan Orde Baru sebagai hasil
pelaksanaan pembangunan sejak tahun 1969 – 1997 antara lain adalah
a. naiknya produksi dan jasa di segala bidang,
b. naiknya pendapatan dan kemakmuran sebagian rakyat Indonesia,
c. meningkatnya kemampuan negara dalam menghimpun dana, baik dari dalam maupun dari
luar negeri, seperti pajak, cukai, ekspor migas dan non-migas, serta
d. semakin bertambahnya sarana-sarana pendidikan, kesehatan, olahraga, ibadah, ekonomi,
perumahan, dan Iain-lain.

Bahkan atas beberapa keberhasilan menjalankan pembangunan di Indonesia, MPR kemudian


memberikan predikat kepada Presiden Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Nasional.
Namun, menjelang pertengahan tahun 1997 kemajuan di berbagai bidang itu seperti tidak
bermakna apa-apa. Bangsa Indonesia dilanda krisis teramat berat yang bermula dari krisis
moneter, berupa turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar. Krisis moneter ini kemudian
berkembang menjadi krisis ekonomi sehingga mempengaruhi segala aspek kehidupan
masyarakat, seperti politik, ekonomi, dan sosial. Tatanan ekonomi, rusak berat, pengangguran
meluas, dan kemiskinan merajalela. Dampak krisis ini berbuntut pada timbulnya krisis
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Orde Baru.

10
Dalam kondisi seperti itu, muncullah gerakan reformasi yang berawal dari rasa keprihatinan
moral yang sangat mendalam atas berbagai krisis yang terjadi di Indonesia. Gerakan
reformasi ini dipelopori oleh kalangan mahasiswa dan kaum cendekiawan. Mereka mendapat
dukungan dari berbagai lapisan masyarakat yang bersimpati terhadap reformasi. Figur yang
dianggap banyak mempengaruhi bergulirnya roda reformasi ialah Prof. Dr. Amien Rais M.A.
la dengan berani memaparkan berbagai kelemahan dan penyelewengan elit birokrasi Orde
Baru dan segelintir manusia yang memonopoli sumber daya alam dan sektor ekonomi
Indonesia. la juga berhasil menyadarkan masyarakat akan pentingnya suksesi (pergantian
kekuasaan) terhadap pemerintahan Soeharto yang telah bercokol selama 32 tahun.

Pada awal tahun 1998 keadaan negara semakin tidak menentu dan krisis ekonomi tak
ditemukan titik terang penyelesaiannya. Akibatnya, aksi mahasiswa pun menjadi semakin
marak yang menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto. Bentrokan dengan aparat tidak
terhindarkan lagi sehingga muncul Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa
Universitas Trisakti pada 12Mei 1998. Tragedi Trisakti menimbulkan luapan kemarahan
masyarakat. tidak terbendung lagi. Puncaknya, terjadilah kerusuhan di beberapa tempat di
Jakarta. Aksi penjarahan, pembakaran, dan perusakan oleh massa terjadi secara tidak
terkendali. Di lain pihak, ribuan mahasiswa segera berduyun-duyun mendatangi gedung
DPR/MPR dan sekaligus mendudukinya. Menyikapi hal itu, para pimpinan MPR meminta
agar presiden secara arif dan bijaksana mengundurkan diridari jabatannya.

Pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB di Gedung Istana Merdeka Presiden Soeharto
menyatakan mengundurkan diri dari jabatan presiden. Dengan demikian,berakhirlah masa
kekuasaan Pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun

2.6 Revolusi Hijau Pada Masa Orde Baru


1. Revolusi Hijau
 Perubahan secara cepat yang menyangkut masalah pembaharuan
teknologi pertanian dan peningkatan produksi pertanian
 Perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern
 Tokoh Revolusi Hijau adalah Thomas Robert Malthus. Menurutnya, pertumbuhan
penduduk lebih cepat dibandingkan peningkatan hasil pertanian
 Pelaksanaan penelitian pertanian disponsori oleh Ford Rockefeller Foundation
 Penelitian ini dilakukan di Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan

11
 Merupakan keberhasilan para teknolog pertanian dalam melakukan persilangan
antarjenis tanaman tertentu

Keuntungan revolusi hijau:


 Munculnya tanaman jenis unggul
 Meningkatkan pendapatan petani
 Pertumbuhan ekonomi meningkat
 Adanya kesadaran petani akan pentingnya teknologi

Dampak negatif revolusi hijau:


a. Sistem bagi hasil mengalami perubahan
b. Ekonomi uang di desa makin kuat
c. Peningkatan produksi pangan tidak dikuti oleh pendapatan petani
d. Tingginya biaya produksi

2.7 Hasil-hasil Pembangunan Pada Masa Orde Baru


1. Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perbaikan
prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I
lebih menitikberatkan pada sektor pertanian.
Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:
a. Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.
b. Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
c. Perbaikan jalan raya.
d. Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
e. Semakin majunya sektor pendidikan.

2. Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)


Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan,
sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita II
berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan
dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan

12
jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.

3.Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)


Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan di
tuangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan pembagian kerja,
kesempatasn kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
perumahan,dll

4. Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)


Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada
pangan dan meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri.
Hasil yang dicapai pada Pelita IV antara lain :
a. Swasembada Pangan.
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya
Indonesia berhasil swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari
FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi
besar bagi Indonesia.
Selain swasembada pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk
keluarga.

5. Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)


Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk
memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor.
Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan
pembangunan jangka panjang ke dua, yaitu dengan mengadakan Pelita VI yang di harapkan
akan mulai memasuki proses tinggal landas Indonesia untuk memacu pembangunan dengan
kekuatan sendiri demi menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
Pelita VI (1 April 1994 - 31 Maret 1999)
Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor bidang ekonomi. Pembangunan
ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.

13
2.8 Kronologis Runtuhnya Sistem Pemerintahan Orde Baru
1. Krisis Moneter
Pada waktu krisis melanda Thailand, keadaan Indonesia masih baik. Inflasi rendah,
ekspor masih surplus sebesar US$ 900 juta dan cadangan devisa masih besar, lebih dari US$
20 B. Tapi banyak perusahaan besar menggunakan hutang dalam US Dollar. Ini merupakan
cara yang menguntungkan ketika Rupiah masih kuat. Hutang dan bunga tidak jadi masalah
karena diimbangi kekuatan penghasilan Rupiah.
Tapi begitu Thailand melepaskan kaitan Baht pada US Dollar di bulan Juli 1997, Rupiah
kena serangan bertubi-tubi, dijual untuk membeli US Dollar yang menjadi murah. Waktu
Indonesia melepaskan Rupiah dari US Dollar, serangan meningkat makin menjatuhkan nilai
Rupiah. IMF maju dengan paket bantuan US$ 20B, tapi Rupiah jatuh terus dengan kekuatiran
akan hutang perusahaan, pelepasan Rupiah besar-besaran. Bursa Efek Jakarta juga jatuh.
Dalam setengah tahun, Rupiah jatuh dari 2,000 dampai 18,000 per US Dollar.

2. Tragedi “TRISAKTI”
Tragedi 12 mei 1998 yang menewaskan 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti.
Tragedi yang sampai saat ini masih dikenang oleh para mahasiswa di seluruh Indonesia
belum jelas penyelesaiannya hingga sekarang. Tahun demi tahun kasus ini selalu timbul
tenggelam. Setiap 12 Mei mahasiswa pun berdemo menuntut diselesaikannya kasus
penembakan mahasiswa Trisakti. Namun semua itu seperti hanya suatu kisah yang tidak ada
masalah apapun. Seperti suatu hal yang biasa saja. Pemerintah pun tidak ada suatu pernyataan
yang tegas dan jelas terhadap kasus ini. Paling tidak perhatian terhadap kasus ini pun tidak
ada. Mereka yang telah pergi adalah :
1. Elang Mulia Lesmana
2. Heri Hertanto
3. Hafidin Royan
4. Hendriawan Sie
Mereka merupakan Pahlawan Reformasi selain mahasiswa lainnya yg ikut berjuang pada saat
itu.
3. Penjarahan
Pada tanggal 14 Mei 1998, Jakarta seperti membara. Semua orang tumpah di jalanan.
Mereka merusak dan menjarah toko dan gedung milik swasta maupun pemerintah. Masa pada
saat itu sudah kehilangan kendali dan brutal akibat kondisi yang terjadi di tanah air pada saat
itu.

14
Tak hanya itu, massa juga memburu warga keturunan Cina. Tarakhir, banyak warga
keturunan Cina mengungsi ke luar negeri. Sebagian lainnya bertahan dalam ketakutan dan
munculah isyu-isyu gak tidak jelas bahwa pada hari itu terjadi perkosaan masal warga
keturunan tiong Hoa.

4. Mahasiswa Menduduki Gedung MPR


18 Mei Pukul 15.20 WIB, Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko di
Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi
persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua,
mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Harmoko saat
itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid,
Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.
Pukul 21.30 WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di
Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan
itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle.
Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu “malu”.
Namun, niat itu tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan,
“Urusan kabinet adalah urusan saya.” Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi
disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.
Pukul 23.00 WIB Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI
menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu
merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara
kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan “Dewan Reformasi”.
Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki halaman dan
menginap di Gedung DPR/MPR.

5. Soeharto Meletakkan Jabatannya.


21 Mei Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais
dan cendekiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan, “Selamat tinggal
pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”.
Pukul 9.00 WIB, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB.
Soeharto kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan
meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kav) Issantoso dan

15
Kolonel (Pol) Sutanto (kemudian menjadi Kepala Polri). Mercedes hitam yang
ditumpanginya tak lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044 AR.
Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru Indonesia.
Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan
presiden, “ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan
presiden/mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto beserta keluarga.”
Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama
mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.

2.9 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru


1. Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru
 Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya
AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.565
 Sukses transmigrasi
 Sukses KB
 Sukses memerangi buta huruf
 Sukses swasembada pangan
 Pengangguran minimum
 Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
 Sukses Gerakan Wajib Belajar
 Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
 Sukses keamanan dalam negeri
 Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
 Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

2. Kelemahan Pemerintah Orde Baru


 Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
 Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena
kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
 Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan
pembangunan, terutama di Aceh dan Papua

16
 Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun
pertamanya
 Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak
merata bagi si kaya dan si miskin)
 Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat
Tionghoa)
 Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
 Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah
yang dibredel
 Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan
program “Penembakan Misterius”
 Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden
selanjutnya)
 Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal
Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa
birokrasi yang efektif negara pasti hancur.
 Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik
sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
 Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan
negara dipegang oleh swasta

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejalan dengan dasar empirik sebelumnya, masa awal orde baru ditandai oleh
terjadinya perubahan besar dalam pegimbangan politik di dalam Negara dan masyarakat,
sebelumya pada era Orde Lama kita tahu bahwa pusat kekuasaan ada di tangan presiden,
militer dan PKI. Namun pada Orde Baru terjadi pergeseran pusat kekuasaan dimana dibagi
dalam militer, teknokrat, dan kemudian birokrasi. Namun harapan itu akhirnya menemui
ajalnya ketika pada pemilu 1971, golkar secara mengejutkan memenangi pemilu lebih dari
separuh suara dalam pemilu.Itulah beberapa sekelumit cerita tentang Orde Lama dan Orde
Baru, tentang bagaimana kehidupan sosial, politik dan ekonomi di masa itu. Yang kemudian
pada orde baru akhirnya tumbang bersamaan dengan tumbangnya Pak Harto atas desakan
para mahasiswa di depan gendung DPR yang akhrinya pada saat itu titik tolak era Reformasi
lahir. Dan pasca reformasilah demokrasi yang bisa dikatakan demokrasi yang di Inginkan
pada saat itu perlahan-lahan mulai tumbuh hingga sekarang ini.

3.2 Saran
Perjalanan kehidupan birokrasi di Indonesia selalu dipengaruhi oleh kondisi
sebelumnya. Budaya birokrasi yang telah ditanamkan sejak jaman kolonialisme berakar kuat
hingga reformasi saat ini. Paradigma yang dibangun dalam birokrasi Indonesia lebih
cenderung untuk kepentingan kekuasaan. Struktur, norma, nilai, dan regulasi birokrasi yang
demikian diwarnai dengan orientasi pemenuhan kepentingan penguasa daripada pemenuhan
hak sipil warga negara. Budaya birokrasi yang korup semakin menjadi sorotan publik saat ini.
Banyaknya kasus KKN menjadi cermin buruknya mentalitas birokrasi secara institusional
maupun individu.
Sejak orde lama hingga reformasi, birokrasi selalu menjadi alat politik yang efisien dalam
melanggengkan kekuasaan. Bahkan masa orde baru, birokrasi sipil maupun militer secara
terang-terangan mendukung pemerintah dalam mobilisai dukungan dan finansial. Hal serupa
juga masih terjadi pada masa reformasi, namun hanya di beberapa daerah. Beberapa kasus
dalam Pilkada yang sempat terekam oleh media menjadi salah satu bukti nyata masih adanya
penggunaan birokrasi untuk suksesi. Sebenarnya penguatan atau ”penaklukan” birokrasi bisa
saja dilakukan dengan catatan bahwa penaklukan tersebut didasarkan atas itikad baik untuk
merealisasikan program-program yang telah ditetapkan pemerintah. Namun sayangnya,

18
penaklukan ini hanya dipahami para pelaku politik adalah untuk memenuhi ambisi dalam
memupuk kekuasaan.
Mungkin dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus bersaing dalam
mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya , harga diri bangsa Indonesia adalah
mencintai dan menjaga aset Negara untuk dijadikan simpanan buat anak cucu kelak. Dalam
proses pembangunan bangsa ini harus bisa menyatukan pendapat demi kesejahteraan
masyarakat umumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://adhye-story.blogspot.com/2012/05/makalah-politik-orde-lama-dan-orde-baru.html
http://www.katailmu.com/2013/05/reformasi.html
Sjarif Usman, “Mengapa Rakyat Indonesia Mendukung Presiden Soekarno”, Hal. 40-41.
Sjarif Usman, “Mengapa Rakyat Indonesia Mendukung Presiden Soekarno”, Hal. 43.
“Indonesia Pada Masa Orde Baru”, Erlangga, Hal. 3.
“Indonesia Pada Masa Orde Baru”, Erlangga, Hal. 5-6.
“Indonesia Pada Masa Orde Baru”, Erlangga, Hal. 7.
*http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/11/indonesia-masa-orde-baru
*http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto
*http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru

20

Anda mungkin juga menyukai