PENDAHULUAN
Appendix merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum
dan Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan Appendix
terlihat pada minggu ke-8 kehamilan sebagai suatu tonjolan pada Caecum. Awalnya
Appendix berada pada apeks Caecum, tetapi kemudian berotasi dan terletak lebih
submukosanya. Pada usia 15 tahun didapatkan sekitar 200 atau lebih nodul limfoid.
rasio pada usia 15-30 tahun yaitu sekitar 23 kasus per 10.000 penduduk, dan menurun
penyebab sekunder.
merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak dengan
1
Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix. Penyebab yang
lebih jarang adalah hiperplasia jaringan limfoid di sub mukosa Appendix, barium yang
Oxyuris vermicularis.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Appendix merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum
dan Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan Appendix
terlihat pada minggu ke-8 kehamilan sebagai suatu tonjolan pada Caecum. Awalnya
Appendix berada pada apeks Caecum, tetapi kemudian berotasi dan terletak lebih
mengalami rotasi. Caecum berakhir pada kuadran kanan bawah perut. Appendix selalu
berhubungan dengan Taenia caecalis. Oleh karena itu, lokasi akhir Appendix
3
Vaskularisasi Appendix berasal dari percabangan A. ileocolica. Gambaran
submukosanya. Pada usia 15 tahun didapatkan sekitar 200 atau lebih nodul limfoid.
Panjang Appendix pada orang dewasa bervariasi antara 2-22 cm, dengan rata-rata
panjang 6-9 cm. Meskipun dasar Appendix berhubungan dengan Taenia caealis pada
dasar Caecum, ujung Appendix memiliki variasi lokasi seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini. Variasi lokasi ini yang akan mempengaruhi lokasi nyeri perut
4
Gambar 3. Variasi lokasi Appendix vermicularis1
komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT), fungsinya
tidak penting dan Appendectomy tidak akan menjadi suatu predisposisi sepsis atau
5
Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung
dari apendiks dimana tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivat cabang
inferior dari arteri ileocoli yang merupakan cabang trunkus mesenterik superior. Selain
arteri apendikular yang memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat
kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena
ileocoli berjalan ke vena mesenterik superior dan kemudian masuk ke sirkulasi portal.
Drainase limfatik berjalan ke nodus limfe regional seperti nodus limfatik ileocoli.
Persarafan apendiks merupakan cabang dari nervus vagus dan pleksus mesenterik
superior (simpatis)
6
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti
a.mesenterica superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral pada appendicitis bermula di sekitar
umbilicus.
2.2 INSIDENSI
Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur. Namun terjadi peningkatan rasio
pada usia 15-30 tahun yaitu sekitar 23 kasus per 10.000 penduduk, dan menurun seiring
bertambahnya usia.5
2.3.1 Obstruksi
penyebab sekunder.11
7
Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Appendicitis acuta. Fecalith
merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak dengan
Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix. Penyebab yang
lebih jarang adalah hiperplasia jaringan limfoid di sub mukosa Appendix, barium yang
Oxyuris vermicularis. Reaksi jaringan limfatik, baik lokal maupun generalisata, dapat
disebabkan oleh infeksi Yersinia, Salmonella, dan Shigella; atau akibat invasi parasit
Appendicitis juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik, seperti
pada pasien dengan cystic fibrosis. Hal tersebut terjadi karena perubahan pada kelenjar
yang mensekresi mukus. Obstruksi Appendix juga dapat terjadi akibat tumor carcinoid,
khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, corpus
alienum seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya
Fecalith ditemukan pada 40% kasus Appendicitis acuta sederhana, sekitar 65% pada
kasus Appendicitis gangrenosa tanpa perforasi, dan 90% pada kasus Appendicitis acuta
8
Gambar 6. Appendicitis (dengan fecalith) 8)
Obstruksi lumen akibat adanya sumbatan pada bagian proksimal dan sekresi
Appendix normal 0,1 mL. Sekresi sekitar 0,5 mL pada distal sumbatan meningkatkan
aferen nyeri visceral, mengakibatkan nyeri yang samar-samar, nyeri difus pada perut
Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari pertumbuhan
bakteri yang cepat di Appendix. Sejalan dengan peningkatan tekanan organ melebihi
tekanan vena, aliran kapiler dan vena terhambat menyebabkan kongesti vaskular. Akan
tetapi aliran arteriol tidak terhambat. Distensi biasanya menimbulkan refleks mual,
muntah, dan nyeri yang lebih nyata. Proses inflamasi segera melibatkan serosa
9
Appendix dan peritoneum parietal pada regio ini, mengakibatkan perpindahan nyeri
suplai darah. Dengan bertambahnya distensi yang melampaui tekanan arteriol, daerah
dengan suplai darah yang paling sedikit akan mengalami kerusakan paling parah.
Dengan adanya distensi, invasi bakteri, gangguan vaskuler, infark jaringan, terjadi
perforasi biasanya pada salah satu daerah infark di batas antemesenterik. 1,2,6,7)
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri
tumpul di dermatom Th 10. Distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual dan
muntah dalam beberapa jam setelah timbul nyeri perut. Jika mual muntah timbul
gangguan aliran limfatik sehingga terjadi oedem yang lebih hebat. Hal-hal tersebut
10
ini menyebabkan gangguan aliran sistem vaskularisasi Appendix yang menyebabkan
iskhemia jaringan intraluminal Appendix, infark, dan gangren. Setelah itu, bakteri
parietale, serabut saraf somatik akan teraktivasi dan nyeri akan dirasakan lokal pada
lokasi Appendix, khususnya di titik Mc Burney’s. Jarang terjadi nyeri somatik pada
kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri visceral sebelumnya. Pada Appendix yang
berlokasi di retrocaecal atau di pelvis, nyeri somatik biasanya tertunda karena eksudat
inflamasi tidak mengenai peritoneum parietale sebelum terjadi perforasi Appendix dan
penyebaran infeksi. Nyeri pada Appendix yang berlokasi di retrocaecal dapat timbul di
punggung atau pinggang. Appendix yang berlokasi di pelvis, yang terletak dekat ureter
atau pembuluh darah testis dapat menyebabkan peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada
testis, atau keduanya. Inflamasi ureter atau Vesica urinaria akibat penyebaran infeksi
Appendicitis dapat menyebabkan nyeri saat berkemih, atau nyeri seperti terjadi retensi
urine.
difus. Proses ini tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan
Appendix mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6oC, leukositosis > 14.000, dan
11
gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum terjadi
perforasi, dan gejala dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi. Peritonitis difus
lebih sering dijumpai pada bayi karena bayi tidak memiliki jaringan lemak omentum,
sehingga tidak ada jaringan yang melokalisir penyebaran infeksi akibat perforasi.
Perforasi yang terjadi pada anak yang lebih tua atau remaja, lebih memungkinkan untuk
terjadi abscess. Abscess tersebut dapat diketahui dari adanya massa pada palpasi
dijumpai pada anak-anak, yang terjadi dalam jangka waktu yang pendek, akibat iritasi
Ileum terminalis atau caecum. Adanya diare dapat mengindikasikan adanya abscess
pelvis.6
2.3.2 Bakteriologi
Flora pada Appendix yang meradang berbeda dengan flora Appendix normal.
Sekitar 60% cairan aspirasi yang didapatkan dari Appendicitis didapatkan bakteri jenis
anaerob, dibandingkan yang didapatkan dari 25% cairan aspirasi Appendix yang
normal. Diduga lumen merupakan sumber organisme yang menginvasi mukosa ketika
pertahanan mukosa terganggu oleh peningkatan tekanan lumen dan iskemik dinding
lumen. Flora normal Colon memainkan peranan penting pada perubahan Appendicitis
12
Appendicitis merupakan infeksi polimikroba, dengan beberapa kasus didapatkan
lebih dari 14 jenis bakteri yang berbeda dikultur pada pasien yang mengalami perforasi.
2)
Flora normal pada Appendix sama dengan bakteri pada Colon normal. Flora pada
Appendix akan tetap konstan seumur hidup kecuali Porphyomonas gingivalis. Bakteri
ini hanya terlihat pada orang dewasa. Bakteri yang umumnya terdapat di Appendix,
Appendicitis acuta dan Appendicitis perforasi adalah Eschericia coli dan Bacteriodes
fragilis. Namun berbagai variasi dan bakteri fakultatif dan anaerob dan Mycobacteria
Kultur intraperitonal rutin yang dilakukan pada pasien Appendicitis perforata dan
non perforata masih dipertanyakan kegunaannya. Saat hasil kultur selesai, seringkali
pasien telah mengalami perbaikan. Apalagi, organisme yang dikultur dan kemampuan
13
laboratorium untuk mengkultur organisme anaerob secara spesifik sangat bervariasi.
Kultur peritoneal harus dilakukan pada pasien dengan keadaan imunosupresi, sebagai
akibat dari obat-obatan atau penyakit lain, dan pasien yang mengalami abscess setelah
Appendicitis non perforata. Pada Appendicitis perforata, antibiotik diberikan 7-10 hari
secara intravena hingga leukosit normal atau pasien tidak demam dalam 24 jam.
Di awal tahun 1970an, Burkitt mengemukakan bahwa diet orang Barat dengan
kandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan berhubungan dengan
Colorectal lebih sering pada orang dengan diet seperti di atas dan lebih jarang diantara
orang yang memakan makanan dengan kandungan serta lebih tinggi. Burkitt
mengemukakan bahwa diet rendah serat berperan pada perubahan motilitas, flora
normal, dan keadaan lumen yang mempunyai kecenderungan untuk timbul fecalith.
Pada sebagian besar pasien nyeri perut merupakan keluhan utama mereka,
berupa nyeri yang konstant pada daerah preumbilical atau epigastric, kemudian sesuai
14
perkembangan penyakit nyeri menjadi jelas dan terlokalisir di kuadran kanan bawah
Gejala Appendicitis acuta umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai dengan
nyeri perut yang didahului anoreksia.12,13 Gejala utama Appendicitis acuta adalah nyeri
perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu menetap, kadang
disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-12 jam, dengan rata-
rata 4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi di RLQ. Variasi dari lokasi
anatomi Appendix berpengaruh terhadap lokasi nyeri, sebagai contoh; Appendix yang
suhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh meningkat hingga
> 39oC. Anoreksia hampir selalu menyertai Appendicitis. Pada 75% pasien dijumpai
muntah yang umumnya hanya terjadi satu atau dua kali saja. Muntah disebabkan oleh
stimulasi saraf dan ileus. Umumnya, urutan munculnya gejala Appendicitis adalah
anoreksia, diikuti nyeri perut dan muntah. Bila muntah mendahului nyeri perut, maka
2,8
diagnosis Appendicitis diragukan. Muntah yang timbul sebelum nyeri abdomen
15
Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan banyak
pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul pada
beberapa pasien terutama anak-anak. 2,3,8 Diare dapat timbul setelah terjadinya perforasi
Appendix.12,13
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor <6 dan skor >6. Selanjutnya
16
Tabel 3. Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis.2
Gejala Klinik Value
Gejala Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Tanda Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Lab Leukositosis 2
Shift to the left 1
Total poin 10
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
Gejala Appendicitis yang terjadi pada anak dapat bervariasi, mulai dari yang
menunjukkan kesan sakit ringan hingga anak yang tampak lesu, dehidrasi, nyeri lokal
pada perut kanan bawah, bayi yang tampak sepsis. Pasien dengan peritonitis difus
biasanya bernafas mengorok. Pada beberapa kasus yang meragukan, pasien dapat
Diagnosis Appendicitis sulit dilakukan pada pasien yang terlalu muda atau terlalu
tua. Pada kedua kelompok tersebut, diagnosis biasanya sering terlambat sehingga
Appendicitisnya telah mengalami perforasi. Pada awal perjalanan penyakit pada bayi,
17
hanya dijumpai gejala letargi, irritabilitas, dan anoreksia. Selanjutnya, muncul gejala
Penting untuk diingat bahwa posisi apendiks bervariasi. Dari 100 pasien yang
menjalani pemeriksaan CT scan tiga dimensi (3-D) dasar usus buntu terletak di titik
McBurney hanya pada 4% pasien; 36% di basis berada dalam jarak 3 cm; 28% 3-5 cm
dari titik McBurney; dan, pada 36% pasien, basis usus buntu lebih dari 5 cm dari titik
McBurney. 9
Pada pemeriksaan fisik, perubahan suara bising usus berhubungan dengan tingkat
inflamasi pada Appendix. Hampir semua pasien merasa nyeri pada nyeri lokal di titik
yang minimal. Adanya psoas sign, obturator sign, dan Rovsing’s sign bersifat
dibanding diagnostik, khususnya pada pasien dengan pelvis abscess karena ruptur
Appendix.
18
dilakukan penekanan perlahan dan dalam di titik Mc. Burney
meluas ke LLQ.
5. Pada wanita hamil, nyeri tekan RLQ dan nyeri yang mendominasi
iritasi peritoneal
19
4. Dunphy sign (nyeri tajam pada RLQ yang disebabkan oleh batuk ):
2.7 Diagnosis 9
Riwayat klasik Appendicitis akut, yang diikuti dengan adanya massa yang nyeri
di region iliaka kanan dan disertai demam, mengarahkan diagnosis ke massa atau
maupun penunjang.
CBC
Tes fungsi hati dan pankreas Urinalisis (untuk membedakan radang usus buntu
Beta-hCG urin (untuk membedakan radang usus buntu dari kehamilan ektopik
CBC
WBC> 10.500 sel / μL: 80-85% orang dewasa dengan radang usus buntu
20
Neutrofilia> 75-78% pasien
Kurang dari 4% pasien dengan radang usus buntu memiliki jumlah WBC
Pada bayi dan pasien lanjut usia, jumlah WBC sangat tidak dapat
diandalkan karena pasien ini mungkin tidak melakukan respon normal terhadap
infeksi. Pada wanita hamil, leukositosis fisiologis membuat jumlah CBC tidak
buntu
Kadar CRP yang sangat tinggi pada pasien dengan radang usus buntu
Pada orang dewasa yang memiliki gejala lebih dari 24 jam, tingkat CRP
Urinary 5-HIAA
Tingkat HIAA meningkat secara signifikan pada apendisitis akut dan menurun
saat peradangan bergeser ke nekrosis pada usus buntu. Oleh karena itu,
penurunan tersebut bisa menjadi tanda peringatan awal perforasi usus buntu.
21
CT Scan
CT scan dengan media kontras oral atau dubur Gastrografin enema telah
menjadi studi pencitraan yang paling penting dalam evaluasi pasien dengan
untuk mendiagnosis anak-anak dan orang dewasa muda yang terpapar radiasi
Ultrasonografi
sebagai alat diagnostik utama untuk radang usus buntu, dengan CT Scan
tidak meyakinkan.
22
Ultrasonografi vagina sendiri atau dikombinasikan dengan pemindaian
2.8 Penatalaksanaan 9
pengelolaan pasien dengan massa usus biasanya biasanya dibagi menjadi 3 kategori
pengobatan berikut: 9
Pasien dengan phlegmon atau abses kecil: Setelah terapi antibiotik intravena
(IV), operasi usus buntu interval dapat dilakukan 4-6 minggu kemudian.
Pasien dengan abses yang didefinisikan dengan lebih baik: Setelah drainase
kateter di tempat.
kondisi ini. Antibiotik yang dipertimbangkan untuk pasien dengan radang usus buntu
harus menawarkan cakupan aerobik dan anaerobik penuh. Durasi administrasi terkait
erat dengan tahap radang usus buntu pada saat diagnosis, mempertimbangkan temuan
23
intraoperatif atau evolusi pasca operasi. Menurut beberapa penelitian, antibiotik
profilaksis harus diberikan sebelum setiap usus buntu. Bila pasien menjadi afebris dan
jumlah sel darah putih (WBC) normal, pengobatan antibiotik dapat dihentikan.
Non Bedah
Terapi non bedah mungkin berguna saat appendectomy tidak dapat diakses
antibiotik IV dalam mengobati apendisitis akut pada pasien tanpa akses terhadap
intervensi bedah .
terbukti dengan ultrasonografi, gejala dipecahkan pada 95% pasien yang menerima
antibiotik saja, namun 37% dari pasien ini mengalami apendisitis rekuren dalam 14
bulan.
dengan appendectomy dalam pengobatan 530 pasien dengan apendisitis akut tanpa
24
Antibiotik praoperasi telah menunjukkan kemanjuran dalam menurunkan
tingkat infeksi luka pasca operasi dalam banyak penelitian prospektif terkontrol, dan
obat ini harus diberikan bersamaan dengan konsultan bedah. Cakupan gram-negatif
dan anaerob spektrum luas ditunjukkan. Pasien dengan alergi penisilin harus
pilihan yang baik pada pasien ini.Pasien hamil harus menerima kategori kehamilan
Medikamentosa
Dengan demikian, antibiotik memiliki peran penting dalam pengobatan radang usus
buntu, dan semua itu. Agen yang sedang dipertimbangkan harus menawarkan cakupan
aerobik dan anaerobik penuh. Durasi administrasi berhubungan erat dengan stadium
radang usus buntu pada saat diagnosis.Agen antibiotik efektif dalam mengurangi
tingkat infeksi luka pasca operasi dan dalam memperbaiki hasil pada pasien dengan
abses usus atau septikemia. The Surgical Infection Society merekomendasikan untuk
tepat selama kurang dari 24 jam untuk apendisitis nonperforasi dan kurang dari 5 hari
untuk apendisitis perforasi. Regimen memiliki khasiat yang kurang lebih sama, jadi
pertimbangan harus diberikan pada fitur seperti alergi obat, kategori kehamilan (jika
25
1. Penicillin
sel mucopeptide.
2. Sefalosporin
aktivitas bakterisida.
3. Aminoglikosida
4. Karbapenem
26
bervariasi menurut jenis kelamin, dengan kisaran 78-92% pada pasien pria dan 58-85%
pada pasien wanita.Sejarah klasik anoreksia dan nyeri periumbilikal diikuti oleh rasa
mual, kuadran kanan bawah (RLQ), dan muntah terjadi hanya pada 50% kasus. Muntah
yang mendahului rasa sakit adalah sugestif dari obstruksi usus, dan diagnosis radang
usus buntu dapat meniru beberapa kondisi perut .Pasien dengan banyak kelainan
lainnya hadir dengan gejala yang mirip dengan radang usus buntu, seperti berikut ini:9
Divertikulitis
Penyakit Crohn
Colonic carcinoma
Omental torsion
Biliary colic
Kolik ginjal
27
Infeksi saluran kemih (ISK)
Gastroenteritis
Enterocolitis
Pankreatitis
Ulkus duodenum
Apendisitis salah didiagnosis pada 33% wanita yang tidak hamil. Kesalahan
diagnosis yang paling sering terjadi adalah PID, diikuti oleh gastroenteritis dan infeksi
saluran kemih. Dalam membedakan nyeri apendiks dari PID, anoreksia dan onset nyeri
lebih dari 14 hari setelah menstruasi menunjukkan radang usus buntu. PID sebelumnya,
keputihan, atau gejala kencing menunjukkan PID. Pada pemeriksaan fisik, nyeri di luar
RLQ, nyeri tekan serviks, keputihan, dan urinalisis positif mendukung diagnosis PID.9
atau janin, penundaan diagnostik dengan perforasi meningkatkan morbiditas janin dan
maternal. Oleh karena itu, evaluasi agresif terhadap apendiks diperlukan pada wanita
hamil.9
dalam membedakan radang usus buntu dari kehamilan ektopik dini. Namun,
28
penelitian ini kurang bermanfaat dalam diagnosis daripada di lain waktu, dan tidak ada
parameter WBC yang dapat membedakan yang tepat dikutip dalam literatur.
diagnosis awal berbanding terbalik dengan usia pasien. Kesalahan diagnosa yang
paling umum adalah gastroenteritis, diikuti oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
Anak-anak dengan radang usus buntu yang salah terdiagnosis lebih mungkin
dibandingkan rekan mereka yang muntah sebelum onset rasa sakit, diare, konstipasi,
disuria, tanda dan gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas, dan kelesuan atau
kesalahan diagnosa dibandingkan pada orang lain termasuk suara usus; tanda
Apendisitis pada pasien yang berusia lebih dari 60 tahun menyumbang 10%
dari semua appendectomies. Kejadian misdiagnosis meningkat pada pasien lanjut usia.
Pasien yang lebih tua cenderung mencari perawatan medis kemudian dalam
perjalanan penyakit; Oleh karena itu, durasi gejala yang melebihi 24-48 jam sebaiknya
29
tidak menghalangi klinisi dari diagnosis. Pada pasien dengan kondisi komorbid,
Berdasarkan anatomi dinding perut anterior, ada tiga sayatan berikut dapat
Sayatan McBurney-McArthur
Sayatan Lanz
a. Open Appendectomy
Horizontal Oblique
30
a. Pararectal/ Paramedian
rectus abdominis karena fascianya ada 2 agar tidak tertinggal pada waktu
penjahitan. Bila yang terjahit hanya satu lapis fascia saja, dapat terjadi
hernia cicatricalis.
2 lapis
medial bawah.
31
Keterangan gambar:
Satu incisi kulit yang rapi dibuat dengan perut mata pisau. Incisi kedua
externus.
bawah.
Keterangan gambar:
Dari tepi rektus, fascia tipis M. obliquus internus diincisi searah dengan
32
Keterangan gambar:
4. Peritoneum dibuka.
33
Keterangan gambar:
bawahnya. Secuil peritoneum angkat dengan pinset. Yang nampak di sini ialah
pinset jaringan De Bakey. Asisten juga mengangkat dengan cara yang sama
pada sisi di sebelah dokter bedah. Dokter bedah melepaskan pinset, memasang
jaringan sekitarnya).
Mesoappenddix ditembus dengan sonde kocher dan pada kedua sisinya, diklem,
34
Keterangan gambar:
seperti pada gambar. Cara lainnya ialah dengan mengklem ujung bebas
6. Appendix di klem pada basis (supaya terbentuk alur sehingga ikatan jadi lebih
kuat karena mukosa terputus sambil membuang fecalith ke arah Caecum). Klem
dipindahkan sedikit ke distal, lalu bekas klem yang pertama diikat dengan
benang yang diabsorbsi (supaya bisa lepas sehingga tidak terbentuk rongga dan
35
7. Appendix dipotong di antara ikatan dan klem dengan pisau yang diolesi
betadine/povidone iodine
jahitan penguat di atasnya memakai benang 3.0 . Setelah yakin perdarahan tidak
36
Peritoneum di tutup dengan jahitan jelujur festoon dengan palin catgut
no.1 atau 1.0 . m. Obliqus internus dan m.transversus dengan chromic Catgut
no.1 secara tumpul atau benang absorbable no. 1 (Vicryl, polysorb, dexon). M.
catgut no.1 secara simpul. Lemak ditutup dengan jahitan simpul Catgur plain
3.0. Kulit jahitan dengan benang sutera 2.0 atau 3.0 secara simpul.
Appendectomy Retrograde :
dilakukan crush
- Appendiks dibagian distal dari ikatan dikocer dan dipotong dengan pisau
Zaaknaad
b. Laparoscopic Appendectomy
37
Laparoscopy dapat dipakai sebagai sarana diagnosis dan terapeutik untuk
pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis acuta. Laparoscopy sangat
berguna untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah. Dengan
Appendicitis acuta.1)
38
2. Hernia cicatricalis.
3. Ileus
39