Disusun oleh :
Nurul Hasanah
1112103000008
Puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
nikmat yang tiada henti dicurahkan kepada penulis. Ridho, Berkah, Rohman dan
Rohim senantiasa dicurahkan oleh-Nya hingga penulisan laporan penelitian ini
selesai. Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan pada Nabi Muhammad SAW atas
tauladannya. Penulis menyadari, tanpa bimbingan dan segenap bantuan dari berbagai
pihak maka penelitian ini tidak akan selesai. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH, Maftuhah,
Ph.D dan Fase Badriah, Ph.D selaku Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program studi Pendidikan
Dokter dan drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku Sekretaris Program
Studi Pendidikan Dokter
3. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku pembimbing 1 yang
dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan saya dalam proses
penyelesaian penelitian ini. Atas waktu, tenaga, pikiran serta saran dan
v
7. Ayah dan bunda tersayang untuk semua semangat, doa, serta ridho yang
diberikan pada penulis. Untuk setiap tawa penuh cintanya yang selalu
membangkitkan semangat penulis yang mulai redup. Tetesan air mata dan
keringat pengorbanan yang selalu mengiringi langkah penelitian untuk
menyelesaikan penelitian ini.
8. Zakiyah dan Ilham kedua adikku tersayang. Terimakasih banyak untuk doa
dan dukungannya selama ini hingga penulisan hasil laporan penelitian ini selesai.
Terimakasih telah banyak menghibur disaat penulis mulai lelah.
9. RSUD Cengkareng yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
mengambil data. Khususnya Mbak Cici, Bu Adis dan Mbak Rima.
10. Teman-teman sekelompok penelitian Ifah, Rizky, Fikry, dan Hipni. Mohon
maaf kepada Ifah, Fikry dan Hipni karena saya tidak banyak membantu dalam
penelitian mereka. Semangat, kalian pasti bisa.
11. Kepada teman-teman seperjuangan di kos-an beautiful house Paurora, Imi,
Ubat, Nabila dan Dewi atas dukungan dan hiburannya ditengah kesibukan
kuliah. atas bantuan dan ilmu dan moral yang sangat bermanfaat dalam proses
penyelesaian penelitian ini.
12. Paurora atas bantuan tenaga dan pikiran serta motivasi dan dukungan moral
yang tiada hentinya diberikan kepada penulis. Sukses selalu.
13. Teman teman seperjuangan PSPD 2012, untuk kebersamaan selama tiga tahun
ini. Atas dukungan dan motivasi yang terus mengalir tiada henti. Semoga
perjuangan yang telah kita lakukan bersama selama tiga tahun ini akan
berbuah hasil yang memuaskan dan dilancarkan co-ass dan internship-nya.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari bentuk yang sempurna.
Segala kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Demikian
laporan ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, agama,
dunia dan setelahnya nanti. Amin.
Nurul Hasanah
vi
ABSTRAK
Nurul Hasanah. Program Studi Pendidikan Dokter. Evaluasi Leukosituria
pada Tersangka ISK di RSUD Cengkareng Periode Juli – Desember 2014.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit paling sering ditemukan pada
praktik umum. Diagnosa yang cepat dan tepat dibutuhkan untuk pemberian
antibiotik yang efisien dan efektif. Penggunaan tes dipstik dan sedimen urin
merupakan salah satu upaya penyaringan tersangka ISK. Temuan leukosit urin
merupakan salah satu tanda terjadinya inflamasi dalam traktus urinari. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi leukosituria pada tersangka ISK di
RSUD Cengkareng periode Juli – Desember 2014. Penelitian menggunakan
metode retrospektif potong lintang. Hasil yang didapatkan prevalensi leukosituria
pada tersangka ISK berjumlah 87 pasien. Karakteristik leukosituria tersangka ISK
yang diteliti adalah berusia 46-65 tahun (44,8%), perempuan (67,8%), pendidikan
SMA (44,8%), IMT normal (18.4%), BJ urin tinggi (46,7%), pH urin normal
(95,4%), leukosit urin 6-20 per lapang pandang (62,1%). Ditemukan hasil yang
bermakna antara leukosituria dan hematuria ( p <0,05 ) pada tersangka ISK.
ABSTRACT
Urinary tract infection (UTI) is a common disease often found in general practice.
Rapid and appropriate diagnosis is needed for the efficient and effective antibiotic
treatment. Use of dipstick test and urine sediment is one way of filtering suspect
UTI. Leukocyte findings of urine is one sign of inflammation of the urinary tract.
This study aims to determine the prevalence leukocyturia at Cengkareng Hospital
suspected UTI in the period from July to December 2014. The study used a cross-
sectional retrospective method. The results obtained on the suspect UTI
prevalence leukocyturia totaling 87 patients. Characteristics leukocyturia suspect
UTI studied were aged 46-65 years (44.8%), female (67.8%), high school
education (44.8%), normal BMI (18.4%), BJ high urine (46.7 %), normal urine
pH (95.4%), urinary 6-20 leukocytes per field of view (62.1%). Significant results
were found between leukocyturia and hematuria (p <0.05) in suspected UTI.
Keywords: Urinary tract infections, Leukocyturia
vii
DAFTAR ISI
viii
2.1.6 Manifestasi Klinis..................................................................14
2.1.7 Diagnosis ...............................................................................15
2.1.8 Penatalaksanaan .....................................................................19
2.2 Kerangka Teori ................................................................................23
2.3. Kerangka Konsep ...........................................................................24
2.4 Definisi Operasional ........................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................................27
3.1 Desain Penelitian .............................................................................27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................27
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................27
3.3.1 Populasi .................................................................................27
3.3.2 Sampel ...................................................................................27
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................27
3.4 Cara pengambilan sampel........................................................28
3.5 Variabel Penelitian ..........................................................................28
3.6 Cara Kerja Penelitian .......................................................................28
3.7 Manajemen Data ..............................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................29
4.1 Hasil .................................................................................................29
4.2 Pembahasan .....................................................................................41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................47
5.1 Kesimpulan ......................................................................................47
5.2 Saran ................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA. .......................................................................................... 49
LAMPIRAN .......................................................................................................... 52
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2. Epidemiologi ISK berdasarkan usia dan jenis kelamin ...................................7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Jumlah pasien berdasarkan kelompok usia ............................................ 30
Gambar 4.2 Jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin .............................................. 30
Gambar 4.3 Jumlah pasien berdasarkan tingkat pendidikan ...................................... 31
Gambar 4.4 Jumlah pasien berdasarkan kelompok IMT ........................................... 32
Gambar 4.5 Jumlah pasien berdasarkan kelompok berat jenis urin ........................... 33
Gambar 4.6 Jumlah pasien berdasarkan kelompok derajat keasaman (pH) urin ....... 34
Gambar 4.7 Jumlah pasien berdasarkan kelompok leukosit urin ............................... 34
x
Gambar 4.8 Jumlah pasien berdasarkan jenis terapi .................................................. 35
Gambar 4.9 Jumlah pasien tersangka ISK berdasarkan faktor resiko ........................ 36
Gambar 10. Leukosituria dengan Hematuria ............................................................. 39
DAFTAR SINGKATAN
BB Berat Badan
BJ Berat Jenis
DM Diabetes Mellitus
SD Sekolah Dasar
TB Tinggi Badan
xi
1
AB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi dari sel
uroepitelium karena adanya invasi bakteri yang ditandai dengan bakteriuria dan
leukosituria.1,2,6 Bakteriuria adalah ditemukannya koloni bakteri dalam urin yang
dalam keadaan normal urin tidak terdapat bakteri. Bakteriuria ini diasumsikan
sebagai indikator yang valid untuk menunjukan keberadaan koloni bakteri atau
infeksi saluran kemih.1,6
2.1.2. Klasifikasi
Salah satu infeksi saluran kemih bawah adalah sistitis, yaitu infeksi yang
terjadi di vesika urinari. Infeksi ini sering terjadi pada pasien yang imunitas
tubuhnya rendah seperti pasien diabetes melitus (DM) atau karena adanya
mikrotrauma lokal seperti pasca sanggama.1,2
5
Pielonefritis akut adalah respon inflamasi pada pielum dan parenkim ginjal
karena naiknya mikroorganisme dari saluran kemih bawah. Manifestasi klinisnya
berupa demam, menggigil, nyeri di perut dan pinggang serta mual dan muntah.
Disertai dengan lekosituria dan bakteriuria. 2
2.1.3. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih dapat mengenai semua umur kehidupan. Faktor
pendukung terjadinya infeksi saluran kemih diantaranya : umur, jenis kelamin,
dan obstruksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih banyak diderita oleh
perempuan karena secara anatomi uretranya yang lebih pendek dari pria namun
pada umur neonatus angka kejadian infeksi saluran kemih tinggi pada laki laki.1,4
Epidemiologi infeksi saluran kemih berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 2.2
7
Prevalensi ISK pada neonatus kurang dari satu tahun tinggi pada laki-laki
dibanding perempuan, disebabkan faktor belum disirkumsisi. Angka kejadian ISK pada
anak laki-laki yang belum disirkumsisi lebih tinggi dibanding yang telah disirkumsisi
(1,12% : 0,11%). Semakin bertambahnya usia anak antara 1-5 tahun kejadian bakteriuria
meningkat pada perempuan sedangkan pada laki laki menurun. Bakteriuria pada anak
dibawah umur 5 tahun berhubungan dengan kelainan anatomi gastrourinari seperti refluks
vesika urinari atau obstruksi. Kejadian ISK pada umur 6-15 tahun relatif konstan. ISK
pada umur ini berasosiasi dengan kelainan fungsional genitourinari seperti dysfunctional
voiding. Saat umur
remaja kejadian ISK meningkat secara signifikan pada perempuan sedangkan
Sekitar 7 juta kasus sistitis akut didiagnosis pada perempuan dewasa muda
setiap tahun. Faktor risiko terbanyak pada perempuan umur 16-35 tahun adalah
aktifitas seksual dan penggunaan kondom. Dekade akhir kehidupan insidensi ISK
meningkat secara signifikan pada laki-laki dan perempuan. Perempuan umur 35-
65 tahun faktor risiko ISK adalah pembedahan ginekologi dan prolaps vesika
urinari. Laki-laki dengan umur yang sama faktor risiko ISK adalah BPH, obstruksi
saluran kemih, dan penggunaan kateter. Mortalitas dan morbiditas tertinggi pada
kasus ISK terdapat pada umur <1 tahun dan >65 tahun.4
8
2.1.4. Etiologi
Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri tunggal. Kurang dari 80% sistitis
dan pielonefritis disebabkan oleh E. coli dengan sebagian besar strain patogenik
yang dimiliki oleh serogrup tipe O. Mikrobakteri penyebab ISK yang lainnya
adalah Klebsiella, Proteus, Enterobacter spp, dan Enterococci. Infeksi saluran
kemih yang ditemukan di rumah sakit penyebabnya bermacam-macam, paling
banyak disebabkan oleh Pseudomonas dan Staphylococcus sp.4
Spektrum bakteri penyebab ISK pada anak sedikit berbeda dari dewasa.
Klebsiella dan Enterobacter spp merupakan penyebab umum ISK pada anak.
Bakteri anaerob seperti Lactobacillus, Corynebacteria, Streptococcus (tidak
termasuk Enterococci) dan Staphylocccus epidermidis merupakan flora normal
yang ditemukan di periuretral. Umumnya mereka tidak menyebabkan ISK pada
individu yang sehat tetapi mereka ditemukan pada kontaminasi urin.4
Gram negative
Citrobacter freundii
diversus
Serrotia morcescens
Gram positif
Family Genus Spesies
Microcococcaceae Staphylococcus aureus
Streptococceae Streptococcus fecalis
enterococus
10
2.1.5 Patogenesis
Saluran kemih pada keadaan normal tidak mengandung bakteri namun ada
beberapa faktor menyebabkan mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran
kemih. Infeksi saluran kemih ini terjadi karena ketidakseimbangan antara host dan
patogen. Ketidakseimbangan yang terjadi berupa penurunan pertahanan tubuh
host dan peningkatan virulensi bakteri.1,2
Bakteri memiliki bentuk tubuh yang khas dan setiap bagian tubuhnya
berperan dalam menentukan infeksi. Bakteri memiliki alat gerak berupa fimbriae
atau pili. Fimbriae dan pili ini yang digunakan untuk melekat pada uroepitelium
saluran kemih.1 Pili diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :
Tubuh memiliki kemampuan untuk melawan setiap bakteri yang masuk begitu
juga dengan saluran kemih. Sistem pertahanan yang ada di saluran kemih yang
akan dijelaskan pada tabel 2.5. antara lain :
Pertahanan saluran kemih yang lain adalah sifat bakterisidal urin terhadap
semua jenis bakteri. Sifat bakterisidal adalah kemampuan untuk mendestruksi
bakteri. Dilihat dari sifat keasaman, osmolalitas, kandungan ureum, asam organik,
dan protein yang ada dalam urin.2
12
Protein dalam urin yang bersifat bakterisidal dikenal sebagai uromukoid atau
protein Tamm-Horsfall. Protein ini disintesis oleh epitel yang terdapat pada tubuli
pars ascenden loop of henle dan epitel tubulus distal. Mekanisme kerja uromukoid
dengan cara mengikat fimbriae atau pili bakteri. Hanya beberapa fimbriae yang
dapat diikiat oleh uromukoid yaitu fimbriae tipe I dan T tidak dengan fimbriae
tipe P. Kemampuan bakterisidal dari uromukoid akan meningkat ketika berikatan
dengan neutrofil dan kemampuan bakterisidal uromukoid ini akan menurun dengan
bertambahnya umur.1
Pertahanan sistem saluran kemih yang tak kalah penting adalah mekanisme
wash out urin. Wash out urin adalah kemampuan urin untuk mengalir dengan baik
tanpa hambatan sehingga dapat membersihkan mikrobakteri yang ada di urin.1
a. Menjaga aliran urin tetap adekuat dengan cara asupan cairan yang cukup
b. Tidak terdapat hambatan pada saluran kemih baik berupa stagnansi
maupun obstruksi. Stagnansi biasanya terjadi pada kondisi miksi yang
tidak teratur atau menahan miksi, terdapat divertikel, adanya dilatasi
saluran kemih dan refluks.
Jika sistem wash out urin ini terganggu maka bakteri akan mudah untuk
berproliferasi dan menempel pada urotepitelium di sepanjang saluran kemih.
c. Rute infeksi
Hematogen
Infeksi ginjal melalui hematogen sangat jarang terjadi. Infeksi pada ginjal
dapat disebabkan oleh infeksi sekunder yang berasal dari oral ketika terjadi
bakterimia Staphylococcus aureus atau Candida. Suatu data eksperimen
mengatakan bahwa angka infeksi ginjal meningkat disertai adanya obstruksi pada
ginjal.4
13
Limfogen
Infeksi pada saluran kemih yang terjadi secara langsung, Berasal dari infeksi
organ sekitar seperti infeksi usus atau abses retroperitoneal yang penyeberannya
melalui sistem limfogen. Infeksi melalui sistem limfogen berperan besar atas
terjadi ISK.4
Ascending
Sistitis berbatas pada vesika urinari tapi lebih dari 50% infeksi ini dapat
mencapai traktus urinari bagian atas. Pielonefritis terjadi ketika beberapa
mikroorganisme melanjutkan perjalanan ke parenkim ginjal. Refluks urin tidak
selalu menjadi penyebab infeksi ascending, sistitis yang disertai edema juga dapat
menyebabkan perubahan pada vesikoureter junction yang dapat menyebabkan
kejadian refluks. Setibanya bakteri di ureter, bakteri tersebut akan naik ke renal
tanpa bantuan. Proses kenaikan bakteri ini dapat dipermudah dengan adanya
kelainan pada fungsi peristaltik ureter yang disebabkan bakteri gram negatif,
wanita yang sedang hamil dan obstruksi ureter.4
Kolonisasi bakteri pada pelvis ginjal dapat masuk parenkim ginjal melalui
duktus dengan proses ascending. Proses ini terjadi dengan cepat dan dapat
mengalami eksaserbasi jika terjadi peningkat tekanan intrapelvik karena obstruksi
ureter atau vesikoureter refluks, terutama jika disetai kelainan intrarenal refluks.4
14
2.1.7 Diagnosis
Penegakan diagnosis ISK selain dengan manifestasi klinis juga diperlukan
pemeriksaan penunjang seperti analisis urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin
segar tanpa sentrifus, kultur urin juga jumlah kuman CFU/ml.1
Cara pengambilan urin juga perlu diperhatikan agar terhindar dari kontaminasi
bakteri yang berada di kulit vagina atau preputium. Sampel urin ini dapat diambil
dengan cara : (1) Aspirasi suprapubik sering dilakukan pada anak. (2) Kateterisasi
per-uretra sering dilakukan pada wanita. (3) Miksi dengan mengambil urin porsi
tengah.2 Klasifikasi pengumpulan spesimen urin akan dijelaskan pada tabel 2.6 :
16
a. Urinalisis
Selain leukosituria pada ISK juga dapat ditemukan hematuria namun tidak
dapat dijadikan indikasi terjadinya ISK. Pemeriksaan hematuria dan protein dalam
urin memiliki spesifitas dan sensitifitas yang rendah dalam diagnosis ISK. 2,5
17
b. Kultur Urin
Kultur urin merupakan baku emas penegakan diagnosis ISK secara kuantitatif
dan dapat mengidentifikasi bakteri patogen yang spesifik. Cara melakukan
pemeriksaannya, urin dikumpulkan di dalam tub yang steril dan segera dilakukan
kultur setelah pengambilan. Sampel urin dapat disimpan selama 24 jam di dalam
tempat pendingin. Selanjutnya sampel diencerkan dan dibenihkan di dalam agar
darah. Kurun waktu tertentu setiap bakteri akan tumbuh dan membentuk koloni tunggal
pada agar darah. Koloni yang tumbuh jumlahnya dihitung per milliliter. Standar nilai
CFU/ml untuk menegakan diagnosis berbeda beda tergantung dari jenis kelamin, jenis
bakteri dan cara pengumpulan.4 Berdasarkan penelitian 105
CFU/ml dalam urin sudah dapat mendeskripsikan ISK secara klinis.7
c. Tes Dipstik
d. Pencitraan
Pada foto polos abdomen dengan pielonefritis dapat terlihat distribusi gas
yang abnormal. Gambaran foto polos berupa kekaburan atau hilangnya garis psoas
yang menandakan adanya abses perirenal atau ginjal. 2
Voiding Sistouretrografi
2.1.8 Penatalaksanaan10
Untuk beberapa negara yang tidak memiliki ketersediaan obat yang tidak
lengkap dapat menggunakan antibiotik alternatif yang meliputi pemberian
trimetoprim saja atau dapat dikombinasikan dengan sulfonamid, dan golongan
fluriquinolon. Kortimoksazol atau trimetropim merupakan antibiotik pilihan
pertama pada wilayah yang memiliki resistensi terhadap E. coli < 20%.10
Pada pasien pielonefritis berat tidak dapat diberikan antibotik secara oral
karena manifestasi klinis yang berupa mual dan muntah maka dapat diberikan
antibiotik secara parenteral. Namun jika keadaan klinis pasien membaik dapat dilanjutkan
menggunakan antibiotik oral. 10 Pemilihan antibiotik untuk kasus ISK dapat dilihat
pada tabel 2.9 dan tabel 2.10
Tabel 2.9. Penggunaan antibiotik pada kasus ISK ringan dan sedang10
Gentamisin 5 mg/kg qd
Amikasin 15 mg/kg qd
Ertapenem 1 g dq
Imipenem/silastatin 0.5/0.5 g tid
Meropesnem 1 g tid
Doripenem 0.5 g tid
23
invasi mikrobakteri
melalui uretra ekterna
- Osmolalitas urin
Kolonisasi pH Urin
mikroorganisme - Protein Tam-Horsfall
- BPH
Bakteri masuk Washout urin
- DM
Vesika urinari terganggu
- Urolitiasis
Reaksi inflamasi
Vasodilatasi pembuluh
eritema Edema Sensitivitas ↑
darah
urinalisis Hematuria
Leukosituria
Tersangka ISK
24
Urinalisis
Tersangka ISK
Faktor ris
iko:
BPH
Umur
Urolitiasis
pH urin Jenis
Osmolalitas kelamin
DM
(m)
8 Berat Jenis BJ urin yang Hasil lab Baca Kategorik
(BJ) urin tercantum dalam hasil
laboratorium yang
dikelompokan
menjadi rendah (1.005
– 1.010), sedang
(1.015 – 1.020), dan
tinggi (1.025 – 1.030)
9 pH urin pH urin yang Hasil lab Baca Kategorik
tercantum dalam hasil
laboratorium yang
dikelompokan
menjadi ph asam (<
5.0 ), normal (5.0 –
7.5 ), dan basa (> 7.5)
10 Tatalaksana Penggunaan antibiotik Rekam Baca
yang tercantum dalam medis
rekam medis
11 Faktor risiko Riwayat penyakit Rekam Baca
penyerta yang dapat medis
mendukung terjadinya
ISK berupa DM, batu
saluran kemih,
kehamilan, SLE, BPH
atau penggunaan
kateter
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
a. Kriteria Inklusi
- Pasien dengan hasil lab urinalisis lengkap
- Pasien dengan leukosituria
- Pasien dengan gejala disuria
- Pasien dengan gejala frequensi
28
BAB IV
40
35
30
Jumlah (orang)
25
20
15
10
5
0
Balita anak remaja dewasa lansia manula
Kelompok Usia
70
60
50
Jumlah (orang)
40
30
20
10
0
laki laki perempuan
Jenis Kelamin
Pada gambar 4.2 ini dapat dilihat bahwa jumlah pasien dengan jenis
kelamin laki-laki adalah 28 (32,2 %) dan pasien dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 59 (67,8 %).
40
35
30
Jumlah (orang)
25
20
15
10
5
0
Belum SD SMP SMA D2 D3 S1
Sekolah
Pendidikan
16
14
12
Jumlah (orang)
10
0
Kurus Normal Pre-Obesitas Obesitas 1 Obesitas 2
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pada gambar 4.4 ini indeks massa tubuh (IMT) pasien yang memiliki IMT
normal berjumlah 16 orang (18,4%) diikuti dengan IMT obesitas 1 sebanyak 15
orang (17,2%). Beberapa responden lainnya memiliki IMT kurus dengan jumlah
5 orang (5,7%), pre-obes sebanyak 4 orang (4,6%), dan obesitas 2 dengan jumlah
1 orang (1,1%).
32
40
35
30
Jumlah (orang)
25
20
15
10
5
0
Rendah Sedang Tinggi
Kelompok BJ Urin
90
80
Jumlah (orang) 70
60
50
40
30
20
10
0
5.00-7.5 > 7.5
pH Urin
Gambar 4.6 Jumlah pasien berdasarkan kelompok derajat keasaman (pH) urin
Pada gambar 4.6 sebagian besar pasien yaitu 83 orang (95,4%) memiliki
pH urin yang normal sedangkan sebagian kecil, 2 orang (2,3%) pasien lainnya
memiliki pH urin yang basa. Pada penelitian ini tidak didapatkan pasien yang
memiliki pH urin yang asam.
60
50
Jumlah (orang)
40
30
20
10
0
6-20 21-50 51-100 >100
Kelompok Leuksit Urin
45
40
35
Jumlah (orang)
30
25
20
15
10
5
0
Sefalosforin Flavoxate Kuinolon Kotrimoksazol Aminoglikoside
Gen Tiga
Tatalaksana
40
35
30
Jumlah (orang)
25
20
15
10
0
DM BPH SLE kehamilan urolitiasis
Faktor Risiko
Tabel 4.2 Jumlah pasien dengan Faktor Risiko Berdasarkan Jenis Kelamin
Faktor risiko tersering ISK pada pasien laki-laki adalah batu kandung
kemih sebanyak 5 pasien diikuti dengan BPH berjumlah 3 pasien, dan DM
berjumlah 2 pasien.
Tabel 4.3 Kelompok Umur dengan jumlah sedimen leukosit dalam urin
Tabel 4.3 ini menjelaskan tentang jumlah sedimen leukosit dalam urin
berdasarkan kelompok umur pasien. Dari tabel ini nampak hasil leukosit urin pada
responden dewasa umumnya kurang dari 50 per lapang pandang sebanyak 22
orang, diikuti dengan penurunan jumlah pasien pada leukosit urin 50-100 per
lapang pandang sebanyak 1 orang. Pada responden dewasa semakin meningkatnya
jumlah leukosituria maka jumlah responden semakin menurun. Sedangkan pada
pasien dengan kelompok umur lansia umumnya hasil leukosit urin kurang dari 50
per lapang pandang sebanyak 30 orang. Pada leukosituria lebih dari 100 per
lapang pandang responden terbanyak pada kelompok umur lansia sebanyak 5
orang.
37
Tabel 4.4 menggambarkan nilai leukosituria dengan faktor risiko. Dapat dilihat
pada tabel ini DM merupakan faktor risiko yang tersering menghasilkan leukosituria
sebagai berikut : ≤ 50 per lapang pandang sebanyak 16 pasien dan lebih dari 100
berjumlah 4 pasien. Sedangkan faktor risiko terendah yang menimbulkan leukosituria
adalah SLE. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel diatas.
Tabel 4.5 Jumlah pasien berdasarkan kelompok sedimen leukosit dan eritrosit
dalam urin
Median
Nilai p
(Minimum-Maksimum)
Leukosituria pasien DM
2,00 (2,00-5,00)
(n=23)
0,042
Leukosituria pasien tidak DM
2,00 (2,00-5,00)
(n=50)
39
4.2 Pembahasan
Pasien pada penelitian ini memilik tingkat pendidikan yang tidak selaras
dengan kejadian ISK. Dilihat dari grafik pasien yang menjadi pasien tersangka
ISK terbanyak memiliki tingkat pendidikan yang cukup yaitu SMA. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Imanda tingkat pendidikan berhubungan dengan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (p < 0.003).13 Salah satu faktor yang
menyebabkan ISK memiliki angka kejadian yang tinggi meskipun pendidikan
pasiennya cukup tinggi adalah kurangnya pengetahuan pasien tentang ISK dan
kurangnya promosi kesehatan tentang cara menjaga kebersihan area genitalia.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh berbagai faktor yakni faktor dari
host dan faktor dari mikroorganisme. Faktor pertahanan host terhadap infeksi
saluran kemih yaitu dengan menjaga aliran urin atau yang lebih dikenal adalah
wash out urin. Untuk menjaga aliran urin tetap lancar dibutuhkan asupan cairan
yang cukup. Salah satu cara untuk melihat kebutuhan cairannya seseorang
tercukupi melalui hasil berat jenis urin. Penelitian yang dilakukan oleh
Khairunnisa (2013) memberikan hasil bahwasannya konsumsi cairan berhubungan
dengan status hidrasi yang dapat dilihat dari berat jenis urin (p < 0.006). Berat
jenis urin semakin rendah memberikan makna bahwa status hidrasinya baik.20
Hasil pada penelitian ini, pasien tersangka ISK memiliki berat jenis urin
yang tinggi. Sesuai dengan teori yang telah disebutkan. Bahwasannya semakin
jarang seseorang minum maka semakin rendah frekuensi berkemih dan memiliki
berat jenis urin yang tinggi. Berat jenis urin yang tinggi ini dapat mempermudah
41
Selain berat jenis urin faktor pencegah terjadinya ISK pada host adalah
derajat keasaman urin. Derajat keasaman urin merupakan salah satu pertahanan
yang dimiliki sistem saluran kemih. Derajat keasaman urin ini dapat dilihat pada pH urin
hasil urinalisis. pH urin rendah atau asam dapat menghambat kolonisasi bakteri dalam
urin. Nilai dari pH urin rendah adalah kurang dari 5. Untuk pH urin normal memiliki nilai
5 sampai 7,5 dan pH urin basa memiliki nilai lebih dari 7,5.1,18 pH urin pasien pada
penelitian ini rerata memiliki pH yang normal dan sedikit diantaranya yang
memiliki pH urin basa. PH urin juga dipengaruhi oleh diet pasien. PH urin pasien
yang basa dapat dipengaruhi oleh hasil penguraian protease oleh mikroorganisme
yang ada dalam urin.18 Penelitian yang dilakukan oleh Franz dan Walter
melaporkan bahwasannya pH mempengaruhi leukosit. Pasien yang memiliki pH
urin > 6.0 mengakibatkan leukosit lisis.25
Gambaran IMT tersangka ISK pada penelitian adalah normal dan obesitas
1. Kejadian yang tinggi pada pasien obesitas 1 disebabkan karena memiliki risiko
untuk resistensi insulin sehingga menyebabkan kadar gula darah meningkat. Gula
darah yang tinggi ini meningkatkan kejadian glukosiuria yang merupakan salah
satu media perkembangan bakteri.22 Penelitian yang dilakukan oleh nassaji, dkk
melaporkan bahwasannya tidak ada hubungan antara IMT sebagai faktor risiko
ISK.27
memiliki efektifitas yang baik pada pemberian terapi empirik pasien ISK yang
belum berkomplikasi.4 Penelitian yang disampaikan oleh Ant Pallet dan Kieran
Hand penggunaan sefalosporin sudah tidak efektif karena meningkatnya kejadian
ESBL (extended spectrum beta lactamase). Disarankan untuk menggunakan
trimetropin dan quinolone atau penggunaan fosfomisin yang sudah ditetapkan
oleh Food and Drug Administration in the United States.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aldy dkk tatalaksana ISK yang
utama adalah flourokuinolon karena bersifat bakterisid dan merupakan terapi pilihan
kedua setelah kotrimoksazol.12 Perbedaan ini disebabkan oleh karakterisitik pasien
yang melakukan pengobatan di Rumah Sakit Umum Daerah cengkareng adalah
responden yang mengalami ISK sekunder sehingga diberikan terapi antibiotik
dengan sprektum luas untuk mengurangi kejadian resistensi.
Penelitian ini mendapatkan hasil faktor risiko terbanyak ISK adalah DM.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Monik bahwa pengendalian gula darah
sangat berhubungan dengan kejadian ISK.2 Infeksi saluran kemih yang disertai
dengan DM angka kejadiannya tinggi pada wanita.
Diagnosis ISK ditegakkan dari gejala klinis yang didapat saat anamnesis
dan diperkuat oleh hasil urinalisis. Baku emas penegakan diagnosis ISK adalah
adanya koloni kuman yang lebih dari 105 pada kultur urin. Kultur urin ini
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Digunakan cara lain untuk
43
mengidentifikasi pasien menderita ISK yaitu dengan cara melihat leukosit urin.
Pasien yang memiliki nilai leukosit dalam urin lebih dari 5 per lapang pandang
disebut leukosituria. Adanya leukosit dalam urin menunjukan adanya proses
inflamasi.7 Leukosituria memiliki sensitivitas (83 %) namun tidak spesifik. Para
penulis merekomendasikan untuk melakukan analisa mikroskopik urin dengan
syarat urin masih baru.29
Rerata leukosituria pada responden tersangka ISK tidak terlalu tinggi. Semakin
banyak jumlah leukosituria perlapang pandang maka inflamasi yang sedang terjadi
semakin berat. Leukosit merupakan salah satu sel dalam tubuh yang berfungsi sebagai sel
pertama dalam melawan mikroorganisme sebelum sel imun
tubuh yang lain.11
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
5.1.1 Insidensi leukosituria pada tersangka ISK di RSUD Cengkareng pada Juli-
Desember 2014 adalah sebanyak 86 orang.
5.1.2 Karakteristik tersangka ISK pada penelitian ini adalah kelompok umur
terbanyak dijumpai pada lansia dengan jenis kelamin terbanyak perempuan.
Tingkat pendidikan pasien adalah SMA. Indeks massa tubuh dalam golongan
IMT normal. Berat jenis umumnya BJ urin kelompok tinggi. Derajat keasaman
urin pasien umumnya pH normal. Kelompok leukosit urin terbanyak adalah 6-20
per lapang pandang . Penatalaksanaan pasien terbanyak adalah sefalosporin
generasi tiga. Faktor risiko ISK terbanyak adalah DM. Faktor risiko berdasarkan
jenis kelamin terbanyak pada wanita yaitu DM dan pada pria urolitiasis.
Kelompok leukosituria terbanyak yaitu 6-20 pada kelompok umur lansia. Faktor
risiko terbanyak yang menyebabkan leukosituria adalah DM
5.1.3 Terdapat hubungan antara leukosituria dan hematuria pada tersangka ISK
47
5.2 Saran
5.2.1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih baik dan
sampel yang lebih banyak agar lebih menggambarkan keadaan populasi.
5.2.3 Perlu dilakukan penelitian untuk mencari hubungan antara hematuria dengan
leukosituria
48
Daftar Pustaka
1. Enday Sukandar. Ilmu Penyakit Dalam UI: Infeksi Saluran Kemih Pasien
Dewasa. Jilid ke-2. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009.564-568
2. Basuki B Purnomo. Dasar Dasar Urologi: Infeksi Urogenitalia. 2nd ed.
Jakarta: CV Sagung Seto; 2008. 35-40
3. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.
www.books.google.co.id (accessed August 2014)
4. Hiep T, Nguyen. Smith’s General Urology: Bacterial Infection of The
Genitourinary Tract. 7th ed. New York: MC Graw Hill Lange; 2008.193-
218
5. Monica saptiningsih. Determinan Infeksi Saluran Kemih pasien Diabetes
Mellitus perempuan di RSB Bandung. 2012. http://lib.ui.ac.id/file
[accessed 2015 Jul]
6. Anthony J Schaeffer, Edward M Schaeffer. Campbell-Walls Urology:
Infections of The Urinary Tract. 10th ed. England: Saundres Elseiver;
2011. 257-269
7. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman interpretasi data klinik. 2011
8. John L Brusch. Cystitis Females. Medscape. 2014;
http://emedicine.medscape.com (accessed 2014 Des)
9. Tibor Fulop. Acute Pyelonephritis Clinical Presentation. Medscape . 2014;
http://emedicine.medscape.com. (accessed 2014 Aug)
10. M. Grabe, R. Bartoletti, T.E Bjerklund-Johansen, dkk. Guidelines On
Urological Infections. Europian Association of Urology. 2014.
http://uroweb.org. (cited 2014 Aug)
11. Samirah, Darwati, Windarwati, Hardjoeno. Pola dan Sensitivitas Kuman di
Penderita Infeksi Saluran Kemih. Patologi Klinik FK UNHAS. 2006; vol
12: 110-3.
12. Aldy Wijaya Febrianto. Alwiyah Mukaddas. Inggrid Faustine. Rasionalitas
Penggunaan Antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) di
Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2012. Online Jurnal of
Natural Science. 2013; vol. 2(3): 20-29.
49
LAMPIRAN 1
Statistik (Deskriptif)
Jenis kelamin
Laki-laki 28 32,2
Perempuan 59 67,8
Pendidikan
Belum sekolah 4 4,6
SD 7 8,0
SMP 4 4,6
SMA 39 44,8
D2 1 1,1
D3 5 5,7
S1 3 3,4
Obesitas 1 15 17,2
Obesitas 2 1 1,1
Penyakit penyerta
DM
37 13.4
BPH
Batu saluran kemih 8 2,9
6 2,2
(Lanjutan)
Valid Kelompok Frequency Percent Valid Cumulative
Usia Percent Percent
Balita 2 2,3 2,3 2,3
Anak 3 3,4 3,4 5,7
Remaja 9 10,3 10,3 16,1
Dewasa 26 29,9 29,9 46,0
Lansia 39 44,8 44,8 90,8
Manula 8 9,2 9,2 100,0
Total 87 100,0 100,0
Total 87 100,0
(Lanjutan)
Lampiran 2
Uji Normalitas
Kolmogorov- Shapiro-
Smirnov Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Leukosituria 0,334 0,80 0,000 0,461 0,80 0,000
Kolmogorov- Shapiro-
Smirnov Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Hematuria 0,391 0,75 0,000 0,249 0,75 0,000