KELOMPOK 3
KHAFIDHOTIN N (185040100111095)
AULIA NUR R (185040100111096)
YUNIAR ALIVIA (185040101111010)
AYU EFRIDATIKA (185040101111014)
EMI DWI SULISTYORINI (185040101111018)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
A. ARTIKEL UTAMA
1. Identitas Artikel
Judul : Efisiensi usahatani tebu di Kabupaten Purworejo
Penulis : D. I. Febianti, Jamhari, dan S. Hartono
Jurnal : Agro Ekonomi 26, 2015 (UGM)
2. Review
Artikel yang berjudul “Efisiensi usahatani tebu di Kabupaten Purworejo” menjelaskan
tentang alokasi penggunaan faktor produksi sehingga dapat meningkatkan produksi gula di
Kabupaten Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi tebu, mengetahui efisiensi alokatif penggunaan faktor-faktor
produksi usahatani tebu, mengetahui pendapatan dan keuntungan dalam usahatani tebu, dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani tebu. Dalam penelitian
ini, digunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang memusatkan
penelitian dalam suatu kelompok manusia, subjek, suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi
serta memusatkan diri kepada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa
sekarang. Penelitian dilakukan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dengan responden
sebanyak 60 petani. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dari tiga kecamatan,
yaitu Kecamatan Purwodadi, Ngombol, dan Bayan. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan
hasil analisis regresi yang menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tebu di
Kabupaten Purworejo berupa luas lahan, bibit, jumlah phonska, jumlah pestisida, serta tenaga
kerja garap dan panen. Selain itu, didapatkan juga hasil perhitungan efisiensi alokatif yang
dihitung menggunakan fungsi Ki dengan nilai Ki menunjukkan angka lebih dari 1 yang
berarti usahatani tebu di Kabupaten Purworejo belum efisien secara alokatif sehingga perlu
ditambah penggunaanya. Hasil lain yang diperoleh adalah pendapatan usahatani tebu per
hektar adalah Rp19.824.598,85 dan keuntungan per hektar adalah Rp16.785.428,07 dan R/C
rasio usahatani tebu di Kabupaten Purworejo adalah 2,19 menunjukkan usahatani layak untuk
terus diusahakan. Berdasarkan analisis regresi, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
pendapatan usahatani tebu di Kabupaten Purworejo adalah luas lahan, harga bibit yang
dinormalkan, harga phonska yang dinormalkan serta harga tenaga kerja garap dan panen yang
dinormalkan.
B. ARTIKEL PEMBANDING
1. Identitas Artikel
Judul : Dampak perubahan harga bahan bakar minya terhadap kinerja sektor pertanian
(pendekatan analisis input-output)
Penulis : P. Simatupang dan S. Friyatno
Jurnal : Agro Ekonomi 34, 2016 (Litbang Pertanian)
2. Review
Artikel yang berjudul “Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Kinerja
Sektor Pertanian (Pendekatan Analisis Input-Output) menjelaskan tentang pengaruh harga
BBM dalam sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan memperoleh dugaan memperoleh
dugaan dampak perubahan harga BBM terhadap harga sarana, prasarana, dan hasil usaha
pertanian, serta kinerja sektor pertanian yang merupakan parameter kunci dalam perumusan
kebijakan terkait dengan penyesuaian harga BBM. Pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan cara menelusuri rantai pasok komoditas padi, jagung, kopi,
kentang, dan usaha alat mesin pertanian. Penelitian yang bersangkutan dengan komoditas
padi dan kentang berlokasi di Provinsi Jawa Barat, untuk komoditas jagung berlokasi di
Provinsi Sulawesi Selatan, dan untuk komoditas kopi berlokasi di Provinsi Lampung.
Penelitian awal dilaksanakan pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2015 dilakukan kembali
pengecekan data intensitas penggunaan BBM. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
adalah analisis input-output (Tabel IO Nasional Tahun 2005) dan survei mikro usaha
pertanian sebagai validasi kelogisan hasil analisis IO. Dampak perubahan harga BBM
terhadap harga-harga didugan dengan model input-output (IO) 2005. Dari penelitian yang
telah dilakukan, hasil yang diperoleh untuk analisis input-output menunjukkan bahwa apabila
harga BBM ditingkatkan 100%, maka profitabilitas usaha akan menurun sekitar 0.095—
0,142% untuk usaha tanaman pangan dan hortikultura, sekitar 0,058—0,141% untuk usaha
perkebunan, sekitar 0,537—0,756% untuk usaha peternakan, dan sekitar 0,058—0,223%
untuk usaha pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Selain itu, didapatkan juga hasil
elastisitas inflasi terhadap harga BBM adalah 0,044% berarti apabila harga BBM
ditingkatkan 1% inflasi akan meningkat 0,044%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
kebijakan penyesuaian harga BBM sebaiknya dilakukan secara bertahap supaya dampaknya
tidak langsung berpengaruh nyata bagi kinerja sektor pertanian dan kesejahteraan petani serta
penduduk pedesaan.