BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Untuk memperoleh data kesetimbangan larutan biner antara aquadest dan asam
asetat.
2. Untuk menentukan harga relative volatilitasnya.
3. Untuk mengetahui proses pemisahan larutan biner secara destilasi.
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui cara perhitungan dalam percobaan equilibrium
still.
2. Agar praktikan dapat mengerti cara membuat kurva kesetimbangan.
3. Agar praktikan dapat memperoleh grafik antara konsentrasi fase uap dan fase
liquid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan
seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.
(Suciati, 2014, “Destilasi”)
Tujuan umum destilasi adalah pemisahan senyawa yang memiliki tekanan
uap berbeda pada suhu tertentu. Kata distilasi digunakan mengacu pada pemisahan
fisik campuran menjadi dua atau lebih fraksi yang memiliki titik didih yang berbeda.
Jika campuran cairan dari dua bahan yang mudah menguap dipanaskan, uap yang
keluar akan memiliki konsentrasi lebih tinggi dari bahan didih yang lebih rendah.
Sebaliknya, jika uap hangat didinginkan, semakin tinggi bahan didih
memiliki kecenderungan mengembun dalam proporsi yang lebih besar daripada
bahan didih yang lebih rendah. Penyuling alkohol awal untuk minuman menerapkan
prinsip-prinsip dasar ini. Meskipun penyulingan telah diketahui dan dipraktekkan
dalam kedekatan dan komersial masih dikembangkan oleh Coffey pada tahun 1832,
teori distilasi tidak dipelajari sampai karya Sorel pada tahun 1893. Para pengkaji
awal lainnya adalah Lord Rayleigh dan Lewis. Saat ini, teknologi telah
memungkinkan pemisahan skala besar dengan distilasi etilbenzena dan p-xilena,
yang hanya memiliki pelebaran 390F dalam titik didih.
(Holland, 1997 “Mass-Transfer Operations”)
II.1.1 Jenis-jenis Destilasi
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana,
distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi
ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan garam
berion, dan distilasi pressure-swing.
1. Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang
jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan
maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain
perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah
substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi
distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
2. Distilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya Distilasi ini
juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari
20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari
distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan
komponen-komponen dalam minyak mentah.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang
berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya Semakin ke atas, semakin
tidak volatil cairannya.
tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah
jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak
dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum
atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini.
(Suciati, 2014, “Destilasi”)
II.1.2 Destilasi Skala Industri
Umumnya proses distilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh
karena itu unit proses dari distilasi ini sering disebut sebagai menara distilasi
(MD).Menara distilasi biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi
berkisar antara 6-15 meter. Masukan dari menara distilasi biasanya berupa cair jenuh,
yaitu cairan yang dengan berkurang tekanan sedikit saja sudah akan terbentuk uap
dan memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas adalah arus yang lebih volatil
(mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri dari komponen berat. Menara distilasi
terbagi dalam 2 jenis kategori besar:
1. Menara Distilasi tipe Stagewise, menara ini terdiri dari banyak piringan yang
memungkinkan kesetimbangan terbagibagidalam setiap piringannya, dan
2. Menara Distilasi tipe Continous, yang terdiri dari pengemasan dan
kesetimbangan cairgasnya terjadi di sepanjangkolom menara.
(Antonius, 2015, “Destilasi”)
II.1.3 Cara Membuat Kurva Kesetimbangan
Ada beberapa cara untuk membuat kurva kesetimbangan, antara lain:
a. Dengan Vapour – Liquida Equilibrium Ratio
Apabila fasa liquida dan uap tidak mengikuti hokum Roult, maka dapat
digunakan “Vapour – Liquida Equilibrium Ratio”, K yang dirumuskan sebagai YA =
KA x XA, dimana
1− KB
XA = ……………………………………………………………….(1)
KA − KB
PA PAXA PAXA
Sedangkan, YA = PA+PB = PAXA+PB(1−XA) = …………………………(2)
PB
baru dibuat dari larutan asli oleh penguapan atau kondensasi. Dengan begitu, maka
akan terbentuk fasa baru.
II.1.4 Kesetimbangan Uap-Cair
Keberhasilan penerapan metode destilasi sangat bergantung pada pemahaman
tentang kesetimbangan yang ada antara fase uap dan fase cair dari campuran yang
ditemukan. Oleh karena itu tinjauan singkat atas hal penting ini. Pendekatan terletak
pada campuran biner.
II.1.5 Kesetimbangan pada Keadaan Konstan
Pertimbangan bagian pertama terletak pada tekanan konstan. Persimpangan
permukaan ganda dengan bidang tekanan konstan menghasilkan kurva melingkar
tanpa maksimum atau minimum memanjang dari titik didih.
Nilai dari suatu kehendak biasanya berubah ketika x bervariasi menjadi 1,0. Jika y
kecuali A pada x diatas kesatuan, semakin besar derajad keterpisahan 0 dan 1 tidak
ada pemisahan yang mungkin.
II.1.7 Tekanan Meningkat
Pada tekanan yang lebih tinggi, baian-bagian pada tekanan konstan tertentu
saja akan memotong permukaan ganda. Pada suhu yang meningkat, persimpangan
dapat berupa bidang tunggal. Perlu dicatat bahwa kurva kengkung tidak hanya terjadi
pada suhu yang lebih tinggi tetapi mereka juga bisa menjadi lebih sempit. Relative
volatility terjadi keterpisahan karena biasanya pada tekanan lebih tinggi. Karena
tekanan kritis dari suatu komponen terlampaui tidak lagi ada perbedaan antara uap
dan cair untuk komponen itu dan ukuran campuran kurva yang dilingkar lebih
pendek karena tekanan di atas. Distilasi pemisahan dapat dibuat hanya di wilayah
dimana kurva melingkar ada sistem tertentu. Tekanan kritis dari zat yang kurang
mudah menguap dapat dicapai sebelum volatile dan mungkin permukaan ganda.
II.1.8 Kesetimbangan pada Temperatur Konstan
Suatu bagian suhu konstan yang khas dari diagram tiga dimensi diagram yang
ditunjukkan pada gambar. Perpotongan bidang suhu konstan dengan permukaan
ganda. Pada gambar disediakan dua kurva maksimum dan minimum dari tekanan uap
murni B ke tingkat A.
(Treyball, 1981)
II.1.9 Konstruksi dan Interpretasi Diagram Titik-Didih untuk Campuran Biner
Ketika keadaan kesetimbangan ada antara uap dan fase cair yang terdiri dari
dua komponen A dan B, sistem dijelaskan oleh serangkaian persamaan independen
berikut ini:
PyA = PAXA
Pyb = PBXB
Equilibrium Relationships yA + yB = 1
XA + XB = 1
Dimana dipahami bahwa hukum Raoult dipatuhi. Karena uap tekanan PA dan
PB pada T sendiri. Persamaan (1-3) terdiri dari empat persamaan dalam enam yang
tidak dikenal. Dengan demikian, untuk mendapatkan solusi untuk set persamaan ini,
dua variabel harus diperbaiki. Amatilah hasil dibawah ini sesuai dengan fase Gibbs:
P+V= c+2
Untuk kasus diatas, jumlah fase P = 2, yaitu nomor variabel yang harus
diperbaiki sama dengan 2. Dalam pembangunan diagram titik didih untuk campuran
biner, tekanan total P ditetapkan dan solusi diperoleh untuk masing-masing beberapa
suhu yang terletak di antara suhu titik didih TA dari A murni B pada tekanan total P.
Yaitu, ktika T = TA, PA = P dan ketika T = TB, PB = P.
Solusi dari himpunan persamaan (1-3) untuk XA dalam hal PA , PB dan P
dilakukan sebagai berikut. Penambahan dua persamaan pertama diikuti dengan
penghapusan jumlah y.
P = PA XA + PB XB
Eliminasi XB dengan menggunakan persamaan keempat dari himpunan yang
diberikan oleh persamaan (1-3) diikuti dengan penataan ulang hasil sehingga
diperoleh hasil :
𝑃 − 𝑃𝐵
𝑋𝐴 =
𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
(Holland, 1997 “Mass-Transfer Operations”)
4. Phenolphthalein
A. Sifat Kimia
a. Rumus molekul C20H14O4
b. Massa molar 318,329 gram/mol
c. Densitas 1,277 gram/cm3
d. Titik lebur 318oC
B. Sifat Fisika
a. Berbentuk serbuk
b. Tidak berbau
c. Berwarna putih
(MSDS, 2013, ”Phenolphtalein”)
II.3 Hipotesa
Pada praktikum kali ini diharapkan dengan berbagai variasi konsentrasi asam
asetat dapat ditentukan nilai relative volatility air terhadap asam asetat. Semakin
besar konsentrasi asam asetatnya maka semakin besar destilat yang dihasilkan, maka
semakin besar pula harga relative volatility.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Divider
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.3 Grafik
XA vs T Residu
0.1200
0.1000
Fraksi Mol Asetat Fase Cair
0.0800
0.0600
0.0400
0.0200
0.0000
96.5 97 97.5 98 98.5 99 99.5
Temperatur Residu (oC)
XB vs T Destilat
0.9600
0.9500
Fraksi Mol Air Fase Cair
0.9400
0.9300
0.9200
0.9100
0.9000
27 28 29 30 31 32 33
Temperatur Destilat (oC)
YA vs T Residu
0.0250
Fraksi Mol Asetat Fasee Uap
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
96.5 97 97.5 98 98.5 99 99.5
Temperatur Residu (oC)
YB vs T Destilat
0.9940
0.9920
Fraksi Mol Air Fase Uap
0.9900
0.9880
0.9860
0.9840
0.9820
0.9800
0.9780
0.9760
27 28 29 30 31 32 33
Temperatur Destilat (oC)
XA vs YA
Fraski Mol Asetat Fse Uap (YA) 0.0250
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800 0.1000 0.1200
Fraksi Mol Asetat Fase Cair (XA)
XB vs YB
0.9940
0.9920
Fraski Mol Air Fase Uap (XB)
0.9900
0.9880
0.9860
0.9840
0.9820
0.9800
0.9780
0.9760
0.9000 0.9100 0.9200 0.9300 0.9400 0.9500 0.9600
Fraksi Mol Air Fase Cair (XB)
IV.4 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum Equilibrium Still yang telah kelompok kami lakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Harga relative volatilitas yang didapatkan sebesar 0,1601; 0,2388; 0,2190; dan
0,2069.
2. Nilai X dan Y yang didapat merupakan data keseimbangan antara konsentrasi fase
liquid dan konsentrasi fase uap larutan biner asam asetat dan air.
3. Dalam hasil destilat kandungan air lebih besar daripada asam asetat.
V.2 Saran
1. Ketika merangkai alat sebaiknya berhati-hati, dan pastikan rangkaian alat tertutup
dengan sempurna, sehingga uap tidak keluar pada celah penutup.
2. Sebaiknya praktikan menjaga suhu agar tidak sampai pada suhu titik didih asam
asetat.
DAFTAR PUSTAKA
Antonius Alven. 2015. “Destilasi”. http://alvenant.blogspot.com/2015/01/destilasi.ht
ml). Diakses pada Kamis, 6 September 2018 pukul 10.00 WIB.
Holland, Charles D. 1997, “Fundamentals of Multicomponent Distillation”. New
York: Mc Graw Hill.
MSDS. 2013. “Acetic Acid”. (http://www.sciencelab.com/msds.php?msds.php?msds
Id=9922769). Diakses pada Kamis, 6 September 2018 pukul 10.20 WIB.
MSDS. 2013. “Phenolphthalein”. (http://www.sciencelab.com/msds.php?msds.php?
msdsId=9926469). Diakses pada Kamis, 6 September 2018 pukul 10.20 WIB.
MSDS. 2013. “Sodium Hidroxide”. (http://www.sciencelab.com/msds.php?msds.php
?msdsId=9924998). Diakses pada Kamis, 6 September 2018 pukul 10.25
WIB.
MSDS. 2013. “Water”. (http://www.sciencelab.com/msds.php?msds.php?msdsId=99
27321). Diakses pada Kamis, 6 September 2018 pukul 10.25 WIB.
Robert, Treybal E. 1981. “Mass-Transfer Operation third edition”. New York: Mc
Graw Hill.
Suciati. 2014. “Destilasi”. (http://uciuciiq.blogspot.com/2014/04/destilasi.html). Diak
ses pada Kamis, 6 September 2018 pukul 10.10 WIB.
APPENDIX
1. Membuat asam asetat 99,8% 500 ml
ρ x 1000 x %
M2 = BM
= 17,5 M
V1 M1 = V2 M2
V1 = 14,3 ml
Jadi, 14,3 ml asam asetat diencerkan dengan aquadest hingga volume 500 ml
dalam labu ukur.
2. Membuat NaOH 0,5 N 250 ml
w
N = Bexv
w
1 = 40 x 0,25
w = 10 gram
Jadi, 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquadest hingga volume 250 ml dalam
labu ukur.
3. Menghitung densitas destilat dan residu pada titrasi pertama
berat pikno isi – berat pikno kosong
Rumus : = volume pikno
22,0755 − 13,0387
Destilat pada suhu 28 oC : = = 0,9037 gr/ml
10
22,8672 − 13,0387
Residu pada suhu 97 oC : = = 0,9829 gr/ml
10
a. Destilat
N x BM
% berat = V2 x ⍴
0,1222 x 18
=3 x 0,9307
= 0,8115%
WA = 0,8115% sehingga na = 0,8115/18 = 0,0451
WB = 98,6015% sehingga nb = 98,6015/18 = 5,5105
na 0,0451
YA = = 0,0451+5,5105 = 0,0081
na +nb
YB = 1 – YA = 1 – 0,0081 = 0,9919
b. Residu
N x BM
% berat = V2 x ⍴
0,2389 x 60
= 3 x 0,9829
= 4,8611%
WA = 4,8611% sehingga na = 4,8611/60 = 0,0810
WB = 95,1389% sehingga nb = 95,1389/60 = 1,5856
na 0,0810
XA = = 0,0810+1,5856 = 0,0486
na +nb
XB = 1 – XA = 1 – 0,00958= 0,9514
6. Menghitung Relative Volatilitas
YA / X A
α =
YB / X B
0,0081 / 0,0486
= 0,9919 / 0,9514
= 0,1601