Anda di halaman 1dari 28

Wetted Wall Column ( WWC )

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Proses perpindahan massa dari cairan ke gas terjadi melalui proses penguapan
dan besar penurunan suhu merupakan panas laten penguapan. Proses perpindahan
massa merupakan perpindahan suatu unsur dari konsentrasi yang lebih tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah. Proses perpindahan panas dapat terjadi apabila
terdapat perbedaan suhu. Humidifikasi adalah salah satu proses perpindahan massa
dan panas dari cairan ke gas. Di industri proses ini digunakan dalam
pembentukan steam untuk proses pengeringan suatu bahan yang masih lembab.
Untuk memperbesar laju perpindahan panas dan massa diperlukan peningkatan laju
sirkulasi optimal dari cairan atau dengan memodifikasi alat yang memberikan luas
permukaan yang besar untuk meningkatkan laju perpindahan. Salat satu alat yang
menyediakan luas permukaan yang besar untuk perpindahan massa dan panas
adalah wetted wall column.Wetted wall column adalah kolom vertikal dimana terjadi
perpindahan massa dan panas antara dua fluida yang mengalir di dalam kolom.
Cairan mengalir dari atas kolom kemudian membasahi dinding kolom vertikal
sedangkan gas dialirkan dari bawah ke atas di pusat kolom. Pada lapisan tipis (film)
antar muka di kolom vertikal, perpindahan massa dan panas akan meningkat karena
luas antar muka (interface) yang terbentuk lebih besar.
Adapun prosedur percobaan wetted wall kolom ini adalah pertama melakukan
kalibrasi udara dan kalibrasi air dengan prosedur untuk kalibarasi udara adalah
sambungkan air pada blower udara dengan selang pada gallon yang berisi
air.Nyalakan blower udara dan tunggu hingga tekanannya 40 Psia, setelah itu
matikan.Kemudian buka kran pada blower hingga terdengar bunyi keluarnya
udara.Atur aliran udara pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran
aliran udara dan ukur volume air yang keluar dari gallon.Ulangi dengan variabel beda
tekanan yang berbeda. Dan untuk kalibrasi air dapat dilakukan dengan Mengisi tangki
penampung atas sampai penuh dan membuka kran yang ada di bawah tangki ( dibuka
sedikit ), lalu biarkan beberapa saat hingga terjadi overflow. Selanjutnya atur aliran
air pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran aliran air yang menuju
pipa gelas.Ukur volume air yang keluar dari pipa gelas.Ulangi dengan variabel beda
tekanan yang berbeda. Setelah melakukan kalibrasi maka dilakukan percobaan wetted
wall column dengan prosedur sebagai berikutisi tangki penampungan dengan air
sampai penuh atau overflow pada constant head tank. Bukalah kran dengan ΔH yang

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 1


Wetted Wall Column ( WWC )

ditentukan. Selanjutnya atur aliran air pada suatu harga tertentu dan ukur laju alirnya,
aliran air tersebut harus dapat membentuk film air yang tipis dan merata pada setiap
dinding pipa gelas ( perhatikan tangki penampung air yang paling atas harus
seringkali diisi dengan air ). Jalankan blower untuk mengalirkan udara ke dalam pipa
gelas, bila keadaan sudah mantap ( steady state ), atur laju alir pada suatu harga dan
catat harga ini. Bila keadaan sudah mantap, amati data di bawah ini ( laju alir air, laju
alir udara, suhu air masuk dan keluar, suhu ruangan, tekanan barometer ). Bila
keadaan memungkinkan, ulangi untuk variabel laju alir udara dan air.

Adapun tujuan dari percobaan wetted wall column ini adalah untuk menentukan
harga koefisien perpindahan massa dan panas. Selanjutnya untuk mempelajari
pengaruh laju alir udara dan juga air. Tujuan yang terakhir yaitu untuk menetukan
hubungan antara volume air yang keluar dengan beda ketinggian pada manometer.

I.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa dan panas.
2. Untuk mempelajari pengaruh laju alir udara dan juga air.
3. Untuk menetukan hubungan antara volume air yang keluar dengan beda ketinggian
pada manometer.

I.3 Manfaat Percobaan


1. Agar praktikan dapat mengetahui humidifikasi dan dehumidifikasi yang
menyangkut perpindahan material antara fase gas dan liquid.
2. Agar praktikan dapat mengetahui cara kerja dan alat wetted wall column dalam
skala laboratorium.
3. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
perpindahan massa dan panas.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 2


Wetted Wall Column ( WWC )

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


II.1.1 Operasi Humidity
Operasi yang dipertimbangkan dalam bab ini berkaitan dengan transfer massa
dan energi interpha yang dihasilkan ketika gas dibawa ke dalam con dengan cairan
murni yang pada dasarnya tidak larut. Meskipun istilah operasi pelunakan lembab
digunakan untuk mengkarakterisasi ini secara umum, tujuan operasi tersebut dapat
meliputi tidak hanya humidifikasi gas tetapi juga dehumidifasi dan pendinginan gas,
pengukuran kandungan uapnya, dan mendinginkan cairan juga. . Masalah yang
ditransfer antar fase dalam beberapa kasus adalah substansi yang membentuk fase
cair, yang menguap atau mengembun. Dalam semua masalah perpindahan masal,
penting untuk memahami sepenuhnya operasi untuk mengenal karakteristik
kesetimbangan sistem. B karena transfer massa dalam kasus-kasus ini akan selalu
disertai dengan transfer energi panas secara bersamaan juga, beberapa pertimbangan
harus juga diberikan kepada karakteristik entalpi sistem.
Dalam operasi humidifikasi, terutama yang diterapkan pada sistem air air,
sejumlah definisi yang agak khusus digunakan secara umum. Dasar biasa untuk
perhitungan teknik adalah satuan massa gas bebas uap, dimana uap berarti bentuk gas
dari komponen yang ada hanya dalam bentuk gas. Dalam diskusi ini dasar satuan
massa gas uap bebas digunakan. Dalam fasa gas, uap akan disebut sebagai komponen
A dan gas tetap sebagai komponen B. Karena sifat campuran uap gas berbeda dengan
tekanan total, massa tekanan harus diperbaiki. Kecuali ditentukan lain, tekanan total 1
atm diasumsikan. Juga, diasumsikan bahwa campuran gas dan uap mengikuti hukum
gas ideal.
(Treybal,1982 )
Humidifikasi adalah salah satu proses perpindahan massa dan panas dari
cairan ke gas. Di industri proses ini digunakan dalam pembentukan steam untuk
proses pengeringan suatu bahan yang masih lembab. Untuk memperbesar laju
perpindahan panas dan massa diperlukan peningkatan laju sirkulasi optimal dari
cairan atau dengan memodifikasi alat yang memberikan luas permukaan yang besar
untuk meningkatkan laju perpindahan. Salat satu alat yang menyediakan luas
permukaan yang besar untuk perpindahan massa dan panas adalahwetted wall
column.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 3


Wetted Wall Column ( WWC )

Wetted wall column adalah kolom vertikal dimana terjadi perpindahan massa
dan panas antara dua fluida yang mengalir di dalam kolom. Cairan mengalir dari atas
kolom kemudian membasahi dinding kolom vertikal sedangkan gas dialirkan dari
bawah ke atas di pusat kolom. Pada lapisan tipis (film) antar muka di kolom vertikal,
perpindahan massa dan panas akan meningkat karena luas antar muka (interface)
yang terbentuk lebih besar. Proses perpindahan massa dari cairan ke gas terjadi
melalui proses penguapan dan besar penurunan suhu merupakan panas laten
penguapan.

Gambar 1. Wetted wall column


Hubungan antara komposisi gas dan suhu gas dan cairan dapat diketahui
melalui sifat termodinamis dan neraca massa dan energi. Beberapa parameter tersebut
adalah:
a. Temperatur dry bulb (Td) akan menentukan suhu udara kering masuk dan keluar
kolom (suhu ambien/body gas).Temperatur dry bulb tidak dapat menentukan
besarnya kandungan uap air dalam gas.
b. Temperatur wet bulb dilakukan dengan menyelubungi termometer menggunakan
kapas basah untuk menentukan besarnya perpindahan massa cairan dari kapas ke
aliran gas hingga suhu konstan. Suhu konstan ini disebut temperatur wet bulb
(Tw).
c. Pengukuran temperatur dry bulb (Td) dan temperatur wet bulb (Tw) dilakukan
pada aliran input dan output dari gas. Data yang diperoleh kemudian digunakan
untuk menentukan humidity (kelembaban) dari gas.
d. Dew point adalah temperatur udara dalam kondisi jenuh dimana udara basah
(saturated vapor) mulai mengembun saat temperatur diturunkan dan mulai
membentuk sistem campuran.
e. Volume spesifik adalah volume udara lembab per 1 kg udara kering.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 4


Wetted Wall Column ( WWC )

f. Entalpi merupakan jumlah kalor (energi) yang dimiliki udara setiap satuan massa.
g. Relative humidity adalah persentase dari perbandingan fraksi uap dengan fraksi
udara basah (uap jenuh) pada suhu dan tekanan yang sama.
h. Kelembaban (humidity) merupakan persentase dari perbandingan antara berat
kandungan air dan berat udara kering. Besarnya kelembaban dapat ditentukan
menggunakan diagram psikometrik.

II.1.2 Psikometrik
Psikometrik adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat termodinamika dari udara
basah. Secara umum digunakan untuk mengilustrasikan dan menganalisis perubahan
sifat termal dan karakteristik dari proses dan siklus sistem penyegaran udara (air
conditioning). Diagram psikometrik adalah gambaran dari sifat-sifat termodinamika
dari udara basah dan variasi proses sistem penyegaran udara dan siklus sistem
penyegaran udara.

Gambar 2. Diagram psikometrik


Proses yang terjadi pada udara dapat diganbarkan dalam bagan psikrometrik
guna menjelaskan perubahan sifat-sifat udara yang penting seperti suhu, asio
kelembaban dan entalpi dalm proses-proses tersebut. Beberapa proses dasar dapat
ditunjukkan sebagai berikut:

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 5


Wetted Wall Column ( WWC )

a. Proses Pemanasan dan pendinginan adalah laju perpindahan kalor yang hanya
disebabkan oleh perubahan temperatur dry bulb tanpa ada perubahan rasio
kelembaban.
b. Pelembaban adiabatik dan non adiabatic
c. Pendinginan dan pengurangan kelembaban dilakukan untuk menurunkan
temperatur dry bulb dan rasio kelembaban. Proses ini terjadi pada koil pendingin
atau alat penurun kelembaban.
d. Pengurangan kelembaban kimiawi Pada proses kimiawi, uap air dari udara diserap
atau diadsorbsi oleh suatu bahan higroskopik. Jika proses tersebut diberi penyekat
kalor, sehingga entalpinya tetap, dan karena kelembabannya turun maka suhu
udara tersebut harus naik.
e. Pencampuran Udara Campuran dua aliran udara adalah proses yang umum di
dalam pengkondisian udara.
(Nugraha, 2015)

II.1.3 Absorpsi Wetted Wall Column


Proses penyerapan gas oleh penyerap atau absorbent dapat terjadi pada kolom
absorber. Pada industri-industri kimia, pemakaian kolom absorber disesuaikan
dengan kondisi yang diinginkan, maksudnya adalah type atau jenis kolom absorber
yang digunakan.
Absorpsi gas itu sendiri adalah suatu proses dimana campuran gas dikontakkan
dengan liquid dengan tujuan untuk memisahkan satu atau lebih komponen dari gas
dan untuk menghasilkan gas dalam liquid. Pada operasi absorpsi gas terjadi
perpindahan massa dari fase gas ke liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid
tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan karakteristik
kesetimbangan sistem gas-liquid.
Pengertian absorpsi itu sendiri adalah proses penyerapan gas melalui seluruh
permukaan zat cair (absorbent). Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2,
yaitu :
1. Absorpsi Fisika: Absorpsi fisika ini disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada
di permukaan absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk
panda permukaan absorbent lebih dari 1 lapis.
2. Absorpsi Kimia: Sedangkan absorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara zat
yang diserap dengan absorbent. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang
terbentuk panda permukaan absorbent hanya 1 lapisan.
Laju absorpsi dapat dinyatakan dengan 4 cara yang berbeda yaitu:

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 6


Wetted Wall Column ( WWC )

1. Menggunakan koefisien individual


2. Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair.
3. Menggunakan koefisien volumetrik.
4. Menggunakan koefisien persatuan luas.
(Ade, 2014)

II.1.4 Keseimbangan Fase


Dalam operasi humidifikasi dan dehumidifikasi fase zat cair adalah komponen
tunggal. Tekanan bagian keseimbangan zat terlarut di dalam fase gas. Oleh karena itu,
merupakan fungsi tunggal dari suhu bila tekanan total system itu dibuat konstan.
Demikian pula pada tekanan sedang, tekanan bagian keseimbangan hampir tidak
bergantung pada tekanan total dan dapat dikatakan sama dengan tekanan uap zat cair.
Menurut hokum Dalton, tekanan bagian keseimbangan dapat dikonversikan menjadi
fraksi mol keseimbangan Ye dalam fase gas. Fraksi mol kelembaban jenuh, maka
persamaannya :

Dimana:
𝐻𝐴 = Humidity (lb air/lb udara kering)
MA = Berat molekul uap (misal uap H2O) (gr/mol)
MB = Berat molekul gas (misal udara) (gr/mol)

II.1.5 Peralatan Operasi Humidifikasi


Bila zat cair panas dikontakkan dengan gas tak jenuh, sebagaian dari zat cair itu
akan menguap dan suhu zat cair akan turun. Penurunan suatu suhu zat cair
sedemikian biasanya merupakan tujuan dari berbagai operasi kontak gas dan zat cair,
lebih-lebih kontak udara air.Pendingin air dalam jumlah besar dilakukan dalam
kolam-kolam semprot (spray pond) atau yang lebih lazim lagi menara-menara tinggi
dimana udara dialirkan dengan jujutan alamiah (natural draft) atau dengan batuan
kipas.
Contoh menara pendingin dengan natural draft adalah peralatan pada operasi
humdifikasi. Tujuan dari menara pendingin ialah untuk melestarikan air pendingin
dengan cara mendinginkan air itu dan menggunakannya kembali secara berulang-
ulang.
(McCabe, 1993)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 7


Wetted Wall Column ( WWC )

Wet-Bulb Temperature (suhu cembul basah) ialah suhu keadaan steady dan
tak seimbang yang dicapai bila suatu massa yang kecil dari pada zat cair dicelupkan
dalam keadaan adiabatic di dalam suatu arus gas yang kontinu. Massa zat cair itu
sedemikian kecil dikelembaban dengan fase gas, sehingga perubahan sifat-sifat gas
kecil sekali dan dapat diabaikan, sehingga pengaruh proses ini hanya terbatas pada zat
cair saja.
a. Gas jenuh (saturated vapor) ialah gas dimana uap berada dalam keseimbangan
dengan zat cair pada suatu gas. Tekanan bagian uap didalam gas jenuh sama
dengan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Jika Hs adalah kelembaban jenuh dan
PA’ tekanan uap zat cair.
𝑀𝐴 . 𝑃𝐴
𝐻=
𝑀𝐵 (1 − 𝑃𝐴 )
Dimana:
H = Humidity (lb air/lb udara kering)
𝑃𝐴 = Tekanan Parsial Uap (atm)
MA = Berat molekul uap (misal uap H2O) (gr/mol)
MB = Berat molekul gas (misal udara) (gr/mol)
Entalpi total Hy ialah entalpi satu satuan massa gas di tambah uap yang
terkandung di dalamnya. Entalpi total ialah jumlah ketiga factor, yaitu kalor sensible
uap, kalor laten zat cair pada To, dan kalor sensible gas bebas-uap. Jadi,

Maka :

Dimana :
𝐻𝑦 = entalpy total (KJ)
H = Relative humidity (lb air/lb udara kering)
T = suhu akhir (0F)
𝑇0 = suhu awal (0F)
a. Relative humidity adalah persentase dari perbandingan fraksi uap dengan fraksi
udara basah (uap jenuh) pada suhu dan tekanan yang sama.
b. Kelembaban (humidity) merupakan persentase dari perbandingan antara berat
kandungan air dan berat udara kering. Besarnya kelembaban dapat ditentukan
menggunakan diagram psikometrik. Menurut definisi ini, kelembaban hanya
tergantung pada tekanan-bagian uap di dalam campuran bila tekanan total dibuat
tetap. Jadi, tekanan bagian uap adalah PA atm, rasio molal antara uap dan gas pada
1 atm adalah PA / (1-PA). Jadi, kelembaban adalah

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 8


Wetted Wall Column ( WWC )

Dimana:
𝑃𝐴′ = Tekanan uap liquid (atm)
Dimana MA dan MB masing-masing adalah bobot molekul komponen A dan
komponen B.

II.1.6 Koefisien Perpindahan Massa


Koefisien perpindahan massa merupakan besaran empiris yang dipakai untuk
memudahkan penyelesaian persoalan perpindahan massa antar fase yang dibiarkan
disini adalah koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase liquid atau sebaliknya.
Untuk menentukan koefisien perpindahan massa pada wetted wall column,
dapat ditinjau pada jarak dz. Persamaan ratio perpindahan massa pada kondisi steady
state :
dNA = KG (PAi – PAG) dA
Dimana :
dNA = Rate perpindahan massa (lb mol/jam)
KG= Koefisien perpindahan massa fase gas (lb mol/jam ft2 atm)
PAi= Tekanan partial uap air pada interfase (atm)
PAG= Tekanan partial uap air pada gas (atm)
dA = Luas permukaan perpindahan massa (ft2)
a = air
L2
V2
X2
Y2

L+dL v+dv
X+dx y+dy

dZ
B b = udara

L1 V1
X1 Y1

Gambar 2
Ditinjau dari dz, neraca massa total dan neraca massa komponen dapat dibuat dL=dV
D(L.V) = d (V.Y) = dNA
Dimana :
L = Laju alir air (ml/s)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 9


Wetted Wall Column ( WWC )

V = Laju alir udara (ml/s)


X = Fraksi mol air dalam fasa liquid
Y = Fraksi mol air dalam fase gas (uap air)
Karena x=1 maka :
dNA = dL = d(V.Y) = v. dy + y. dV
dL – y. dV = V. dy, dimana dL = dV
dL – y. dL = V. dy
dL(1-y)= V. dy

Persamaan (11) menjadi

Integrasi

Dianggap harga KG/F mendekati konstan. Dan hanya variabel yang tidak berkaitan
dengan y yaitu = yi. Harga yi dipengaruhi oleh temperatur interface yang berbeda-
beda pada tiap bagian kolom. Untuk diambil harga yi yang konstan. Jika beda
temperatur liquid yang tidak terlalu besar, yi dapat diambil sebagai harga rata-rata
pada saat masuk dan keluar disimpulkan sebagai yi. Diasumsikan pula pada kondisi
yang diseabutkan diatsa, perbedaan temperatur bulb dan temperatur interface dari
liquid kecil hingga digunakan temeperatur bulb liquid sebagai pengganti terperature
interface. Persamaan menjadi :

Jika harga yi’ dan y sangat kecil, maka harga (1-y) mendekati satu dan persamaan
menjadi :

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 10


Wetted Wall Column ( WWC )

Harga log mean didefiniskan sebagai :

Subsitusi persamaan (12) dan (13)

Dimana :
Kg : Koefisien perpindahan massa antara udara dan liquid (lbmol/jam ft2 atam)
P : Tekanan udara (atm)
V : Kecepatan linier (m/s)
A : Luas permukaan pipa gelas (m2)
y1 : Fraksi mol udara (kolom atas)
y2 : Fraksi mol udara (kolom bawah)
y’ : Fraksi mol uap di interface
Pada wet bulb temperatur , panas yang dikeluarkan udara sama dengan yang
diterima oleh air, panas yang dikeluarkan udara (panas sensible).
q = (hG + hR) A (t- tw)
Dimana :
hG : Koefisien perpindahan panas antara gas dan permukaan liquid (Btu/jam
ft2˚F)
hR : Koefisien perpindahan panas karena radiasi (Btu/jam ft20F)
t : Temperatur gas (0F)
tw : Temperatur wet bulb (0F)
Panas yang diterima oleh liquid,
q = MA.NA.λw
dimana :
MA : Berat molekul air (gr/mol)
λw : Panas latent air pada tw (Btu/lb)
Dengan anggapan bahwa tidak ada gradien suhu dalam liquid maka ti = tw.
Sehingga persamaan rate perpindahan massa dan air interface :
NA = KG. A (Pw – P)
Dari persamaan (10), (11), (12)
(hG+ hR) A (t -tw ) = MA. λw KG. . A (Pw-P)
Jika hR<<< dibandingkan hGmaka :
hG(t -tw ) = MA. λw KG. (Pw-P)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 11


Wetted Wall Column ( WWC )

Jika H= P. MA/ MBdan Hw = Pw. MA/ MB


Dimana H : Humidity ((lb air/lb udara kering)
MB : Berat molekul rata-rata udara (gr/mol)
Maka persamaan (13) menjadi
hG(t -tw ) = MA. λw KG. (Hw-H)

Dimana :
hG : Koefisien perpindahan panas antara gas dan permukaan liquid (Btu/jam
ft2˚F)
t : Temperatur gas (0F)
tW : Temperatur wet bulb (0F)
MA : Berat molekul air (gr/mol)
λw : Panas latent air pada tw (Btu/lb)
KG : Koefisien perpindahan massa antara udara dan liquid (lbmol/jam ft2 atm)

(Tim Dosen OTK II, 2018)

II.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Humiditas


1. Ketingian Tempat
Apabila semakin tinggi tempat maka tingkat kelembabannya juga tinggi karena
suhunya rendah dan sebaliknya semakin rendah tempat suhunya semakin tinggi
dan kelembabannya pun menjadi rendah.
2. Kerapatan Udara Kerapatan udara.
Ini juga berkaitan dengan suhu dimana apabila kerapatan udara pada
daerah tertentu rapat maka kelembabanya tinggi. Sedangkan apabila kerapatan udara
di suatu daerah renggang maka tinggkatkelembabannya juga rendah. Diketahui pula
antara kerapatan,suhu,dan ketinggian tempat juga saling berkaitan..
3. Tekanan Udara.
Mempengaruhi kelembaban udara dimana apabila takanan udara pada suatu
daerah tinggi maka
kelembabanya juga tinggi,hal ini disebabkan oleh kapasitas lapang udaranya yang
rendah.
4. Radiasi Matahari.
Dimana adanya radiasi matahari ini menyebabkan terjadinya penguapan air
di udara yang tingkatannya tinggi sehinggakelembaban udaranya semakin besar.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 12


Wetted Wall Column ( WWC )

5. Angin
Adanya angin ini memudahkan proses penguapan yang terjadi pada air
laut menguap ke udara. Besarnya tingkat kelembaban ini dapat berubah menjadi
air dan terjadi pembentukan awan.
6. Suhu
Apabila suhu suatu tempat tinggi maka kelembabanya rendah dan
sebaliknya apabila suhu rendah maka kelembaban tinggi. Dimana hal ini antara suhu
dan kelembaban ini juga berkaitan dengan ketinggian tempat.
7. Kerapatan Vegetasi
Jika tumbuhan tersebut kerapatannya semakin rapat maka kelembabannya
juga tinggi hal ini di sebabkan oleh adanya seresah yang menutupi pada
permukaan tanah sangat besar sehingga berpengaruh pada kelembabannya.Bahkan
sebaliknya apabila kerapatannya jarang maka tinggkat kelembabannya juga rendah
karena adanya seresah yang menutupi permukaan tanah ini sedikit.
(Khusnul, 2014)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 13


Wetted Wall Column ( WWC )

II.2 Sifat Bahan


1. Air
a. Sifat Fisika
1. Rumus Molekul : H2O
2. Massa Molar : 18,0153 g/mol
3. Densitas : 0,998 g/cm3
4. Titik Lebur : 0 ˚C ( 273,15 K )
5. Titik Didih : 100 ˚C ( 373,15 K )
6. Kalor Jenis : 4184 J/kg. K
7. Bentuk : Cair
8. Warna : Tidak berwarna
9. Rasa : Tidak berasa
b. Sifat Kimia
1. Air sering disebut pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.
2. Dalam bentuk ion air di deskripsikan sebagai ion (H+) yang berasosiasi
dengan (OH-).

(MSDS, 2013)

II.3 Hipotesa
Semakin besar laju alir udara dan laju alir air, maka semakin besar harga
koefisien perpindahan panas dan perpindahan massa. Semakin banyak air yang
berkontak dengan udara maka koefisien perpindahan panas dan massa semakin besar.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 14


Wetted Wall Column ( WWC )

II.4 Diagram Alir


Kalibrasi Udara Kailbrasi Air

Sambungkan air pada


Isi tangki penampung dan
kompresor dengan selang
biarkan overflow.
galon.

Nyalakan kompresor
hingga <30 psia, lalu
matikan.
Atur beda tekanan dan ukur
volume air.
Buka aliran kompresor.

Atur beda tekanan dan ukur


volume air.
Ulangi dengan beda
tekanan yang berbeda.
Ulangi dengan beda
tekanan yang berbeda.

Nyalakan kompresor dan


isi tangki penampung.

Atur beda tekanan pada


manometer udara dan air.

Amati suhu Tw1, Tw2,


Td1, dan Td2.

Ulangi pengontakan udara


dan air dengan beda
tekanan yang lain.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 15


Wetted Wall Column ( WWC )

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan Yang Digunakan


1. Air
2. Udara

III.2 Alat Yang Digunakan


1. Satu set peralatan Watted Wall Column
2. Thermometer
3. Stop watch
4. Gelas ukur
5. Beaker glass

III.3 Gambar Alat

Beaker glass Gelas ukur Stopwatch Thermometer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 16


Wetted Wall Column ( WWC )

III.4 Rangkaian Alat

B
Tw2
Tw2
Td2 d
2

V V
1 3
V
A
2

G
V
5

F
V
4

W
Tw1
1
Td1

V
E C
6

Gambar 3.1. : Rangkaian alat WWC

= Aliran air
-------- =Aliran gas
Keterangan gambar :
A = kolom WWC Tw1 = suhu air keluar
B = Tangki overflow Td1= suhu udara masuk
C = Tangki feed Tw2 = suhu air masuk
D = Pompa Td2= suhu udara keluar
E = Tangki ekspansi udara
F = Orifice udara

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 17


Wetted Wall Column ( WWC )

G = Orifice air
H = Kompresor
V = Valve
III.4 Prosedur Percobaan
A. Prosedur Kalibrasi Udara
1. Sambungkan air pada blower udara dengan selang pada galon yang berisi air.
2. Nyalakan kompresor hingga <30 psia, setelah itu matikan.
3. Kemudian buka kran pada kompresor hingga terdengar bunyi keluarnya udara.
4. Atur aliran udara pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran aliran
udara dan ukur volume air yang keluar dari galon.
5. Ulangi dengan variabel beda tekanan yang berbeda.
B. Prosedur Kalibrasi Air
1. Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan membuka kran yang ada di
bawah tangki ( dibuka sedikit ), lalu biarkan beberapa saat hingga terjadi overflow.
2. Selanjutnya atur aliran air pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran
aliran air yang menuju pipa gelas.
3. Ukur volume air yang keluar dari pipa gelas.Ulangi dengan variabel beda tekanan
yang berbeda.
C. Prosedur Percobaan Wetted Wall Column
1. Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan bukalah kran yang ada dibawah
tangki (dibuka sedikit), lalu biarkan sesaat hingga terjadi overflow pada konstan
head tank.
2. Selanjutnya atur aliran air pada suatu tekanan tertentu dan ukur laju alirnya. Aliran
tersebut harus dapat membentuk film air yang tipis dan merata pada setiap dinding
pipa gelas (tangki penampung air yang paling atas harus seringkali diisi dengan air
agar ketinggiannya selalu konstan).
3. Menjalankan blower untuk mengalirkan udara ke dalam pipa gelas, jika sudah
steady state atur laju air pada suatu harga dan catat.
4. Bila terjadi kondisi mantap, amati data dan tabelkan : laju alir alir, laju alir udara,
suhu air masuk atau keluar, suhu ruangan, tekanan barometer, diameter dan
panjang pipa dimana terjadi kontak udara dan air.
5. Bila keadaan memungkinkan, ulangi untuk variabel laju alir udara dan air.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 18


Wetted Wall Column ( WWC )

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan


IV.1.1 Tabel Kalibrasi Udara
Volume (cm3) Volume
∆H t (detik) rata-rata Q (cm3/det)
1 2 3 (cm3)
0,4 5 50 32 35 39 7,8
0,8 5 58 51 41 50 10
1,2 5 100 120 110 110 22
1,6 5 150 140 80 123,3333 24,6667
2 5 160 145 140 148,3333 29,6667

35.0

30.0
y = 14.6x + 1.3067
25.0
R² = 0.9443
Q (cm3/det)

20.0
Q air vs deltaH
15.0

10.0 Linear (Q air vs


deltaH)
5.0

0.0
0 1 2 3
∆H

Grafik 1. Hubungan antara Q udara dan ∆h


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa semakin
besar beda tinggi air raksa dalam manometer maka debit dari udara yang didapat juga
semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari grafik 1 yang menyatakan hubungan dari
kedua variabel tersebut.
IV.1.2 Tabel Kalibrasi air
Volume (cm3) Volume
∆H t (detik) rata-rata Q (cm3/det)
1 2 3 (cm3)
0,5 5 110 98 100 102,6667 20,5333
1 5 115 120 120 118,3333 23,6667
1,5 5 140 145 150 145 29
1,75 5 160 165 160 161,6667 32,3333
2 5 170 170 170 170 34

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 19


Wetted Wall Column ( WWC )

40.0000
35.0000
30.0000

Q (cm3/det)
25.0000 y = 9.4115x + 15.201
R² = 0.986
20.0000
Series1
15.0000
Linear (Series1)
10.0000
5.0000
0.0000
0 1 2 3
∆H

Grafik.2 Hubungan antara Q air dengan ∆h


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa semakin
besar beda tinggi air raksa dalam manometer maka debit dari udara yang didapat juga
semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari grafik 2 yang menyatakan hubungan dari
kedua variabel tersebut.

IV.1.3 Tabel Suhu Air dan Suhu Udara yang Masuk dan Keluar
H H Td1 (oC) Td rata- Td2 (oC) Td rata-rata
Udara air
1 2 3 rata (oC) 1 2 3 (oC)
(cm) (cm)
0,5 27 27 27 27 25 25 25 25
1 27 27 27 27 25 25 25 25
0,4 1,5 26,5 27 27 26,8333 25 26 25 25,3333333
1,75 26,5 27 27 26,8333 25,5 25 25,5 25,3333333
2 27 27 27 27 26 26 26 26
0,5 26,5 26 26,5 26,3333 25 25 25 25
1 27 27 27 27 25 25 25 25
1,2 1,5 27 27,5 27,5 27,3333 26 26 25 25,6666667
1,75 27 27 27 27 26 26,5 26 26,1666667
2 27 27 28 27,3333 26,5 26,5 26,5 26,5

H Tw1 Tw2
H air Td rata- Td rata-
Udara
(cm) 1 2 3 rata 1 2 3 rata
(cm)
0,5 28 29 29 28,6667 26 26 26 26
1 29 29 29 29 26,5 26,5 26 26,3333
0,4 1,5 28 29 29 28,6667 26,5 26 26 26,1667
1,75 29 29 29 29 26 26,5 26 26,1667
2 29,5 29 29 29,1667 26 26,5 27 26,5
0,5 28 28 28 28 26 26 26 26
1,2
1 28 28 28,5 28,1667 26 27 27 26,6667

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 20


Wetted Wall Column ( WWC )

1,5 29 29 29,5 29,1667 26,5 27 26,5 26,6667


1,75 29,5 29 29,5 29,3333 27 27 27 27
2 29,5 29,5 30 29,6667 27,5 27,5 27,5 27,5

IV.1.4 Tabel Hubungan Antara Laju Alir Hasil Kalibrasi


∆H Udara ∆H Air
Tw1 (oF) Tw2 (oF) Td1 (oF) Td2 (oF)
(cm) (cm)
0,5 83,6 78,8 80,6 77
1 84,2 79,4 80,6 77
0,4 1,5 83,6 79,1 80,3 77,6
1,75 84,2 79,1 80,3 77,6
2 84,5 79,7 80,6 78,8
0,5 82,4 78,8 79,4 77
1 82,7 80 80,6 77
1,2 1,5 84,5 80 81,2 78,2
1,75 84,8 80,6 80,6 79,1
2 85,4 81,5 81,2 79,7

IV.2 Tabel Hasil Perhitungan


Tabel 1. Pengaruh Kecepatan Fluida Terhadap Koefisien Perpindahan Massa
(kG) Dan Koefisien Perpindahan Panas (hG)
kG hG
Q Udara (ml/s) Q Air (ml/s)
(Lbmol/jam ft2 atm) (Btu/jam ft2 °F atm)
7,1467 19,9068 -0,221309 15,884462
7,1467 24,6125 -0,182002 11,780641
7,1467 29,3183 -0,094966 5,813953
7,1467 31,6711 -0,129444 9,142503
7,1467 34,0240 -0,110285 8,657319
18,8267 19,9068 -0,203441 12,212589
18,8267 24,6125 -0,112903 6,101527
18,8267 29,3183 -0,096777 5,049675
18,8267 31,6711 -0,084834 3,755105
18,8267 34,0240 -0,000118 0,000012

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 21


Wetted Wall Column ( WWC )

IV.3 Grafik dan Pembahasan


a. Untuk ∆h = 0,4 cm
0
-0.02 0 5 10 15 20 25 30
kG(Lbmol/jam ft2 atm) -0.04
-0.06
y = 0.0084x - 0.2699
-0.08 R² = 0.8085
-0.1
-0.12
-0.14
-0.16
-0.18
Q air (ml/s)

Grafik.3 Hubungan antara koefisien perpindahan massa Kg (lbmol/jam ft2 atm) dan
debit aliran air Q (ml/detik)
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar debit aliran air
pada kecepatan udara tetap, maka nilai koefisien perpindahan massanya terlihat
fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik di atas, garis mengalami kenaikan
kemudian penurunan untuk hubungan kG dan Q. Hal ini tidak sesuai dengan literatur
dikarenakan, semakin banyak air yang dikontakkan, maka nilai kG akan semakin
besar. Karena, hubungan antara laju aliran air dengan koefisien perpindahan massa
adalah berbanding terbalik.

12

10
hG (Btu/jam ft2 °F atm)

6
y = -0.5484x + 18.088
4 R² = 0.669

0
0 5 10 15 20 25 30
Q air (ml/s)

Grafik.4 Hubungan antara koefisien perpindahan massa hG (Btu/jam ft2 °F atm) dan
debit aliran air Q (ml/detik)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 22


Wetted Wall Column ( WWC )

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan laju alir air
pada kecepatan udara tetap, koefisien perpindahan panasnya semakin berkurang.
Karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka perbedaan suhunya
akan semakin kecil. Dikarenakan suhu air dan suhu udara lama-kelamaan akan
mendekati sama dan kemudian tidak terjadi perpindahan panas blagi karena tidak ada
perbedaan suhu.

b. Untuk ∆h = 1,2 cm
0
0 5 10 15 20 25 30
-0.02
kG(Lbmol/jam ft2 atm)

-0.04

-0.06

-0.08 y = 0.012x - 0.3081


R² = 0.879
-0.1

-0.12

-0.14

-0.16
Q air (ml/s)

Grafik.5 Hubungan antara koefisien perpindahan massa kG (lbmol/jam ft2atm) dan


debit aliran air Q (ml/detik)
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar debit aliran air
pada kecepatan udara tetap, maka nilai koefisien perpindahan massanya terlihat
fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik di atas, garis mengalami kenaikan
kemudian penurunan untuk hubungan kG dan Q. Hal ini tidak sesuai dengan literatur
dikarenakan, semakin banyak air yang dikontakkan, maka nilai kG akan semakin
besar. Karena, Hubungan antara laju aliran air dengan koefisien perpindahan massa
adalah berbanding terbalik.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 23


Wetted Wall Column ( WWC )

10
9

hG (Btu/jam ft2 °F atm)


8
7
6
5
4 y = -0.7527x + 18.703
R² = 0.9197
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30
Q air (ml/s)

Grafik.6 Hubungan antara koefisien perpindahan massa hG (Btu/jam ft2oFatm) dan


debit aliran air Q (ml/detik)
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan laju alir air
pada kecepatan udara tetap, koefisien perpindahan panasnya fluktuatif. Hal ini tidak
sesuai dengan literatur, karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka
perbedaan suhunya akan semakin kecil. Dikarenakan suhu air dan suhu udara lama-
kelamaan akan mendekati sama dan kemudian tidak terjadi perpindahan panas lagi
karena tidak ada perbedaan suhu.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 24


WETTED WALL COLUMN (WWC)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan

1. Pada kalibrasi udara dan air semakin besar beda ketinggian manometer maka
semakin besar pula debit nya namun terdapat penurunan debit pada salah satu beda
ketinggian manometer .
2. Semakin besar debit maka semakin kecil koefisien perpindahan massanya karena
semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka akan mendekati titik jenuh.
3. Semakin besar nilai Q maka semakin kecil koefisien peprindahan panas (hG)
karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka perbedaan suhunya
semakin kecil.
V.2 Saran

1. Lakukan pengamatan dan perhitungan dengan teliti agar diperoleh hasil yang
akurat.
2. Sebaiknya praktikan melakukan kalibrasi agar bisa menjadi tolak ukur nantinya
dengan data praktikum.
3. Pastikan air dalam galon terisi agar galon tidak pecah dikarenakan tekanan dari
kompresor.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 25


WETTED WALL COLUMN (WWC)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Sucitro. 2014. (http://rumahdukasi.blogspot.com/2014/02/absorpsi-weted-wall.


html). Diakses pada Rabu, 12 September 2018 pukul 20.00 WIB
Khusnul, Khotimah. 2014. “Humiditas Udara”. (http://khusnulbravo.blogspot.com/
2014/02/praktikum-itp.html). Diakses pada Sabtu, 12 September 2018 pukul
20.25 WIB.
McCabe W.L.. 1993. “Unit Operation of Chemical Engineering 7th ed”. Singapura:
Mc. Grow Hill Book Co.
MSDS. 2013. “Water”. (http://www.sciencelab.com/msds.php?msds.php?msdsId=99
27321). Diakses pada Rabu, 12 September 2018 pukul 20.25 WIB.
Nugraha. 2015. “Humidifikasi”. (https://partsofmymemory.wordpress.com/2015/05/
15/wetted-wall-column/) diakses pada Rabu, 12 September 2018 pukul 20.28
WIB.
Tim Dosen OTK II. 2018. “Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia II Wetted Wall
Column”. Surabaya : Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa
Timur.
Treybal, Robert.E., 1982, “Mass-Transfer Operation”. Inggris : Mc. Graw Hill Co.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 26


WETTED WALL COLUMN (WWC)

APPENDIX

1. Laju Alir
a. Untuk air
ΔH = x = 0,5 cm
Y = 9,411x+15,20
y = Q = 9,411(0,5) + 15,20
Q = 19,906 ml/sec

b. Untuk udara
ΔH = x = 0,4 cm
Q = y = 14,6 x + 1,306
Q = y = 14,6(0,4) + 1,306
Q = 7,146 ml/sec
2. Mengkonversi satuan
𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 = 13600 𝑘𝑔/𝑚3
Pada ΔH air = 0,5 cm = 0,005 m
P air = 100,035 mmhg
P udara = P air +760 = 100,035 mmHg +760 = 860,035
mmHg / 760 = 1,131 atm
M air = 18 lbm/lbmol
M udara = 29 lbm/lbmol
Panjang kolom = 100 cm * 0,394 = 39,4 ft
Diameter kolom = 5,3 cm * 0,394 = 2,0882 ft
𝐷 2,0882
𝐽𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = = = 1,0441 𝑓𝑡
2 2
𝐴 = 2𝜋𝑟𝛥𝐻 = 2𝑥3,14𝑥1,0441𝑥(0,3𝑥0,394) = 0,775 𝑓𝑡 2
3. Menghitung Humidity
Pada ΔH udara = 0,4 cm
H (kolom atas) = 0,026 lb air/lb udara
H (kolom bawah) = 0,024 lb air/lb udara
4. Menghitung fraksi mol udara dan air
Pada ΔH udara= 0,4 cm
H (kolom atas) = 0,026 lb air/lb udara
H (kolom bawah) = 0,024 lb air/lb udara
M air = 18 lbm/lbmol
M udara = 29 lbm/lbmol

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 27


WETTED WALL COLUMN (WWC)

𝐻 0,026
𝑀𝑎 18
𝑌1 = 1 𝐻 = 1 0,026 = 0,0402
+ 𝑀𝑎 +
𝑀𝑢 29 18
𝐻 0,026
𝑀𝑢 29
𝑌2 = 1 𝐻 = 1 0,22 = 0,014678
+ +
𝑀𝑎 𝑀𝑢 18 29

5. Menghitung fraksi mol interface (Tabel F.3 J.M Smith Edisi 5 hal 706)
Pada Td2 = 250C dan Tw2 = 26 0C
P udara = 3,166 Kpa = 0,459070 psi = 0,934379 inhg
P air = 3,564 Kpa = 0,516780 psi = 1,051841 inhg
𝑃 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎+𝑃 𝑎𝑖𝑟 0,934379 +1,051841
𝑃 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = =0,993110 𝑖𝑛𝐻𝑔
2 2

Yi’ = (0,993110* 25,4 mmHg/inHg) / 769,77 mmHg = 0,031659


6. Menghitung kG
𝑘𝐺.𝑃.𝐴 1 𝑌𝑖 ′ −𝑌1 1−𝑌2 1 0,0317−0,0261
= − 1−𝑌𝑖 ′ ln [(𝑌𝑖 ′ −𝑌2) + (1−𝑌1)] = − 1−0,0261 ln [(0,0317−0,0206) +
𝑉
1−0,0206
(1−0,0261)] = -0,70047

𝑄 ∗ 𝜌𝑎𝑖𝑟 ∗ 3600
𝑉=
454 ∗ 𝐵𝑀𝑎𝑖𝑟
19,9068 ∗ 0,998 ∗ 3600
𝑉=
454 ∗ 18
V = 8,5941 lbm/jam

𝑘𝐺.𝑃.𝐴 8,5941 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙


[ ]𝑣 −0,7004714 𝑥 0,221309 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙
𝑣 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐺 = = =−
𝑃 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 𝐴 50,017985 𝑎𝑡𝑚 𝑥 1,8388 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚
7. Menghitung Hg (Kern fig.12 hal 815)
Pada Td2 = 770F
λw = 1080Btu/l
Tw rata -rata = 81,20F
1080 𝐵𝑡𝑢 −0,221309 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙
29. 𝜆𝑤. 𝑘𝐺(𝐻𝑤 − 𝐻𝑑) 29 𝑥 𝑙𝑏𝑚
𝑥
𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚
𝑥 (0,0206 − 0,0261)
ℎ𝐺 = =
(𝑇𝑤 − 𝑇𝑑) (81,2 − 78,8)°𝐹
15,8845 𝐵𝑡𝑢
=
𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚 °𝐹

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 28

Anda mungkin juga menyukai