A
DENGAN HIPERTENSI PRIMER PADA PASIEN LANSIA
DI RT.02 KELURAHAN SEI LULUT KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR
DENGAN PEMBERIAN TERAPI KOMPLEMENTER AIR HANGAT
DISUSUN OLEH:
Noor Laila Sari
NIM 18NS265
Disusun Oleh :
Noor Laila Sari, S.Kep : 18.NS.265
Menyetujui,
Menyetujui,
A. Latar Belakang
Pada saat ini, penerapan teori kedalam praktik keperawatan keluarga
belum lengkap. Sehingga perlu didukung dengan teori-teori yang dapat
diaplikasikan dalam keluarga. Teori keluarga memilki gambaran yang lebih
lengkap dan memiliki kekuatan yang lebih dalam menjelaskan tentang perilaku
keluarga (teori ilmu sosial keluarga) dan intervensi keluarga (teori terapi
keluarga) namun perlu disesuaikan dengan perspektif keperawatan.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK
berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan
keluargapun banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai
keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan
modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi
kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam
keluarga (Setiawati, 2009).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, ayah dan anaknya, ibu dan anaknya (UU No.
10dalam APD Salvari, 2013). Kecerdasan dan kepekaan juga diperlukan untuk
menjalankan dan mengefektifkan delapan fungsi keluarga yaitu fungsi biologis,
fungsi psikologi, memberikan perhatian di antara keluarga, fungsi sosialisi dan
fungsi ekonomi. Menjalankan dan mengefektifkan delapan fungsi keluarga akan
memperjelas arah dan tujuan terbentuknya keluarga sejahtera yang berkualitas.
Karena delapan fungsi keluarga merupakan esensi berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Semakin jelas bahwa peran ibu dalam membentuk
keluarga sejahtera bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Peran dan tanggung
jawab tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peran dan tanggung
jawab bapak, keluarga, masyarakat dan pemerintah (Mubarak, 2011). Untuk itu
pentingnya peran keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit agar
dapat mencapai derajat kesehatan khususnya bagi lansia yang menderita
hipertensi disamping kemampuan dirinya yang kurang karena faktor usia.
Berdasarkan data World Health Organization (2016) hampir 1 milyar
orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi membunuh
hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap
tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di
Asia Timur-Selatan menderita hipertensi. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang
dewasa akan hidup dengan hipertensi. Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia
di Indonesia sebesar 45,9% untuk umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun
dan 63,8% umur >75 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
pengukuran tekanan darah pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8%.
Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%). (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Data
hipertensi pada lansia yang ada di wilayah RT. 01 dan RT. 02 yaitu (38,3%)
(Data Primer, 2018).
Pemberian terapi rendam kaki menggunakan air hangat dapat
dimanfaatkan sebagai tindakan kemandirian untuk menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi disamping pengobatan farmokologi. Terapi rendam
kaki ini dianjurkan untuk pasien hipertensi atau hipertensi ringan untuk
mencegah terjadinya hipertensi berat yang berakibatkan stroke. Terapi rendam
kaki menggunakan air hangat dengan suhu 38-40°C di atas mata kaki yang
dilakukan selama 25-30 menit selain dapat menurunkan tekanan darah,
meringankan nyeri sendi, menurunkan ketegangan otot, melebarkan pembuluh
darah, membunuh kuman, menghilangkan bau dan juga dapat meningkatkan
kualitas tidur untuk lansia (Harnani, 2017). Berdasarkan latar belakang diatas
perawat melakukan asuhan keperawatan keluarga yang dimana terdapat
anggota keluarga lansia yang menderita hipertensi dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang gaya hidup yang baik dan sehat. Selain itu dalam
asuhan keperawatan keluarga akan diajarkan terapi non farmakologi dengan
terapi komplementer air hangat yang dapat membantu untuk menstabilkan
tekanan darah bagi penderita hipertensi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. A
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga Tn. A
b. Mampu melakukan identifikasi masalah kesehatan pada keluarga Tn. A
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan keluarga pada keluarga Tn. A
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga pada keluarga Tn.
A
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada keluarga Tn. A
C. Manfaat
1. Bagi Instansi
a. Instansi Pendidikan
Pendidikan dapat lebih mempersiapkan mahasiswanya baik dari segi teori,
keterampilan, maupun mental dalam menghadapi pasien agar dapat
memberikan konstribusi yang maksimal bagi peningkatan status kesehatan
lain, khususnya pada pemberian asuhan keluarga dalam mengatasi
hipertensi.
b. Instansi kesehatan
Puskesmas Terminal dapat memberikan pelayanannya khususnya bagi
pasien yang memiliki kendala untuk datang kefasilitas kesehatan sehingga
Puskesmas Terminal dapat dikenal lebih unggul dalam segi pelayanan
kepada pasien.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti, serta mampu
mengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan keluarga khususnya pada
pasien hipertensi sesuai teori yang telah dipelajari di pendidikan
3. Bagi Masyarakat
Sebagai salah satu informasi tentang faktor dan tanda gejala terjadinya
penyakit hipertensi sehingga masyarakat lebih tahu tentang pencegahannya,
serta menjadi sumber acuan oleh keluarga dalam penanganan awal dan
mengidentifikasi gejaldini hipertensi yang disebabkan oleh beberapa faktor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional, serta individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman dalam Achjar, 2010). Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, ayah
dan anaknya, ibu dan anaknya (UU No. 10dalam APD Salvari, 2013).
2. Struktur Keluarga
Menurut Effendi (2009) struktur keluarga terbagi menjadi 3, antara lain:
No Struktur keluarga Penjelasan
5. Fungsi Keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang dapat
dijalankan fungsi keluarga adalah sebagai berikut : (Mubarak,2011;76).
No Fungsi keluarga Penjelasan
1. Fungsi biologis Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk
meneruskan kelangsungan keturunan, tetapi
juga memelihara dan membesarkan anak
dengan gizi yang seimbang, memelihara dan
merawat anggota keluarga juga bagian dari
fungsi biologis keluarga.
2. Fungsi psikologis Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya
antara lain untuk memberikan kasih sayang
dan rasa aman, memberikan perhatian
diantara anggota keluarga membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga
memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina
sosialisasi pada anak membentuk nilai dan
norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak.
Meneruskan nilai-nilai budaya
4. Fungsi ekonomi Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya
untuk mencari sumber-sumber penghasilan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan
yang akan datang, misalnya pendidikan anak-
anak dan jaminan hari tua .
5. Fungsi Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk
pendidikan menyekolahkan anak dalam rangka untuk
memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk prilaku anak,, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak
sesuai dengan tingkat perkembangannya
.
Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman, yaitu :
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota.
2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda.
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
Lima fungsi keluarga menurut Effendi (2009), antara lain:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta saling
menerima dan mendukung yang menjadi sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga.
b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di
lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi, adalah untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana, maka fungsi dapat terkontrol.
d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seperti sandang, pangan dan papan.
e. Fungsi perawatan keluarga, adalah kemampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
6. Tugas Keluarga
Menurut Suprajitno (2010), Sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan,
meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang
tua/ keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini termasuk
mengambil keputusan untuk mengobati sendiri.
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar.
Tetapi keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh
keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan
agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
keluarga
1. Tahap I : Keluarga Keluarga pemula merujuk pada pasangan
pemula menikah/tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah
membangun perkawinan yang saling
memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan
keluarga berencana.
8. Keluarga Mandiri
Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu
bagi diri sendiri. Secara singkat kemandirian mengandung pengertian suatu
keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
kebaikannya Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.
Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,
bertanggung jawab terhadap apa yang di lakukannya. Kemandirian
merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama
perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri
dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga individu pada
akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian
seseorang dapat berkembang dengan lebih mantap. Untuk dapat mandiri
seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan, dan dorongan dari
keluarga serta lingkungan di sekitarnya. Agar dapat mencapai otonomi atas
diri sendiri. Peran keluarga serta lingkungan di sekitar dapat memperkuat
untuk setiap perilaku yang di lakukan. Hal ini dinyatakan pula oleh Robert
havighurst bahwa : “Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana
seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan
keyakinan orang lain”. Dengan otonomi tersebut seorang anak diharapkan
akan lebih bertanggung-jawab terhadap dirinya sendiri.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
3. Intervensi
Friedman (2012) mengklasifikasikan intervensi keperawatan keluarga
ke dalam tiga jenis yaitu intervensi keperawatan suplemental, intervensi
keperawatan fasilitatif, dan intervensi keperawatan developmental. Ketiga
intervensi keperawatan tersebut memiliki makna yang berbeda. Intervensi
keperawatan suplemental adalah intervensi keperawatan yang dirancang
terkait dengan pemberian pelayanan secara langsung pada keluarga
sebagai sasaran. Intervensi keperawatan fasilitatif adalah intervensi
keperawatan yang terkait dengan rencana dalam membantu mengatasi
hambatan pada keluarga. Sedangkan intervensi keperawatan
developmental adalah intervensi keperawatan yang terkait dengan rencana
perawat membantu keluarga agar dapat menolong diri sendiri dengan
kekuatan dan sumber daya yang ada pada keluarga.
Komponen lain dalam intervensi ini adalah adanya tujuan. Tujuan
merupakan hasil yang diinginkan terkait dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Tujuan secara umum terbagi atas dua jenis yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menggambarkan hasil akhir
pencapaian dari suatu masalah yaitu terjadinya perubahan perilaku dan
kemandirian klien. Sedangkan tujuan khusus adalah menggambarkan
pencapaian hasil dari setiap kegiatan.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap dimana perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam kegiatan. Tujuannyaadalah untuk
melaksanakan intervensi keperawatan yang direncakan untuk membantu
klien mencapai tujuan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
antara lain: kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu, yang
sistematis, kemampuan memberikan health education, kemampuan
advokasi, dan kemampuan mengevaluasi.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan
berupa perbandingan yang sistematis dan terencana dari hasil-hasil yang
diamati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Apabila hasil evaluasi
menunjukkan ketercapaian tujuan dan kriteria hasil, maka klien keluar dari
siklus proses keperawatan. Namun apabila sebaliknya, maka klien masuk
kembali dalam siklus proses keperawatan mulai dari pengkajian ulang
(reasessment).
Evaluasi terbagi atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif fokusnya adalah pada aktifitas dan proses
keperawatan dan hasil dari tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini
dilakukan segera setelah perawat melaksanakan perencanaan
keperawatan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan.
BAB IV
PEMBAHASAN
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARAGA
(PENDEKATAN TEORI BETTY NEUMAN)
Keterangan
Hub dg KK
Pendidikan
Kesehatan
Pekerjaan
Imunisasi
Keadaan
Agama
Nama
No L/P Umur KB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lengkap
Tahun
3. Ny. M P 70 SD - Islam Sakit - - -
Mertua
Tahun
Kandung
Lengkap
Anak
Tahun
i. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ekstended Family atau keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misal: orangtua dalam keluarga ini terdiri dari ayah ibu dan sanak
saudara dengan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah ada 3
orang dalam satu rumah hanya ada satu kepala keluarga dan yang tinggal
satu rumah hanya ibu dari kepala keluarga saja.
j. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki meninggal
: Perempuan : Perempuan meninggal
---- : Tinggal serumah : Pasien
k. Sifat Keluarga
1. Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan Tn. A sebagai kepala keluarga yang
paling berperan namun Ny. K karena ia lebih sering berada dirumah dan
tahu kondisi keluarganya jadi ia juga banyak berperan dalam
pengambilan keputusan tetapi tetap ada musyawarah da nada
komunikasi dengan anggota keluarga lain yaitu karena lingkungan tempat
tinggal Ny. K memang masih dalam garis satu keluarga.
2. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a) Kebiasaan tidur/ istirahat
Tidur siang : Dalam keluarga Tn. A jarang untuk tidur siang karena
sibuk bekerja dank arena memang tidak terbiasa
Tidur Malam : keluarga Tn. A biasa tidur malam hari dari pukul 10
malam sampai 5 pagi sekitar 6-8 jam namun khusus pada Ny. M jika
nyeri kepalanya muncul maka istirahatnya terganggu dan tidak
nyenyak.
b) Kebiasaan rekreasi
Untuk rekreasi biasa keluarga berlibur kepantai seperti saat lebaran
namun Ny. M memilih untuk tinggal di rumah saja karena kondisi fisik
yang tidak mendukung. Karena Ny. M adalah yang paling tertua
dikeluarga jadi anggota keluarga lain yang datang untuk berkunjung.
Jika ada waktu luang untuk keluarga Tn. A akan jalan-jalan di tempat
wisata Kota Banjarmasin, untuk Ny. K biasa akan mengikuti kegiatan
senam di sanggar senam yang biasa ia kunjungi. Namun untuk Ny. M
ia lebih memilih untuk melakukan pekerjaan rumah seperti membantu
memasak agar otot dan sendinya tidak kaku.
c) Kebiasaan makan keluarga
Pola makan
1) Jenis makanan : Biasa keluarga Tn. A makan 3 kali sehari dan
disertai dengan makanan ringan dengan nasi, untuk lauk pauk
kadang ikan termasuk ikan asin atau ayam dan sayur.
2) Frekuensi : 3 kali sehari, namun pada Ny. M tidak teratur karena
jika mau makan saja.
3) Keseimbangan gizi : makanan yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan gizi masing-masing anggota namun mereka lebih
sering mengkonsumsi makaanan yang memiliki cita rasa yang
asin karena sudah menjadi kebiasaan dan hal itulah yang menjadi
alas an Ny. M saat diberi pertanyaan oleh perawat.
l. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan kelurga Tn. A + 3.000.000,- /bulan, untuk perekonomian
keluarga ditanggung oleh anak-anak Ny. M namun karena Ny. M tinggal
serumah dengan salah satu anaknya yaitu Ny. K dan suami maka
perekonomian lebih dominan ditanggung oleh mereka. Untuk dukungan
perekonomian juga dibantu anak-anak Ny. M yang tidak tinggal serumah
dengan Ny. M dan dari penghasilan tersebut digunakan untuk membeli
sembako, kesehatan, sekolah dan keperluan rumah tangga lainnya seperti
listrik dan air. Fungsi ekonomi keluarga Tn. A masuk kategori keluarga
sejahtera III dimana keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar namun tidak
memberikan yang teratur bagi masyarakat sekitar.
m. Suku (Kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
Suku budaya keluarga Tn. A banjar, bahasa yang biasa digunakan yaitu
bahasa banjar. Didalam keluarga Ny. M tidak memiliki kebiasaan pengaruh
budaya terhadap kesehatan, di daerah tempat Ny. M tinggal tidak ada
kebiasaan adat istiadat yang dianut.
n. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Agama/ keyakinan yang dianut Tn. M adalah islam. Tn. A dan kelurga biasa
menjalankan sholat 5 waktu dan dzikir yang dapat ia lakukan sendiri. Pada
Ny. M saat ini ia mengatakan tidak mampu untuk berjalan jauh sehingga ia
tidak lagi mengikuti kegiatan pengajian, dulu kegiatan keagamaan yaitu
yasinan setiap hari senin di Mushalla yang masih berjalan hingga saat ini.
Menurut Ny. M agama adalah keyakinan yang dianut setiap orang dan kaitan
agama untuk masalah kesehatan memang berhubungan tapi ia lebih percaya
dengan pengobatan medis.
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
“Keluarga dengan anak sekolah dan keluarga dengan usia lanjut”
1) Mampu membina hubungan komunikasi dengan keluarga, teman dan
kelompok sosial seperti dengan tetangga sekitar yang setiap sore
berkumpul dan berkomunikasi.
2) Keluarga memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat baik itu sekolah maupun biaya kesehatan
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Dalam keluarga Tn. A tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi karena pada anggota keluarga tahu terhadap peran masing-
masing.
c. Riwayat keluarga inti
Dalam tahap perkembangan keluarga Tn. A tidak ada yang mengalami
hambatan dan normal sesuai dengan usianya tidak ada kelainan fisik, kecuali
pada Ny. M yang memiliki postur tubuh bungkuk karena faktor usia.
d. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)
Istri : riwayat keluarga istri tidak ada kelainan atau normal berdasarkan
perkembangannya.
Suami ; riwayat keluarga istri tidak ada kelainan atau normal berdasarkan
perkembangannya.
C. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Tipe rumah permanen dengan papan kayu, jenis lantai papan, ukuran rumah
7 x 10 meter, di dalam rumah ada ruang tamu, 2 kamar, dapur, tempat
mencuci, WC dan kamar mandi.
b. Ventilasi dan penerangan
Terdapat jendela di ruang tamu dengan ukuran > 10 % dari luas lantai,
jendela tidak dibuka hanya gorden yang digeser setiap hari dan pintu yang
dibuka untuk cahaya masuk.
c. Persediaan air bersih
Untuk persediaan air dari PDAM yang ditampung dalam bak
d. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah biasa dikumpulkan dan dibuang oleh petugas
kebersihan.
e. Pembuangan air limbah
Untuk pembuangan air limbah seperti limbah pencucian pakaian dan cuci
piring biasa dibuang ke bawah rumah.
f. Jamban/ WC (tipe, jarak dari sumber air)
Jamban/ WC angsaterine sendiri yang ada didalam rumah sendiri, untuk
jarak sumber air <10 meter.
g. Denah rumah
K. Dapur
Mandi
U
WC
Kamar 2
T B
Kamar 1
J
S
Ruang Tamu
Pintu
Jendela
h. Lingkungan sekitar rumah
Kondisi lingkungan sekitar rumah baik, jarak dari rumah Tn. A dengan
tetangga +
i. Sarana komunikasi dan transportasi
Untuk informasi biasa via telepon, sarana trasnportasi yang digunakan
kendaraan motor roda 2.
j. Fasilitas hiburan (TV, radio dll)
Untuk hiburan keluarga biasa dari TV terkadang musik yang dimainkan oleh
salah satu tetangga
k. Fasilitas pelayanan kesehatan
Menurut keluarga Tn. A fasilitas kesehatan sangat membantu untuk
pengobatan pada keluarga yang sakit.
D. SOSIAL
a. Karakterisktik tetangga dan komunitas
Silaturahmi dan komunikasi dengan tetangga baik, untuk informasi biasa
melalui surat, pengumuman di mushalla, maupun via telepon. Kegiatan
komunitas yang biasa dilakukan adalah kegiatan keagamaan yaitu yasinan
setiap hari senin di RT. 01 dan hari selasa RT. 02.
b. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga mengatakan rumah yang ditinggali sudah lama sekitar kurang lebih
70 tahun dan tidak pernah berpindah-pindah karena di lingkungan tempat Tn.
A tinggal banyak keluarga lain tinggal yang masih memliki garis hubungan
keluarga atau sedarah.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Untuk perkumpulan keluarga atau tetangga biasa setiap sore hari, mereka
saling berkomunikasi untuk memperetat tali silaturahmi selain itu karena
lingkungan tempat Tn. A dan keluarga tinggal ada TK makan interaksi
dengan orang baru sering dilakukan dan membuat mereka menjadi akrab
satu sama lain.
d. Sistem pendukung keluarga
Pada sistem pendukung keluarga jika ada yang sakit maka keluarga terdekat
yang masih dalam lingkungan yang sama dan sehat akan datang untuk
membantu seperti pada saat Ny. M sakit, anak-anak Ny. M yang terdekat
tidak hanya membantu untuk merawat tapi juga membayar biaya
pengobatan. Selain itu tempat tinggal keluarga Tn. A dekat dengan
puskesmas jika ada yang sakit cepat mendapatkan pertolongan.
E. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi di dalam keluarga menggunakan bahasa banjar setiap sore dan
malam hari sebelum tidur keluarga Tn. A berkumpul untuk saling
berkomunikasi.
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam pengambilan keputusan Tn. A sebagai kepala keluarga yang paling
berperan namun Ny. K karena ia lebih sering berada dirumah dan tahu
kondisi keluarganya jadi ia juga banyak berperan dalam pengambilan
keputusan tetapi tetap ada musyawarah da nada komunikasi dengan
anggota keluarga lain yaitu karena lingkungan tempat tinggal Ny. K memang
masih dalam garis satu keluarga
c. Struktur peran (formal dan informal)
Struktur peran dalam mencari nafkah Tn. A yang lebih utama namun dibantu
oleh istri / Ny. K yang berdagang didepan rumah. Selain itu Ny. K meski
sebagai istri yang dinafkahi namun ia juga mengisi waktu luang dengan
berdagang disamping kewajibannya mengurus anak dan merawat ibunya
yaitu Ny. K yang sudah lansia.
d. Nilai dan norma keluarga
Di dalam keluarga nilai dan norma yang dianut adalah nilai kejujuran dan
rasa tanggung jawab, jika ada kesalahan maka harus dibicarakan dan
bertanggung jawab atas sesuatu yang sudah ditetapkan oleh keluarga.
F. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Kedekatan antar keluarga baik karena didalam keluarga selalu menjalin
komunikasi yang baik dan segala sesuatu selalu diputuskan bersama
sehingga tidak ada masalah hubungan antar keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Untuk fungsi sosialisasi kelurga selalu komunikasi yang baik antar tetangga
atau lingkungan sekitar, untuk anak Tn. A yaitu An. A diajarkan bagaimana
berkomunikasi dengan baik dengan orang yang lebih tua disamping
ditambah pembelajaran yang ada disekolah.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga sangat paham dengan penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang sakit. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka akan
diperiksa ke pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit. Jika ada anggota
keluarga yang sakit dengan cara memberikan kompres menyediakan
makanan yang enak dimakan oleh orang sakit dan membelikan obat.
d. Fungsi reproduksi
Dalam keluarga Tn. A ia masih merencanakan 1 anak yang saat ini berumur
11 tahun berjenis kelamin laki-laki. Untuk kebutuhan seksual meski tinggal
serumah dengan Ibu kandung Ny. K yaitu Ny.M tetapi untuk privacy mereka
tidak terganggu.
e. Fungsi ekonomi
Penghasilan keluarga Tn. A + 3.000.000,- dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga setiap harinya. Selain itu juga digunakan untuk mebiayai
An. A yang masih bersekolah. Fungsi ekonomi keluarga Tn. A masuk
kategori keluarga sejahtera III dimana keluarga dapat memenuhi kebutuhan
dasar namun tidak memberikan yang teratur bagi masyarakat sekitar.
G. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka panjang dan jangka pendek
1) Stressor jangka pendek
Biasa dalam keluarga memiliki perencanaan yang akan dilaksanakan
dalam waktu dekat seperti kegiatan yang sudah dilaksanakan setiap
minggunya.
2) Stressor jangka panjang
Dalam perencanaan jangka panjang dalam keluarga biasa memiliki
tabungan dengan menyisihkan penghasilan setiap bulannya untuk
keperluan sekolah dan kesehatan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Jika di dalam keluarga tiba-tiba ada yang sakit maka keluarga
menggunakan simpanan uang yang sudah disiapkan dan keluarga yang
lain akan dikabari dan memecahkan solusi secara bersama-sama.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan dalam keluarga adalah ketika ada
masalah yang terjadi maka keluarga akan mengadakan musyawarah
dengan anggota keluarga yang lain untuk mengambil keputusan
bersama.
d. Strategi adaptasi fungsional
Jika ada masalah dalam keluarga akan dibicarakan secara kekeluargaan
tanpa melakukan kekerasan atau ancaman yang dapat merusak.
I. HARAPAN KELUARGA
Harapan keluarga terhadap kesehatan adalah mampu mendapatkan kesehatan
baik jasmasi dan rohani dan jika ada anggota keluarga yang sakit dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat agar dapat sembuh dengan
maksimal.
J. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
1. Ancaman
Tn. A dan Ny. K memiliki riwayat pendidikan SMA yang setidaknya tahu
bagaimana cara hidup sehat selain itu, rumah keluarga Tn. A yang tidak
jauh dari pusat pelayanan kesehatan harusnya mudah untu rutin
memeriksakan kesehatan di pelayanan kesehatan. Ny. M yang menderita
hipertensi sejak + 15 tahun dan memiliki riwayat penyakit jantung
harusnya tetap harus dikontrol kesehatannya meskipun tidak separah
yang dulu, karena bisa berisiko jatuh saat tanda gejala muncul bahkan
yang paling fatal adalah terjadinya stroke.
3. Defisit
Ny. M kadang merasa sakit diarea tengkuk karena gejala yang
ditimbulkan oleh penyakitnya yaitu hipertensi. Keluarga sudah tahu
dengan penyakit Ny. M tetapi menghentikan terapi dan konsultasi dengan
tenaga kesehatan dan kebiasaan Ny. M makan makanan yang asin di
anggap wajar dan bisa ditoleransi meskipun hanya sedikit.
Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga
No Kriteria Pengkajian
DS : Ketidakefektifan
Ny. M mengatakan memiliki manajemen
riwayat penyakit jantung kesehatan di
Keluarga Ny. M keluarga
mengatakan saat ini Ny. M
tidak mengkonsumsi obat-
obatan untuk mengatasi
penyakitnya karena merasa
tidak pernah kambuh
separah yang dulu
Ny. K mengatakan jika Ny.
M merasa sakit atau
kambuh maka akan
dibelikan obat yang dibeli di
1. apotek
Ny. M mengatakan tidak
makan 3 kali dalam sehari
namun hanya makan jika
mau saja, dan untuk lauk
pasti selalu meminta
makanan yang asin meski
hanya sedikit.
DO :
1. Sifat Masalah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
Tinggi 3
2
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Diagnosis TTD/
Tgl/ No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
13/ 11- Ketidakefektifan (16.30 WITA) S:
2018 manajemen 1. Manganjurkan Ny. K (16.40 WITA)
kesehatan di untuk membantu - Ny. M mengatakan saat ini ia tidak bisa
keluarga mengawasi pola makan istirahat dikarenakan sakit dikepala dan
Ny. M tengkuk yang sangat mengganggu
(16.33 WITA) (17.05 WITA)
2. Memberikan pendidikan - Ny. M mengatakan setelah diberi terapi
kesehatan mengenai rendam air hangat ia merasa lebih nyaman
penyakit hipertensi dan dari sebelumnya
mengajarkan terapi - Ny. K atau anak dari Ny. M mengatakan
komplementer terapi air memahami dengan penjelasan yang diberikan
hangat pada Ny. M O:
3. Mendukung Ny. K dalam (16.40 WITA)
kemampuan merawat - Ny. M dilakukan pengkajian kondisi umum
Ny. M dan tampak keadaan umum baik
- TD sebelum dilakukan perlakuan 150/100
mmHg
(17.15 WITA)
- Setelah dilakukan perlakuan terapi rendam air
hangat pasien tampak lebih nyaman
- TD setelah dilakukan perlakuan 130/100
mmHg
A:
Ketidakefektifan manajemen kesehatan di
keluarga teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Manajemen nutrisi yang tepat untuk pasien
2. Beri pendidikan kesehatan mengenai proses
penyakit
3. Jelaskan keluarga untuk dapat mengunjungi
fasilitas kesehatan untuk pengobatan
APD Salvari, G , 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM.
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
.
Friedman.2012.Keperawatan keluarga.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hernani, Yessy. Axmalia, Astri. 2017. Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air
Hangat Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia. Jurnal
Kesehatan Komunitas. Vol. 2 (3)