Anda di halaman 1dari 21

Definisi Cerebral Palsy

Menurut Hidayat (2010), Kata cerebral itu sendiri adalah

otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan atau lemahnya

pengendalian otot dalam setiap pergerakan dan bahkan tidak

terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem

motorik dan menyebabkan anak mempunyai koordinasi yang

buruk pada gerak tubuh, keseimbangan yang buruk, pola-

pola gerakan yang abnormal.

CP merupakan sebutan medis pada diagnosa anak yang

disebabkan kerusakan otak yang mempengaruhi gerakan tubuh,

kontrol otot, koordinasi otot, dan keseimbangan tubuh. Hal ini

juga dapat mempengaruhi motorik halus, motorik kasar dan

fungsi motorik oral (Komunitas Cerebral Palsy, 2011). CP

merupakan sekelompok gangguan permanen perkembangan

gerakan dan postur tubuh serta menyebabkan keterbatasan

aktivitas yang sering dikaitkan dengan gangguan pada otak

janin atau bayi yang sedang berkembang (Campbell, 2012).

Etiologi Cerebral Palsy

Suatu definisi mengatakan bahwa penyebab Cerebral Palsy


berbeda–beda tergantung pada suatu klasifikasi yang luas yang
meliputi antara lain : terminologi tentang anak–anak yang secara
neurologik sakit sejak dilahirkan, anak–anak yang dilahirkan
kurang bulan dengan berat badan lahir rendah dan anak-anak yang
berat badan lahirnya sangat rendah, yang berisiko Cerebral Palsy
dan terminologi tentang anak–anak yang dilahirkan dalam keadaan
sehat dan mereka yang berisiko mengalami Cerebral Palsy setelah
masa kanak–kanak. (Swaiman, 1998). Cerebral Palsydapat
disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya. Apabila
ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini dalam
suatu keluarga, maka kemungkinan besar disebabkan faktor
genetik. (Soetjiningsih, 1995) Waktu terjadinya kerusakan otak
secara garis besar dapat dibagi pada masa pranatal, perinatal dan
postnatal.

1. Pranatal
a. Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor
genetik, kelainan kromosom (Soetjiningsih, 1995).
b. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun
(Nelson, 1994).
c. Usia ayah < 20 tahun (Cummins, 1993) dan > 40 tahun
(Fletcher, 1993).
d. Infeksi intrauterin : TORCH dan sifilis.
e. Radiasi sewaktu masih dalam kandungan.
f. Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta, plasenta previa,
anoksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan
plasenta, ibu hipertensi, dan lain – lain).
g. Keracunan kehamilan, kontaminasi air raksa pada
makanan, rokok dan alkohol.
h. Induksi konsepsi. (Soetjiningsih, 1994).
i. Riwayat obstetrik (riwayat keguguran, riwayat lahir mati,
riwayat melahirkan anak dengan berat badan < 2000 gram
atau lahir dengan kelainan morotik, retardasi mental atau
sensory deficit). (Boosara,2004).
j. Toksemia gravidarum.

Dalam buku–buku masih dipakai istilah toksemia


gravidarum untuk kumpulan gejala–gejala dalam kehamilan
yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria dan
Edema), yang kadang–kadang bila keadaan lebih parah diikuti
oleh KK (kejang–kejang/konvulsi dan koma). (Rustam, 1998)
Patogenetik hubungan antara toksemia pada kehamilan
dengan kejadian CP masih belum jelas. Namun, hal ini
mungkin terjadi karena toksemia menyebabkan kerusakan
otak pada janin. (Gilroy, 1979).

a. Inkompatibilitas Rh.
b. Disseminated Intravascular Coagulation oleh karena
kematian pranatal pada salah satu bayi kembar
(Soetjiningsih, 1994).
c. Maternal thyroid disorder.
d. Siklus menstruasi yang panjang.
e. Maternal mental retardation.
f. Maternal seizure disorder (Boosara, 2004).

2. Perinatal
a. Anoksia / hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal
ialah brain injury. Keadaan inilah yang menyebabkan
terjadinya anoksia. Hal initerdapat pada keadaan
presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo–servik,
partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta,
partusmenggunakan instrumen tertentu dan lahir dengan
seksio caesar.(Anonim. 2002).

b. Perdarahan otak akibat trauma lahir


Perdarahan dan anoksi dapat terjadi bersama–sama,
sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan
yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat
pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan
menyebabkan penyumbatan CSS sehingga menyebabkan
hidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat
menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan
spastis. (Anonim, 2002)

1. Prematuritas
2. Berat badan lahir rendah
3. Postmaturitas
4. Primipara
5. Antenatal care
6. Hiperbilirubinemia
Bentuk Cerebral Palsy yang sering terjadi adalah
athetosis, hal ini disebabkan karena frekuensi yang tinggi
pada anak–anak yang lahir dengan mengalami
hiperbilirubinemia tanpa mendapatkan terapi yang
diperlukan untuk mencegah peningkatan konsentrasi
unconjugatedbilirubin. Gejala–gejala kernikterus yang
terdapat pada bayi yang mengalami jaundice biasanya
tampak setelah hari kedua dan ketiga kelahiran. Anak
menjadi lesu dan tidak dapat menyusu dengan baik.
Kadangkala juga terjadi demam dan tangisan menjadi
lemah. Sulitmendapatkan Reflek Moro dan tendon pada
mereka, dan gerakan otot secara umum menjadi
berkurang. Setelah beberapa minggu, tonus meningkat
dan anak tampak mengekstensikan punggung dengan
opisthotonus dan diikuti dengan ekstensi ektremitas.
(Swaiman, 1998).

1. Status gizi ibu saat hamil


2. Bayi kembar (Soetjiningsih, 1995)
3. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak yang kekal akibat
masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada
kelainan inkompatibilitas golongan darah.
(Soetjiningsih, 1995).
4. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila
terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan
mengakibatkan gejala sisa berupa CP.
(Soetjiningsih, 1995).

5. Kelahiran sungsang
6. Partus lama
Partus lama yaitu persalinan kala I lebih dari
12 jam dan kala II lebih dari 1 jam. Pada
primigravida biasanya kala I sekitar 13 jam dan kala
II sekitar 1,5 jam. Sedangkan pada multigravida,
kala I : 7 jam dan kala II : 1/5 jam. Persalinan yang
sukar dan lama meningkatkan risiko terjadinya
cedera mekanik dan hipoksia janin. (Wiknjosastro,
2002).

7. Partus dengan induksi / alat


8. Polyhidramnion (Boosara, 2004)
9. Perdarahan pada trimester ketiga
3. Postnatal

a. Anoksia otak : tenggelam, tercekik, post status epilepticus.


b. Trauma kepala : hematom subdural.
c. Infeksi : meningitis / ensefalitis yang terjadi 6 bulan
pertama kehidupan (Anonim,2002), septicaemia, influenza,
measles dan pneumonia. (Eve, et al., 1982)
d. Luka parut pada otak pasca operasi (Anonim, 2002)
e. Racun : logam berat, CO (Soetjiningsih, 1995)
Malnutrisi

Klasifikasi Cerebral Palsy (CP)


Otak memiliki 3 bagian berbeda yang bekerjasama

menjalankan dan mengontrol kerja otot yang berpengaruh

terhadap pergerakan serta postur tubuh. Jika terjadi

kerusakan pada bagian otak itulah yang membuat seseorang

menderita CP (Parkers dkk, 2005). United Cerebral Palsy

Association merumuskan CP sebagai suatu kumpulan

keadaan pada masa kanak-kanak, yang ditandai dengan

kelemahan, kelumpuhan, dan tidak adanya koordinasi pada

fungsi motorik yang disebabkan gangguan dibagian pusat

kontrol motorik di otak. Bagian-bagian otak tersebut adalah

sebagai berikut :

Cerebral Palsy (CP) Tipe Spastic

Tipe spastic adalah yang paling umum dari kasus CP.

Pengaruhnya sangat bervariasi ada yang ringan yaitu

pengaruh terhadap beberapa gerakan, sedangkan penyebab

yang lebih parah dapat menyebabkan pengaruh bagi seluruh

tubuh. Spastic berarti kekakuan otot-otot. Otot-otot ini

menjadi kaku karena pesan pada otot disampaikan secara

tidak benar oleh bagian otak yang rusak (Mohammad, 2006).

Pada orang normal ketika akan melakukan suatu gerakan,

maka terjadi kesepakatan dari dua kelompok otot, yaitu

ketika satu kelompok melakukan suatu gerakan maka

kelompok otot yang lain akan melakukan pengenduran.


Namun pada penderita CP tipe spastic, kedua kelompok otot

ini melakukan secara bersama-sama sehingga membuat

gerakan menjadi sulit (Maimunah, 2013).

Menurut Farhana (2013) CP spastic terbagi menjadi

beberapa tipe yaitu:

1. Monoplegic

Hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastic,

umumnya hal ini terjadi pada salah satu lengan atau

ekstremitas atas. CP monoplegi adalah kelainan dimana otak

mengalami kerusakan dan gangguan neuronal sehingga

mengakibatkan gangguan perkembangan gerak sehingga

menyebabkan terbatasnya aktivitas karena gangguan

nonprogresif yang terjadi pada otak janin atau bayi yang

sedang berkembang yang hanya mempengaruhi satu

ekstremitas saja.

2. Diplegic

Spastic diplegic pada umumnya terjadi pada bagian

ekstremitas atas atau bawah. Spastic pada kedua tangan

kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri.

3. Hemiplegic

Spastic yang biasanya menyerang ekstremitas atas

dan ektremitas bawah. Menyerang lengan dan kaki pada


salah satu sisi tubuh namun lebih parah pada ekstremitas

atas.

4. Triplegic

Spastic pada triplegic menyerang tiga buah

ekstremitas, umumnya menyerang lengan pada kedua sisi

tubuh dan salah satu kaki.

5. Quadriplegic

Spastic yang menyerang ekstremitas atas, ekstremitas

bawah dan disertai keterbatasan atau kelemahan pada

tungkai.

Cerebral Palsy Tipe Athetoid

Tipe athetoid adalah yaitu kondisi yang menunjukkan

sulitnya kaki untuk berjalan, gerakan menggeliat-geliat

dan sempoyongan sehingga sulit untuk mengontrol

gerakannya. Letak kelainan pada CP athetoid terdapat

pada basal ganglion. CP jenis ini menunjukan kekakuan

pada tubuhnya, tetapi terdapat gerakan-gerakan yang

tidak terkontrol yang terjadi sewaktu-waktu. Gerakan ini

tidak dapat dikontrol, sehingga cenderung mengganggu

aktivitas (Efendi, 2009).

Cerebral Palsy Tipe Ataxia

Kondisi ataxia tidak begitu umum dibandingkan dengan

spastic dan athetoid. Kondisi ini disebabkan oleh luka pada


bagian otak kecil yang terletak dibagian belakang kepala

atau yang biasa disebut cerebellum yang memiliki fungsi

mengontrol koordinasi dan keseimbangan pada kerja otot.

Anak yang termasuk dalam CP ataxia memiliki ciri

keseimbangan terganggu, pergerakan mengulang, refleks

hipoaktif, terjadinya nistagmus yaitu gerakan ritmik pada

mata yang tidak terkontrol sering menyebabkan penurunan

ketajaman visual, gerakan involunter, terutama pada inisiasi

penghentian gerak, atau berjalan tidak secara garis lurus,

tremor terminal, dan melampaui tungkai (Maimunah, 2013).

Ketika anak berbicara bisa artikulasi tidak jelas, dengan

pengontrolan napas yang tidak teratur, sulit menelan, dan

mudah tersedak (Farhana, 2013).

Cerebral Palsy Tipe Campuran

CP tipe ini memiliki kombinasi karakteristik misalnya

campuran antara CP spastic, athetoid dan ataxia.

Kecacatan dipengaruhi letak kerusakan yang terjadi pada

otak. Letak kerusakan jenis ini di berada pada daerah


pyramidal dan extrapyramidal. Bila kerusakan terjadi pada

bagian pyramidal, kelainan yang akan muncul berbentuk

spastic. Apabila terjadi di bagian extrapyramidal maka

kelainan yang akan muncul berbentuk athetoid. Kondisi ini

ditandai dengan jangka waktu yang lama di mana otot-otot

ekstremitas atau batang tubuh tetap kaku, menolak setiap

upaya untuk memindahkan mereka (Farhana, 2013).

Patofisiologi Cerebral Palsy

Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi,


hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan
narrowergyiri, suluran suci dan berat otak rendah. Cerebral
palsy digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur
tubuh yang disebabkan oleh cacad non progresive atau luka
otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi cerebral palsy
dapat diakibatkan dengan suatu dasar kelainan (struktural
otak: awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau luka-
luka/kerugian setelah melahirkan dalam kaitan dengan ketidak
cukupan vaskuler, toksin atau infeksi). Dalam beberapa kasus
manifestasi atau etiologi dapat berhubungan dengan daerah
anatomi. Misal cerebral palsy yang berhubungan dengan
kelahiran prematur yang disebabkan oleh infark hipoksia atau
perdarahan dengan leukomalasia didaerah yang berdekatan
dengan ventrikel lateral dalam antetoid jenis cerebral palsy
yang disebabkan oleh kenikterus dan kelainan genetik
metabolisme seperti gangguan mitokondria. Hemiplegia
cerebral palsy sering dikaitkan dengan serangan sereberal
vokal sekunder ke intra uterin atau trombo emboli perinatal
biasanya akibat trombosis ibu atau gangguan pembekuan
herediter (Wilson 2007)
Manifestasi Klinis Cerebral Palsy
Gejala Cerebral Palsy tampak sebagai spektrum yang
menggambarkan variasi beratnya penyakit. Seseorang dengan
Cerebral Palsy dapat menampakan gejala kesulitan dalam hal
motorik halus, misalnya menulis atau menggunakan gunting,
masalah keseimbangan dan berjalan, atau mengenai gerakan
involunter, misalnya tidak dapat mengontrol gerakan menulis
atau selalu mengeluarkan air liur. Berikut gejala-gejala lain
dari cerebral palsy :

1. Gangguan pada otot yaitu kaku / terlalu lemah.


2. Kurangnya koordinasi otot(ataksia)
3. Getaran atau gerakan tidak sadar
4. Gerakan lambat
5. Lebih menyukai menggunakan sisi tubuh
seperti menyeret kakinya saat merangkak
6. Kesulitan berjalan seperti berjalan kaki atau
gaya berjalan jongkok
7. Kesulitan menelan atau kesulitan menghisap
makanan
8. Penundaan dalam perkembangan bicara atau
kesulitan bicara.

Gejala dapat berbeda pada setiap pemderita, dan


dapat berubah pada seorang penderita. Sebagian Cerebral
Palsy sering juga menderita penyakit lain, termasuk kejang
atau gangguan mental.

Penderita Cerebral Palsy derajat berat akan


mengakibatkan tidak dapat berjalan dan membutuhkan
perawatan intensif dalam jangka panjang, sedangkan Cerebral
Palsy derajat ringan mungkin hanya sedikit canggung dalam
gerakan dan membutuhkan bantuan yang tidak khusus.
Cerebral Palsy bukan penyakit menular atau bersifat herediter.
Hingga saat ini, Cerebral Palsy tidak dapat dipulihkan, walau
penelitian ilmiah berlanjut untuk menemukan terapi yang
lebih baik dan metode pencegahan.

Komplikasi Cerebral Palsy


a. Kontraktur yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk
karena otot memendek.
b. Skoliosis yaitu tulang belakang melengkung ke samping
disebabkan karena kelumpuhan hemiplegia.
c. Dekubitus yaitu adanya suatu luka yang menjadi borok akibat
mengalami kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus selalu
berbaring di tempat tidur.
d. Deformitas (perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur.
e. Gangguan mental. Anak Cerebral Palsy tidak semua tergangu
kecerdasannya, mereka ada yang memiliki kadar kecerdasan
pada taraf rata-rata, bahkan ada yang berada di atas rata-rata.
Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang bersangkutan
diperlakukan secara tidak wajar.

Pemeriksaan Diagnostik Cerbral Palsy


a. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah
diagnosis
cerebral palsy ditegakkan.
b. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada
cerebral palsy CSS normal.
c. Pemeriksaan EEG dilakukan pada pasien kejang atau pada
golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun tidak.
d. Foto rontgent kepala.
e. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat
pendidikan yang dibutuhkan.
f. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain
dari retardasi mental.
Penatalaksanaan Cerebral Plasy
a. Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada
keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu
tim antara dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata,
dokter THT,ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupational
therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua
pasien.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif.
Orang tua turut membantu program latihan dirumah. Untuk
mencegah kontraktur perlu dipehatikan posisi pasien pada
waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan
untuk sementara tinggal dipusat latihan. Fisioterapi ini
dilakukan sepanjang pasien hidup.
c. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas,
dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon, atau
tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan
stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan
koreotetosis yang berlebihan.
d. Obat-obatan
Tidak ada obat untuk cerebral palsy tetapi pelatihan otot awal
dan latihan khusus dapat bermanfaat dimulai sebelum anak
mengembangkan kebisaan yang salah dan pola otot yang
salah. Pencegahan komplikasi dan membantu individu untk
menjalankan kehidupan sepenuhnya, hanya dibatasi oleh ggn
otot dan ggn sensori (Wilson 2007 ).
e. Keperawatan
Masalah bergantung dari kerusakan otak yang terjadi.
Pada umumnya dijumpai adanya gangguan pergerakan sampai
retardasi mental, dan seberapa besarnya gangguan yang
terjadi bergantung pada berat ringannya asfiksia yang terjadi
pada otak. Dewasa ini gangguan dari pertumbuhan atau
perkembangan janin dirumah-rumah bersalin yang telah maju
sudah dapat dideteksi sejak dini bila kehamilan dianggap
berisiko. Juga ramalan mengenai ramalan bayi dapat diduga
bila mengetahui keadaan pada saat perinatal (lihat penyebab).
Selain itu setelah diketahui dari patologi anatomi palsy
cerebal bahwa gejala dini ini dapat terlihat pada bulan-bulan
pertama setelah lahir, sebenarnya beratnya gejala sisa
mungkin dapat dikurangin jika dilakukan tindakan lebih dini.
Disinilah peranan perawat dapat ikut mencegah kelainan
tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah:
a. Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi baru lahir yang
berisiko (baca status bayi secera cermat mengenai
riwayat kehamilan/kelahirannya). Jika dijumpai adanya
kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus
segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan
penanganan semestinya.
b. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi
gangguan pada otak walaupun selama diruang
perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan pada
orang tua atau ibunya jika melihat sikap bayi yang tidak
normal supaya segera dibawa konsultasi kedokter.
Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk menelan makanan
(00002)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk bergerak (00092)
3. Resiko trauma berhubungan dengan penurunan
koordinasi otot (ataksia) (00038)
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan diseksi arteri (00201)
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan perawatan di rumah (00126)
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
gangguan sistem saraf pusat (00051)
Intervensi
1. Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menelan makanan (00002)

NOC
Domain : II- physiologic Health
Classes : K. Digestion & Nutrition
Outcomes : 1008 Nutritional status : food and fluid intake

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nutrisi


kurang teratasi dengan :
1. Asupan cairan IV
2. Asupan nutrisi parenteral

NIC
Domain : 1. Physiological: Basic
Classes : D. Nutrition Support
Interventions : 1030 Eating Disorders Management

Intervensi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
2. Monitor adanya penurunan berat badan dan gula darah
3. Monitor lingkungan selama makan
4. Monitor intake dan output cairan
5. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan
6. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papila lidah dan cavitas
oral
2. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk bergerak (00092)

NOC
Domain : IV- Health Knowledge & Behaviour
Classes : Q – Health Behavior
Outcomes : 1616Body Mechanics Performance

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pasien


bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :
1. Pasien mampu berdiri dengan benar
2. Pasien mampu menggunakan teknik mengangkat yang benar
3. Pasien mampu menjaga kekuatan otot
4. Pasien mampu mempertahankan fleksibilitas sendi
5. Pasien mampu menggunakan mekanika tubuh yang tepat

NIC
Domain : 3. Behavioral
Classes : O. Behaviour Therapy
Interventions : 4310 Activity Therapy
Intervensi :
1. Tentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan
tertentu
2. Berkolaborasi dengan okupasi terapis, fisik, atau rekreasi dalam
perencanaan dan monitoring program kegiatan
3. Membantu pasien untuk memilih kegiatan dan tujuan prestasi
bagi kegiatan sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis, dan
sosial
4. Membantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi cacat di
tingkat aktivitas
5. Mendorong keterlibatan dalam kegiatan kelompok atau terapi
6. Memberikan aktivitas motorik untuk meredakan ketegangan otot
7. Membantu pasien dan keluarga untuk memantau kemajuan
sendiri terhadap pencapaian tujuan

3. Diagnosa : Resiko trauma berhubungan dengan penurunan


koordinasi otot (ataksia) (00038)

NOC
Domain : IV- Health Knowledge & Behaviour
Classes : Q – Health Behavior
Outcomes : 1616 Body Mechanics Performance
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien
tidak mengalami trauma dengan kriteria hasil:
1. Tidak ditemukan adanya keseleo
2. Tidak adanya mobilitas gangguan pada otot
3. Pasien terbebas dari trauma fisik

NIC
Domain : 4. Safety
Classes : V. Risk management
Interventions : 6486 Environmental Management : Safety

Intervensi :
1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu.
2. Menghindari lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
3. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
4. Menempatkan tempat tidur yang nyaman dan bersih
5. Memindahkan barang – barang yang dapat membahayakan
6. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit

4. Diagnosa : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak


berhubungan dengan diseksi arteri (00201)

NOC
Domain : II- Physiologic Health
Classes : E – Cardiopulmonary
Outcomes : 0406 Tissue Perfusion: Cerebral

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan selama 2x24 jam ketidakefektifan perfusi


jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil:
1. Tekanan intrakranial dalam batas normal
2. Ditemukan Angiogram serebral dalam batas normal
3. Tidak ditemukan penurunan kesadaran
4. Tekanan sistol dan diastol dalam rentang yang diharapkan
5. Menunjukkan konsentrasi dan orientasi
6. Bebas dari aktivitas kejang
7. Tidak mengalami nyeri kepala

NIC
Domain : 4. Safety
Classes : V. Risk Management
Interventions : 6680 Vital Signs Monitoring
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
2. Pantau tekanan darah setelah pasien telah mengambil obat
3. Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasan sebelum, selama dan
setelah aktivitas
4. Memantau warna kulit, suhu, dan kelembaban
5. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala
6. Monitor level kebingungan dan orientasi
7. Monitor tonus otot pergerakan
8. Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis
9. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus

5. Diagnosa : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan perawatan di rumah (00126).

NOC
Domain : IV- Health Knowledge & Behavior
Classes : S. Health Knowledge
Outcomes : 1803 Knowledge: Disease Process

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam pasien


menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang karakteristik
penyakit tersebut
2. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyebab dan
faktor yang berisiko
3. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang efek fisiologis
penyakit
4. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali strategi untuk
meminimalkan perkembangan penyakit
5. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar

NIC
Domain : 3. Behavioral
Classes : S. Patient Education
Interventions : 5510 Health Education

Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaiman hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat
4. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang
tepat
5. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
6. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

6. Diagnosa : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan


gangguan sistem saraf pusat (00051)

NOC
Domain : II- Physiologic Health
Classes : J. Neurocognitive
Outcomes : 0903 Communication: Expressive

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien


menunjukkan kemampuan komunikasi verbal dengan kriteria hasil :
1. Pasien mampu menggunakan bahasa lisan: vokal
2. Pasien mampu berbicara dengan jelas

NIC
Domain : 3. Behavioral
Classes : Q. Communication Enhancement
Interventions : 4976Communication Enhancement: Speech Deficit

1. Pantau kecepatan bicara, tekanan, kecepatan, kuantitas, volume, dan


diksi
2. Pantau kognitif, anatomi dan proses fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara
3. Pantau pasien untuk frustrasi, marah, depresi, atau tanggapan lain
untuk kemampuan bicara
4. Kenali perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
5. Memberikan metode alternatif komunikasi bicara
6. Sesuaikan gaya komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien
7. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan
8. Berkolaborasi dengan keluarga dan bahasa bicara patologi atau
terapis untuk mengembangkan rencana untuk komunikasi yang
efektif

Anda mungkin juga menyukai