Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

Tuberkulosis Paru Kasus Baru

Rumah Sakit TNI Daan Mogot


Hospital Exposure

Natasha Estella Bastiaan


00000014465

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah masyarakat yang penting di dunia ini karena
pada tahun 1992 WHO telah menyatakan TB sebagai Global Emergency. Laporan ini
menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB pada tahun 2002 dimana 3,9 juta adalah
kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sehingga setiap detik ada satu orang orang yang
terinfeksi TB di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Di Asia
Tenggara terdapat jumlah kasus TB terbesar sekitar 33% dari seluruh kasus di TB Dunia.1
Pada awalnya kemajuan pengendalian TB di dunia terkesan lambat. Pada 1882 Robert
Koch berhasil mengidetifikasi Mycobacterium tuberculosis. Pada 1906 vaksin BCG berhasil
ditemukan. Sekian lama sesudah itu, penemuan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) ditemukan.
Pada 1943 Streptomisin ditetapkan sebagai anti TB pertama yang efektif. Setelah itu ditemukan
Thiacetazone dan Asam Para-aminosalsilat (PAS). Pada 1951 ditemukan Isoniazid
(Isonicotinic Acid Hydrazide; INH), diikuti dengan penemuan Pirazinamid (1952),
Cycloserine (1952), Ethionamide (1956), Rifampicin (1957) dan Ethambutol (1962). Namun
dengan kemajuan pada obat anti TBC terdapat masalah baru yaitu TB resisten obat. TB resisten
obat menaik seiring dengan naiknya epidemi HIV AIDS yang naik sejak tahun 1980-an
semakin memperberat kondisi epidemi TB. Pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an
mulai dilaporkan adanya resistensi terhadap OAT.2
Di Indonesia TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit TBC merupakan
penyebab kematian nomor tiga (3) setelah kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan dan
nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Pada tahun 1999 WHO memperkirakan di
Indonesia setiap tahunnya terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian sekitar 140.000.
Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 kasus baru TBC
Paru BTA positif.1
BAB II
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

2.1 Identitas Pasien


 Nama : Tn. Murmawan
 Jenis kelamin : Pria
 Usia : 45 tahun
 Status perkawinan : Menikah
 Agama : Islam
 Alamat : K.H Mustopa
 Pekerjaan : Buruh Perusahaan
 Penanggung jawab : BPJS Kesehatan
 No. Rekam Medis : 041578
 Tanggal masuk rumah sakit : 16 Oktober 2018
 Tanggal anamnesis dan pemeriksaan fisik : 16 Oktober 2018

2.2 Sumber Anamnesis


Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Oktober 2018 pukul 10.00
di bangsal Rumah Sakit TNI Daan Mogot.

2.3 Keluhan Utama


Batuk selama lebih dari 3 minggu dan sakit pada bagian dada.

2.4 Keluhan Tambahan


Pusing dan tidak selera makan.

2.5 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien Tn J, datang ke Puskesmas Caringin dengan keluhan utama batuk selama lebih
dari 3 minggu dan sakit pada bagian dada. Batuk yang dialami oleh Tn. J adalah batuk
kering dan tidak jarang batuk disertai dengan darah. Sakit pada bagian dada terasa
menusuk ketika batuk dan bernafas. Sakit yang dirasakan Tn. J mempunyai tingkat
kesakitan 6/10. Sakit yang dirasakan Tn. J adalah sakit terlokalisir. Kondisi pasien
memburuk ketika hari menjelang malam. Pasien mengalami keringat berlebihan pada
malam hari. Pasien berkeringat pada malam hari walaupun dalam keadaan udara sejuk
maupun dingin. Selain itu, Tn. J mengalami pusing dan kehilangan nafsu makan yang
mengakibatkan penurunan berat badan. Pusing yang dirasakan Tn. J karena pasien tidak
mempunyai nafsu makan akibatnya pasien mengalami letih dan lesu. Oleh karena itu,
Tn. J merasa ia mengalami penurunan berat badan. Pasien pernah mengalami gejala ini
sebelumnya sekitar 6 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien didiagnosa menderita TBC
sehingga pasien mengambil obat untuk 6 bulan namun setelah 3 minggu dia meminum
obat TB, pasien merasa bahwa gejala telah membaik sehingga Tn. J berhenti meminum
obat TB. 2 minggu setelah berhenti minum obat, pasien merasakan bahwa gejala
muncul kembali dan memburuk hingga hari ini.

2.6 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Pasien tidak pernah
dirawat dan dioperasi. Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat –
obatan. Pasien sempat mengidap TBC dan meminum obat secara rutin selama 3
minggu. Pada pemeriksaan sebelumnya pasien tidak mengidap HIV.

2.7 Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien menyangkal mengalami trauma, kejang, alergi terhadap makanan, minuman,
dan obat – obatan. Pasien menyangkal memiliki penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
stroke, dan kanker.

2.8 Riwayat Alergi


Pasien tidak memiliki riwayat alergi.

2.10 Riwayat Kebiasaan


 Merokok : (+)
 Alkohol : (-)
 Kopi : (-)
 Makanan : Pasien memiliki kebiasaan makan yang normal.
 Narkotika : Pasien menyangkal konsumsi obat – obatan terlarang
dalam bentuk apapun.
2.11 Riwayat Penggunaan Obat
Sebelum dirawat di rumah sakit, pasien tidak mengonsumsi obat – obatan untuk
meringankan gejala yang dialami.

2.12 Pemeriksaan Fisik


Hasil pemeriksaan fisik berikut dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2018, pada 10.15.
Pemeriksaan General dan Tanda – tanda Vital:
 Kesadaran umum : Sakit ringan
 Kesadaran : Kompos mentis
 GCS : 15 (E4, M6, V5)
 Tanda – tanda vital :
o Suhu : 36,9˚C
o Nadi : 80 kali/ menit, regular, isi cukup
o Laju pernapasan : 18 kali/ menit
o Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
o Saturasi O2 :-
Pemeriksaan Sistem (Head to Toe):
Thorax
Jantung Inspeksi  Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi  Iktus kordis tidak teraba
Perkusi  Batas jantung
o Atas: ICS II linea
parasternalis kiri
o Kanan: ICS IV linea
parasternalis dextra
o Kiri: ICS IV linea
midklavikula sinistra
Auskultasi  Suara jantung normal
o S1 normal
o S2 normal
o Murmur (-)
o Gallop (-)
Paru – paru Inspeksi  Pigmentasi kulit normal
 Bentuk dada normal, simetris
 Pergerakan dada simetris
 Ekspansi dada normal
 Barrel chest (-)
 Pectus excavatum (-)
 Pectus carinatum (-)
 Masa (-)
 Lesi (-)
 Bekas luka (-)
 Ruam (-)
 Retraksi intercostal (-)
 Retraksi supraclavicular (-)
 Penggunaan otot pernapasan
abdomen (-)
Palpasi  Taktil fremitus normal dan
simetris pada kedua lapang
paru
Perkusi  Perkusi paru normal, sonor
dan simetris pada kedua
lapang paru
 Batas paru – hepar normal
Auskultasi  Wheezing (-)
 Ronchi (-)
 Amforik (+) pada basal paru
anterior dan posterior dextra et
sinistra.
 Rales (+) pada lapang paru
dextra di antara intercostal 4
dan 6.
2.13 Rencana pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah lengkap untuk memeriksa adanya tanda – tanda infeksi.
 Pemeriksaan BTA untuk memastikan adanya bakteri tahan asam
Mycobacterium tuberculosis.

2.14 Pemeriksaan penunjang yang dilakukan


Berikut adalah hasil pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 27 agustus 2018.
Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi

Hemoglobin 12 g/dL 11.70-15.50 Normal

Hematokrit 37,03 % % 35.00-47.00 Normal


Erotrosit 0,193055556 10^6/µL 3.80-5.20 Normal

Leukosit 8,00 10^3/µL 3.60-11.00 Normal

Trombosit 339 10^3/µL 150.00-440.00 Normal

2.15 Diagnosis Kerja:


1. Tuberculosis Paru Kasus Baru

2.16 Diagnosis Banding:


1. Abses Paru – Paru
2. Pneumonia
3. Kanker Paru - Paru

2.17 Resume:
Pasien Tn. J, 45 tahun datang dengan keluhan utama batuk selama lebih dari 3 bulan
dan sakit pada bagian dada. Batuk kering disertai dengan darah. Sakit pada bagian dada
dengan tingkat kesakitan 6/10. Keluhan lain yang dialami pasien adalah pasien
mengalami pusing dan tidak selera makan. Pasien mengalami gangguan kerja.
2.18 Tatalaksana:
 Edukasi
o Meminum secara teratur obat – obatan anti TBC selama 6 bulan.
o Jika ada gejala perbaikan, jangan diberhentikan obatnya.
o Kembali ke puskesmas setiap 2 minggu sekali untuk mengambil obat
TB.
 Medikamentosa
o 2RHZE/4RH

2.19 Prognosis
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : bonam
 Ad sanactionam : bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Tuberkulosis Paru


Tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini
disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan
melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainya, dan
membentuk kolonisasi di bronkioulus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh
melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang
– kadang melalui lesi kulit. Apabila bakteri tuberkulin dalam jumlah yang bermakna
berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, pejamu akan melakukan respons imun dan inflamasi yang kuat.
Karena respons yang hebat ini, terutama yang diperantarai sel-T hanya sekitar 5% orang
yang terpajan basil tersebut akan menderita tuberkulosis aktif. Hanya individu yang
mengidap infeksi tuberkulosis aktif yang menularkan penyakit ke individu lain dan hanya
selama masa infeksi aktif.3

3.2 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis Paru


Kuman ini menyebar melalui inhalasi droplet nuklei. Kemudian, masuk ke saluran
napas dan bersarang di jaringan paru hingga membentuk afek primer. Afek primer dapat
tumbuh dimana saja dalam paru. Kompleks primer adalah afek primer disertai dengan
limfangitis regional. Kompleks primer dapat menjadi:1
1. Sembuh, tidak ada cacat.
2. Sembuh dengan sedikit bekas (garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus, Sarang
Ghon)
3. Menyebar:
a. Perikontinuatum
b. Bronkogen (penyebaran ke bagian paru yang lain atau sebelahnya)
c. Hematogen dan limfogen (dapat menyebar hingga ke tulang, ginjal, genitalia,
tuberkolosis millier, meningitis)
Klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB meliputi 4 hal yaitu:1
1. Lokasi yang sakit, paru atau ekstra paru.
Ditentukan oleh kultur atau PA tempat lesi. Jika TB ekstra paru, kuman TB yang
menyerang organ selain paru.
2. Hasil pemeriksaan dahak: BTA positif atau BTA negatif.
 BTA (+)
a. Sekurangnya 2/3 pemeriksaan dahak memberikan hasil (+).
b. 1/3 pemeriksaan dahak memberikan hasil (+) dan gambaran radiologi
yang menunjukan TB Aktif.
c. 1/3 pemeriksaan dahak memberikan hasil (+) dan kultur (+)
d. 1/ lebih spesimen dahak positif setelah pemeriksaan dahak SPS
pemeriksaan sebelumnya hasilnya negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotik non OAT.
 BTA (-)
a. Hasil sputum BTA 3x (-) dan gambaran radiologi menunjukkan ke arah TB
b. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotic non OAT pada pasien
HIV (-)
3. Riwayat pengobatan TB sebelumnya.
a. Kasus baru, belum pernah OAT sebelumnya atau pernah mengonsumsi OAT
kurang 1 bulan.
b. Kasus kambuh (relaps),
o Pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT telah selesai
pengobatan dan dikatakan sembuh. Namun, didapatkan BTA (+) atau
kultur (+) kembali dan kembali konsumsi OAT.
o Bila BTA (-), radiologi menunjukkan lesi aktif/perburukan dan gejala
klinis (+), kemungkinannya, yaitu lesi non-TB (pneumonia,
bronkiekstasis, dll) atau TB paru relaps.
c. Kasus default/ putus obat, pasien yang telah berobat dan putus berobat selama
2 bulan dengan BTA (+).
d. Kasus gagal, pasien dengan BTA (+) sebelumnya, tetap (+) atau kembali lagi
menjadi (+) pada akhir bulan ke-5 atau akhir pengobatan OAT.
e. Kasus kronik, hasil sputum BTA tetap (+) setelah selesai pengobatan ulang
(kategori 2) dnegan pengawasan ketat.
f. Kasus bekas TB,
 BTA (-), radiologi lesi tidak aktif atau foto serial gambaran sama, dan
riwayat minum OAT adekuat.
 Radiologi gambarannya meragukan dan mendapatkan OAT 2 bulan,
foto toraks ulang gambaran sama.
4. Status HIV pasien.
a. TB paru BTA (+), yaitu minimal 1x pemeriksaan dahak positif.
b. TB paru BTA (-), yaitu hasil dahak negatif dan gambaran klinis-radiologis ke
arah TB atau BTA (-) dengan kultur TB (+).
c. TB ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan
histopatologis.

3.3 Pemeriksaan Tuberkulosis Paru


Terdapat 3 langkah yang dapat diambil yaitu, anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan bakteriologis. Anamnesis dilakukan dengan cara menanyakan pertanyaan
secara spesifik tentang penyakit yang diderita oleh pasien. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada pasien berdasarkan IPPA (inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi).
Pemeriksaan bakteriologis yang dilakukan pada pasien diantaranya pemeriksaan dahak
(BTA) dan untuk TB ekstra paru dilakukan pengambilan cairan pleura, cairan
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, bronchoalveolar lavage dan biopsi.
Sedangkan dahak diintrepetasikan menggunakan IUATLD (International Union
Against Tuberculosis and Lung Diseases). Sedangkan radiologi, dilihat adanya
bayangan berawan/nodular di lobus atas paru segmen apikal dan posterior, lobus bawah
segmen posterior, kavitas, bercak millier dan efusi pleura unilateral. Selain itu, dilihat
juga gambaran lesi tidak aktif, destroyed lung, lesi minimal dan lesi luas.
3.4 Pemeriksaan Penunjang Tubekulosis Paru
1. Ziehl Neelsen, pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah
dan hasil akan menjadi positif untuk basil asam cepat.
2. Kultur sputum, positif untuk mycobakterium pada tahap aktif penyakit
menggunakan agar.
3. Tes Kulit Mantoux (PPD, OT), reaksi yang signifikan pada individu yang sehat
biasanya menunjukan TB Dorman atau infeksi yang disebabkan oleh
mikrobakterium yang berbeda namun sudah tidak spesifik karena sebagian besar
masyarakat Indonesia mempunyai Mantoux positif.
4. Rontgen Dada, menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit
kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu efusi.
Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi, area fibrosa.
5. Biopsi Jarum Jaringan Paru, positif untuk granuloma TB. Adanya sel – sel raksasa
menunjukan nekrosis.
6. Pemeriksaan Fungsi Pulmonal, penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi,
peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan
saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim.
3.5 Patofisiologi Tuberkulosis Paru
3.6 Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pengobatan pada TB meliputi 2 fase pengobatan yaitu, fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan)4. Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 2 minggu sekali
selama bulan pertama pengobatan dan selanjutnya 1 bulan sekali. Selain itu,
berdasarkan tipe pasien maka, kategori pengobatan dibagi menjadi 2 yaitu,5
a. Kategori 1, kategori pengobatan ini diperuntukkan untuk pasien baru dengan
BTA (+), BTA (-) tapi radiologi (+) dan pasien TB ekstra paru. Pada kategori
ini digunakan 2RHZE/4RH, 2RHZE/6HE atau 2RHZE/4R3H3.
b. Kategori 2, kategori pengobatan ini diperuntukkan untuk pasien kambuh, pasien
gagal dan pasien default. Pada kategori ini digunakan 2RHZES/ 1 RHZE.
BAB IV
ANALISIS KASUS & TATALAKSANA

4.1 Analisis Kasus


Paru-paru memiliki dua fungsi utama, yaitu menyebarkan oksigen ke dalam darah saat
menghirup napas dan membuang karbondioksida saat menghela napas. Paru-paru adalah
salah satu organ yang sangat vital di dalam tubuh manusia. Paru-paru merupakan organ
pernapasan yang berhubungan dengan sistem peredaran darah, fungsi paru-paru sendiri
adalah sebagai tempat pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam darah.
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang
memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada
pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran
pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan. Gejala pada
Pneumonia adalah demam, berkeringat, menggigil, batuk kering atau batuk dengan dahak
kental berwarna kuning, hijau, atau disertai darah, napas terengah-engah dan pendek, rasa
sakit pada dada ketika menarik napas atau batuk, mual atau muntah, diare dan kelelahan.
Pada pasien tidak mempunyai gejala sesak nafas, mual atau muntah, diare serta dahak
kental berwarna kuning dan hijau. Sehingga, pasien kecil kemungkinan mengidap
Pneumonia.
Abses paru-paru adalah infeksi paru-paru. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan
yang mengandung nanah, nekrotik pada jaringan paru-paru, dan pembentukan rongga yang
berisi butiran nekrotik atau sebagai akibat infeksi mikroba. Pembentukan banyak abses
dapat menyebabkan pneumonia atau nekrosis paru-paru. Gejala abses paru-paru biasanya
terjadi dalam jangka waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang meliputi:
demam, menggigil, berkeringat, batuk dan bau air liur yang tidak enak. Pasien sering
mengalami kelelahan, kelemahan, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Kadang-kadang dapat mengeluarkan air liur berdarah dan nyeri dada serta diperburuk oleh
batuk dan pendalaman napas. Pasien dapat mengalami denyut jantung yang cepat, sesak
napas, bengek, dan efusi pleura. Pasien tidak mempunyai gejala demam, menggigil dan bau
air liur yang tidak enak. Namun dari hasil anamnesa, tidak ditemukannya gejala abses paru
– paru pada pasien.
Kanker paru paru adalah tumor ganas atau kanker yang tumbuh dari sel-sel paru, baik
salah satu atau kedua paru-paru. Paru-paru merupakan sepasang organ yang terletak pada
bagian toraks yang strukturnya seperti spons yang dapat mengembang dan mengempis
ketika seseorang bernafas. Gejala kanker paru antara lain adalah batuk yang berkelanjutan
dan bertambah parah, hingga akhirnya mengalami batuk darah, mengalami sesak napas dan
rasa nyeri di dada, mengalami kelelahan tanpa alasan, pembengkakan pada muka atau
leher, sakit kepala, sakit pada tulang (bahu, lengan atau tangan), berat tubuh menurun,
kehilangan selera makan, suara menjadi serak, kesulitan menelan atau sakit saat menelan
sesuatu dan perubahan pada bentuk jari, yaitu ujung jari menjadi cembung. Pasien tidak
mempunyai gejala sakit kepala, sesak nafas, suara menjadi serak dan kesulitan menelan.
Namun, untuk mengetahui lebih lanjut maka harus dilakukan biopsi dan tes serologi untuk
mengetahui apakah pasien mengidap kanker paru – paru.
BAB V
KESIMPULAN

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus
bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa
berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang
dengan infeksi Tuberkulosis aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka
melalui udara.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama TY, Soedarsono, Thabarani Z, Wirokusumo HS,Sembiring H, Rai IBN,


dkk. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2006.
2. Surya A, Basri C, Kamso S. Dalam: Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2011.
3. Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Buku Kedokteran EGC
4. Intiantoro H Yanti, Setiabudi Rianto. Tuberkulostatik. Dalam: Farmakologi dan
Terapi. Edisi ke-5 Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Fakultas
Indonesia; 2008.
5. TB Care I. International standards for tuberculosis care. Edisi ke-3. TB Care I.
The Hague; 2014.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pedoman Pelayanan Medis Idai Jilid 1 PDF
    Pedoman Pelayanan Medis Idai Jilid 1 PDF
    Dokumen344 halaman
    Pedoman Pelayanan Medis Idai Jilid 1 PDF
    Irvan Darwindra
    100% (20)
  • GrabCar GrabBike GrabFood
    GrabCar GrabBike GrabFood
    Dokumen2 halaman
    GrabCar GrabBike GrabFood
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • PDN PDF
    PDN PDF
    Dokumen12 halaman
    PDN PDF
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • 1 PDF
    1 PDF
    Dokumen2 halaman
    1 PDF
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen3 halaman
    Tugas
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • 1 SM
    1 SM
    Dokumen11 halaman
    1 SM
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Pemulangan Pasien Dan Tindak Lanjut
    Kriteria Pemulangan Pasien Dan Tindak Lanjut
    Dokumen3 halaman
    Kriteria Pemulangan Pasien Dan Tindak Lanjut
    utami_ta
    100% (1)
  • ClarissaKeziaYuella - 01073170034 - Smokingcessation
    ClarissaKeziaYuella - 01073170034 - Smokingcessation
    Dokumen8 halaman
    ClarissaKeziaYuella - 01073170034 - Smokingcessation
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Book 8
    Book 8
    Dokumen1 halaman
    Book 8
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Formulasi Ringan
    Formulasi Ringan
    Dokumen1 halaman
    Formulasi Ringan
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Dengue Fever PDF
    Dengue Fever PDF
    Dokumen21 halaman
    Dengue Fever PDF
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen21 halaman
    Hipertensi
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Konsep
    Kerangka Konsep
    Dokumen1 halaman
    Kerangka Konsep
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Umur PDF
    Umur PDF
    Dokumen1 halaman
    Umur PDF
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Oma 2
    Oma 2
    Dokumen10 halaman
    Oma 2
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Timothy Pranata Bastiaan Medan Paper
    Timothy Pranata Bastiaan Medan Paper
    Dokumen2 halaman
    Timothy Pranata Bastiaan Medan Paper
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Mendengkur: Staf Pengajar Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
    Mendengkur: Staf Pengajar Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
    Dokumen6 halaman
    Mendengkur: Staf Pengajar Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
    Mei Risanti Sirait
    Belum ada peringkat
  • Lagoftalmus
    Lagoftalmus
    Dokumen16 halaman
    Lagoftalmus
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis
    Diagnosis
    Dokumen4 halaman
    Diagnosis
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Jahahha
    Jahahha
    Dokumen2 halaman
    Jahahha
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Lampiran
    Lampiran
    Dokumen21 halaman
    Lampiran
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Timothy
    Timothy
    Dokumen1 halaman
    Timothy
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis
    Diagnosis
    Dokumen4 halaman
    Diagnosis
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Jahahha
    Jahahha
    Dokumen2 halaman
    Jahahha
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Konsep
    Kerangka Konsep
    Dokumen1 halaman
    Kerangka Konsep
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Saran Whoqol Bref
    Saran Whoqol Bref
    Dokumen1 halaman
    Saran Whoqol Bref
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen23 halaman
    Laporan Kasus
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen21 halaman
    Lamp Iran
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat
  • STEP 4 Skripsi
    STEP 4 Skripsi
    Dokumen67 halaman
    STEP 4 Skripsi
    Elisabeth Natasha Estella Bastiaan
    Belum ada peringkat