DENGUE FEVER
Disusun oleh :
Arya Ganesha Sutantio
00000017209
Pembimbing :
dr. Andree Kurniawan Sp.PD
Pendahuluan
Demam dikatakan sebagai memiliki temperatur yang diatas normal dikarenakan kenaikan di
set point hipotalamus tubuh. Saat set point ini dinaikkan, maka tubuh akan berusaha untuk
menaikkan temperatur menurut set point yang sudah ada. Karena set point meningkat, maka
tubuh individu tersebut mulai melakukan konservasi panas dengan memulai vasokontrisiksi
pada ekstremitas. Tubuh juga bisa mulai menggigil guna untuk menaikkan temperatur tubuh
untuk mencapai set point. Walaupun hal ini tidak selalu terjadi jika konservasi panas sudah
cukup untuk menaikkan temperatur ke set point. Saat set point sudah dicapai, maka tubuh akan
bertahan di temperatur tersebut hingga set point diturunkan, penurunan set point ini bisa
disebabkan oleh pengurangan konsentrasi pirogen atau penggunaan antipiretik. Saat hal ini
terjadi maka individu tersebut akan mulai mengalami vasodilatasi dan mulai berkeringat guna
Dengue adalah sebuah infeksi virus dengan vector utama nyamuk aedes aegypti yang
disebabkan oleh virus arbovirus atau flavivirus. Virus dengue dapat menyebabkan demam
dengue, demam berdarah dengue sampai sindrom syok dengueTerjadinya penularan virus
dengue, nyamuk Aedes Aegypti betina harus menggigit manusia yang terinfeksi ketika fase
viremia yang bermanifestasi dua hari sebelum timbulnya demam dan ketika demam telah
1
BAB II
Ilustrasi Kasus
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur: 18 tahun
Agama: Islam
No MR: 00-84-46-43
II. Anamnesis
Data diperoleh secara autoanamnesis dari pasien pada tanggal 2 februari 2019 di
2
Pasien datang ke IGD RSUS dengan keluhan demam sejak 6 hari yang lalu. Pasien
demam terus menerus terutama pada malam hari. Pasien mengeluh keringat malam
sampai terbangun dari tidur. Pasien merasa pusing, sulit BAB, mual dan batuk. Pola
demam yang pasien rasakan mulai parah dari sore hari dan paling parah pada malam
hari. Pada pagi hari pasien merasa demamnya lebih baik. Pasien juga memiliki keluhan
lemas, tidak ada orang disekitar pasien dengan keluhan serupa dan pasien mengaku
tidak bepergian.
- DM tidak
- HT tidak
- Tidak ada
- Tidak merokok
- Menengah kebawah
- Tidak ada
3
X. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada
GCS : E 4 V 5 M 6 = 15
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 38.4
Berat badan : 62 kg
Tengkorak Normocephali
Wajah Normofasies
4
Gigi dan gusi Dalam batas normal
Pemeriksaan Thorax
Perkusi Sonor
Pemeriksaan Abdomen
Perkusi Timpani
Extermitas:
- Akral hangat
5
XII. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
Basophil 0
eosinophil 0
Batang 3
Segmen 70
limfosit 19
monosit 8
6
ESR 11
SGOT 61
SGPT 63
GDS 111
XIII. Resume
Pada pemeriksaan fisik Tn. A berumur 18 tahun datang ke RS karena demam tinggi sejak 6
hari yang lalu. Demam terjadi terus menerus dan menjadi lebih parah di sore hari dan makin
parah hingga ke malam hari. Demam membaik di pagi hari. Pasien mengeluh mengalami
keringat malam yang membangunkan tidur, pusing, sulit BAB, mual dan batuk. Pasien juga
merasa lemas, tidak ada orang di sekitar pasien dengan keluhan serupa, pasien juga tidak
bepergian.
Pada pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik menemukan pernapasan yang lebih cepat dari
biasanya (23 napas per menit) dan temperatur yang tinggi (38.4 celcius). Pasien juga ditemukan
Pada pemeriksaan penunjang lab, ditemukan Hb yang paling rendah 12.50 pada 5 kali
pemeriksaan. Platelet yang menurun menjadi 149.00 hingga 111.00. SGOT dan SGPT juga
7
XIV. Pembahasan kasus
1. Febris 6 hari
XVI. Pengkajian
1. Febris 6 hari
Anamnesis
- Pola demam naik pada sore dan paling parah malam hari, sementara pada pagi hari
demam membaik.
- Sulit BAB
8
- Batuk
Pemeriksaan Fisik
- Akral hangat
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab
9
- Widal test
- Dengue IgG/IgM
- Kultur Darah
- Demam dengue
- Demam tifoid
XVIII. Tatalaksana
Medikamentosa
Non-medikamentosa
- Edukasi tanda bahaya dengue seperti muntah-muntah, nyeri perut hebat, gelisah,
XIX. Prognosis
10
Ad Vitam : bonam
Ad Functionam : bonam
Ad Sanactionam : bonam
11
BAB III
Tinjauan pustaka
I. Definisi
Dengue adalah sebuah infeksi virus dengan vector utama nyamuk aedes aegypti yang
disebabkan oleh virus arbovirus atau flavivirus.1 Virus dengue dapat menyebabkan demam
II. Epidemiologi
Karena sifat infeksi yang disebarkan nyamuk, demam berdarah telah menjadi ancaman
kesehatan masyarakat yang signifikan di negara tropis berkembang. Dengue telah hadir
diseluruh wilayah tropis di dunia lebih dari 50 tahun dengan Asia Tenggara sebagai daerah
prevalensi tertinggi khususnya di Vietnam dan Thailand, mencapai lebih dari dua pertiga dari
Transmisi dengue biasanya terjadi dalam musim penghujan saat suhu dan kelembaban
mendukung untuk terbentuknya populasi vektor sehingga meningkatkan jumlah virus dengue.
Daya terbang nyamuk Aedes cukup pendek sekitar 40 – 100 meter dalam sekali terbang, namun
secara pasif karena faktor cuaca, angin, atau terbawa kendaraan maka dapat berpindah lebih
jauh. Faktor urbanisasi juga menjadi risiko terinfeksi virus dengue karena jarak antar rumah
atau pemukiman yang padat memudahkan perpindahan nyamuk untuk menghisap darah dan
risiko terinfeksi. Selain itu dengan adanya tingkat perjalanan atau berpergian antar negara yang
tinggi meningkatkan potensi risiko infeksi. Untuk terjadinya penularan virus dengue, nyamuk
Aedes Aegypti betina harus menggigit manusia yang terinfeksi ketika fase viremia yang
12
bermanifestasi dua hari sebelum timbulnya demam dan ketika demam telah berlangsung empat
1. Fase Febris
Penderita mengalami demam tinggi onset akut berlangsung 2-7 hari disertai dengan
kemerahan wajah, eritema kulit, nyeri tubuh, mialgia, artralgia, nyeri retro-orbital, fotofobia,
eksantema rubeliform, dan nyeri kepala. Sulit untuk membedakan dengue secara klinis dari
penyakit demam non-dengue pada fase demam awal. Uji tourniquet positif pada fase ini
seperti petekie, perdarahan mukosa membran (misalnya hidung dan gusi), mudah memar, dan
2. Fase Kritis
Saat masa transisi dari fase febris ke fase afebris, pasien tanpa peningkatan permeabilitas
kapiler pada demam dengue akan membaik tanpa melalui fase kritis. Pasien dengan
peningkatan permeabilitas kapiler seperti pada demam berdarah dengue akan muncul dengan
tanda bahaya akibat kebocoran plasma. Tanda bahaya tersebut menandai mulainya fase kritis
seperti tidak ada perbaikan. klinis dari masa transisi febris menuju afebris, muntah terus-
menerus, nyeri abdomen hebat, perdarahan (epistaksis, tinja hitam, hematemesis, hematuria),
pusing berputar, akral dingin, buang air kecil menurun selama 4-6 jam. Demam turun diikuti
hematokrit di atas batas dasar merupakan salah satu tanda paling awal. Periode kebocoran
plasma secara klinis dapat dilihat signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam.5
13
3. Fase Pemulihan
Setelah fase kritis sekitar 24-48 jam terjadi reabsorpsi bertahap dari cairan kompartemen
ekstravaskular dalam 48-72 jam berikutnya. Keadaan umum membaik, nafsu makan kembali,
gejala gastrointestinal mereda, status hemodinamik stabil, dan diuresis kembali lancar.
Beberapa pasien mengalami ruam eritematosa berkonfluens dengan area kecil kulit normal;
digambarkan sebagai “pulau putih di lautan merah”. Hematokrit stabil atau mungkin lebih
rendah akibat efek dilusi dari cairan reabsorpsi. Jumlah leukosit mulai meningkat segera
setelah demam turun, namun pemulihan jumlah trombosit biasanya lebih lambat daripada
jumlah sel darah putih. Gangguan pernapasan akibat efusi pleura dan asites masif, edema paru
atau gagal jantung kongestif akan terjadi selama fase kritis dan/atau pemulihan jika cairan
Gejala klinis dari demam dengue (DF), demam berdarah dengue (DHF) serta Sindrom syok
dengue (DSS) berbeda-beda. Pada demam dengue yang lebih sering terjadi pada dewasa muda,
remaja dan dewasa ditemukan demam akut yang biasanya sekitar 39 ̊C dan 40 ̊C yang biasanya
bertahan 5-7 hari. Dapat disertai dengan sakit kepala berat, nyeri otot, nyeri sendi, ruam yang
dapat ditemukan pada wajah, leher dan dada pada hari pertama, kedua ataupun ketiga.
Leukopenia dan trombositopenia juga ditemukan. Pada demam berdarah dengue yang lebih
sering terjadi pada anak-anak kurang dari umur 15 tahun di daerah endemic dan sebelumnya
sudah pernah mendapatkan demam berdarah, ditemukan demam tinggi yang akut disertai
dengan gejala demam berdarah pada fase awal demam. Sering ditemukan positif uji tourniquet,
14
petechiae, mudah memar ataupun pendarahan gastrointestinal pada kasus yang berat. Pada
akhir dari fase demam ada kecenderungan untuk berkembang menjadi sindrom syok dengue.5
orbital, myalgia,
- Trombositopenia
arthralgia, ruam,
(<150.000
manifestasi hemoragik
cells/mm3)
dan tidak ada bukti
- Hematokrit
kebocoran plasma
meningkat 5-10%
kehilangan panas
kebocoran plasma
- Hematokrit
meningkat >20%
15
Demam Berdarah II Seperti grade 1 ditambah - Trombositopenia
cells/mm3
- Hematokrit
meningkat >20%
- Hematokrit
meningkat >20%
meningkat >20%
Pemeriksaan serologi IgM dan IgG dapat digunakan untuk pemeriksaan diagnostic. Antibody
IgM terdeteksi pada hari ke 3-5 setelah mulai sakit, meningkat cepat sekitar 2 minggu dan
menurun menjadi tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan. Antibodi IgG terdeteksi rendah pada akhir
dari minggu pertama, meningkat secara bertahap dan menetap untuk waktu yang lama
(bertahun tahun). Karena munculnya IgM antibodi setelah 5 hari pada mulai demam, tes
serologi yang dilakukan pada 5 hari pertama mulai sakit biasanya ditemukan negatif. Pada
infeksi sekunder, tuter antibody meningkat dengan cepat. IgG antibodi terdeteksi pada level
16
yang tinggi meskipun pada fase awal dan menetap dari beberapa bulan sampai sepanjang hidup.
Sedangkan IgM rendah pada infeksi sekunder. Hal ini dapat membedakan antara infeksi primer
dengan sekunder. Trombositopenia biasanya di observasi antara hari ke 3 dan 8, diikuti dengan
1. Demam dengue
Pada demam dengue, pasien dapat rawat jalan dan tidak perlu dirawat. Hal yang perlu dilakukan
- Pasien diberikan cairan yang cukup seperti cairan elektrolit peroral, jus buah, susu, barley atau
air beras kurang. Hati-hati memberikan hidrasi yang berlebihan pada bayi dan anak-anak
- Pertahankan suhu dibawah 39˚C. Bila suhu meningkat diatas 39˚C, berikan parasetamol 10
mg/kg/dosis dapat diberikan 3-4 kali perhari dan diberikan dalam frekuensi tidak kurang dalam 6
- Pemberian kompres pada dahi, ketiak dan ekstrimitas disarankan. Mandi dengan air hangat
- Perhatikan dan hati-hati dengan dengan tanda-tanda bahaya seperti: tidak ada perbaikan atau
terjadi perburukan pada situasi sebelum atau ketika transisi demam turun atau ketika perjalanan
penyakit, muntah-muntah, nyeri perut hebat, letargi, gelisah, perdarahan, pucat dan dingin pada
kaki dan tangan, urine ouput berkurang atau tidak ada pada waktu 4-6 jam.5
17
Pada fase kritis terjadi peningkatan hematokrit 10% dari baseline merupakan indikator obyektif
awal dari kebocoran plasma. Hal yang perlu diperhatikan seperti keadaan umum, nafsu makan,
muntah perdarahan, perfusi perifer untuk mengetahui gejala syok dini, tanda – tanda vital diperiksa
setiap 2-4 jam pada pasien non-syok dan 1-2 jam pada pasien syok. Hematokrit serial
18
harus diperiksa minimal setiap 4-6 jam pada kasus stabil, dan lebih sering pada pasien tidak stabil
atau pasien dengan suspek perdarahan. Jumlah urin dan penghitungan balans cairan dicatat paling
sedikit 8 – 12 jam dan dipertahankan jumlah output urine 0,5 ml/kg/jam. Prinsip dalam terapi cairan
- Pemberian cairan kristaloid isotonik dalam periode kritis kecuali pada bayi <6 bulan, di mana
0,45% natrium klorida dapat digunakan. Larutan kristaloid yang direkomendasikan oleh WHO
merupakan larutan RL laktat, dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), ringer asetat (RA)
atau dekstrosa 5% dalam RA (D5/RA), NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dalam NaCl (D5/NaCl)
- Cairan koloid hiper-onkotik (osmolaritas >300 mOsm/L) seperti dekstran 40 dapat digunakan
- Secara umum, volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah defisit 5-8%.
- Durasi terapi cairan intravena tidak boleh melebihi 24 sampai 48 jam pada pasien syok dan pada
pasien tanpa syok, durasi terapi cairan intravena mungkin harus lebih lama tapi tidak lebih dari 60
sampai 72 jam. Hal ini karena pasien tanpa syok baru saja memasuki masa kebocoran plasma
sementara pasien syok sudah mengalami durasi kebocoran plasma yang lebih lama sebelum terapi
intravena dimulai5
VIII. Prognosis
Prognosis DD/DBD dipengaruhi oleh tatalaksana yang dilakukan. DBD Derajat I dan II biasanya
memberikan prognosis yang baik. Umumnya DBD Derajat I dan II tidak menyebabkan komplikasi
sehingga dapat sembuh sempurna. DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok dengue
dimana pasien jatuh kedalam keadaan syok dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Tatalaksana
syok pada pasien DBD yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi yang ada. Sebaliknya
dengan tatalaksana syok yang tepat dapat segera terjadi perbaikan dan dapat membaik dalam 2 – 3
hari. Selera makan yang membaik merupakan indikator prognosis yang baik. 5
19
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Pinheiro FP, Corber SJ. Global situation of dengue and dengue haemorrhagic fever,
3. Russell RC, Dwyer DE. Arboviruses associated with human disease in Australia.
Microbes Infect;2000.
4. 8. Halstead SB. Epidemiology of dengue and dengue haemorrhagic fever. In: Gubler
D.J. and Kuno G. Eds. Dengue and dengue haemorrhagic fever. New York: CAB
International;1997.
Haemorrhagic Fever. New Delhi, India: World Health Organization Regional Office
21