Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH KULTUR JARINGAN

Kultur Teknik Fusi Protoplas

Oleh :
Dewi Ma’rufah H0106006

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
KULTUR FUSI PROTOPLAST

Pendahuluan
Salah satu cara untuk mengatasi masalah dalam pengembangan tanaman
unggul adalah dengan merakit varietas baru yang berproduksi tinggi dan tahan
terhadap hama, penyakit serta cekaman abiotik. Beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk mendapatkan varietas baru antara lain melakukan persilangan
dengan spesies tertentu, melakukan mutasi buatan, penerapan metode transformasi
atau melakukan fusi protoplas (Sukmadjaja, 2007)
Istilah protoplasma pertama kali diperkenalkan oleh Hanstein pada tahun
1880, yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah sel tumbuhan yang telah
dikupas bagian diding selnya atau sel tumbuhan telanjang tanpa dibungkus oleh
dinding sel. Protoplas dapat dimanfaatkan untuk mendukung penelitian dasar
biologi tanaman dan merupakan sarana penting di bidang rekayasa genetik,
misalnya untuk hibridisasi somatik untuk meningkatkan kualitas tanaman
(Anonim, 2007)
Fusi protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh
genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang
sama (inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter-genus). Penggunaan
fusi protoplas memungkinkan diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat
heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat keberhasilannya sangat ditentukan
oleh genotipenya (Mollers et al. 1992). Teknologi fusi protoplas juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan terhadap
hama dan penyakit serta cekaman abiotik (Purwito 1999).
Dengan demikian, tanaman hasil fusi dapat berupa tanaman dengan sifat-
sifat gabungan dari kedua tetuanya termasuk sifat-sifat yang tidak diharapkan
terutama berasal dari spesies liar. Oleh karena itu, untuk menghilangkan sifat-sifat
yang tidak diinginkan tersebut maka perlu dilakukan silang balik (back cross)
dengan tetua budi daya. Kemajuan pesat dalam penelitian produksi hibrida
somatik dan sibrida dalam transfer DNA tidak terlepas dari teknik isolasi, kultur
dan regenerasi protoplas menjadi tanaman. Untuk menunjang keberhasilan teknik
kultur dibutuhkan keahlian dan pengetahuan tentang teknik kultur protoplasma
guna mendukung teknik pencarian varietas baru berbagai jenis tanaman.
Isi
Prosedur Kultur Protoplasma
Kultur ptotoplasma dilakukan melalui secara bertahap mulai dari
persiapan eksplan dan isolasi protoplasma diikuti dengan penanaman. Mutasi
protoplasma dapat dilakukan dengan menambahkan senyawa mutagen ke dalam
media tanam atau dengan memperlakukan protoplasma dengan senyawa mutagen
tersebut. Silangan somatik dilakukan dengan cara penggabungan dua buah
protoplama segera setelah isolasi kemudian ditumbuhkan. Prosedur kultur
protoplasma secaraa umum adalah sebagai berikut:
1. Persiapan eksplan.
Jaringan tanaman yang digunakan untuk isolasi protoplasma ini
beragam, umumnya jaringan yang lebih muda dan berasal dari tanaman yang
mempunyai umur fisiologis muda, seperti pucuk muda (seperti dari kecambah,
bibit, plantlet), pucuk adventif hasil pangkasan. Protoplasma dari sel jaringan
tersebut lebih mudah diisolasi protoplasmanya karena dinding selnya masih
sederhana dan hanya terdiri dari dinding sel primer saja dan jaringannya masih
memiliki sel-sel parenchyma (dindingnya belum berlignin). Selain itu, ada
juga yang menggunakan jaringan yang telah dewasa, namun media untuk
isolasi protoplasma dari jaringan ini lebih kompleks karena dinding selnya
telah berlignin, telah memiliki dinding sel primer dan dinding sel sekunder.
2. Sterilsasi eksplan.
Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan terlebih dahulu
dicuci kemudian disterilakan, umumnya menggunakan sodium hypoklorit 1 –
2 % selama 10 – 30 menit tergantung jenis eksplan yang digunakan. Eksplan
tersebut selanjutnya dicuci dengan air steril (3 – 4 kali) untuk mencuci sisa
sodium hipoklorit pada eksplan.
3. Isolasi Protoplasma.
Istilah protoplasma pertama kali diperkenalkan oleh Hanstein pada tahun
1880, yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah sel tumbuhan yang telah
dikupas bagian diding selnya atau sel tumbuhan telanjang tanpa dibungkus
oleh dinding sel. Isolasi protoplasma dapat dilakukan dengan dua cara:
Metode mekanikal.
Isolasi protoplasma menggunakan metode ini dikenalkan pertama kali
oleh Klercker pada tahun 1892. Isolasi protoplasma dilakukan dengan cara
mengupas dinding sel menggunakan alat bedah mikro. Metode ini telah
berhasil mengisolasi protoplasma dari daun Saintpaulia ionantha dan
dikulturkan hingga tumbuh kalus. Kelebihan dari metode ini adalah bila
sel yang digunakan mempunyai vakuola sel yang relatif besar sedangkan
kelemahannya adalah: 1) Keberhasilannya rendah; 2) Pekerjaan yang
membutuhkan tenaga banyak dan membosankan; 3) Viabilitas
protoplasma rendah, karena seng terjadi kerusakan protoplasma selama
proses pengupasan dinding sel.
Metode enzimatik
Isolasi protoplasma dilakukan dengan menggunakan enzym yang
dapat mengahancurkan dinding sel. Enzym yang digunakan bervariasi
jenis dan konsentrasinya tergantung kondisi fisologis eksplan, terutama
umur jaringan yang erat kaitannya dengan komposisi dinding selnya.
Berikut dikemukanan perbandingan antara dinding sel primer dan
sekunder pada sel tumbuhan.
Enzym yang digunakan untuk mengancurkan dinding sel tumbuhan
umumnya ada 3 yaitu: Cellulase untuk menghancurkan sellulose,
Hemicellulase untuk menghancurkan hemisellulose, Pectinase untuk
menghancurkan pektin.
Sedangkan alat yang digunakan untuk isolasi dan kultur ptotoplasma
adalah sebagai berikut :
Laminar air flow cabinet
Centrifuge
Inverted microscope
Gyratory shaker
Magnetic stirrer + hot plate
pH meter
Saringan stainless stell (lubang 60 - 70 m)
Bacterial filter
Nalgene filter unit 0,22 m
Millex filter unit 0,45 m
Spet dan jarum
Piset dg ujung runcing + pisau kultur
Pipet 5 ml berujung lebar
Pipet pastur 2 ml
Petri dish
Gelas beker
Parafilm/plastic wrapp
Bahan- bahan yang digunakan untuk isolasi protoplasma adalah sebagai
berikut:
Eksplan
Protoplasma yang telah berhasil diisolasi berasal dari organ-organ seperti:
daun, tangkai daun, pucuk, akar, buah, koleoptil, embrio dan mikrospora.
Diantara organ tersebut sel yang paling mudah dan bagus untuk diisolasi
protoplasmanya adalah berasal dari jaringan mesofil daun, karena: Bentuk
selnya relatif seragam, tidak perlu membunuh tanamannya, dinding sel
mudah terkelupas oleh enzim.
Ethanol 70 %
Larutan isolasi protoplasma
Tahapan pengerjaan isolasi protoplasma
a. Jaringan tanaman seperti disterilkan terlebih dahulu dengan cara
merendamnya dalam alkohol 70% selama 30 detikm selanjutnya di rendam
kedalam larutan pemutih (misalnya bayklin) 20% yang ditambah beberapa
tetes Tween selama 15 menit. Selanjutnya daun tembakau tersebut dibilas
menggunakan aquadest steril sebanyak tiga kali.
b. Jaringan tanaman steril, diiris halus dan dikupas eidermis serta dihilangkan
urat daunnya dengan menggunakan mata skalpel runcing steril, untuk lebih
memudahkan isolasi protoplasmanya. Contoh campuran dan konsentrasi
enzym yang digunakan untuk isolasi protoplasma beragam dan tergantung
dari jenis jaringan yang digunakan sebagai eksplan, seperti:
1. Medium enzim untuk jaringan Akar
2 % rhozyme
2 % meicellase
0,03 % macerozyme R10
2. Medium enzim untuk daun Serealia
2 % cellulysin
0,2 % macerozyme R10
0,5 % hemicellullase
11 % mannitol
3. Medium enzim untuk Daun Tembakau:
0,5 % Onozuka R10 cellulase
0,1 % Onozuka R10 macerozyme R10
13,0 Mannitol
pH 5,8
Untuk mengurangi daya tarik menarik (adhesi) antara sitoplasma
dengan dinding selnya, Larutan enzim biasanya ditamhkan senyawa
osmoticum. Senyawa osmoticum yang dapat digunakan antara lain: Mannitol,
Sorbitol, Glukosa, Fruktosa, Galaktosa, Sukrosa.
Setelah dinding sel lepas, selanjutnya eksplan direndam ke dalam 20 ml
larutan media preplasmolisis selama 1-8 jam. Medium preplasmolisis untuk
setiap jenis eksplan berbeda, untuk tembakau medium preplasmolisis tersusun
atas medium isolasi protoplasma ditambah 13% mannitol.
Komponen Medium Isolasi Protoplasma (MIP) adalah sebagai berikut:
CaCl2.H2O 1480,0 mg/l
KH2PO4 27,2 mgl
KNO3 101,0 mg/l
MgSO4.7H2O 246,0 mg/l
CuSO4.5H2O 0,025 mg/l
KI 0,16 mg/l
pH 5,8
Eksplan dipindah larutam medium enzim (komposisi media ini juga
berbeda-beda untuk setiap jenis eksplan yang digunakan) untuk daun
tembakau komponennya dapat dilihat di atas. Eksplan dipindah ke tabung
steril dan dituangi medium enzim sebanyak 10 ml, lalu tabung ditutup dengan
aluminium foil steril dan diisolasi menggunakan parafilm atau plastik wrap.
Tabung berisi eksplan tersebut digoyang pada shaker dengan kecepatan 40
rpm selama semalam atau 4-16 jam.
4. Pemurnian protoplasma
Protoplasma dalam poin 5 disaring dengang filter steril, mess 63 µm,
masukkan ke dalam gelas piala volume 250 ml menggunakan pipet
pastuer.
Medium pencuci (MIP ditambah + 10 %) sebanyak 3 ml ditambahkan ke
dalam cawan petri yang berisi debris dari daun, digoyang perlahan dan
kombinasikandengan protoplas/ campuran enzim dalam gelas piala vol.
250 ml.
Protoplas yang diperoleh dicuci dengan medium pencuci dan saring.
Protoplas yang masih tercampur dengan larutan enzim disentrifuge dengan
kecepatan 50 x g selama 10 menit.
Pelet diresuspensi dalam medium pengapung (medium flotasi) 10 ml
ditambah medium pencuci 1 ml selanjutnya disentrifuge, protoplasma
akan melayang-layang diantara medium flotasi (MIP + 20%) dan medium
pencuci.
Protoplasma yang melayang-layang dipindahkan ke dalam tabung
ditambah 10 ml medium pencuci, selanjutnya disentrifuge maka
protoplasma akan mengendap sebagai pelet.
Supernatan dibuang dan pelet ditambah 10 ml medium pencuci dan diputar
lagi.
Supernatan dibuang sisakan suspensi protoplasma sebanyak 1 ml.
Kerapatan suspensi protoplasma yang dikulturkan untuk setiap spesies
tanaman berbeda-beda seperti tembakau suspensi protoplas kerapatannya
50.000 sel/ ml dan 25000 sel/ ml untuk protoplasma petunia, protoplasma
tersebut dikulturkan dalam cawan petri steril.

Gambar protoplas padi setelah proses pemurnian dilakukan


5. Perhitungan konsentrasi dan test viabilitas protoplasma.
Untuk menghitung kerapatan dapat dihitung dengan bantuan
haemocitometer: jumlah sel / grid x 10.000. Tes viabilitas protoplasma
dilakukan dengan menggunakan senyawa flourescent seperti fluresein
diacetate (FDA). Medium kultur diambil 25 tetes selanjutnya ditambah 1 tetes
larutan pewarna FDA dan 1 tetes protoplasma suspensi tersebut agar protoplas
tercat dengan baik, selanjutnya dilihat di bawah mikroskop. Protoplasma yang
mati berwarna merah dan yang viable tercat hijau.
6. Kultur protoplasma
Protoplasma yang hidup diambil dalam jumlah memadai (frekuensi
protoplas viable 100 – 200 sel) selanjutnya ditanam pada media yang telah
disediakan dan dikulturkan dan disimpan tempat gelap pada temperatur 28 oC
selama semalam. Kultur protoplasma dipindahkan pada cahaya rendah (10 –
20 µmol.detik-1 m-2) dengan cahaya lampu putih yang dingin dan fotoperiode
16 jam, selama 2 hari. Kultur dipindahkan pada intensitas cahaya yang lebih
tinggi (50 – 75 µmol.detik-1 m-2).
Media yang digunakan untuk kultur protoplasma dapat berupa media
media cair yang diletakkan dalam cawan petri kecil atau media padat media
padat (dengan pemadat agarose). Media yang digunakan untuk kultur
protoplasma jauh lebih kompleks dibandingkan dengan media untuk teknik
kultur lainnya, karena protoplasma belum memiliki dinding sel sehingga perlu
ditanam pada media awal yang diperkaya dengan osmotikum (misalnya
sorbitol atau mannitol) untuk: menghindari plasmolisis. Salah satu contoh
media kultur protoplasma tembakau.
Tabel 14. Formula media kultur protoplasma tembakau
Formula mg/l Formula mg/l Formula mg/l
Ca(H2PO4).H2) 100,000 H2BO3 3,00 Mannitol 100.000,00
CCl2.2H2O 50,000 KI 0,75 Inositol 100,00
KNO3 500,000 MnSO4.4H2O 13,20 Nicotinic acid 1,00
MgSO4.7H2O 50,000 Na2MoO4.2H2O 0,25 Pyridoxine-HCl 1,00
NaH2PO4.2H2O 170,000 ZnSO4.7H2O 2,00 Thiamine-HCl 10,00
(NH4)SO4 134,000 Sequestrene 330 28,00 2,4-D 0,10
CoCl2.6H2O 0,025 sucrose 10.000,00 NAA 1,00
CuSO4.5H2O 0,025 Glukose 18.000,00 BA 1,00
Catatan: pH: 5,8
Penanaman protoplama ke dalam media dilakukan dengan cara
mencampur protoplama dengan larutan agarose. Campuran disedot dengan
pipet pasteur steril kemudian diteteskan pada cawan petri steril (5 – 10 tetes
per petri). Cawan petri ditutup dengan parafilm selanjutnya kultur diletakkan
pada ruang kultur dengan suhu 25 C dan diberikan 16 jam penyinaran. Setiap
2 minggu ditambahkan media baru ke bagian tetesan protoplasma tersebut.
Teknik Kultur Protoplasma
Protoplasma yang telah dimurnikan biasanya dikulturkan dengan dalam
medium agar semisolid dan liquid. Protoplasma sering dikulturkan dalam
media liquid untuk meregenerasi dinding sel terlebih dahulu, sebelum
dikulturkan ke media agar. Media semisolid agar, agar yang digunakan untuk
kultur protoplasma adalah khusus: yaitu gel agar lunak, salah satunya agarose.
Teknik media liquid biasanya digunakan pada fase awal kultur, karena
mudah larut dan diserap, beberapa spesies, protoplasmanya tidak dapat
membelah dalam media agar, tekanan osmotik media direduksi secara efektif,
kerapatan sel-sel dapat direduksi setelah beberapa hari dikulturkan, kelemahan
dari teknik ini tidak boleh diisolasi dari turunan koloni tunggal yang berasal
dari sel induk satu. Teknik media liquid dapat dibedakan menjadi dua metode
a. Metode liquid tetes
Dengan menggunakan pipet ukuran 100-200 µl, suspensi protoplasma
dalam media diteteskan pada cawan petri ukuran 60mx15m sebanyak 5-7
tetes. Cawan petri ditutup dan direkatkan dengan parafilm atau plastik wrap
selanjutnya diinkubasikan. Setiap 5-7 hari tambahkan medium segar baru
dengan cara meneteskan langsung pada tetesan suspensi protoplasma yang
telah mengalami pertumbuhan. Metode ini biasanya baik untuk keperluan
pengamatan dengan mikroskop. Kelemahan dari metode ini adalah tetesan-
tetesan suspensi menyatu menjadi satu tetesan di pusat.
b. Metode tetes menggantung
Dengan menggunakan pipiet volume 40-100 µl, suspensi protoplasma
diteteskan di dalam tutup cawan petri, selanjutnya cawan petri, ditutupdengan
menggunakan tutup yang telah ditetesi suspensi protoplasma, sehingga tetesan
suspensi tersebut akan menggantung di dalam tutup cawan petri tersebut.
Diagram prosedur fusi protoplas dari mesofil daun tembakau dan daun
plantlet kentang; A. Plantula kentang; B. Daun dari A dipotong-potong; C.
Potongan daun C diinkubasikan dalam medium plasmolisis selama 1-8 jam
selanjutnya diinkubasikan dalam medium enzym selama 4-16 jam; D1.
Protoplasma dalam C disaring dengang filter steril, mess 63 mikron ; D2.
Suspensi protoplasma disentrifuge; E. Pelet diresuspensi dalam medium
pengapung (flotation) 10 ml ditambah medium pencuci 1 ml selanjutnya
disentrifuge, protoplasma akan melayang-layang diantara medium flotasi dan
medium pencuci; F. Protoplasma diresuspensi lagi dengan medium CPW 13
M dengan kerapatan 1x 106 per mililiter; G. 1. Protoplasma diteteskan pada
tengah-tengah cawan petri steril ditambahkan dengan satu tetes minyak
mineral; 2. Tetesan tersebut ditutup menggunakan gelas penutup steril; 3.
Tambahkan 3 tetes dari setiap macam suspensi protoplasma; H. Protoplas
difusikan secara bertahap menggunakan medium fusagen PEG 22,5 dengan
cara meneteskannya sebanyak 6 tetes; I. Protoplasma dicuci dengan medium
pencuci Ca+ . Medium pencuci dicampur dengan medium kultur; J.
Protoplasma diinkubasikan di bawah sinar pada suhu 25o C; K. setelah 2-3
minggu koloni multiseluler diembeding dengan agarose; L. Koloni seluler
pada K ditanam pada medium MS basal (sumber: Trigiano & Gray, 2000).
Proses yang terjadi setelah kultur protoplas dilakukan
1. Fusi protoplas
Peleburan protoplasma dari 2 genom yang berbeda dapat diperoleh
baik secara spontan ataupun dengan teknik pemacuan peleburan.
a. Metode peleburan spontan
Peleburan protoplasma secara spontan biasanya terjadi karena
membran protoplas yang sangat tipis dan lunak sehingga mudah sobek
atau pecah yang dapat mengakibatkan peleburan protoplasma.
Biasanya terjadi pada protoplasma yang diisolasi dari kalus.
Perleburan protoplasma dengan teknik ini biasanya terjadi pada
protoplasma yang mempunyai asal tanaman yang sama sehingga tidak
bernilai untuk perbaikan tanaman.

Gambar protoplast yang berhasil membentuk fusi


b. Metode pemacuan peleburan
Untuk mencapai peleburan protoplasma diperlukan adanya
agensia untuk memacu terjadinya peleburan protoplasma (dikenal
sebagai fusagen) yang berbeda jenis tanamannya. Larutan fusagen
contohnya:
Perlakuan dengan sodium nitrat: 5,5% sodium nitrat dalam larutan
10% sukrose dan kultur diinkubasikan dalam water bath bersuhu
35o C selama 5 menit selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan
200 g selama 5 menit. Subernatan dibuang dan pelet disimpan
dalam water bath bersuhu 35o C selama 30 menit. Pada beberapa
saat protoplasma akan terjadi peleburan. Agregat ditiangkan secara
hati-hati pada medium kultur yang telah ditambah 0,1% NaNO3.
Teknik ini akan dihasilkan dengan frekuensi rendah bila asal
protoplasmanya dari mesofil daun.
Perlakuan ion calsium padas pH tinggi . Teknik ini telah digunakan
pada protoplasma tembakau. Caranya protoplasma yang telah
diisolasi ditambahkan larutan fusagen berupa 0,5 M mannitol yang
berisi 0,05 M CaCl2.2H2O pada pH 10,5 selanjutnya disentrifuge
dengan kecepatan 50 g selama 3 menit. Selanjutnya tabung
sentrifuge disimpan dalam water bath bersuhu 37o C selama 40-50
menit hingga protoplasma melebur.
Perlakuan polyethelene glycol (PEG). Dari sekian banyak metode
peleburan protoplasma, metode ini yang yang berhasil dengan baik
untuk melebur protoplasma. Suspensi protoplasma dilarutkan
dalam larutan PEG: 1 ml suspensi protoplasmadalam medium
kultur dicampur dengan 1 ml 28-56% PEG (1500-6000 MW).
Tabung digoyang selama 5 detik dan biarkan berhenti 10 menit.
Selanjutnya suspensi protoplasma tersebut dipindahkan dari larutan
PEG dengan cara mencucinya menggunakan medium kultur
sebanyak 2 kali. Hasil peleburan protoplasma ini berupa
pembentukan heterokarion dengan frekuensi yang tinggi,
sedangkan kebanyakan tipe sel sitoplasmik dengan pembentukan
hetekarion binukleat rendah.
2. Pembentukan Dinding Sel
Perkembangan protoplasma diawali dengan regenerasi atau
terbentuknya dinding sel diikuti terbentuknya koloni sel menyerupai kalus.
Pada beberapa spesies, protoplasma membentuk kalus dan beregenerasi
melalui organogenesis atau embryogenesis.
3. Regenerasi Protoplasma
Regenerasi protoplasma membentuk koloni sel kemudian tanaman
lebih sulit dibandingkan dengan teknik kultur jaringan jaringan lain. Salah
satu teknik yang digunakan untuk merangsang regenerasinya adalah
menggunakan sel-sel lain (sebagai perawat) sehingga tekniknya disebut
dengan teknik “Nurse Culture”. Untuk kultur satu protoplasma, “nurse
cells” diletakkan berdekatan dengan kultur protoplasmanya untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan protoplasma. Teknik ini
pertama kali diperkenalkan oleh Muir dkk.
Tanaman yg dihasilkan dari kultur protoplasma bisa seragam atau
bervariasi, disebut “protoclonal variation”. Apabila dalam penanaman
protoplasma ditambahkan mutagen ke dalam media, maka hasil regenerasi
akan berupa generasi baru.
Produksi tunas dapat dilakukan pada media cair, umumnya ke dalam
media ditambahkan hormon pertumbuhan sitokinin (misalnya 0,5 M
BAP). Setelah tunas terbentuk cukup besar, tunas selanjutnya dalat
diakarkan. Salah satu contoh media pengakatran protoplasma adalah 1/2
MS + 3-aminopyridine (untuk tembakau) atau picloran (untuk tebu).
Plantlet yang cukup besar selanjutnya diaklimatisai kemudian ditanam di
lapangan.
Perlakuan peleburan elektro (elektrofusion). Protoplasma diletakkan di
dalam sel kultur yang kecil dan berisi elektrode yang berbeda
potensialnya, protoplasma diletakkan diantara barisan elektrode-
elektrode. Selanjutnya protoplasma diberi shok gelombang pendek
elektrik yang akan mengiduksi terjadinya peleburan protoplasma.
Dalam metode ini ada dua tahapan prosedur yang dimulai dengan
penggunaan AC dari intensitas rendah untuk suspensi protoplasma.
Kolektor dielektroforetik diatur 1,5 V dan 1 MHz dan konduktivitas
elektirk dari medium suspensi kurang dari 10 -5 detik/cm efek sebuah
elektroforesis dijalankan akan membuat masing-masing sel
berbenturan sepanjang alur barisan elektrode. Tahap kedua injeksi
aliran listrik DC dengan intensitas tinggi (750-1000V/cm) dengan
waktu yang sangat singkat yaitu 20-50 µdetik menyebabkan membran
protoplasma robek dan akan menghasilkan peleburan yang selanjutnya
membran akan mengalami reorganisasi. Teknik fusielektro sangat
sederhana, cepat dan efisien. Sel-sel yang telah di fusikan secara
eletronik tidak menunjukkan respon yang sitotoxit. Namun metode ini
jarang digunakan.

Gambar protoplas yang sudah beregenerasi


Penutup
Kultur protoplasma atau bisa juga disebut kultur fusi protoplasma
mempunyai tujuan akhir penyatuan dua jenis sel tanaman dari spesies maupun
genus yang berbeda sehingga terbentuklah individu tanaman yang baru yang juga
mempunyai ekspresi sifat yang baru. Dari dasar inilah terlihat adanya peluang
untuk mendapatkan jenis-jenis / varietas-varietas yang unggul.
Kultur protoplas ini harus dilakukan dengan teliti memenuhi prosedur yang
berlaku. Urutan prosedur pada kultur protoplas ini adalah Persiapan eksplan,
sterilsasi eksplan. isolasi protoplasma, pemurnian protoplasma, perhitungan
konsentrasi dan test viabilitas protoplasma, kultur protoplasma.
Sedangkan proses yang terjadi pada saat protoplasma tersebut dikulturkan
antara lain fusi protoplast (penggabungan dua protoplast) dilanjutkan dengan
pembentukan dinding sel dan regenerasi sel sehingga dapat membentuk individu
baru.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Kultur Protoplasma Dan Fusi Protoplasma. http://www.e-


learning.unram.ac.id. Diakses tanggal 28 Oktober 2008.
Hapsari, C. 2003. Pengaruh Jenis Gula Medium Terhadap Perkembangan Awal
Protoplas Kacang Hijau (Vigna radiata (l.) Wilczek) Dengan Perlakuan
Awal Preplasmolisis. http://www.digilib.bi.itb.ac.id. Diakses tanggal 28
Oktober 2008.
Sukmadjaja, D., Novianti S., Endang G., Ika R., Tintin S. 2007. Teknik Isolasi
dan Kultur Protoplas Tanaman Padi http://biogen.litbang-deptan.go.id
Diakses tanggal 28 Oktober 2008.
Purwito, A. 1999. Fusi Protoplas Intra Dan Interspesies Pada Tanaman Kentang.
Disertasi Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Anda mungkin juga menyukai