Kultur Teknik Fusi Protoplast PDF
Kultur Teknik Fusi Protoplast PDF
Oleh :
Dewi Ma’rufah H0106006
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
KULTUR FUSI PROTOPLAST
Pendahuluan
Salah satu cara untuk mengatasi masalah dalam pengembangan tanaman
unggul adalah dengan merakit varietas baru yang berproduksi tinggi dan tahan
terhadap hama, penyakit serta cekaman abiotik. Beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk mendapatkan varietas baru antara lain melakukan persilangan
dengan spesies tertentu, melakukan mutasi buatan, penerapan metode transformasi
atau melakukan fusi protoplas (Sukmadjaja, 2007)
Istilah protoplasma pertama kali diperkenalkan oleh Hanstein pada tahun
1880, yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah sel tumbuhan yang telah
dikupas bagian diding selnya atau sel tumbuhan telanjang tanpa dibungkus oleh
dinding sel. Protoplas dapat dimanfaatkan untuk mendukung penelitian dasar
biologi tanaman dan merupakan sarana penting di bidang rekayasa genetik,
misalnya untuk hibridisasi somatik untuk meningkatkan kualitas tanaman
(Anonim, 2007)
Fusi protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh
genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang
sama (inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter-genus). Penggunaan
fusi protoplas memungkinkan diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat
heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat keberhasilannya sangat ditentukan
oleh genotipenya (Mollers et al. 1992). Teknologi fusi protoplas juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan terhadap
hama dan penyakit serta cekaman abiotik (Purwito 1999).
Dengan demikian, tanaman hasil fusi dapat berupa tanaman dengan sifat-
sifat gabungan dari kedua tetuanya termasuk sifat-sifat yang tidak diharapkan
terutama berasal dari spesies liar. Oleh karena itu, untuk menghilangkan sifat-sifat
yang tidak diinginkan tersebut maka perlu dilakukan silang balik (back cross)
dengan tetua budi daya. Kemajuan pesat dalam penelitian produksi hibrida
somatik dan sibrida dalam transfer DNA tidak terlepas dari teknik isolasi, kultur
dan regenerasi protoplas menjadi tanaman. Untuk menunjang keberhasilan teknik
kultur dibutuhkan keahlian dan pengetahuan tentang teknik kultur protoplasma
guna mendukung teknik pencarian varietas baru berbagai jenis tanaman.
Isi
Prosedur Kultur Protoplasma
Kultur ptotoplasma dilakukan melalui secara bertahap mulai dari
persiapan eksplan dan isolasi protoplasma diikuti dengan penanaman. Mutasi
protoplasma dapat dilakukan dengan menambahkan senyawa mutagen ke dalam
media tanam atau dengan memperlakukan protoplasma dengan senyawa mutagen
tersebut. Silangan somatik dilakukan dengan cara penggabungan dua buah
protoplama segera setelah isolasi kemudian ditumbuhkan. Prosedur kultur
protoplasma secaraa umum adalah sebagai berikut:
1. Persiapan eksplan.
Jaringan tanaman yang digunakan untuk isolasi protoplasma ini
beragam, umumnya jaringan yang lebih muda dan berasal dari tanaman yang
mempunyai umur fisiologis muda, seperti pucuk muda (seperti dari kecambah,
bibit, plantlet), pucuk adventif hasil pangkasan. Protoplasma dari sel jaringan
tersebut lebih mudah diisolasi protoplasmanya karena dinding selnya masih
sederhana dan hanya terdiri dari dinding sel primer saja dan jaringannya masih
memiliki sel-sel parenchyma (dindingnya belum berlignin). Selain itu, ada
juga yang menggunakan jaringan yang telah dewasa, namun media untuk
isolasi protoplasma dari jaringan ini lebih kompleks karena dinding selnya
telah berlignin, telah memiliki dinding sel primer dan dinding sel sekunder.
2. Sterilsasi eksplan.
Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan terlebih dahulu
dicuci kemudian disterilakan, umumnya menggunakan sodium hypoklorit 1 –
2 % selama 10 – 30 menit tergantung jenis eksplan yang digunakan. Eksplan
tersebut selanjutnya dicuci dengan air steril (3 – 4 kali) untuk mencuci sisa
sodium hipoklorit pada eksplan.
3. Isolasi Protoplasma.
Istilah protoplasma pertama kali diperkenalkan oleh Hanstein pada tahun
1880, yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah sel tumbuhan yang telah
dikupas bagian diding selnya atau sel tumbuhan telanjang tanpa dibungkus
oleh dinding sel. Isolasi protoplasma dapat dilakukan dengan dua cara:
Metode mekanikal.
Isolasi protoplasma menggunakan metode ini dikenalkan pertama kali
oleh Klercker pada tahun 1892. Isolasi protoplasma dilakukan dengan cara
mengupas dinding sel menggunakan alat bedah mikro. Metode ini telah
berhasil mengisolasi protoplasma dari daun Saintpaulia ionantha dan
dikulturkan hingga tumbuh kalus. Kelebihan dari metode ini adalah bila
sel yang digunakan mempunyai vakuola sel yang relatif besar sedangkan
kelemahannya adalah: 1) Keberhasilannya rendah; 2) Pekerjaan yang
membutuhkan tenaga banyak dan membosankan; 3) Viabilitas
protoplasma rendah, karena seng terjadi kerusakan protoplasma selama
proses pengupasan dinding sel.
Metode enzimatik
Isolasi protoplasma dilakukan dengan menggunakan enzym yang
dapat mengahancurkan dinding sel. Enzym yang digunakan bervariasi
jenis dan konsentrasinya tergantung kondisi fisologis eksplan, terutama
umur jaringan yang erat kaitannya dengan komposisi dinding selnya.
Berikut dikemukanan perbandingan antara dinding sel primer dan
sekunder pada sel tumbuhan.
Enzym yang digunakan untuk mengancurkan dinding sel tumbuhan
umumnya ada 3 yaitu: Cellulase untuk menghancurkan sellulose,
Hemicellulase untuk menghancurkan hemisellulose, Pectinase untuk
menghancurkan pektin.
Sedangkan alat yang digunakan untuk isolasi dan kultur ptotoplasma
adalah sebagai berikut :
Laminar air flow cabinet
Centrifuge
Inverted microscope
Gyratory shaker
Magnetic stirrer + hot plate
pH meter
Saringan stainless stell (lubang 60 - 70 m)
Bacterial filter
Nalgene filter unit 0,22 m
Millex filter unit 0,45 m
Spet dan jarum
Piset dg ujung runcing + pisau kultur
Pipet 5 ml berujung lebar
Pipet pastur 2 ml
Petri dish
Gelas beker
Parafilm/plastic wrapp
Bahan- bahan yang digunakan untuk isolasi protoplasma adalah sebagai
berikut:
Eksplan
Protoplasma yang telah berhasil diisolasi berasal dari organ-organ seperti:
daun, tangkai daun, pucuk, akar, buah, koleoptil, embrio dan mikrospora.
Diantara organ tersebut sel yang paling mudah dan bagus untuk diisolasi
protoplasmanya adalah berasal dari jaringan mesofil daun, karena: Bentuk
selnya relatif seragam, tidak perlu membunuh tanamannya, dinding sel
mudah terkelupas oleh enzim.
Ethanol 70 %
Larutan isolasi protoplasma
Tahapan pengerjaan isolasi protoplasma
a. Jaringan tanaman seperti disterilkan terlebih dahulu dengan cara
merendamnya dalam alkohol 70% selama 30 detikm selanjutnya di rendam
kedalam larutan pemutih (misalnya bayklin) 20% yang ditambah beberapa
tetes Tween selama 15 menit. Selanjutnya daun tembakau tersebut dibilas
menggunakan aquadest steril sebanyak tiga kali.
b. Jaringan tanaman steril, diiris halus dan dikupas eidermis serta dihilangkan
urat daunnya dengan menggunakan mata skalpel runcing steril, untuk lebih
memudahkan isolasi protoplasmanya. Contoh campuran dan konsentrasi
enzym yang digunakan untuk isolasi protoplasma beragam dan tergantung
dari jenis jaringan yang digunakan sebagai eksplan, seperti:
1. Medium enzim untuk jaringan Akar
2 % rhozyme
2 % meicellase
0,03 % macerozyme R10
2. Medium enzim untuk daun Serealia
2 % cellulysin
0,2 % macerozyme R10
0,5 % hemicellullase
11 % mannitol
3. Medium enzim untuk Daun Tembakau:
0,5 % Onozuka R10 cellulase
0,1 % Onozuka R10 macerozyme R10
13,0 Mannitol
pH 5,8
Untuk mengurangi daya tarik menarik (adhesi) antara sitoplasma
dengan dinding selnya, Larutan enzim biasanya ditamhkan senyawa
osmoticum. Senyawa osmoticum yang dapat digunakan antara lain: Mannitol,
Sorbitol, Glukosa, Fruktosa, Galaktosa, Sukrosa.
Setelah dinding sel lepas, selanjutnya eksplan direndam ke dalam 20 ml
larutan media preplasmolisis selama 1-8 jam. Medium preplasmolisis untuk
setiap jenis eksplan berbeda, untuk tembakau medium preplasmolisis tersusun
atas medium isolasi protoplasma ditambah 13% mannitol.
Komponen Medium Isolasi Protoplasma (MIP) adalah sebagai berikut:
CaCl2.H2O 1480,0 mg/l
KH2PO4 27,2 mgl
KNO3 101,0 mg/l
MgSO4.7H2O 246,0 mg/l
CuSO4.5H2O 0,025 mg/l
KI 0,16 mg/l
pH 5,8
Eksplan dipindah larutam medium enzim (komposisi media ini juga
berbeda-beda untuk setiap jenis eksplan yang digunakan) untuk daun
tembakau komponennya dapat dilihat di atas. Eksplan dipindah ke tabung
steril dan dituangi medium enzim sebanyak 10 ml, lalu tabung ditutup dengan
aluminium foil steril dan diisolasi menggunakan parafilm atau plastik wrap.
Tabung berisi eksplan tersebut digoyang pada shaker dengan kecepatan 40
rpm selama semalam atau 4-16 jam.
4. Pemurnian protoplasma
Protoplasma dalam poin 5 disaring dengang filter steril, mess 63 µm,
masukkan ke dalam gelas piala volume 250 ml menggunakan pipet
pastuer.
Medium pencuci (MIP ditambah + 10 %) sebanyak 3 ml ditambahkan ke
dalam cawan petri yang berisi debris dari daun, digoyang perlahan dan
kombinasikandengan protoplas/ campuran enzim dalam gelas piala vol.
250 ml.
Protoplas yang diperoleh dicuci dengan medium pencuci dan saring.
Protoplas yang masih tercampur dengan larutan enzim disentrifuge dengan
kecepatan 50 x g selama 10 menit.
Pelet diresuspensi dalam medium pengapung (medium flotasi) 10 ml
ditambah medium pencuci 1 ml selanjutnya disentrifuge, protoplasma
akan melayang-layang diantara medium flotasi (MIP + 20%) dan medium
pencuci.
Protoplasma yang melayang-layang dipindahkan ke dalam tabung
ditambah 10 ml medium pencuci, selanjutnya disentrifuge maka
protoplasma akan mengendap sebagai pelet.
Supernatan dibuang dan pelet ditambah 10 ml medium pencuci dan diputar
lagi.
Supernatan dibuang sisakan suspensi protoplasma sebanyak 1 ml.
Kerapatan suspensi protoplasma yang dikulturkan untuk setiap spesies
tanaman berbeda-beda seperti tembakau suspensi protoplas kerapatannya
50.000 sel/ ml dan 25000 sel/ ml untuk protoplasma petunia, protoplasma
tersebut dikulturkan dalam cawan petri steril.