Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PERLINDUNGAN PASIEN DARI

KEKERASAN FISIK

LOGO RS

RUMAH SAKIT X
Alamat RS
MEDAN – INDONESIA
TAHUN 2013
PANDUAN PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK

I. DEFINISI
Kekerasan Fisik adalah ekspresi dari apa baik yang dilakukan secara fisik yang
mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang.
Kekerasan fisik dapat dilakukan oleh pengunjung, pasien lain atau staf rumah sakit.
Perlindungan Pasien dari Kekerasan Fisik adalah suatu upaya rumah sakit untuk
melindungi pasien dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien lain atau staf rumah sakit.
Pasien menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 adalah
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di
rumah sakit.
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi dalam kurun waktu satu jam pertama kelahiran.
Bayi yang lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu –
42 minggu dan berat lahit 2500 gram – 4000 gram.
Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya.
Impairmen (berdasarkan ICIDH) adalah keadaan kehilangan atau ketidaknormalan
dari kondisi psikologis, fisiologis atau stuktur anatomi dan fungsi.
Disabilitas (berdasarkan ICIDH) adalah segala restriksi atau kekurangan kemampuan
untuk melakukan aktifitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang diakibatkan impairmen.
Handikap (berdasarkan ICIDH) adalah hambatan dalam individu yang diakibatkan
oleh impairmen dan disabilitas yang membatasi pemenuhan peran wajar seseorang sesuai
dengan faktor umur, seks, sosial dan budaya.
Difabel adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai keterbatasan fungsional.
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 pengertian dan penggolongan
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, dan ada dua kategori :
Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau jasa, Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada orang lain. Menurut
Departemen Kesehatan (2011) lansia meliputi : pra lansia kelompok usia 45-59 tahun, lansia
antara 60-69 tahun dan lansia beresiko kelompok usia > 70 tahun.
II. RUANG LINGKUP
Diera pra kemerdekaan Republik Indonesia, lembaga perumahsakitan telah tumbuh
dan berkembang sebagai bagian dari sejarah pradaban umat manusia, yang bersumber pada
kemurnian rasa kasih sayang, kesadaran sosial dan naluri untuk saling tolong menolong di
antara sesama manusia, serta semangat keagamaan yang tinggi dalam kehidupan umat
manusia.
Diera globalisasi, rumah sakit disebut sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri, menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan / pasien dengan tingkatan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan keselamatan dalam pelayanan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit diwajibkan perlunya memperhatikan hak dan kewajiban pasien, rumah sakit dan tenaga
kesehatan.
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna harus memperhatikan persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan
fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia
lanjut. Prasarana seperti petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat
dan setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku,
etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.
Rumah sakit bertanggung jawab melindungi pasien dari kekerasan fisik yang tiba-tiba
oleh pengunjung, pasien lain dan staf rumah sakit. Tanggung jawab ini terutama bagi bayi,
anak-anak, manula dan lainnya yang tidak mampu melindungi dirinya atau memberi tanda
minta bantuan. Rumah sakit berupaya mencegah kekerasan yang bersifat tiba-tiba melalui
prosedur investigasi pada setiap orang yang tidak memiliki identifikasi, monitoring lokasi
yang terpencil atau terisolasi dari rumah sakit dan secara cepat bereaksi terhadap pasien
yang berada dalam bahaya kekerasan.

III. TATALAKSANA
1. Identifikasi Pengunjung Di Rumah Sakit
1) Ketentuan
a. Bagi setiap pengunjung yang masuk atau datang ke rumah sakit harus melapor ke
petugas satpam terutama pada malam hari di luar jam berkunjung.
b. Petugas satuan pengaman di lapangan harus mengarahkan pengunjung yang
membutuhkan informasi dan menyikapi secara cepat terhadap pengunjung yang
berkunjung di malam hari di luar jam berkunjung.
c. Setiap pengunjung harus mematuhi aturan dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit.

2) Persyaratan
a. Untuk tertibnya pelaksanaan kegiatan identifikasi pengunjung di rumah sakit, agar
para pengunjung terutama di malam hari di luar jam berkunjung wajib mengisi
Buku Identifikasi Pengunjung Rumah Sakit X.
b. Setelah mengisi Buku Identifikasi Pengunjung, yang bersangkutan menyerahkan
tanda pengenal/KTP/SIM kepada petugas satpam.
c. Apabila pengunjung sudah selesai urusannya di rumah sakit maka tanda
pengenal/KTP/SIM dikembalikan oleh petugas satpam disertai dengan mengisi
jam keluar pengunjung.
d. Pengembalian tanda pengenal/KTP/SIM dari petugas satpam tidak bisa diwakili
oleh siapapun kecuali yang bersangkutan.
e. Laci tempat penyimpanan tanda pengenal/KTP/SIM di Unit Satuan Pengamanan
harus senantiasa terkunci.

2. Perlindungan Pasien Dari Kekerasan Fisik


a. Idenfitikasi pasien berisiko terhadap kekerasan dimulai dari UGD
b. Permintaan perlindungan dari kekerasan fisik bisa dilakukan atas permintaan keluarga
pasien atau lembaga tertentu.
c. Di ruang perawatan segera merespon bila pasien butuh bantuan dengan perawat dan
dengan pihak terkait.
d. Unit Satuan Pengaman melaksanakan penjagaan khusus terkait ancaman kekerasan
fisik
e. Penunggu pasien diijinkan 1 (satu) orang 1 (satu) pasien dan pembesuk menunjukkan
identitas dan harus seijin dari penunggu pasien.
f. Lokasi terpencil dan terisolasi dilakukan penjagaan dan pengawasan dengan kamera
CCTV.
g. Penanganan Kejadian Kekerasan Fisik Terhadap Pasien
a) Prosedur I : Orang pertama yang menemukan kasus
1) Ingat keselamatan anda adalah yang utama, bersikaplah setenang mungkin
2) Jangan melakukan gerakan yang gegabah dan tiba-tiba
3) Ajak bicara dan menjawab percakapan, lakukan apa yang mereka inginkan
jangan lebih
4) Bila memungkinkan cari tahu penyebab/alasan tindakan
5) Ingat apa yang menjadi ciri pelaku ( pakaian, penampilan, umur dan lain-lain )
6) Segera hubungi Unit Satuan Pengaman setempat informasikan “ sebutkan
nama, lokasi kejadian dan hal-hal lain yang terkait,
7) Jika penyerang melarikan diri, catat rute yang diambil, nomor dan jenis
kendaraan dan informasikan lainnya
8) Berikan informasi saat anggota Unit Satuan Pengaman tiba, tunggu instruksi
lebih lanjut.
9) Pegang kendali komunikasi lewat handy talkie

b) Prosedur II : Petugas Satuan Pengaman (Piket)


1) Konfirmasi informasi yang masuk dari piket Satpam setempat baik nama,
identitas yang dicurigai, tempat dan detail kejadian.
2) Semua pintu akses menuju keluar ruangan pastikan keadaan terkunci
3) Informasikan lewat handy talkie sebagai berikut, contoh : “Perhatian untuk
seluruh staf, pasien dan keluarga pasien di unit perawatan Lt. III bila ada
orang yang mencurigai / tidak dikenal segera beritahu petugas satuan
pengaman setempat” ulangi sebanyak 3 ( tiga) kali.
4) Yakinkan pasien dan keluarga pasien tetap berada ditempat dan tenangkan.
5) Awasi kejadian hal yang dicurigai/hal yang tidak diinginkan
6) Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat handy talkie,
sebagai berikut, contoh : “perhatian untuk seluruh staf, pasien dan keluarga
pasien di unit perawatan Lt. III telah terkendali “ ulangi sebanyak 3 ( tiga )
kali.
7) Tindaklanjuti petugas satuan pengaman dan hubungi pihak kepolisian atas
instruksi dari petugas satuan pengaman lainnya.

c) Prosedur III : Penanggung jawab ruangan

1) Pastikan telah dihubungi / menghubungi Unit Satuan Pengaman untuk


dinyatakan dalam keadaan ada orang yang dicurigai
2) Kunci semua pintu akses menuju keluar ruangan
3) Informasikan ke seluruh staf, pasien dan keluarga pasien sebagai berikut,
contoh : “Perhatian untuk seluruh staf, pasien dan keluarga pasien di unit
perawatan Lt. III bila ada orang yang mencurigai / tidak dikenal segera
beritahu petugas setempat” ulangi sebanyak 3 (tiga) kali
4) Yakinkan pasien dan keluarga pasien tetap berada ditempat dan tenangkan
5) Awasi kejadian hal yang dicurigai/hal yang tidak diinginkan
6) Bila kejadian pada tempatnya lindungi pasien yang mendapat kekerasan fisik
(bayi / anak-anak / orang tua/lansia / cacat / tidak mampu melindungi diri
sendiri dan yang berisiko) pada tempat yang aman (lokasi terpencil / isolasi)
7) Yakinkan pasien tenang, aman dan nyaman serta terpenuhi kebutuhan dasar
8) Yakinkan penunggu pasien menggunaan identitas penunggu pasien
9) Identifikasi pengunjung/pembesuk yang dicurigai
10) Pegang kendali komunikasi lewat airphone / handy talkie
11) Bantu persiapan jalur masuk ke lokasi kejadian agar memudahkan bantuan
datang
12) Jika berada di lokasi yang berdekatan dengan tempat kejadian berlangsung
amankan area anda dan keluar dari area berbahaya dan buat laporan kasus
13) Awasi kejadian hal yang dicurigai / hal yang tidak diinginkan
14) Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat airphone / handy
talkie, sebagai berikut, contoh : “perhatian untuk seluruh staf, pasien dan
keluarga pasien di unit perawatan Lt. III telah terkendali “ ulangi sebanyak 3
( tiga ) kali.
15) Tindaklanjuti ke petugas satuan pengaman.

d) Prosedur IV : Unit Satuan Pengaman


1) Segera merespon informasi satpam setempat dengan menuju ke lokasi
kejadian
2) Satpam setempat menghubungi / lapor jaga piket
3) Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan untuk memahami situasi
dan rencana penanganan
4) Informasikan ke piket untuk prosedur evakuasi bila diperlukan
5) Identifikasi pengunjung / pembesuk, dan penggunaan identitas penunggu
pasien bila diperlukan.
6) Tetap tenang dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan agar tidak
membahayakan diri sendiri atau orang-orang di sekitar lokasi kejadian
7) Amankan area kejadian dari orang-orang yang tidak berkepentingan
8) Berikan informasi lengkap apabila Kepala Unit Satpam atau pihak kepolisian
tidak dilokasi kejadian
9) Upayakan memperkecil akses pelaku dengan mengatur penempatan anggota,
kenakan alat pelindung diri dan siapkan perlengkapan pengamanan
10) Bertindak secara tim, bila ada peluang untuk melumpuhkan
11) Bila pihak kepolisian telah dilokasi serahkan komando kepada polisi, namun
tetap melakukan koordinasi dengan anggota tim lain di lokasi kejadian
12) Bila kondisi telah bisa ditangani, buat laporan kronologis penanganan kasus
untuk laporan ke jajaran direksi, Kepala Unit Satuan Pengaman dan anggota
satuan pengaman untuk dinas berikutnya.
e. Prosedur V : KepalaUnit Satuan Pengaman
1) Segera merespon informasi satpam setempat dengan menuju ke lokasi kejadian
2) Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan, bagian CCTV dan
petugas satuan pengamanan yang piket untuk memahami situasi dan membuat
rencana penanganan
3) Informasikan ke piket untuk prosedur evakuasi bila diperlukan
4) Pastikan anggota telah mengenakan alat pelindung diri
5) Berikan informasi lengkap apabila pihak kepolisian tiba dilokasi kejadian
6) Instruksikan petugas satuan pengaman yang piket dan anggotanya untuk
memperkecil akses pelaku dengan pengatur penempatan anggota
7) Petugas satuan pengamanan yang piket, informasikan kepada timnya, bila
kondisi telah bisa ditangani
8) Bila pelaku diamankan pihak kepolisian, instruksikan agar penanggung jawab
ruangan dan petugas satuan pengaman yang piket untuk mendampingi pihak
kepolisian sebagai saksi
9) Melaporkan kejadian dan pengaman yang dilakukan kepada jajaran direksi.

3. Perlindungan Terhadap Penculikan Bayi


1) Lakukan pemeriksaan secara berkala di ruang rawat bayi /anak/manula/pasien yang
tidak dapat melindungi dirinya sendiri.
2) Lakukan monitoring seluruh ruangan dengan menggunakan CCTV.
3) Larang orang asing yang tidak berkepentingan berada pada area tersebut.
4) Awasi dengan disiplin pintu keluar di ruang rawat bayi/anak kepada semua orang
yang akan meninggalkan rumah sakit denga bayi/anak.
5) Pastikan bahwa keluarga/orangtua bayi/anak membawa surah serah terima bayi
(STB) sesuai identitas.
6) Lakukan pemeriksaan terhadap seluruh area rumah sakit jika ada laporan terjadi
penculikan bayi, segera.

4. SISTEM PENGAWASAN RUANGAN CCTV


1) Penggunaan
Pada umumnya CCTV digunakan sebagai pelengkap keamanan dan banyak dipakai
dalam Industri, Kemiliteran, Bandara, Pelabuhan, Stasiun, Jalan Raya, Kantor-
Kantor, Toko-Toko, Pabrik, perumahan dan lain-lain.

2) Perlengkapan (yang ada di Rumah Sakit X)


a. Kamera biasa (yang tidak bisa berputar) : 48 unit.
Berfungsi sebagai alat pengambil gambar.
b. DVR (Digital Video Recorder) : 3 unit.
Berfungsi untuk merekam semua gambar yang dikirim oleh kamera, dapat
menyimpan data selama 20 hari dan secara otomatis data tersebut terhapus.
c. TV monitor : 3 unit.
Berfungsi untuk menampilkan semua gambar yang dikirim oleh kamera.

3) Yang diijinkan masuk ruangan CCTV


1) Direktur
2) Staf yang diberi wewenang sesuai kebutuhan

4) Letak kamera dan area yang termonitor :


a. DVR 1
1) Ruang Direktur (Lt. I)
2) Lift (Dalam Lift)
3) Depan ICU (Lt. II)
4) Depan Lift (Lt. II)
5) ICU (Lt. II)
6) Lobby (Lt. II)
7) Nurse Station (Lt. III)
8) Lobby (Lt. III)
9) Lt. III (Koridor)
10) Lt. IV (Koridor)
11) Lobby (Lt. IV)
12) Nurse Station (Lt. IV)
13) Dapur / Gizi
14) Lobby (Lt. V)
15) Nurse Station (Lt. V)
16) Lt. V (Koridor)

b. DVR 2
1) Limbah Lt. I
2) Lapangan parkir 1
3) Lapangan parkir 2
4) Lapangan parkir 3
5) Pintu masuk utama
6) Lobby Lt. I (di depan Unit Informasi dan UGD)

7) UGD 1 (mengarah ke pintu masuk UGD)


8) UGD 2 (mengarah ke pintu keluar UGD)
9) Lobby Lt. I (di depan Unit Farmasi)
10) Lobby Lt. I (di depan Unit Radiologi dan lift)
11) Kantor Administrasi 1 (Lt. I)
12) Kantor Administrasi 2 (Lt. I)
13) Pintu belakang
14) Panel Utama
15) Lobby Belakang
16) Ruang genset

c. DVR 3
1) Lapangan Parkir 4
2) Lobby masuk Pintu Utama (Lt. I)
3) Lapangan Parkir Samping 1
4) Lapangan Parkir Samping 2
5) Informasi (Lt. I)
6) Kasir (Lt. I)
7) Depan Lift (Lt. I)
8) Lift Barang (Lt. I)
9) Kamar Bersalin (Lt. II)
10)Poli Anak (Lt. III)
11) Depan Instalasi Rekam Medis (Lt. III)
12)Ruang Tekhnisi (Lt. I)
13)Ruang Isi Air Aqua (Lt. IV)
14)Dobi (Lt. VI)
15)Lapangan Jemuran (Lt. VI)
16)Depan Ruang Mesin Lift (Lt. VI)

IV. DOKUMENTASI
1) Buku Identifikasi Pengunjung
2) Rekaman CCTV dengan jangka waktu tertentu
3) Buku register pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit X

Ditetapkan di .........................
Pada Tanggal ………………...

Direktur Rumah Sakit X,


Ttd

Nama Direktur

Anda mungkin juga menyukai