Anda di halaman 1dari 18

Dalam telaah komplain pasien dan keluarga pasien, mayoritas akan teridentifikasi ada mis

komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan keluarga pasien. Mari kita lihat lebih
jauh tentang ini.

Komplain pasien dan keluarga pasien pada muaranya karena kenyataan pelayanan yang
diterima tidak sesuai yang mereka harapkan. Semakin lebar gap antara kenyataan dan
harapan pasien dan keluarga pasien, semakin besar pula tingkat komplain mereka.

Cara paling efektif untuk mempersempit gap antara kenyataan dan harapan dari pasien
keluarga pasien adalah melalui komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan
keluarga pasien.

Problemnya adalah pada beberapa kondisi, staf rumah sakit gagal melakukan komunikasi
yang efektif dengan pasien dan keluarga.

Menurut saya, kegagalan komunikasi ini dipicu oleh diantaranya oleh sistem untuk
menciptakan komunikasi efektif ini belum terbagun dengan baik. Contoh sederhana, keluhan
pasien atau keluarga pasien terkait dengan pelayanan rawat inap di rumah sakit. Ketika
regulasi dan prosedur mengatur dengan jelas dan dikomunikasikan dengan baik kepada
pasien dan keluarga, maka suasana pelayanan akan terbangun kondusif. Dari awal rawat
inap, sistem sudah mengatur, memfasilitasi dan memastikan bahwa pasien dan kelurga
sudah diberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban dengan baik, sudah dilakukan
orientasi ruangan, tata tertib, termasuk pelayanan yang diterima lengkap dengan tengat
waktu dan sebagainya.

Sistem sudah mengatur, memfasilitasi dan memastikan bahwa komunikasi efektif


dilaksanakan apakah sudah cukup ? Belum.

SDM adalah ujung tombak dalam pelayanan di rumah sakit. SDM adalah staf rumah sakit
terdepan yang berjibaku dengan bermacam-macam karakter pasien dan keluarga. Bekal
yang memadai terkait pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesional dari seluruh staf
menjadi kebutuhan rumah sakit dalam mengurangi gap antara staf rumah sakit dan pasien
dan keluarga seperti yang disebutkan di atas.

Menurut saya, komunikasi efektif dalam persektif pelayanan di rumah sakit itu di atas
komunikasi pada pelayanan publik lainnya. Beda dan sangat spesifik. Artinya jika bekal yang
diberikan kepada para staf sebatas pada komunikasi ‘biasa’ maka jangan harap para staf
akan berkontribusi positif dalam memenuhi hak dan kebutuhan pasien sekaligus kewajiban
rumah sakit.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi I, terkait komunikasi efektif ini sangat
kompleks, yaitu berisi dan mengatur tentang :

1. Komunikasi dengan komunitas masyarakat


2. Komunikasi dengan pasien dan keluarganya
3. Komunikasi antar tenaga kesehatan di dalam dan luar RS

Dari tiga hal ini saja, menunjukkan bahwa komunikasi di rumah sakit sangat berbeda
dengan komunikasi biasa.

Beberapa rumah sakit sering mengundang narasumber komunikasi ‘biasa’ untuk inhouse
training di rumah sakit. Tidak salah. Untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan
komunikasi ‘biasa’. Tapi tidak cukup untuk membekali komunikasi efektif di rumah sakit.

Staf rumah sakit itu berlatarbelakang pendidikan berbeda-beda, berprofesi berbeda beda-
beda pula. Pasien sebagai penerima informasi sangat heterogen termasuk kemampuan
menerima informasi dan latar belakang yang terkait dengan komunikasinya. Dan, yang
sering tidak dibahas oleh para narasumber komunikasi ‘biasa’ adalah komunikasi tertulis
yang ada di rekam medis pasien.

Rekam medis pasien menjadi salah satu alat komunikasi vital bagi para Profesional Pemberi
Asuhan dalam memberikan asuhan klinis. Sudahkah dilatih sampai kompeten sehingga para
profesional pemberi asuhan bisa secara terintegrasi memberikan asuhan klinis.

Terkait dengan komunikasi antar tenaga kesehatan, berikut ini adalah sebagian kecil dari
elemen-elemen komunikasi efektif di Rumah Sakit, saya adopsi dari berbagai sumber, untuk
mendeskripsikan bahwa komunikasi efektif di rumah sakit bukan komunikasi biasa :

Daftar untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif, Kompetensi Budaya, dan Asuhan


Berfokus Pasien dan Keluarga Selama Penerimaan

 Menginformasikan pasien hak-hak mereka.


 Mengenali bahasa pilihan pasien untuk mendiskusikan pengobatan kesehatan.
 Mengenali apakah pasien memiliki kebutuhan sensorik atau komunikasi.
 Tentukan apakah pasien perlu bantuan mengisi formulir pendaftaran.
 Kumpulkan data ras dan etnis pasien dalam catatan medis.
 Mengenali jika pasien menggunakan perangkat bantu.
 Menanyakan pasien jika ada kebutuhan tambahan yang dapat mempengaruhinya
atau pengobatannya.
 Komunikasikan informasi tentang kebutuhan pasien khusus untuk tim asuhan.

Daftar untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif, Kompetensi Budaya, dan Pengobatan


Terpusat Pasien dan Keluarga Selama Asesmen

 Mengidentifikasi dan mengatasi kebutuhan komunikasi pasien selama asesmen.


 Mulai penyedia hubungan pasien dengan pengenalan.
 Mendukung kemampuan pasien untuk memahami dan bertindak atas informasi
kesehatan.
 Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mobilitas pasien selama asesmen.
 Mengidentifikasi budaya, agama, atau keyakinan spritual pasien atau praktik yang
mempengaruhi pengobatan.
 Mengidentifikasi kebutuhan makanan pasien atau pembatasan yang mempengaruhi
pengobatan.
 Minta pasien untuk mengidentifikasi pendamping.
 Berkomunikasi informasi tentang kebutuhan pasien khusus pada tim asuhan.

Daftar untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif, Kompetensi Budaya, dan Pengobatan


Terpusat Pasien dan Keluarga Selama Pengobatan

 Mengatasi kebutuhan komunikasi pasien selama pengobatan.


 Memantau perubahan status komunikasi pasien.
 Libatkan pasien dan keluarga dalam proses pengobatan.
 Sesuaikan arahan informasi untuk memenuhi kebutuhan pasien.
 Memberikan pendidikan pasien yang memenuhi kebutuhan pasien.
 Mengatasi kebutuhan mobilitas pasien selama pengobatan.
 Mengakomodasi kegiatan budaya, agama, atau keyakinan spiritual pasien.
 Memantau perubahan kebutuhan makanan atau pembatasan yang dapat
mempengaruhi pengobatan pasien.
 Minta pasien untuk memilih pendamping jika ada yang belum diidentifikasi.
 Komunikasikan informasi tentang kebutuhan pasien khusus pada tim asuhan.

Daftar untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif, Kompetensi Budaya, dan Pengobatan


Terpusat Pasien dan Keluarga Selama Pengobatan Akhir

 Mengatasi kebutuhan komunikasi pasien selama pengobatan akhir.


 Memantau perubahan status komunikasi pasien selama pengobatan akhir.
 Libatkan pengambil keputusan pengganti pasien dan keluarga selama pengobatan
akhir.
 Mengatasi kebutuhan mobilitas pasien selama pengobatan akhir.
 Mengidentifikasi budaya, agama, atau keyakinan spiritual pasien selama pengobatan
akhir.
 Pastikan pasien memiliki akses pada pendamping yang dipilihnya.

Daftar untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif, Kompetensi Budaya, dan Pengobatan


Terpusat Pasien dan Keluarga Selama Pemulangan dan Transfer

 Mengatasi kebutuhan komunikasi pasien selama pemulangan dan transfer.


 Melibatkan pasien dan keluarga dalam rencana dan instruksi pemulangan dan
transfer.
 Memberikan instruksi pemulangan yang memenuhi kebutuhan pasien.
 Mengidentifikasi, menindaklanjuti penyedia yang dapat memenuhi kebutuhan khusus
pasien.

Dan, masih banyak yang lainnya. Mirip seperti pelayanan prima. Pelayanan prima di rumah
sakit tidak bisa disamakan dengan pelayanan prima di unit pelayananan publik non rumah
sakit. Demikian pula dengan Komuniksi di rumah sakit. Sangat jelas perbedaannya.
Kode atau sandi adalah suatu informasi yang tidak berupa kata melainkan bentuk
representasi lain. Di era global saat ini ada alat pemberi kode yang dapat berfungsi meminta
bantuan , mengevakuasi, dll. Alat ini terdiri beberapa jenis yaitu Code Blue , Code Red ,
Code Black, dan Code Brown Button, setiap Code memiliki maksud dan simbol tertentu.
Baik untuk lebih jelasnya kami akan jelaskan.

CODE BLUE

Code Blue (Kode Biru) merupakan kode yang dimana menunjukkan pasien yang
membutuhkan resusitasi atau membutuhkan pertolongan medis,paling sering sebagai akibat
dari serangan pernapasan atau serangan jantung, jika tombol Code Blue di tekan maka
muncul lampu berwarna biru, dan layar display akan menunjukan tulisan berwarna biru dan
menunjukkan nomor kamar pasien. Di saat itu juga dokter atau suster terdekat akan
melakukan pertolongan pertama ke pada pasien.

CODE RED

Selain Code Blue ada juga Code Red (Kode Merah) yang merupakan kode yang dimana
menunjukkan adanya kebakaran , di saat code red di tekan maka akan menunjukan adanya
kebakaran ,dan segera mungkin melakukan evakuasi dan pemadaman api, sehingga tidak
melebar luas kobaran api tersebut.

Code Black

Code Black (Kode Hitam) berguna terhadap adanya Ancaman Bom yang terjadi di di suatu
tempat. misalnya kita mendapatkan laporan bahwa lokasi ini bakal di bom , maka code black
harus di tekan , bertujuan untuk melakukan evakuasi, dan tidak memakan korban.
Code Brown Button

Selain ke 3 di atas ada juga Code Brown Button yang berfungsi untuk meminta
Bantuan Security, Kode di gunakan jika di lokasi adanya terjadi keributan, atau tamu tidak di
undang.

Code Pink

Dan Terakhir Code Pink (Kode Pink), kode ini biasanya sangat berguna di Rumah Sakit,
atau ruang penitipan Bayi, jika ada nya Bayi Hilang maka Code Pink harus di tekan ,
bertujuan untuk ada nya tim untuk mencari bayi yang hilang tersebut.

Selain administrasi, praktik pelayanan dan kebijakan, tim akreditasi rumah sakit juga menilai
penerapan code blue system dan code red system.
PANDUAN IMPLEMENTASI
KODE- KODE EMERGENSI
RSIA ARTHA MAHINRUS

RSIA ARTHA MAHINRUS


JL. Pasar III No. 151 Terusan Tuasan
Medan Perjuangan 20237
2018
PANDUAN IMPLEMENTASI KODE-KODE EMERGENSI
DI RSIA ARTHA MAHINRUS

I. DEFINISI

Panduan implementasi kode-kode emegensi adalah acuan dalam menggunakan


tanda-tanda atau kode tertentu yang menyatakan kondisi kedaruratan dalam upaya
penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga
yang berada disekitar RSIA Artha Mahinrus.

II. TUJUAN

a. Tujuan Umum
Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh
warga yang berada disekitar RSIA Artha Mahinrus dalam kondisi darurat tertentu.

b. Tujuan Khusus
1. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada dalam area kebakaran dengan
tanda peringatan “code red”.
2. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada di area RSIA Artha Mahinrus
dengan kondisi klinis compromiseyang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi
serius yang membutuhkan pertolongan medis segera dengan tanda peringatan
“code blue”.
3. Untuk menyelamatkan bayi atau anak-anak yang hilang atau diculik di area RSIA
Artha Mahinrus dengan tanda peringatan ‘’code pink”.
4. Untuk menyelamatkan setiap orang dari ancaman orang yang membahyakan
(bersenjata atau tidak bersenjata), bom, dan ancaman lain (penyanderaan) yang
terjadi di area RSIA Artha Mahinrus dengan tanda peringatan “code black”.
5. Untuk memindahkan korban dari daerah bahaya ke ruangan yang aman kemudian
ke titik kumpul dengan tanda peringatan “code brown”.
6. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi bencana eksternal dengan tanda
peringatan ”code orange”.
7. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi emergensi internal dengan tanda
peringatan “code yellow”.
III. RUANG LINGKUP

Setiap orang yang membutuhkan upaya penyelamatan dalam kondisi kedaruratan baik
pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan warga disekitar RSIA Artha
Mahinrus.

IV. ISTILAH-ISTILAH

1. Code Red (Merah)


Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di
lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana
rumah sakit untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah
sakit, yang masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai
panduan tanggap darurat bencana rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera
mematikan listrik di area kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik
evakuasi, dan sebagainya.

2. Code Blue (Biru)


Code Blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga pasien,
pengunjung, dan karyawan yang mengalami henti jantung dan membutuhkan
tindakan resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim
medis reaksi cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera
berlari secepat mungkin menuju ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi
jantung dan paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat (tim code blue) ini merupakan
gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk penanganan pasien
henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang berbeda-beda, dan
bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada lantai yang berbeda atau
bangsal/ruang rawatan yang berbeda); diperlukan pengumuman yang dapat
memanggil mereka dengan cepat.

3. Code Pink (Merah muda)


Code Pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau
kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah sakit.Secara universal, pengumuman ini
seharusnya diikuti dengan lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah sakit
secara serentak.Bahkan menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan pelabuhan
terdekat untuk kewaspadaan terhadap bayi korban penculikan.
4. Code Black (Hitam)
Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang
membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam
akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri), ancaman bom atau ditemukan
benda yang dicurigai bom di lingkungan rumah sakit dan ancaman lain.

5. Code Brown (Coklat)


Code Brown adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien,
pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik yang telah ditentukan. Pada
intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.

6. Code Orange (Oranye)


Code Orange adalah kode yang mengumumkan adanya insiden yang terjadi di luar
rumah sakit (emergensi eksternal) misalnya kecelakaan massal lalulintas darat, laut,
dan udara; ledakan, banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dll.

Kode yang menggunakan warna-warna diatas adalah tanda peringatan terhadap suatu
kondisi kegawat daruratan yang sifatnya universal. Khusus untuk lingkungan rumah sakit,
kode-kode tersebut merupakan bagian dari kebijakan tanggap darurat bencana terkait
keselamatan dan keamanan pasien, pengunjung,warga sekitar rumah sakit serta staf,
yang harus dimiliki serta diketahui secara luas.

7. Code Yellow (Kuning)


Code Yellow adalah kode yang mengumumkan adanya situasi krisis internal
(emergensi internal) rumah sakit yang meliputi: kebocoran atau dugaan kebocoran gas
termasuk gas elpiji; kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan atau bahan berbahaya;
kegagalan sistem vital seperti kegagalan back-up daya listrik; boks pembagi daya
listrik;seseorang terjebak/terjerat; banjir; insiden radiasi; dan lain-lain.

V. PENATALAKSANAAN

1. Api/Asap (Fire/Smoke) - Code Red


1) R REMOVE/RESCUE/SELAMATKAN setiap orang yang berada dalam area
kebakaran, sambil meneriakkan : code red ---- code red.
2) A ALERT/ALARM/SEBARLUASKAN dengan cara menelpon 0 atau 262
(OPERATOR) selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. petugas
sekuriti, selajutnya beritahu kawan terdekat. Bila api membesar telpon 113
&(0751) 28558 Dinas Pemadam Kebakaran.
3) C CONFINE/ CONTAIN/SEKAT bila sekitar ruangan penuh api dan asap, bila
memungkinkan tutup pintu dan jendela untuk mencegah api menjalar.
4) E EXTINGUISH/PADAMKAN bila api masih memungkinkan/bila api masih kecil.
Jangan ambil resiko yang tidak perlu.
5) Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas yang kemungkinan
berkaitan dengan api, tapi tetap pertimbangkan dengan cermat bila pasien masih
memerlukan.
6) Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman.
7) Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau absensi berurutan.
8) Kooperatif dengan semua intruksi yang diberikan oleh Staf Senior, Manajer on Duty
(MOD), ataupun petugas pemadam kebakaran

2. Henti jantung Dewasa & Anak serta darurat medis lainnya - Code Blue
Darurat medis didefinisikan sebagai setiap situasi klinis dimana pasien dengan kondisi
medik kompromais yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius dan
memerlukan pertolongan medis segera.

Dalam situasi darurat medis/henti jantung :

1) SEGERA EVALUASI SITUASI dengan :


a. Telaah bahaya yang dapat muncul segera.
b. Catat waktu.
c. Periksa tanda-tanda kehidupan :
i. Tidak ada respon.
ii. Tidak bernafas normal.
iii. Tidak teraba nadi.

2) MINTA bantuan staf lainnya ( teriak minta bantuan “Code Blue -- Code Blue” ;
atau gunakan Bel yang tersedia).

3) TELPON 0 atau 262 yang akan meneruskannya ke TIM CODE BLUE (IGD – OK –
ICU – NICU).
Jelaskan : Jenis emergensinya ( misal Henti Jantung).
Lokasi kejadian dengan tepat ( Ruangan apa/bed nomor berapa).
Nama, tugas, dan tempat tugas Anda.
4) TINDAK pasien dengan :
a. Check pernafasan.
b. Check nadi.
c. Bebaskan jalan nafas.
d. Lakukan tindakan emergensi sesuai yang diperlukan misalnya : Cardio-
Pulmonary Resuscitation (CPR).

5) DAMPINGI/JAGA terus pasien sampai bantuan datang.

3. Penculikan Bayi/Anak-anak - Code Pink


Oleh karena beberapa jam pertama merupakan waktu kritis pada kasus hilangnya
bayi/anak-anak, hal terpenting adalah menyediakan informasi akurat berkaitan dengan
bayi/anak sesegera mungkin.

Apabila Bayi/Anak-Anak Diculik maka:


1) Petugas yang menemukan terjadinya penculikan bayi/anak, meneriakkan :“ Code
Pink – Code Pink !!!!”dan segera menelpon :0 atau 262 (OPERATOR)
2) Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait di Rumah Sakit antara lain
Sekuriti, Manager on Duty, Direksi, dan Staf Senior lainnya).
3) Sekuriti atas perintah Pimpinan, menelepon0751-223 17 (MAPOLRESTA
PADANG); 0751-480 954 (POLSEK KOTO TANGAH); dan sebutkan : jenis
kejadian, lokasi kejadian dengan tepat, nama anda dan tugas/profesi Anda.
4) Petugas Kepolisian kemungkinan akan meminta gambar/foto bayi/anak yang
diculik (kalau ada), dan menanyakan beberapa pertanyaan antara lain : kapan
terjadinya, lokasi terakhir Anda masih melihat bayi/anak yang hilang, dan
memakai pakaian apa bayi/anak tersebut.
5) Setelah menerangkan kepada yang berwajib, berupayalah untuk tetap tenang.
Anda akan mampu mengingat detail bayi/anak yang diculik lebih mudah bila Anda
telah memperoleh kondisi rasional dan logisnya kembali.
4. Orang yang membahayakan, Ancaman orang bersenjata, Penguasaan
ilegal/penyanderaan, Ancaman bom& ancaman lain – Code Black
Dalam hal adanya ancaman terhadap seseorang – (orang bersenjata atau tidak
bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri) yang
dilakukan :

RRemain calm- Tetap tenang.


RRetreat - Mundur bila lebih aman.
RRaise the alarm- Bunyikan alarm.
RRecord details- Catat rincian kejadian.

1) Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau melindungi pasien yang
terancam.
2) Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman, sambil meneriakkan :
” Code Black - Code Black!!!!”.
3) Melangkah mundur bila lebih aman – Hubungi telpon 0 atau 262 ( OPERATOR).
4) Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. Sekuriti, Manager on Duty,
Direksi, dan Staf Senior lainnya, terangkan tentang:

i. Jenis kejadian.
ii. Lokasi kejadian.
iii. Nama dan tempat tugas Anda.

5) Bila tidak memungkinkan melangkah mundur :


6) Turuti perintah pengancam.
7) Lakukan hanya yangdiminta.
8) Bila bahaya sudah berlalu, telepon 0 atau 262 (OPERATOR), dan jelaskan
kejadiannya.
9) Catat hasil pengamatan Anda secepatnya.
(Misalnya : ciri penyerang, senjata, cara bicara/logat, tingkah laku, tato, ciri
kendaraan, arah pelarian, dll-nya).
10) Amankan tempat kejadian perkara.
11) Bekerjasama dengan sekuriti sambil menunggu petugas kepolisian
Bila mendapatkan ancaman bom, yang perlu dilakukan adalah :
1. Tetap tenang sambil mendengarkan suara si penelepon,

2. Jangan menutup telepon.

3. Gunakan telpon lain untuk menghubungi nomor :


 0751-223 17 ( MAPOLRESTA PADANG);
 0751-480 954 (POLSEK KOTO TANGAH);
 0 atau 262 (OPERATOR)

4. selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait,dan sampaikan :


a. Bahwa terdapat ancaman bom.
b. Lokasi ancaman bom secara tepat.
c. Nama anda dan tempat tugas/profesi Anda.

5. Evakuasi Segera/Evacuation – Code Brown


Terdapat tiga tahap evakuasi :
TAHAP 1 : Pindahkan korban dari daerah bahaya, misalnya dari ruangan ke koridor,
sambil meneriakkan :”code brown -- code brown”, untuk memberitahukan petugas
lain.
TAHAP 2 : Bersama-sama petugas lain pindahkan korban ke ruangan yang aman
pada lantai yang sama; lantai bawahbilabangunan bertingkat.
TAHAP 3 : Selesaikan evakuasi dari bangunan melalui koridor atau tangga ke titik
kumpul dan ikuti petunjuk dalam Emergency Plan RSIA Artha Mahinrus.

Pada saat evakuasi :


Bila diinstruksikan, evakuasikan ke area yang dialokasikan dalam urutan sbb :
a. Pasien yang mampu bergerak sendiri,
b. Pasien yang mampu bergerak dengan memerlukan bantuan,
c. Pasien yang tidak mampu bergerak.

1) Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet) untuk memastikan
semua orang sudah dievakuasi.

2) Lakukan penghitungan untuk memastikan semua orang sudah dievakuasi.


3) Bila ada orang yang tidak diketemukan, laporkan ke Staf Senior, Manager on Duty
(MOD), atau Petugas Emergensi.
4) Jangan meninggalkan area titik kumpul sampai Staf Senior, Manager on Duty
(MOD), atau Petugas Penanggulangan Bencana mengizinkan.
5) Staf Senior, atau Manajer on Duty memberitahuan kepada Petugas
Penanggulangan Bencana yang bertugas untuk mengumumkan “SEMUA AMAN”
bila keadaan telah terkendali.

Catatan : Rekam medik pasien harus selalu menyertai setiap pasien yang dievakuasi
bila memungkinkan.

6. Bencana Eksternal : Kecelakaan Massal Lalin Darat, Laut, Udara, Gempa Bumi,
Tsunami, Banjir, Ledakan, Badai, Dll – Code Orange

1) Pada saat menerima pemberitahuan terjadinya darurat eksternal, petugas IGD


dan atau operator akan menyampaikan kepada semua pejabat senior dan Tim
Siaga Bencana RSIA Artha Mahinrus.
2) Rekan yang berdekatan sesudah diberitahu petugas IGD atau operator
meneriakkan :“Code Orange – Code Orange !!!
3) Setiap staf akan merespon sesuai dengan Panduan Siaga Bencana RSIA Artha
Mahinrus.Respon dapat meliputi salah satu atau lebih langkah berikut ini:

a. Bila memungkinkan sediakan tempat tidur untuk menampung korban, bila


perlu dengan cara memulangkan sebagaian pasien rawat inap atau
mengirimkannya ke RS lain.
b. Sediakan fasilitas penerimaan dan perawatan pasien secukupnya.
c. Bila diminta oleh Manajer Senior atau Direksi ataupun utusan dari lokasi
bencana, sediakan bantuan yang dapat dikirim ke lokasi bencana.
4) Semua personil lainnya merespon sesuai arahan supervisornya.
5) Bila kondisi bencana memberikan dampak kepada RSIA Artha Mahinrus
(misalnya serbuan asap, huru-hara sipil), pengisolasian / penyekatan mungkin di
perlukan.
6) Tunggu sampai ada pemberitahuan bahwa “ SITUASI TELAH TERKENDALI”.
7. Emergensi Internal -Code Yellow

Selain KEBAKARAN dan atau ASAP, emergensi internal meliputi: kebocoran atau
dugaan kebocoran gas termasuk gas elpiji; kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan
atau bahan berbahaya; kegagalan sistem vital seperti kegagalan back-up daya listrik;
boks pembagi daya listrik;seseorang terjebak/terjerat; banjir; insiden radiasi; dan lain-
lain.
1) Pada saat menemukan kejadian emergensi internal petugas meneriakkan :” Code
Yellow – Code Yellow !!!!”
2) Hubungi nomor telepon : 0 atau262 (OPERATOR selanjutnya operatormenghubungi
pihak yang terkait a.l kepadaSekuriti,Manager on Duty, Direksi, dan Staf Senior
lainnya.dan sebutkan : Jenis Emergensi, Lokasi Emergensi dengan tepat.Nama
Anda dan tugas/profesi Anda.
3) Jauhkan orang dari lokasi bahaya.
4) Apabila evakuasi diperlukan, ikuti prosedur evakuasi, seperti pada panduan
CODEBROWN.
5) Tunggu instruksi dari Staf Senior, Manager on Duty (MOD) atau Petugas Emergensi.
6) Stanby untuk membantu bila diperlukan.
7) Jangan kembali ketempat semula sampai Staf Senior, MOD, atau yang bertanggung
jawab dalam keamanan fasilitas menyatakan “ SEMUA TELAH AMAN”.

Dalam hal insiden kimia, biologis atau radiasi:


a. Pakailah masker dan atau tutup mulut.
b. Buka pakaian yang terkontaminasi, dan cuci kulit dengan air mengalir.
c. Jauhi zona berbahaya.

VI. PENDOKUMENTASIAN
Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai