komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan keluarga pasien. Mari kita lihat lebih
jauh tentang ini.
Komplain pasien dan keluarga pasien pada muaranya karena kenyataan pelayanan yang
diterima tidak sesuai yang mereka harapkan. Semakin lebar gap antara kenyataan dan
harapan pasien dan keluarga pasien, semakin besar pula tingkat komplain mereka.
Cara paling efektif untuk mempersempit gap antara kenyataan dan harapan dari pasien
keluarga pasien adalah melalui komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan
keluarga pasien.
Problemnya adalah pada beberapa kondisi, staf rumah sakit gagal melakukan komunikasi
yang efektif dengan pasien dan keluarga.
Menurut saya, kegagalan komunikasi ini dipicu oleh diantaranya oleh sistem untuk
menciptakan komunikasi efektif ini belum terbagun dengan baik. Contoh sederhana, keluhan
pasien atau keluarga pasien terkait dengan pelayanan rawat inap di rumah sakit. Ketika
regulasi dan prosedur mengatur dengan jelas dan dikomunikasikan dengan baik kepada
pasien dan keluarga, maka suasana pelayanan akan terbangun kondusif. Dari awal rawat
inap, sistem sudah mengatur, memfasilitasi dan memastikan bahwa pasien dan kelurga
sudah diberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban dengan baik, sudah dilakukan
orientasi ruangan, tata tertib, termasuk pelayanan yang diterima lengkap dengan tengat
waktu dan sebagainya.
SDM adalah ujung tombak dalam pelayanan di rumah sakit. SDM adalah staf rumah sakit
terdepan yang berjibaku dengan bermacam-macam karakter pasien dan keluarga. Bekal
yang memadai terkait pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesional dari seluruh staf
menjadi kebutuhan rumah sakit dalam mengurangi gap antara staf rumah sakit dan pasien
dan keluarga seperti yang disebutkan di atas.
Menurut saya, komunikasi efektif dalam persektif pelayanan di rumah sakit itu di atas
komunikasi pada pelayanan publik lainnya. Beda dan sangat spesifik. Artinya jika bekal yang
diberikan kepada para staf sebatas pada komunikasi ‘biasa’ maka jangan harap para staf
akan berkontribusi positif dalam memenuhi hak dan kebutuhan pasien sekaligus kewajiban
rumah sakit.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi I, terkait komunikasi efektif ini sangat
kompleks, yaitu berisi dan mengatur tentang :
Dari tiga hal ini saja, menunjukkan bahwa komunikasi di rumah sakit sangat berbeda
dengan komunikasi biasa.
Beberapa rumah sakit sering mengundang narasumber komunikasi ‘biasa’ untuk inhouse
training di rumah sakit. Tidak salah. Untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan
komunikasi ‘biasa’. Tapi tidak cukup untuk membekali komunikasi efektif di rumah sakit.
Staf rumah sakit itu berlatarbelakang pendidikan berbeda-beda, berprofesi berbeda beda-
beda pula. Pasien sebagai penerima informasi sangat heterogen termasuk kemampuan
menerima informasi dan latar belakang yang terkait dengan komunikasinya. Dan, yang
sering tidak dibahas oleh para narasumber komunikasi ‘biasa’ adalah komunikasi tertulis
yang ada di rekam medis pasien.
Rekam medis pasien menjadi salah satu alat komunikasi vital bagi para Profesional Pemberi
Asuhan dalam memberikan asuhan klinis. Sudahkah dilatih sampai kompeten sehingga para
profesional pemberi asuhan bisa secara terintegrasi memberikan asuhan klinis.
Terkait dengan komunikasi antar tenaga kesehatan, berikut ini adalah sebagian kecil dari
elemen-elemen komunikasi efektif di Rumah Sakit, saya adopsi dari berbagai sumber, untuk
mendeskripsikan bahwa komunikasi efektif di rumah sakit bukan komunikasi biasa :
Dan, masih banyak yang lainnya. Mirip seperti pelayanan prima. Pelayanan prima di rumah
sakit tidak bisa disamakan dengan pelayanan prima di unit pelayananan publik non rumah
sakit. Demikian pula dengan Komuniksi di rumah sakit. Sangat jelas perbedaannya.
Kode atau sandi adalah suatu informasi yang tidak berupa kata melainkan bentuk
representasi lain. Di era global saat ini ada alat pemberi kode yang dapat berfungsi meminta
bantuan , mengevakuasi, dll. Alat ini terdiri beberapa jenis yaitu Code Blue , Code Red ,
Code Black, dan Code Brown Button, setiap Code memiliki maksud dan simbol tertentu.
Baik untuk lebih jelasnya kami akan jelaskan.
CODE BLUE
Code Blue (Kode Biru) merupakan kode yang dimana menunjukkan pasien yang
membutuhkan resusitasi atau membutuhkan pertolongan medis,paling sering sebagai akibat
dari serangan pernapasan atau serangan jantung, jika tombol Code Blue di tekan maka
muncul lampu berwarna biru, dan layar display akan menunjukan tulisan berwarna biru dan
menunjukkan nomor kamar pasien. Di saat itu juga dokter atau suster terdekat akan
melakukan pertolongan pertama ke pada pasien.
CODE RED
Selain Code Blue ada juga Code Red (Kode Merah) yang merupakan kode yang dimana
menunjukkan adanya kebakaran , di saat code red di tekan maka akan menunjukan adanya
kebakaran ,dan segera mungkin melakukan evakuasi dan pemadaman api, sehingga tidak
melebar luas kobaran api tersebut.
Code Black
Code Black (Kode Hitam) berguna terhadap adanya Ancaman Bom yang terjadi di di suatu
tempat. misalnya kita mendapatkan laporan bahwa lokasi ini bakal di bom , maka code black
harus di tekan , bertujuan untuk melakukan evakuasi, dan tidak memakan korban.
Code Brown Button
Selain ke 3 di atas ada juga Code Brown Button yang berfungsi untuk meminta
Bantuan Security, Kode di gunakan jika di lokasi adanya terjadi keributan, atau tamu tidak di
undang.
Code Pink
Dan Terakhir Code Pink (Kode Pink), kode ini biasanya sangat berguna di Rumah Sakit,
atau ruang penitipan Bayi, jika ada nya Bayi Hilang maka Code Pink harus di tekan ,
bertujuan untuk ada nya tim untuk mencari bayi yang hilang tersebut.
Selain administrasi, praktik pelayanan dan kebijakan, tim akreditasi rumah sakit juga menilai
penerapan code blue system dan code red system.
PANDUAN IMPLEMENTASI
KODE- KODE EMERGENSI
RSIA ARTHA MAHINRUS
I. DEFINISI
II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh
warga yang berada disekitar RSIA Artha Mahinrus dalam kondisi darurat tertentu.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada dalam area kebakaran dengan
tanda peringatan “code red”.
2. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada di area RSIA Artha Mahinrus
dengan kondisi klinis compromiseyang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi
serius yang membutuhkan pertolongan medis segera dengan tanda peringatan
“code blue”.
3. Untuk menyelamatkan bayi atau anak-anak yang hilang atau diculik di area RSIA
Artha Mahinrus dengan tanda peringatan ‘’code pink”.
4. Untuk menyelamatkan setiap orang dari ancaman orang yang membahyakan
(bersenjata atau tidak bersenjata), bom, dan ancaman lain (penyanderaan) yang
terjadi di area RSIA Artha Mahinrus dengan tanda peringatan “code black”.
5. Untuk memindahkan korban dari daerah bahaya ke ruangan yang aman kemudian
ke titik kumpul dengan tanda peringatan “code brown”.
6. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi bencana eksternal dengan tanda
peringatan ”code orange”.
7. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi emergensi internal dengan tanda
peringatan “code yellow”.
III. RUANG LINGKUP
Setiap orang yang membutuhkan upaya penyelamatan dalam kondisi kedaruratan baik
pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan warga disekitar RSIA Artha
Mahinrus.
IV. ISTILAH-ISTILAH
Kode yang menggunakan warna-warna diatas adalah tanda peringatan terhadap suatu
kondisi kegawat daruratan yang sifatnya universal. Khusus untuk lingkungan rumah sakit,
kode-kode tersebut merupakan bagian dari kebijakan tanggap darurat bencana terkait
keselamatan dan keamanan pasien, pengunjung,warga sekitar rumah sakit serta staf,
yang harus dimiliki serta diketahui secara luas.
V. PENATALAKSANAAN
2. Henti jantung Dewasa & Anak serta darurat medis lainnya - Code Blue
Darurat medis didefinisikan sebagai setiap situasi klinis dimana pasien dengan kondisi
medik kompromais yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius dan
memerlukan pertolongan medis segera.
2) MINTA bantuan staf lainnya ( teriak minta bantuan “Code Blue -- Code Blue” ;
atau gunakan Bel yang tersedia).
3) TELPON 0 atau 262 yang akan meneruskannya ke TIM CODE BLUE (IGD – OK –
ICU – NICU).
Jelaskan : Jenis emergensinya ( misal Henti Jantung).
Lokasi kejadian dengan tepat ( Ruangan apa/bed nomor berapa).
Nama, tugas, dan tempat tugas Anda.
4) TINDAK pasien dengan :
a. Check pernafasan.
b. Check nadi.
c. Bebaskan jalan nafas.
d. Lakukan tindakan emergensi sesuai yang diperlukan misalnya : Cardio-
Pulmonary Resuscitation (CPR).
1) Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau melindungi pasien yang
terancam.
2) Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman, sambil meneriakkan :
” Code Black - Code Black!!!!”.
3) Melangkah mundur bila lebih aman – Hubungi telpon 0 atau 262 ( OPERATOR).
4) Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. Sekuriti, Manager on Duty,
Direksi, dan Staf Senior lainnya, terangkan tentang:
i. Jenis kejadian.
ii. Lokasi kejadian.
iii. Nama dan tempat tugas Anda.
1) Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet) untuk memastikan
semua orang sudah dievakuasi.
Catatan : Rekam medik pasien harus selalu menyertai setiap pasien yang dievakuasi
bila memungkinkan.
6. Bencana Eksternal : Kecelakaan Massal Lalin Darat, Laut, Udara, Gempa Bumi,
Tsunami, Banjir, Ledakan, Badai, Dll – Code Orange
Selain KEBAKARAN dan atau ASAP, emergensi internal meliputi: kebocoran atau
dugaan kebocoran gas termasuk gas elpiji; kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan
atau bahan berbahaya; kegagalan sistem vital seperti kegagalan back-up daya listrik;
boks pembagi daya listrik;seseorang terjebak/terjerat; banjir; insiden radiasi; dan lain-
lain.
1) Pada saat menemukan kejadian emergensi internal petugas meneriakkan :” Code
Yellow – Code Yellow !!!!”
2) Hubungi nomor telepon : 0 atau262 (OPERATOR selanjutnya operatormenghubungi
pihak yang terkait a.l kepadaSekuriti,Manager on Duty, Direksi, dan Staf Senior
lainnya.dan sebutkan : Jenis Emergensi, Lokasi Emergensi dengan tepat.Nama
Anda dan tugas/profesi Anda.
3) Jauhkan orang dari lokasi bahaya.
4) Apabila evakuasi diperlukan, ikuti prosedur evakuasi, seperti pada panduan
CODEBROWN.
5) Tunggu instruksi dari Staf Senior, Manager on Duty (MOD) atau Petugas Emergensi.
6) Stanby untuk membantu bila diperlukan.
7) Jangan kembali ketempat semula sampai Staf Senior, MOD, atau yang bertanggung
jawab dalam keamanan fasilitas menyatakan “ SEMUA TELAH AMAN”.
VI. PENDOKUMENTASIAN
Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan.