Anda di halaman 1dari 17

HANDOUT

PEKERJAAN BETON

KPL Universitas Negeri Malang


2018
1. BETON
Material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada uunya
campuran semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umunya pasir) dan
agregat kasar (pada umunya kerikil) dengan atau tanpa bahan
tambahan/campuran/additives.

Material Utama Pembentuk Beton

Potongan Beton

Proporsi Bahan Penyusun Beton

Air Entrained Concrete: Beton yang terdapat gelembng-gelembung udara


kecil yang sengaja dibuat terperangkap oleh bahan tambahan khusus sehingga
akan merubah sifat-sifat beton. Pada beton segar, entrained air akan
meningkatkan workability campuran sehingga mengurangi jumlah air dan pasir
yang dibutuhkan.

1.1 Jenis-jenis Beton


 Beton ringan
Berat jenisnya<1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non structural. Dibuat
dengan cara-cara berikut: membuat gelembung udara dalam adukan
semen, emnggunakan agregat ringan (tanah liat bakar/batu apung) atau
pembuatan beton non pasir.
 Beton normal
Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hamper pada semua bagian
structural bangunan.
 Beton berat
Berat jenis>2500 kg/m3, diapaki untuk struktur tertentu, missal struktur
yang harus tahan terhadap radiasi atom.
 Beton massa (mass concrete)
Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan
dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton
jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang
timbil, karena semakin besar massa beton maka suhu di dalam beton
semakin tinggi. Bila perbedaan suhu di dalam beton dan suhu permukaan
beton > 20°C dapat menimbulkan terjadinya tegangan Tarik yang disertai
retak-retak.
 Ferosemen (ferrocement)
Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai
ketahanan terhadap retakan, ketahan terhadap patah lelah, daktilitas,
fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa.
 Beton serat (fibre concrete)
Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa
serat plastic/baja. Beton serat lebih daktail daripada beto biasa, diapakai
pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai jembatan.
 Beton siklop
Beton biasa dengan ukuran agregat yang relative besar-besar. Agregat
kasar dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan
bendungan dan pangkal jembatan.
 Beton hampa
Seperti beton hampa biasa, namun setelah tercetak padat, air sisa reaksi
disedot dengan cara vakum (vacuum method)
 Beton ekspose
Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing,
biasanya beton ini dihasilkan permukaan beton yang halus (missal baja dan
multiplek film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, lisplang,
kolom dan balok bangunan.

1.2 Sifat-sifat Beton


a. Beton segar
 Kemudahan pengerjaan/workability, umumnya dinyatakan dalam
besaran nilai slump (cm) dan dipengaruhi oleh:
 Jumlah air yang dipakai, Makin banyak air, beton makin mudah
dikerjaan
 Penambahan semen. Semen bertambah, air juga ditambahkan
agar FAS tetap, maka beton makin mudah dikerjakan
 Gradasi campuran pasir dan kerikil
 Pemakaian butir masksimum kerikil yang dipakai
 Pemakaian butir-butir batuan yang bulat
Beberapa sifat workabilitas untuk mengontrol kualitas diukur
dengan menggunakan beberapa pengujian antara lain:
 Slump test
 Compaction test
 Flow test
 Remoulding test
 Penetration test
 Mixer test
Strenght vs Workability

 Segregasi, kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari


campuran adukan beton, peluang segregasi diperbesar dengan:
 Campuran yang kurus/kurang semen
 Pemakaian air terlalu banyak
 Semakin besar butir kerikil yang dipakai
 Campuran yang kasar, atau kurang agregat halus
 Tinggi jatuh pengecoran beton yang terlalu tinggi
 Bleeding, kecendurangn air campuran untuk naik keatas
(memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan. Hal
ini dapat dikurangi dengan cara:
 Memberi lebih banyak semen dalam campuran
 Menggunakan air sedikit mungkin
 Menggunakan pasir lebih banyak
 Menyesuaikan intensitas dan durasi penggetaran pemadatan
sesuai dengan nilai slump campuran
b. Beton keras
 Sifat jangka pendek
 Kuat tekan dipengaruhi oleh:
1. Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan
2. Jenis semen dan kualitasnya
3. Jenis dan kekasaran permukaan agregat
4. Umur
5. Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya
suhu)
6. Perawatan
 Kuat tarik
Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya
masih muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan
penting dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air
dan suhu.
 Kuat geser
Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat
geser.
 Sifat jangka panjang
 Rangkak, adalah peningkatan deformasi (regangan) secara
bertahap terhdap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan,
dipengaruhi oleh:
1. Kekuatan, rangkak berkurang bila kuat tekan makin besar
2. Perbandingan campuran. Bila FAS berkurang maka rangkak
berkurang
3. Agregat, rangkak bertambah bila agregat halus dan semen
bertambah banyak
4. Umur, kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur
beton
 Susut, adalah berkurangnya volume beton jika terjadi kehilangan
kandungan uap air akibat penguapan, dipengaruhi oleh:
1. Agregat, berperan sebagai penahan susut pasta semen
2. FAS (Faktor Air Semen), efek susut makin besar
3. Ukuran elemen beton, laju dan besarnya penyusutan
berkurang jika volume beton makin besar
Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton
karena merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitanya dengan
struktur beton. Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara
lain:
 Uji kekuatan tekan (compression test)
 Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test)
 Uji kekuatan lentur
 Uji lekatan anatara beton dan tulangan
 Uji modulus elastisitas

Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton

2. BETON BERTULANG
Beton bertulang merupakan material komposit yang terdiri dari beton dan
baja tulangan yang ditanam di dalam beton. Sifat utama beton adalah sangat
kuat di dalam menahan beban tekan (kuat tekan tinggi) tetapi lemah di dalam
menahan gaya tarik. Baja tulangan di dalam beton berfungsi menahan gaya
tarik yang bekerja dan sebagian gaya tekan.
Baja tulangan dan beton dapat bekerjasama dalam menahan beban atas
dasar beberapa alasan, yaitu: (1) lekatan (bond) antara baja dan beton dapat
berinteraksi mencegah selip pada beton keras, (2) campuran beton yang baik
mempunyai sifat kedap air yang dapat mencegah korosi pada baja tulangan, (3)
angka kecepatan muai antara baja dan beton hampir sama antara 0,000010-
0,000013 untuk beton per derajat Celsius sedangkan baja 0,000012 per derajat
Celcius.
Kekuatan beton tergantung dari beberapa faktor antara lain: proporsi
campran, kondisi temperature dan kelembaban tempat dimana beton akan
mengeras. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan,
maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawata/curing, dengan tujuan
agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi
semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu
cepat mongering, maka akan timbul retak-retak pada permukaanya. Retak-
retak ini akan menyebabkan kekuatan beton turun, juga akibat kegagalan
mencapai reaksi hidrasi kimiawi penuh. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk perawatan beton, antara lain:
 Beton dibasahi air secara terus menerus
 Beton direndam dalam air
 Beton ditutup dengan karung basah
 Dengan menggunakan perawatan gabungan acuan membrane cair untuk
mempertahankan uap air semula dari beton basah
 Perawatan uap untuk beton yang dihasilkan dari kondisi pabrik, seperti
balok pracetak, tiang, girder pratekan, dll. Temperatur perawatan sekitar
150°F.
Lamanya perawatan biasanya dilakukan selama 1 hari untuk cara ke 5, dan 5
sampai 7 hari utnuk cara perawatan lain.

3. BESI TULANGAN
Beton adalah batu buatan yang kuat sekali menerima tekanan tetapi
sangat lemah apabila menerima gaya tarik. Jadi sifat-sifat beton sangat baik
apabila hanya menerima gaya tekan, seperti pada kolom. Tetapi setelah
beton tersebut menerima lenturan, seperti pada balok atau pelat, akan timbul
sifat-sifat lain yang tampak seperti pada karet busa. Satu sisi pada beton
lubang-lubang porinya tertekan sedangkan pada sisi yang lain
Lubang-lubang tersebut tertarik. Daerah yang tertekan terletak pada
bagian yang tertarik pada sebelah luarnya. Karena beton sangat lemah dalam
menerima gaya tarik, maka beton tersebut tidak mampu menerima gaya
tarik sehingga mengakibatkan terjadinya retak-retak yang lama-lama bisa
mengakibatkan elemen beton akan pecah. Untuk menjaga retak lebih lanjut
serta pecahnya balok tersebut, diperlukan pemasangan tulangan-tulangan
baja pada daerah yang tertarik dan daerah dimana beton akan mengalami
retak-retak. Alasan menggunakan tulangan baja ialah karena baja sangat
baik dan mampu menerima gaya tarik. Pada beton bertulang, kita
memanfaatkan sifat-sifat baik beton dalam menerima tekanan serta
memakai tulangan pada daerah-daerah yang menerima gaya tarik. Jadi
tulangan pada konstruksi beton sangat diperlukan untuk menahan gaya tarik
yang terjadi, maka dari itu diperlukan luasan tulangan minimum pada
penampang beton bruto. Dengan mengetahui φ tulangan minimum yang
harus terpasang, maka konstruksi relatif aman untuk dilaksanakan.

Parameter Besi Tulangan (SNI 07-2052-2002)


Besi tulangan pada umunya terbagi dua jenis, yaitu besi tulangan polos dan
ulir/sirip (deformed).
1. Diameter dan Toleransinya
 Besi tulangan polos haru memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Besi tulangan ulir/sirip (deform) harus memenuhi ketentuan :
Pengukuran diameter tulangan dilakukan dengan jarak yang cukup
dari ujung tulangan (min. 50 cm), untuk menghindari bagian yang
terdeformasi akibat pemotongan tulangan.

Posisi pengukuran yang salah

Untuk keperluan analisa dan perkiraan, dapat dipakai rumus-


rumus dan asumsi sebagai berikut :
jarak sirip maks = 70 x diameter nominal
tinggi sirip min = 0,05 x diameter nominal
tinggi sirip maks = 0,10 x diameter nominal

berat jenis baja tulangan = 7.850 kg/m³


luas penampang nominal = 0,25 x (22/7) x [diameter nominal]²
2. Sifat Mekanis Besi Tulangan
Besi tulangan struktur pada umunya dikelompokan berdasarkan
tegangan leleh karakteristik dan kandungan karbonya :
Parameter sifat mekanis yang harus dipenuhi oleh baja tulangan beton
adalah sebagai berikut :

Kode dan kelengkapan data material :


Sampling dan Pengujian

4. MERANGKAI TULANGAN
1. Pemotongan dan Pembengkokan.
Pemotongan baja beton dengan garis tengah kecil biasanya
digunakan gunting baja beton dengan tangan,sedangkan untuk garis tengah
lebih besar digunakan mesin gunting yang digerakkan dengan tangan.
Untuk pemotongan baja beton dengan jumlah besar lebih ekonomis bila
dikerjakan dengan mesin gunting yang digerakkan dengan motor.
Pemotongan baja tulangan dengan garis tengah besar tetapi dengan jumlah
sedikit sering menggunakan alat pemotong gergaji besi tangan.
Pemotongan baja tulangan harus sesuai dengan panjang yang telah
ditentukan, kemudian batang tersebut harus dibengkokkan menurut bentuk
dan ukuran pada daftar bengkok. Kedua ujung baja tulangan diberi kait
(bengkokan) yang bentuknya dapat bulat, serong, atau siku-siku. Bentuk
kait pada tulangan balok, kolom, dan sengkang harus berbentuk bulat atau
serong, sedang bentuk kait pada tulangan pelat boleh berbentuk siku- siku.

2. Syarat-syarat Pembengkokan
Syarat-syarat pembengkokan baja tulangan ditentukan sebagai berikut:
a. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-
cara yang merusak tulangan.
b. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan
kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari
bengkokan sebelumnya.
c. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di
dalam gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
d. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin, kecuali pemanasan diijinkan oleh perencana.
e. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali
diijinkan oleh perencana.
f. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram air.
g. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan
gambar kerja.

3. Merangkai Baja Tulangan


Setelah baja tulangan selesai dibengkokkan, langkah selanjutnya
adalah merangkai baja tulangan tersebut. Tulangan dirangkai sesuai
dengan gambar kerja, yaitu tulangan untuk sloof, kolom, ring balok,
maupun plat lantai. Pada titik-titik persilangan antara batang-batang
tulangan maupun antara batang tulangan dengan sengkang/begel diikat
dengan kawat pengikat (bendrat). Pengikatan tersebut harus kokoh agar
konstruksi tulangan yang dirangkai tidak mudah berubah atau tergeser
pada waktu diadakan pengecoran beton.
Untuk merangkai tulangan balok atau kolom dengan dimensi yang
kecil, pekerjaan merangkai biasanya dilakukan di luar acuan, sehingga
pada waktu acuan sudah siap, maka hasil rangkaian langsung diletakkan di
dalam acuan. Pada penulangan plat lantai dengan balok, rangkaian
penulangan balok dipas ang lebih dahulu, kemudian merngkai tulangan
untuk plat lantai.
Agar baja tulangan dapat dilindungi oleh beton, maka pemasangan
baja tulangan tidak boleh menempel pada acuan atau lantai kerja. Untuk
itu, harus dibuat penahan jarak dari beton dengan mutu sama dengan mutu
beton yang akan dicor (beton tahu). Untuk merangkai tulangan pada plat
dengan konstruksi tulangan rangkap, , tulangan atas harus ditunjang
(disangga) oleh baja penahan dengan jarak yang sesuai dengan tebal
penutup beton.

5. PEKERJAAN BEKISTING
Pekerjaan bekisitng merupakan hal penting dalam proyek bangunan,
kesalahand alam perencanaan, pengadaan atau pengelolaanya bisa
menyebabkan keterlambatan atau bahkan kegagalan proyek. Setiap langkah
perlu berjalan dengan baik agar dapat dihasilkan formwork terbaik, termurah,
sekaligus kualitas beton terbagus.
1. Perencanaan bekisting
 Mempelajari struktur bangunan yang akan dibuat
 Cek desain struktur, arsitektur, dan mekanikal elektrikan apakah ada
yang perlu diubah atau disesuaikan
 Menentukan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan dipakai
 Pembuatan gambar Shop Drawing bekisting
 Menghitung jumlha dan jenis material bekisitng yang digunakan
 Menghitung berapa jumlah biaya yang diperlukan untuk pekerjaan
bekisitng tersebut
 Dari mana bekisitng didatangkan apakah mau beli atau menyewa dari
supplier, disini ada prses pengajuan penawaran dan negoisasi
penyedia bekisiting
 Bagaimana dan siapa tenaga kerja yang akan melakukan pengiriman
pemasangan dan pembongkaran
 Proses evaluasi apakah metode kerja dan kualitas pekerjaan nantinya
sudah bagus jika belum perlu dilakukan inovasi atau pertimbangan
untuk menggunakan bekisting lain
2. Pengadaan bekisting
 Kapan dan bagaimana pengiriman bekisitng dari supplier atau pabrik
ke lokasi proyek
 Monitoring pendatangan material bekisitng berdasarkan data
kebutuhan saat perencanaan
 Bagaimana penyimpanan formwork di area proyek apakah mau di
stock dulu atau langsung pasang
3. Pemasangan bekisitng
 Pengukuran lokasi pekerjaan dengan tepat berdasarkan gambar shop
drawing bekisitng
 Selalu membersihkan bekisitng sebelum dipasang adanya kotoran
pada dinding bekisitng dapat menimbulkan cor beton tidak rapi, retak
atau bahkan kegagalan struktur
 Pemasangan menyesuaikan garis marka ukur yang telah dibuat
 Cek ukuran (posisi, ketegakan, kedataran)
 Cek perkuatan bekisting apakah sudah benar-benar kuat
 Jika sudah maka dilakukan pengecoran beton
4. Pembongkaran bekisitng
 Kapan bekisitng bisa dibongkar?
 Bagaimana urutan pembongkaranya, ini dimaksudkan agar dapat
membongkar dalam waktu yang lebih cepat
 Untuk apa lagi bekisting yang sudah dibongkar, apakah mau di stock,
dipakai lagi untuk pekerjaan selanjutnya atau dikeluarkan dari lokasi
proyek
5. Pembuangan bekisting
 Memilah-milah mana bekisting yang sudah tidak terpakai, ada
material yang terpaksa dibuang ditempat sampah, ada yang bisa dijual
kembali karena masih memiliki nilai harga jual
 Sampai disini proses pekerjaan bekisitng sudah selesai

Anda mungkin juga menyukai