Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

ANSIETAS

OLEH :
RANI OSLA ARITONANG
14901-16270

PROGRAM PROFESI NERS XVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2017

0
A. Pengertian
Ansietas adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu, tanpa
objek yang spesifik karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman
yang baru seperti masuk sekolah, pekerjaan baru, atau melahirkan anak (Cope,
2007).

B. Pohon Masalah
Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Ansietas (Core problem)

Koping Individu Tak Efektif

Kurang Pengetahuan Perubahan fisik/Operasi


Stressor Fisik

Sumber: Keliat (2014)

C. Faktor Penyebab
Menurut Towsend (2010), faktor penyebab dari terjadinya ansietas antara lain:
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Ansietas terjadi akibat dari reaksi saraf otonom yang berlebihan dengan
naiknya sistem tonus saraf simpatis, terjadi peningkatan pelepasan
katekolamin dan naiknya noreepineprin. Teori biologis menjelaskan
bahwa ekpresi emosi melibatkan struktur anatomi di dalam otak yang
mengandung reseptor khusus benzodiazepine berfungsi untuk
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya dengan endorfin. Aspek biologis yang menjelaskan gangguan

1
ansietas adalah adanya pengaruh neurotransmiter. Tiga neurotransmiter
utama yang berhubungan dengan ansietas adalah norepineprin,
serotonin dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

Gangguan fisik dapat mengancam integritas seseorang baik berupa


ancaman internal dan ekternal, dimana ancaman internal berupa
kegagalan mekanisme tubuh seperti nyeri, sedangkan ancaman ekternal
berupa kuman, virus, bakteri, makanan dan lainnya. Gangguan fisik
akan menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor
contohnya rasa nyeri yang merupakan indikasi awal adanya ancaman
integritas fisik, sehingga memberikan respon ansietas dimana kondisi
seseorang meminta pertolongan perawatan.
b. Psikologis
Ansietas dapat muncul akibat impuls bawah sadar, dimana penggunaan
mekanisme pembelaan ego yang tidak sepenuhnya berhasil sehingga
menimbulkan kecemasan yang mengambang. Ansietas merupakan
peringatan yang bersifat subjektif atas adanya bahaya yang tidak
dikenali sumbernya. Berdasarkan teori psikoanalitik bahwa ansietas
adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen
kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.

Teori Interpersonal menjelaskan bahwa, ansietas timbul dari perasaan


takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami

2
perkembangan ansietas yang berat.
Teori perilaku menjelaskan bahwa ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai
dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari
kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan
pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
c. Sosial Budaya
Ansietas dapat terjadi karena frustasi, tekanan, konflik atau krisis.
Ansietas dapat timbul akibat hubungan interpersonal dimana individu
menerima suatu keadaan yang menurutnya tidak disukai oleh orang lain
yang berusaha memberikan penilaian atas opininya.

Stres pekerjaan dan status social ekonomi merupakan beberapa faktor


yang mempengaruhi timbulnya stress yang akan berdampak munculnya
ansietas. Status ekonomi yang menurun akan mempengaruhi integritas
seseorang, hal tersebut akan mencetus terjadinya ansietas.

2. Faktor Presipitasi
a. Faktor Biologis
1) Status nutrisi kurang atau berlebih
2) Kondisi kesehatan secara umum: menderita sakit,
gangguan/kehilangan anggota tubuh
3) Sensivitas biologi: gangguan pada sistem limbic, thalamus,
korteks frontal, sistem neurokimia GAMA, Norefinefrin, serotonin
b. Faktor Psikologis
1) Intelegensia : RM ringan, RM sedang, tidak konsentrasi, tidak dapat
membuat keputusan
2) Kemampuan verbal kurang, krn gangguan sensori pendengaran,
penglihatan dan wicara, isolasi budaya, tempat tinggal jauh.
3) Moral: Konflik norma dan nilai di masyarakat.

3
4) Kepribadian terganggu.
5) Pengalamana yang tidak menyenangkan
6) Gangguan konsep diri
7) Motivasi rendah
8) Self control kurang
c. Faktor Sosial Budaya
1) Usia: remaja, dewasa, lansia
2) Gender = wanita:pria = 2:1
3) Pendidikan: rendah/kurang
4) Pendapatan: rendah/kurang
5) Pekerjaan: tidak tetap, tidak punya pekerjaan, tidak mandiri
dalam ekonomi, beban kerja terlalu tinggi.
6) Status social: belum bias memisahkan diri dari autokritas
keluarga.
7) Latar belakang budaya: budaya yang individualis, nilai
budaya yang bertentangan dengan nilai kesehatan dan nilai dirinya.
8) Agama dan kenyakinan: semua agama, kurang
mengamalkan ajaran agama dan kenyakinan/mempunyai religi dan
nilai agama yang buruk.
9) Keikutsertaan dalam politik: pengurus partai politik, post
power syndrome.
10) Peran social: gagal melaksanakan peran, gagal membentuk
keluarga baru, belum menikah.
3. Sumber Koping
a. Personal Ability
Kurang komunikatif, hubungan interpersonal kurang baik, kurang
memiliki kecerdasan atau bakat tertentu, mengalami gangguan fisik,
perawatan diri yang kurang baik, tidak kreatif, kurang kemampuan
personal untuk menyelesaikan masalah
b. Sosial Support
Hubungan yang baik atau kurang baik antar invidu, keluarga kelompok

4
dan masyarakat, kurang atau terlibat dalam organisasi social/kelompok
sebaya, ada atau tidak ada konflik budaya
c. Material Asset
Penghasilan cesara individu: cukup atau tidak, pelayanan kesehatan:
mudah atau sulit didapat, pekerjaan/vokasi/posisi: memiliki atau tidak
d. Positif Belief
Kenyakinan dan nilai positif: ada atau tidak ada, memiliki motivasi
atau tidak, orientasi kesehatan: baik atau tidak/kurang, ada pencegahan
atau tidak

D. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR


Menurut Alini (2010), penilian terhadap stress yang menyebabkan ansietas
antara lain yaitu:
1. Perilaku
Ditandai dengan dengan produktivitas menurun, mengamati dan waspada,
kontak mata jelek, gelisah, melihat sekilas sesuatu, pergerakan berlebihan
(seperti; foot shuffling, pergerakan lengan/tangan), ungkapan perhatian
berkaitan dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan
gelisah.
2. Afektif
Ditandai dengan menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup,
sukacita berlebihan, nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara
menetap, gemeretak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada
diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir,
prihatin dan mencemaskan.
3. Fisiologis
Ditandai dengan suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-
goyang, respirasi meningkat (simpatis), kesegeraan berkemih
(parasimpatis), nadi meningkat (simpatis), dilasi pupil (simpatis), refleks-
refleks meningkat (simpatis), nyeri abdomen (parasimpatis), gangguan
tidur (parasimpatis) perasaan geli pada ekstremitas (parasimpatis), eksitasi
kardiovaskuler (simpatis), peluh meningkat, wajah tegang, anoreksia

5
(simpatis), jantung berdebar-debar (simpatis), diarhea (parasimpatis),
keragu-raguan berkemih (parasimpatis), kelelahan (parasimpatis), mulut
kering (simpatis), kelemahan (simpatis), nadi berkurang (parasimpatis),
wajah bergejolak (simpatis), vasokonstriksi superfisial (simpatis),
berkedutan (simpatis), tekanan darah menurun (parasimpatis), mual
(parasimpatis), keseringan berkemih (parasimpatis), pingsan
(parasimpatis), sukar bernafas (simpatis), tekanan darah meningkat
(parasimpatis).
4. Kognitif
Ditandai dengan hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa,
perenungan, perhatian lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang
tidak khas, cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi,
kemampuan berkurang terhadap: (memecahkan masalah dan belajar),
kewaspadaan terhadap gejala fisiologis.

E. MEKANISME KOPING
Menurut Copel (2007), tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua
jenis mekanisme koping sebagai berikut:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi
secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, menarik diri
untuk memindahkan dari sumber stress, kompromi untuk mengganti
tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego
Membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak
sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat
maladaptif.

6
DAFTAR PUSTAKA

Alini, et all. (2010). Pengaruh Terapi Assertiveness Training dan PMR thd gejala
dan Kemampuan Klien dgn Perilaku Kekerasan di RS. Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor. FIK UI . Tesis

Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa & Psikiatri, Pedoman Klinis Perawat
(Psychiatric and Mental Health Care: Nurse’s Clinical Guide). Edisi Bahasa
Indonesia (Cetakan kedua). Alihbahasa : Akemat. Jakarta : EGC.

Keliat, B.A dan Akemat. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nurbayani, et all. (2009). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga terhadap masalah


psikososial ansietas dan beban keluarga dalam merawat pasien stroke di
RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. FIK UI : Tesis

Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana


Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai