Anda di halaman 1dari 86

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN
EPERAWATAN KELUARGA BAPAK H DENGAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
PADA ANAK USIA SEKOLAH DI RW 03 KELURAHAN CISALAK
PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
TAHUN 2013

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS


AKHIR

TININGSIH DAMARWATI, S.Kep


1006823570

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI
DEPOK
JULI 2013

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN
EPERAWATAN KELUARGA BAPAK H DENGAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
PADA ANAK USIA SEKOLAH DI RW 03 KELURAHAN CISALAK
PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
TAHUN 2013

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS


AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners

TININGSIH DAMARWATI, S.Kep


1006823570

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI
DEPOK
JULI 2013

i Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
ii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


iii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas Ridho-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir
ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, saya
merasa sangat terbantu oleh banyak pihak, oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
(1) Ibu Poppy Fitriyani, M.Kep., Sp.Kom., selaku Dosen Pembimbing dan
Koordinator Peminatan PKKMP Komunitas saya yang selalu memberikan
bimbingan dengan sabar dan cermat
(2) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;
(3) Ibu Kuntarti S.Kp., M. Biomed, sebagai kepala program studi S1
(4) Keluarga saya, terutama Suami, Ibu dan anak tercinta yang selalu dengan
sabar memberikan dukungan baik moril maupun materiil, dan selalu
menjadi sumber semangat saya dalam menjalani proses ini
(5) Teman-teman kelompok PKKMP Komunitas Pioneer Perkesmas yang
selalu saling menguatkan
(6) Seluruh teman-teman seperjuangan FIK UI Ekstensi 2010 you’re all the
best. Senang bisa melewati semua perjuangan ini bersama kalian.

Akhir kata, saya berharap karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa manfaat
positif bagi banyak pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.

Depok,10 Juli 2013


Penulis

iv Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


v Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Tiningsih Damarwati

Program Studi : Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak H Dengan


Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Anak

Sekolah Di RW 03 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

Cimanggis, Kota Depok 2013

Banyak anak usia sekolah yang rawan terhadap masalah kurang gizi. Rendahnya
status gizi anak usia sekolah akan berdampak negatif pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Masalah gizi pada anak usia sekolah adalah masalah
kesehatan yang menyangkut masa depan dan kecerdasan serta memerlukan
perhatian yang lebih serius. Kurangnya konsumsi makanan yang bergizi dan
faktor lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan masalah gizi kurang
Anak usia sekolah di RW 03 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis kota
Depok merupakan tujuan dalam karya ilmiah akhir ini. Keluarga bapak H
merupakan keluarga yang memiliki anak usia sekolah yang beresiko kurang
nutrisi.

Kata kunci :

Kurang nutrisi, makanan bergizi, anak usia sekolah.

vi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Tiningsih Damarwati

Study program: Ners

Title : Mr. H Family Nursing with Imbalance Nutrition Less Than Body
Needs Children Schools in RW 03 Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis, Depok City 2013

Many school-age children are vulnerable to malnutrition. Low nutritional status of


school-age children will have a negative impact on improving the quality of
human resources. Nutritional problems in school-age children is a health problem
that concerns the future and intelligence and require more serious attention. Lack
of consumption of nutritious foods and environmental factors that do not support
will cause lack of nutrition in school age children in RW 03 kelurahan Cisalak
Pasar kecamatan, Cimanggis Depok city is a destination in recent scientific
papers. Mr. H is a family of families who have school-age children who are at risk
of lacking nutrients.

Key words:

Less nutrition, nutriment, school-age children

vi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

LEMBAR PERNYATAAN ORISIONALITAS....................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………... iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………... iv

HALAMAN PERTANYAAN PUBLIKASI .......................................... v

ABSTRAK .............................................................................................. vi

ABSTRACT ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. viii

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………... 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 6
1.4 Manfaat Karya Ilmiah ……………………………………………… 6

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perkotaan ……………………………………….............. 7
2.2 Anak Usia Sekolah Kelompok Beresiko………………………… 10
2.3 Anak Usia Sekolah ...................................................................... 11
2.4 Konsep Gizi Anak Sekolah ........................................................... 12
2.5 Triguna Makanan dan Penyusunan Jadwal Menu Seimbang......... 15
2.6 Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah............................................. 17

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA


3.1 Pengkajian ..………………………………………………............ 22
3.2 Diagnosa …………………………………………….................... 24
3.3 Intervensi ........................................................................................ 24
3.4 Implementasi .................................................................................. 27
3.5 Evaluasi ......................................................................................... 29

4. ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik ……………………………………………….. 33
4.2 Analisis Masalah Keperawatan Terkait Konsep KKMP ………… 34

vii Universitas Indonesia


Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
4.3 Analisis Intervensi Inovasi Terkait dengan Konsep dan penelitian
Terkait............................................................................................. 34
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dapat Dilakukan ................ 37

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 38
5.2 Saran .............................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii Universitas Indonesia


Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL

Tabel 2.4. Katagori dan Ambang Batas Status Gizi anak Sekolah................... 15

Tabel 2.4.2 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan .................... 14

viii Universitas Indonesia


Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Populasi anak terus meningkat di negara berkembang. Hasil Proyeksi Sensus
Penduduk 2010 menyatakan penduduk Indonesia diperkirakan mencapai
243,8 juta jiwa, dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anak-anak usia 0-
15 tahun pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa berinvestasi untuk
anak adalah berinvestasi untuk sepertiga lebih penduduk Indonesia.
Gambaran kondisi anak saat ini menjadi dasar yang penting bagi pengambilan
kebijakan yang tepat bagi anak. Anak-anak merupakan kelompok penduduk
usia muda yang mempunyai potensi untuk dikembangkan agar dapat
berpartisipasi aktif dalam pembangunan di masa mendatang. Mereka adalah
kelompok yang perlu disiapkan untuk kelangsungan bangsa dan negara di
masa depan. pada negara berkembang, Hal ini menunjukkan bahwa
berinvestasi untuk anak adalah berinvestasi untuk sepertiga lebih masyarakat
Indonesia (Rikesdas, 2012).

Masyarakat hidup dalam suatu lingkungan dengan karakteristik yang


berbeda-beda. Hubungan antara masyarakat dengan lingkungan tempat
tinggalnya merupakan komponen yang penting bagi status kesehatan individu
dan kesehatan secara global. Lingkungan terdiri dari fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan politik yang mempengaruhi kehidupan masyarakat (Nies &
McEwan, 2001). Lingkungan perkotaan memiliki karakteristik yang spesifik,
hal ini tentu saja menimbulkan perbedaan yang sifnifikan dengan kehidupan
didaerah pedesaan.

Masalah kehidupan bagi masyarakat perkotaan pada dasarnya tidak jauh


berbeda dengan masalah-masalah yang secara umum terjadi di setiap jenis
lingkungan hidup. Masalah yang terjadi dapat menimpa disegala aspek
kehidupan, tidak terkecuali kesehatan dan keamanan. Adapun jenis masalah

1 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


2

yang terkait dengan lingkungan diperkotaan dapat terjadi mulai dari gaya
hidup, kualitas makanan, resiko kecelakaan kerja, kualitas air dan udara,
perumahan, sampah, resiko radiasi, dan perilaku kekerasan (Nies, 2001).
Masalah kualitas makanan merupakan bagian dari masalah pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada masyarakat perkotaan. Didalam masyarakat perkotaan
salah satunya terdapat kelompok anak sekolah dasar

Anak SD merupakan generasi penerus bangsa yang membawa perubahan bagi


bangsa dan negara. Mereka merupakan kelompok yang rawan terhadap
masalah kurang gizi. Rendahnya status gizi anak-anak sekolah akan
berdampak negatif pada peningkatan kualitas SDM. Masalah gizi pada anak
usia sekolah adalah masalah kesehatan yang menyangkut masa depan dan
kecerdasan serta memerlukan perhatian yang lebih serius. Kurangnya
konsumsi dan faktor lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan
masalah gizi kurang. Kekurangan gizi pada umur diantara 6-12 tahun/usia
anak sekolah mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang
dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat
produktifitas yang lebih rendah (Kodyat, 1998).

Anak usia sekolah adalah anak yang berusia kurang lebih 6 tahun dan diakhiri
ketika anak mulai mengalami pubertas yaitu usia 12 tahun. Anak akan
mengalami proses tumbuh kembang dengan berbagai macam perubahan akan
terjadi baik secara fisik maupun psikologis (Kozier dkk, 2010; Duval &
Miller, 1985 dalam Friedman, 2003). Jika proses tumbuh kembang mengalami
masalah maka akan terjadi gangguan tumbuh kembang yang berakibat
timbulnya masalah kesehatan fisik dan psikologis.

Masalah-masalah kesehatan yang diutarakan oleh Stanhope dan Lancaster,


(2004) meliputi kecelakaan dan cidera; kanker (leukimia); asma; penyesuaian
sekolah; ketakutan dan kesulitan belajar; abnormality tulang belakang.
Masalah-masalah kesehatan menurut Spradley dan Allender (2001) meliputi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


3

masalah-masalah yang berhubungan dengan status ekonomi (single parent,


droup out sekolah, kekerasan dan kriminal, dan lain sebagainya); kecelakaan
dan injuri; penyakit menular; penyakit kronik; masalah perilaku dan
ketidakmampuan belajar; kutu kepala (head lice); kurang nutrisi dan kesehatan
gigi; inactivity.

Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas, 2007 ) menyatakan anak usia sekolah
6-12 tahun sebesar 35% anak usia sekolah Sekolah Dasar (SD) pendek dan
pada tahun 2010, pravelensi kependekkan (25,6 persen), kekurusan (11,2
persen), dan kegemukkan (9,2 persen). Masalah lain adalah tingginya angka
putus sekolah. Menurut catatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
setiap tahun terdapat kurang lebih 1,2 juta siswa SD dan MI yang putus
sekolah atau 24% dari siswa baru (Forum Koordinasi Pusat Program
Pembinaan Anak dan Remaja, 1997).

Pada tahun 2010 di Propinsi Jawa Barat terdapat 7,6% anak usia 6-12 tahun
yang mengalami masalah kurang gizi (Riskesdas, 2010). Dalam menekan
angka kurang gizi, ada beberapa cara, salah satunya mendata anak usia
sekolah di bawah -3SD dan memiliki program khusus untuk menanggulangi
program gizi pada anak. Pada tahun 2011, puskesmas Cimanggis bertandang
ke sekolah untuk melakukan penyuluhan gizi dan melakukan kunjungan
rumah dengan keluarga anak usia anak sekolah yang mengalami gizi kurang.
Kegiatan di poli anak dilakukan pengukuran IMT untuk mengetahui anak
berada di bawah SD-3. Kurangnya sumber daya manusia termasuk
diantaranya tenaga kesehatan yang menangani masalah gizi ini menyebabkan
banyak kasus gizi kurang pada anak sekolah tidak terdeteksi dikarenakan tidak
adanya koordinasi petugas puskesmas yang mendata di setiap kelurahan di
kecamatan Cimanggis, padahal banyak kejadian kurang gizi yang terjadi salah
satunya di RW 03 kelurahan Cisalak pasar.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


4

RW 03 merupakan RW yang terletak di kelurahan Cisalak Pasar. Menurut


laporan rekapitulasi penduduk kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis
kota Depok 2011 ada 3066 jiwa anak usia 6-12 tahun di kelurahan Cisalak
Pasar. Di RW 03 sendiri terdapat cukup banyak anak usia sekolah. Setelah
dilakukan screening yaitu pada tanggal 13 Juni 2013 dari 45 anak usia
sekolah, 10 diantaranya memiliki IMT di bawah standart deviasi -3. Anak S
yang berlokasi di RT 06 RW 03, memiliki resiko pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Dalam karya ilmiah ini, penulis ingin menampilkan
salah satu masalah kurang gizi yaitu masalah resiko kurang gizi yang terjadi
pada keluarga Bpk H di RT 06 RW 03 kelurahan Cisalak Pasar.

Setelah dilakukan pengkajian, didapat bahwa kurang pengetahuan ibu tentang


gizi seimbang yang disebut triguna makanan dan penyusunan menu sesuai
dengan triguna makanan anak S juga mengalami kurang motivasi sehingga
implementasi unggulan yang dilakukan adalah penjadwalan makanan. Jadwal
makanan itu, berisi jadwal makan pagi, siang, dan malam sejak tanggal 4 Juni
2013- 21 Juni 2013. Anak S diwajibkan makan makanan yang mengandung
triguna makanan sekali dalam sehari. Akan dievaluasi pada tanggal 21 Juni.
Implementasi unggulan ini sesuai dengan Wong (2001) mengatakan bahwa
peraturan dan disiplin adalah salah satu yang dapat digunakan untuk merubah
perilaku anak usia sekolah. Hal tersebut terjadi karena anak sekolah memiliki
ketrampilan kognitif yang semakin baik dan termotivasi melakukan sesuatu
jika mengetahui. Irawati, 1998 memaparkan dalam penelitiannya bahwa
tambahan pengetahuan gizi dan kesehatan pada murid SD menyatakan bahwa
pengetahuan gizi sebaiknya diberikan sejak dini sehingga dapat memberi
kesan mendalam dan dapat menentukkan anak dalam memilih makanan yang
sehat. Dampak serta kegunaan yang mereka lakukan akan bertambah seiring
dengan pengetahuan yang mereka dapati.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


5

1.2 Perumusan Masalah


Indonesia termasuk ke dalam 5 negara yang memiliki angka gizi kurang
terbanyak di dunia (BPS, 2012). Salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki angka gizi kurang tinggi ialah Jawa Barat. Depok merupakan satu
dari sekian banyak kota di Jawa Barat yang ikut menyumbang angka gizi
kurang di Jawa Barat. Gizi kurang merupakan keadaan dimana tubuh
mengalami kekurangan zat gizi sehingga terjadi perubahan dalam tubuh.
Kelompok masyarakat yang rentan mengalami gizi kurang salah satunya ialah
anak sekolah.

Depkes (2011) menjelaskan bahwa pada usia anak sekolah banyak


membutuhkan energi guna memenuhi kegiatan sehari-hari seperti bersekolah,
bermain dan bekerja. Oleh sebab itu agar kebutuhan gizi anak sekolah
terpenuhi, anak usia sekolah harus mengkonsumsi hidangan sehari-hari
dengan susunan zat gizi yang seimbang. Salah satu upaya untuk
meningkatkan meningkatkan konsumsi gizi anak sekolah yang seimbang
adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang yang
disebut triguna makanan dan penyusunan menu sesuai dengan triguna
makanan. Pada tulisan ini, penulis ingin menjabarkan mengenai asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga kelolaan penulis dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi dan intervensi yang dilakukan, salah satunya
berupa peningkatan pengetahuan ibu mengenai triguna makanan dan
penyusunan menu berdasarkan triguna makanan.

Dalam karya ilmiah ini, penulis akan memaparkan hasil asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak S terutama
implementasi unggulan pengaturan jadwal makan makanan yang
mengandung triguna makanan sekali dalam sehari beserta evaluasi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


6

1.3 Tujuan Penulisan


Karya ilmiah ini dibuat untuk memaparkan hasil:
 pengkajian pada keluarga Bpk. H
 diagnosa keperawatan pada keluarga Bpk. H khususnya anak S dengan
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
 rencana asuhan keperawatan keluarga
 implementasi keperawatan keluarga kelolaan dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada anak S.
 evaluasi dari rencana asuhan keperawatan kelurga bapak H dengan
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An.S

1.4 Manfaat Karya Ilmiah


a. Bagi keluarga
Dengan adanya kunjungan perawat ke keluarga diharapkan keluarga
mampu secara mandiri mengatasi kesehatan gizi kurang pada anak sekolah
sehingga anak mempunyai berat badan yang ideal.
b. Bagi masyarakat RW 05 Cisalak Pasar
Dengan adanya pemberian asuhan keperawatan komunitas dan keluarga,
warga masyarakat semakin meningkat pengetahuannya tentang masalah
gizi kurang pada anak usia sekolah sehingga mampu melakukan
pencegahan secara dini, sehingga angka kejadian gizi kurang dari
kebutuhan tubuh pada anak sekolah semakin menurun.
c. Bagi instansi puskesmas Cimanggis
Hasil pemberian asuhan keperawatan keluarga ini dapat menjadi data dasar
dalam pemberian asuhan keperawatan terutama dengan diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
anak sekolah manajemen kesehatan pada keluarga dengan resiko maupun
kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh sehingga mampu meningkatkan status
nutrisi dan mencapai berat badan dalam batas normal pada anak usia
sekolah. Selain itu bisa menjadi role model bagi pemberian pelayanan
kesehatan di PKM wilayah Depok.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


7

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perkotaan


2.1.2 Konsep Dasar Keperawatan Perkotaan
Suatu wilayah dapat disebut kota jika jumlah penduduknya lebih dari 2500
penduduk dan terdapat lebih dari 99 orang per mil persegi (Stanhope dan
Lancaster, 1996). Karakteristik kota dapat dilihat dari berbagai aspek:
a. Aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan
bentuk fisik, seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat
tinggal yang berjejal dan mencakar langit (tinggi) dan serba kokoh.
b. Aspek penduduk, secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai
ukuran yang tepat untuk menyebut kota atau desa, meskipun juga
tidak terlepas dari kelemahan –kelemahan. Jumlah penduduknya
perkotaan biasanya lebih dari 2500 penduduk dan terdapat lebih dari
99 orang per mil persegi dan penduduk asli menjadi warga
minoritas (Stanhope dan Lancaster, 1996).
c. Aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan
sosial (social interrelation dan social interaction). Penduduk kota
cenderung bersikap acuh tak acuh dan bebas untuk memilih
hubungan dengan orang lain.
d. Aspek ekonomi, kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi,
perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa
pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya pasar,
pedagang dan pusat perdagangan.
e. Aspek hukum, pengertian kota yang dikaitkan dengan adanya hak-
hak dan kewajiban hukum bagi penghuni, atau warga kota serta
sistem hukum tersendiri yang dianut untuk menunjukkan suatu
wilayahtertentu yang secara hukum disebut kota.

7 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


8

2.1.2 Ciri – ciri Masyarakat perkotaan


Sebuah kota memiliki ciri-ciri yang membedakan antara kota dan
pedesaan. Perbedaan ini dapat dilihat dari bentuk fisik, ekonomi, jumlah
penduduk, aspek sosial dan aspek hukum (Allender, J. et al. 2010). Antara
kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik. Perbedaan ini dapat
dilihat dari tata ruang dan bentuk bangunan. Kota biasanya memiliki
gedung yang tinggi dan memiliki arus tranportasi yang memadai. Bentuk
bangunan rumah lebih moderen dan mengikuti perubahan zaman. Namun
tidak semua kota ditata secara rapih dan teratur. Hal ini di karenakan
semakin sempitnya lahan untuk pembangunan. Jika dipandang dari aspek
penduduk, jumlah penduduk kota lebih banyak dan heteregon baik dari
agama, suku dan budaya. Sedang jumlah penduduk di desa terbatas dan
bersifat homogen. Selanjutnya dari aspek sosial, masyarakat perkotaan
lebih bersifat individual jika dibandingkan dengan daerah pedesaan yang
masih memegang budaya gotong royong.

Ditinjau dari segi ekonomi cara hidup masyarakat kota lebih moderen
mengikuti tren dunia jika dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu
taraf hidup masyarakat perkotaan semakin meningkat. Namun hal ini
malah menjadi masalah bagi masyarakat perkotaan karena tuntutan beban
hidup yang tinggi, tak heran jika banyak masalah kesehatan yang terjadi
didaerah perkotaan. Yang terakhir dipandang dari aspek hukum, adanya
hak-hak dan kewajiban hukum bagi penghuni suatu wilayah.

2.1.3 Dampak Urbanisasi yang Tinggi terhadap Masyarakat Perkotaan


Arus urbanisasi yang tinggi menimbulkan dampak bagi pertumbuhan
eknomi, industri dan masalah kesehatan. Semakin tinggi tuntutan
kehidupan maka semakin tinggi pula beban ekonomi. Pertambahan jumlah
penduduk yang tidak dibatasi, lahan kerja semakin berkurang
menimbulkan masalah kemisikinan. Angka kemiskinan yang tinggi dapat
menjadi sumber semakin rendahnya pemenuhan nutrisi yang tidak

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
9

adekuat. Nutrisi yang tidak seimbang akan menjadi sumber masalah


kesehatan dunia (disease burden) ( World Bank,1993 dalam Hitchcock
1999). Selain itu perubahan gaya hidup ke arah konsumerisme, dan
perubahan perilaku hidup tidak sehat semakin hari kian bertambah. Hal ini
mengakibatkan adanya kesenjangan sosial di masyarakat yang heterogen,
dan tekanan mental (stres) akibat lingkungan yang tidak berkualitas bagi
kesehatan kerja. Selanjutnya angka kriminalitas yang tinggi sebagai akibat
dari paparan terhadap media yang salah tanpa disaring terlebih dahulu.

Pemenuhan Nutrisi yang seimbangan bagi anak usia sekolah pada


masyarakat perkotaan sangat dipengaruhi oleh bebebrapa faktor yaitu yang
pertama adalah faktor sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendapatan
keluarga, pendidikan, budaya dan agama, dan yang kedua adalah faktor
ketersedian makanan (Hitchock,1999). Ekonomi yang mencukupi sebuah
keluarga membantu keluarga memenuhi makanan yang seimbang. Faktor
ekonomi merupakan penyebab timbulnya masalah kesehatan, salah
satunya pada orang miskin yang memiliki resiko besar untuk mengalami
masalah kesehatan. Resiko ekonomi ditentukan oleh hubungan sumber
daya keuangan keluarga dan pengeluaran keluarga.

Kebutuhan yang menunjang untuk kesehatan yaitu: rumah yang sehat,


terpenuhinya sandang, pangan, pendidikan, perawatan kesehatan
(Stanhope & Lancaster, 2004). Selanjutnya dengan pendidikan yang tinggi
dapat membantu keluarga mengenai pengetahuan makanan yang
seimbang. Faktor budaya sangatlah penting karena budaya sangat
mempengaruhi sesorang dalam mengkonsumsi makanan. Faktor resiko
yang kedua adalah ketersediaan makanan yang meliputi kualitas makanan,
jumlah makanan, akses untuk memperoleh makanan. Ketiga hal ini sering
dilupakan oleh masyarakat perkotaan sehingga mengkonsumsi makanan
tanpa melihat nutrisi yang seimbang. Untuk mengatasi hal ini maka peran
perawat komunitas sangatlah penting terutama mengenai edukasi dalam

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
10

keluarga dan komunitas mengenai nutrisi yang seimbang bagi anak usia
sekolah.

2.2 Anak Usia Sekolah Kelompok Beresiko


Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih
baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah
dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah
maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai
kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, misal berat badan yang
kurang, anemia defisiensi Fe, defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu
juga defisiensi Iodium (Sediaoetama, 1996).

Kelompok at risk (kelompok beresiko) merupakan kelompok beresiko tinggi


mengalami kesehatan dibanding dengan yang lain (Stanhope & Lancaster,
2004). Beberapa faktor-faktor resiko pada anak usia sekolah, antara lain:
faktor sosial ekonomi, perilaku, biologi, sosial, ekonomi, gaya hidup,
peristiwa dalam hidup. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan anak sekolah sebagai at risk adalah usia, jenis kelamin, lingkungan,
pekerjaan, suku, sosiokultural, ekonomi, genetik, dan sebagainya (Lundy &
Janes, 2009).

Faktor-faktor resiko yang terdapat pada anak sekolah akan mempengaruhi


kebutuhan universal salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan makan
(Orem, 2001). Terpenuhinya kebutuhan anak dapat terlihat bagaimana anak
mampu makan dan minum tanpa disuruh atau dipaksa orang tua (Hurlock,
1994). Hal ini masih terlepas apakah sudah terpenuhinya nilai gizi yang
dikonsumsi oleh anak.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
11

2.3 Anak Usia Sekolah


Kualitas sumber daya manusia di pengaruhi oleh pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang di mulai dari bayi, balita, anak, remaja,
dewasa sampai dengan lansia. Salah satu tahap tumbuh kembang yang
mempengaruhi kualitas manusia adalah tahap tumbuh kembang anak usia
sekolah. Anak sebagai generasi penerus bangsa memerlukan pendidikan dasar
meliputi pengetahuan, agama, dan kehidupan bermasyarakat. Anak yang
memiliki pendidikan dasar yang baik akan memiliki kualitas yang baik. Anak
akan mengalami proses tumbuh kembang dengan berbagai macam perubahan
yang terjadi diantaranya kognitif (Wong, 2003; Kozier dkk, 2010). Anak usia
sekolah adalah anak yang berusia kurang lebih 6 tahun dan diakhiri ketika
anak mulai mengalami pubertas yaitu usia 12 tahun (Kozier, 2010).

Hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 diketahui bahwa jumlah total
penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, jumlah penduduk usia sekolah
sebanyak 19,3% (42 juta jiwa). Berdasarkan rentang usia penduduk Indonesia
paling banyak pada usia 5-9 tahun sebanyak 23 juta jiwa (9,78%) dan usia 10-
14 tahun sebesar 22,6 juta jiwa (9,54%) (Badan pusat Statistik, 2012). Jumlah
penduduk berdasarkan umur ini, menunjukkan bahwa jumlah anak usia
sekolah cukup banyak sehingga dibutuhkan banyak peran serta pemerintah
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya.

Berdasarkan sensus penduduk kota Depok tahun 2010 jumlah penduduk kota
depok sebesar 1,7 juta jiwa, tahun 2011 mencapai 1,8 juta jiwa. Berdasarkan
Biro Pusat Statistik kota Depok tahun 2012, penduduk terbesar adalah
kecamatan Cimanggis 242.214 orang (13,95%). Di kelurahan Cisalak Pasar
kecamatan Cimanggis memiliki penduduk sebanyak 17.869 ribu jiwa (7,4%).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di kelurahan Cisalak Pasar terdapat
populasi anak usia 6-12 tahun ±3066 jiwa (17,2%) (Laporan Rekapitulasi
Penduduk Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok,
2011).

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
12

2.4 Konsep Gizi Anak Sekolah


2.4.1 Konsep Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahan kan kehidupan, perumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa,
dkk, 2002). Gizi kurang adalah suatu keadaan dimana kurangnya berat
badan berdasarkan usia dan tinggi badan.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik,
dan lebih. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial
(Almatsier, 2004). UNICEF; WHO (2011) mendefinisikan undernutrition
atau kurang gizi yang meliputi kurang berat seseorang berdasarkan usia,
tinggi badan seseorang usia, tinggi badan dibawah standar (tidak sesuai
umur), sangat kurus, dan gizi kurang adalah akibat dari ketidakcukupan
masukkan makanan dan penyakit infeksi yang berulang, vitamin serta
mineral.

Potter & Perry. (2006) menyatakan penyebab gizi kurang adalah


perekonomian yang kurang, pemberian makan anak, penyakit infeksi dan
kronis, komposisi makanan dan penyimpanan makanan yang salah,
komposisi makanan tidak seimbang, kondisi lingkungan, pola asuh
keluarga. Tanda dan gejala gizi kurang adalah : Badan kurus (berat badan
tidak sesuai dengan seharusnya), rambut tipis dan mudah rontok, anak

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
13

tampak lemah atau tidak lincah, kaki dan tangan bengkak, berat badan
anak berada pada dibawah standar deviasi < -3. Akibat gizi kurang :
kekurangan gizi berakibat meningkatkan angka kesakitan dan menurunya
produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban
pemerintah dan meningkatkan fasilitas kesehatan, kekurangan gizi
berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia muda yang pandai
yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa. Kurangnya gizi
berakibat menurunnya produktivitas gizi manusia.

Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan penilaian
secara tidak langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi menjadi
empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik,
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga
yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.


Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berbagai indeks antropometri,
untuk menginterpretasinya dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang
batas yang paling umum digunakan saat ini adalah dengan memakai
standar deviasi unit (SD).

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
14

Tabel. 2.4 Katagori dan ambang batas status gizi anak sekolah
berdasarkan indeks (Kepmenkes: 2010)
Indeks Katagori status gizi Ambang batas (Z-Score)
Indeks massa tubuh Sangat kurus < -3 SD
menurut umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai dengan < -2SD
Anak umur 5-12 tahun Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD

2.4.2 Kebutuhan Makanan pada Anak Sekolah


Awal usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak
mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan
dengan orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana
dan lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak
mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru,
kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan
anak-anak ini sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah
diberikan kepada mereka (Wong, 2005).

Khomsan (2003) pada penelitiannya mengungkapkan adanya aktivitas yang


tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan
mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat
menurun kalau tidak ditunjang dengan intake pangan dan gizi yang cukup dan
berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan
di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka saran utama dari segi gizi
adalah jangan meninggalkan sarapan pagi. Ada berbagai alasan yang seringkali
menyebabkan anak-anak tidak sarapan pagi. Ada yang merasa waktu sangat
terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak ada
selera untuk sarapan pagi.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
15

Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar


kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi terhadap pelajaran
dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan. Kandungan zat gizi makanan
selingan ditinjau dari besarnya kandungan energi dan protein sebesar 300
kkal dan 5 gram protein. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun
relatif lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan
relatif cepat, terutama penambahan tinggi badan. Mulai umur 10-12 tahun,
Kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Adapun
jumlah energi dan protein yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi bagi anak umur 7-12 tahun tertera pada tabel.

Tabel 2.4.2 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang Per
Hari) Anak Umur 7 –12 Tahun
Golongan Berat Tinggi Energi Protein
Umur
7-9 tahun 25 kg 120 cm 1800 kkal 45 gram
10 –12 tahun 35 kg 138 cm 2050 kkal 50 gram
(pria)
10 –12 tahun 38 kg 145 cm 2050 kkal 50 gram
(wanita)
Sumber : Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Jakarta 17- 19 Mei 2004.

2.5 Triguna Makanan dan Penyusunan Jadwal Menu Seimbang


2.5.1 Triguna Makanan
Depkes RI (2005 dalam Hidayati, 2011) mengemukakan bahwa konsumsi
hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi seimbang perlu dibiasakan
sebagai upaya menganggulangi masalah gizi. Tak satu pun jenis makanan
yang mengandung zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup
sehat, tumbuh kembang dan produktif. Untuk itu setiap orang perlu
mengkonsumsi anekaragam makanan. Makan makanan yang beraneka
ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam
yaitu makanan yang mengandung unsur zat gizi yang diiperlukan tubuh
baik kualitas maupun kuantitasnya, dalan pelajaran ilmu gizi biasa disebut
triguna makanan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
16

Triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang masing-masing memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Penggolongan makanan yang termasuk triguna
makanan menurut Departemen Gizi & Kesmas FKM UI (2010) adalah
sebagai berikut:
a. Zat Tenaga yang mengandung karbohidrat dan lemak, yang
diperlukan untuk kerja otot untuk melakukan kerja luar. zat ini
sebagian besar dihasilkan dari makanan pokok. Contoh sumber zat
tenaga ialah nasi, kentang, ubi, jagung, kacang-kacangan, mentega,
dan lain-lain.
b. Zat Pembangun mengandung protein. Terdapat dua jenis protein yakni
protein metabolik dan protein struktural. Protein metabolik dibutuhkan
dalam proses metabolisme tubuh dan protein struktural berfungsi
untuk membangun struktur sel. Kelompok rawan seperti anak sekolah,
membutuhkan protein dalam jumlah besar sehingga kebutuhan juga
meningkat. Contoh makanan sumber zat protein ialah lauk hewani dan
lauk nabati, seperti telur, daging ayam, daging sapi, tempe tahu, dan
lain-lain.
c. Zat Pengatur terdiri dari makanan yang mengandung vitamin dan
mineral. Zat pengatur menjalankan dan mengatur proses metabolisme.
Bila seseorang kekurangan zat pengatur dalam waktu lama, akan
timbul berbagai penyakir defisiensi zat gizi. Bahan pangan penghasil
zat pengatur ialah sayuran dan buah-buahan.

2.5.2 Jadwal Menu Seimbang untuk Anak Sekolah


Almatsier (2005) menyebutkan menu seimbang yaitu menu yang terdiri
dari beranekaragam makanan demgan jumlah dari proporsi yang sesuai,
sehingga memenuhi kebutuhan gizi guna pemeliharaan dan perbaikan
sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan. Dengan kata lain, menu adalah kumpulan beberapa
macam makanan atau masakan yang disajikan untuk tiap kali makan.
Menu yang sederhana hanya terdiri dari makanan pokok, dan sedikit lauk

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
17

pauk. Menu yang lengkap, akan terdiri dari nasi, sayur, lauk, dan buah-
buahan. Menu yang disusun sedemikian itu sudah cukup memenuhi
syarat.

2.6 Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah


2.6.1 Konsep Keluarga
2.6.1.1 Definisi Keluarga
Burgess (1963) dikutip oleh Friedman, Bowden & Jones (2003)
mendefinisikan keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh
ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota sebuah keluarga
biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga tersebut sebagai
rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain dalam peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari. Selain itu
Friedman (2003) juga menjelaskan keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.

2.6.1.2 Tumbuh Kembang Keluarga dan Keterkaitan Nutrisi Anak Usia Sekolah
Tumbuh kembang keluarga dengan anak usia sekolah yaitu, keluarga
memiliki kewajiban dalam mensosialisasikan anak, memenihi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga, mempertahankan hubungan harmonis
dengan pasangan dan anggota keluarga yang lain. Pada tiap tumbuh
kembang yang dilalui keluarga, memiliki masalah pada tiap tahapan
tumbuh kembang. Masalah tumbuh kembang pada usia sekolah yaitu:
masalah disfungsional komunikasi, anak tidak mandiri, gangguan tumbuh
kembang, tekanan komunitas, masalah perilaku, penyakit kronik dan
menular, masalah kurang terpenuhinya kebutuhan dasar anak salah satunya
nutrisi (Friedman, Bowden & Jones, 2003: Stanhope & Lancaster, 2004;
Kozier, Erb. Berman dan Snyder, 2010).

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
18

Pada keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah
berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13
tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah
maksimum, dan hubungan keluarga diakhir tahap ini. (Duvall, 1977 dalam
Friedman, 2003). Pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk, anak-
anak mempunyai keinginan dan kegiatan masing-masing, disamping
kegiatan wajib dari sekolah dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orang tua
sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-
sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas
perkembangannya sendiri, memungkinkan tidak terperhatikannya nutrisi
pada anak.

Menurut (Erikson, 1950 dalam Friedman, 2003) orang tua berjuang dengan
tuntutan ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dengan mengasuh
generasi berikutnya (tugas perkembangan generativitas) dan
memperhatikan perkembangan mereka sendiri; sementara anak-anak usia
sekolah untuk mengembangkan sense of industry, kapasitas untuk
manikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan
rendah diri. Tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun), Dalam
Buku Pediactric Nursing Procedures, Bowden, Greenberg (2003)
dijabarkan sebagai berikut:
a. Perkembangan fisik (untuk semua usia anak). Bagi wanita usia 11 tahun
tinggi badan 90% orang dewasa dan berat badan 50% berat badan orang
dewasa, sedangkan untuk laki-laki pada usia 12 tahun mencapai 80%
tinggi badan orang dewasa dan berat badan 50% berat badan orang
dewasa. Pertumbuhan tulang meningkat pada masa ini. Pada umur 12
tahun pertumbuhan gigi sudah menetap dan merupakan awal mengalami
masa perkembangan pra pubertas
b. Anak usia sekolah di umur 6-9 tahun akan mengalami lama tidur 11-12
jam perhari, peningkatan berat badan 3-5 pound per tahun, mempunyai
10-11 gigi permanen dan pertumbuhan tulangnya sudah proposional

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
19

c. Anak usia sekolah umur 10-11 tahun akan mengalami lama tidur 10
jam/hari. Anak membutuhkan 2.200-2.500 kkal untuk memenuhi
kebutuhan energi aktivitasnya. Pada usia 12 tahun giginya sudah
menetap.
d. Perkembangan seksual ( untuk semua usia sekolah) yang dialami pada
anak perempuan akan menghadapi menstrusi pada usia 11-12 tahun dan
tertarik pada sesama jenis.
e. Perkembangan bahasa ( untuk semua usia sekolah ), telah memiliki
kemampuan dalam berbahasa dengan baik. Anak akan mengikuti
perubahan, meningkatkan pengertian dalam bahasa, maka diberikan
kesempatan mendengarkan radio, TV. Anak hendaknya dilibatkan dalam
pembicaraan sosial untuk menghilangkan egosentrisnya
f. Perkembangan sosial anak usia sekolah telah mempunyai kelompok
untuk bermain, sehingga mempunyai keinginan yang kuat supaya
diterima pada anggota kelompok. Jenis mainan yang diminati pada usia
ini yaitu:
1. Bermain konstruktif: membuat sesuatu untuk bersenang-senang saja
tidak memikirkan manfaatnya seperti mengambar, dan membentuk
sesuatu
2. Menjelajah: ingin bermain jauh dari lingkungan rumah
3. Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatiannya,
membawa benda kerumah
4. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan
orang dewasa ( bola basket, sepak bola) dan senang pada permainan
yang bersaing
5. Hiburan: anak ingin meluangkan waktunya untuk membaca,
menonton tv, mendengarkan radio dan melamun.
g. Masalah Anak Usia Sekolah diantaranya: bahaya fisik yaitu berupa a)
penyakit: penyakit yang timbul karena kurang kebersihan diri, b)
kegemukkan: timbul karena banyaknya mengkonsumsi karbohidrat, c)
masalah terkait dengan status ekonomi ( miskin dalam kesehatan,

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
20

sekolah dan dewasa), d) kecelakaan dan cidera, e) penyakit menular, f)


penyakit kronis ( dermatitis, hearing difficulty, stomachaches, headache,
diabetic, asthma ), g) problem perilaku dan ketidakmampuan belajar
(membaca, menulis, matematika), h) kutu kepala/pediculosis, i) miskin
nutrisi dan kesehatan gigi, j) tidak aktivitas, sedangkan bahaya
psikologis berupa, a) iri pada anak yang lebih populer, b) menarik diri.
h. Perkembangan motorik kasar, pada anak usia 6 tahun : berjalan
seimbang, Skreening DDST baik, 8 tahun : Meletakkan kaki kanan/kiri
sesuai perintah dan 9-11 tahun : Mampu berjalan dengan mata di tutup,
menangkap bola dengan satu tangan.

2.6.2 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Anak Usia Sekolah


Friedman, Bowden & Jones (2003) menjelaskan pengkajian yang
dilakukan pada anak sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: a) melakukan pengumpulan data yang berhubungan
dengan masalah nutrisi, 2) libatkan keluarga atau orang terdekat dengan
klien perihal, kebiasaan, budaya, keyakinan, pola makan dan sebagainya,
c) lakukan pengkajian fisik (head to toe) data laboratorium skrinning
nutrisi dan kaji ada tidaknya gangguan fisiologis. Diagnosa keperawatan
yang dapat dipaparkan terdiri dari ketidakseimbangan nutrisi (jika telah
aktual mengalami gangguan nutrisi), intoleransi aktifitas, resiko gangguan
integritas kulit, resiko infeksi serta gangguan tumbuh kembang anak.

Diagnosa Keperawatan dirumuskan setalah dilakukan proses pengkajian.


Pada keluarga dengan anak usia sekolah perumusan diagnosa berdasarkan
rujukkan dari Diagnosa Nanda 2009-2011. Dari hasil pengkajian diagnosa
keperawatan keluarga yang muncul ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.

Pada anak dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi, tujuan umum yang


diharapkan keluarga dapat mengenal dan mencegah gangguan nutrisi pada

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
21

keluarganya. Pada tujuan khusus diantaranya, a) keluarga mampu


mengenal masalah kesehatan mengenai kurang nutrisi pada anak sekolah,
b) keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga, c)
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami resiko
pemenuhan nutrisi kurang pada keluarganya, d) keluarga mampu
memodifikasi lingkungan dan e) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatah yang ada.

Implementasi dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang mengacu


pada tujuan umum dan tujuan khusus. Tindakan keperawatan dapat
dilakukan dengan mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian
gizi seimbang, penyebab, tanda dan gejala ketidakseimbangan nutrisi pada
anak usia sekolah. Membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga
dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi. Memberikan informasi
mengenai akibat lanjut dari ketidakseimbangan nutrisi. Memotivasi dan
membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang
mengalami ketidaksembangan nutrisi. Mendiskusikan bersama keluarga
mengenai cara mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak
usia sekolah. Mendiskusiskan bersama keluarga tentang pentingnya
triguna makanan . Mendiskusikan bersama keluarga bagaimana cara
menyajikan makanan. Mendiskusikan dengan keluarga cara memilih dan
mengolah bahan makanan. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal

Evaluasi dilihat untuk menilai kesesuai antara tujuan dan hasil yang
diperoleh. Asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan
ketidakseimbangan nutrisi pada anak sekolah terdiri dari tahap pengkajian
keluarga dan tahap implementasi untuk mengatasi masalah
ketidakseimbangan nutrisi. Hasil evaluasi yang akan dipaparkan oleh
penulis .secara ringkas dari semua implementasi keperawatan keluarga
yang telah dilakukan pada keluarga.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
22

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Umum
Keluarga Bapak H (42 tahun) dan Ibu E (42 tahun) merupakan keluarga inti
dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah, dengan
Bapak H sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarga
dalam hal keuangan, rencana rekreasi, biaya sekolah, dan lain-lain.
Sedangkan ibu E ialah pengambil keputusan dalam hal menu makanan dan
kebutuhan sehari-hari. Bapak H dan Ibu E memiliki seorang anak, yaitu An.
S (11 tahun) Saat ini keluarga Bapak H menempati rumah peninggalan
orang tua di RT 06 RW 03, Cisalak Pasar, Depok. Bapak H bekerja sebagai
pedagang dengan pendapat di bawah Rp 1.000.000,00/bulan. Ibu E adalah
seorang ibu rumah tangga. Ibu E mengatakan angka tersebut cukup untuk
memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Bapak H bersuku Betawi dan
merupakan asli orang Cisalak Pasar, sedangkan ibu E bersuku Betawi
dimana keduanya mengaku bahwa tidak ada mitos atau kepercayaan tertentu
yang diyakini terkait masalah kesehatan keluarga.

Riwayat kesehatan keluarga Bapak H yakni, keluarga mengatakan An.S


(11tahun) pernah memiliki riwayat kejang-kejang, stip dan gejala tipes saat
berusia 1 tahun, saat itu an.S mengalami sulit makan, menurut ibu E
menyebabkan an.S mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang. Saat ini
berat An.S sesuai dengan usianya yakni BB: 23, TB: 126, IMT: 14,5
tergolong dalam kategori normal namun mendekati katagori kurus dengan
nilai minimal IMT normal: 14,2 . Ibu E mengatakan An.S juga memiliki
riwayat Flek Paru (TB) pada usia 4 tahun dan pernah mengalami
pengobatan OAT selama 6 bulan tanpa putus obat, dan telah diperiksa
kembali dengan hasil bersih dari flek paru, saat ini juga An.S mengatakan
sudah tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu. Riwayat imunisasi An.S

22 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


23

lengkap dan juga mendapat vitamin A. Ibu E mengatakan ia tidak


mengetahui mengapa anaknya makin lama makin kurus. Ibu E mengatakan
bahwa penyediaan makanan sehari-hari di keluarga lebih sering membeli
makan di warung. Ibu E menyatakan pula hampir setiap hari membeli lauk
ikan maupun ayam dan menyediakan pula buah-buahan namun an. S kurang
menyukai sayuran. Ibu E mengatakan An.S hanya makan sekitar 5 suap
setelah tidak mau makan lagi. Ibu E mengaku jarang memasak sayur. Ibu
E sering membeli makanan diluar karena lebih praktis. Ibu E mengaku
jarang menyediakan menu lengkap (nasi, lauk, sayur) untuk An.E. Ibu E
sering membelikan jajanan untuk An.S di warung, seperti makanan ringan,
bolu kemasan, mie instant ataupun teh kemasan, apabila An.S tidak mau
makan. Frekuensi pemberian makanan selingan ialah 3-4 kemasan dalam 1
hari. Ibu E sudah menyadari kondisi anaknya yang kurus, namun ibu E
sendiri mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ibu E hanya
mengusahakan untuk menyediakan makanan yang menurutnya bergizi dan
menuruti apa yang ingin dimakan oleh anaknya. Ibu E mengaku belum
paham mengenai gizi kurang. Ibu E mengatakan ia belum pernah
membawa anaknya ke pelayanan kesehatan terkait masalah gizi anaknya.

3.1.2 Masalah Keperawatan


Berdasarkan data diatas, masalah keperawatan pada keluarga Bapak H
khususnya anak S yaitu resiko pemenuhan nutrisi kurang pada anak anak
usia sekolah. Data yang mendukung terkait diagnosa resiko pemenuhan
nutrisis kurang pada anak usia sekolah didukung oleh data subjektif dan
objektif selama pengkajian dengan anak S. Data subjektif yang diperoleh
yaitu: a) Ibu E mengatakan tidak mengatahui mengapa anaknya makin
lama makin kurus, b) Ibu E mengatakan bahwa penyediaan makanan
sehari-hari di keluarga lebih sering membeli makan di warung, c) anak S
kurang menyukai sayuran dan hanya makan sekitar 5 suapan setelah itu
tidak mau makan lagi, d) Ibu E mengaku jarang menyediakan menu
lengkap (nasi, lauk, sayur) untuk anak S, e) Ibu E sering memberikan

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
24

jajanan untuk anak S di warung seperti makanan ringan, bolu kemasan,


mie instant ataupu teh kemasan apabila anak S tidak mau makan, f) Ibu E
mengaku belum paham mengenai gizi kurang.

Data objektif yang diperoleh yaitu: a) Pengkajian fisik Anak S ditemukan:


TTV: N: 90x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 36,50C (aksila), b) pengkajian
berat badan dan tinggi badan diketahui: BB/PB: BB: 23 kg; PB: 126cm;
IMT:14,5. Saat ini anak S berada pada satus normal namun mendekati -
3SD (kurus) IMT/U: normal (diantara -2SD= 14,2 dan 1SD= 15,7), c)
kepala: rambut tipis, sedikit kemerahan, d) mata: tidak anemis, tidak
ikterik, e)telinga: tidak mengalami gangguan pendengaran, bentuk normal,
f) Hidung: tidak ada pembesaran polip, sekret (-), g) mulut dan gigi:
mukosa lembap, tidak ada sariawan, halitosis (-), h) leher: tidak ada
pembesaran nodus limfe dan kelenjar tiroid, i) dada: retraksi (-),
pergerakan simetris, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2, j)
abdomen: datar, lunak, nyeri tekan (-), k) kulit: turgor kulit baik, sianosis
(-), jaundice (-), l) kuku: sianosis (-), CRT <3dtk, m) ekstremitas: akral
hangat, tidak terdapat edema; tonus otot baik; LILA = 15 cm

3.2 Diagnosa
Dari data yang ditemukan pada saat pengkajian, dapat disimpulkan diagnosa
yang dapat ditegakkan yakni ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada keluarga An.S.

3.3 Intervensi
Tujuan secara umum dari rencana inovasi keperawatan keluarga adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi selama 12x pertemuan, keseimbangan nutrisi pada keluarga bapak H
menjadi teratasi dengan dilakukannya penjadwalan makanan yang
mengandung triguna makanan kepada anak S

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
25

3.3.1 Tujuan Khusus 1


Keluarga bapak H khususnya ibu E diharapkan mampu mengenal masalah
gizi kurang pada anak sekolah dengan menyebutkan definisi gizi
seimbang, menyebutkan definisi gizi kurang, menyebutkan 4 dari 5 tanda
gejala kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi. Perawat
mambantu keluarga bapak H khususnya ibu E dan anak S yang
diharapkan mampu mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi. Setelah perawat membantu keluarga dalam
mengenal masalah dan mengidentifikasi, selanjutnya perawat melakukan
penjelasan kembali.

3.3.2 Tujuan Khusus 2


Keluarga bapak H khususnya ibu E diharapkan mampu mengambil
keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi dengan menyebutkan 2 dari 3 akibat kurang
gizi, memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah gizi
dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi. Keluarga bapak H terutama ibu E diharapkan
mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yaitu anak
S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak sekolah.
Pemberian reinforcement positif kepada keluarga bapak H yang mampu
mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi

3.3.3 Tujuan Khusus 3


Keluarga bapak H diharapkan mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah gizi kurang dengan menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah
gizi kurang yaitu 1) jangan paksa anak bila tidak mau makan, 2)
menggunakan alat makan yang menarik, 3) makan sambil cerita, 4) jenis
makanan yang bervariasi dengan bentuk dan warna yang menarik.
Keluarga juga diharapkan dapat menjelaskan kembali definisi triguna

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
26

makanan dan memberikan 2 contoh dari tiap komponen triguna makanan


yaitu 1) zat tenaga (karbohidrat& lemak), 2) zat pembangun (protein), dan
zat pengatur (vitamin &mineral). Ibu E diharapkan mampu menyusun
jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu seimbang yang telah
dijadwalkan. Keluarga bapak H khususnya ibu E mampu menyebutkan 3
dari 4 cara memilih bahan makanan seperti 1) harga terjangkau, 2) nilai
gizinya baik, 3) masih segar/tidak busuk, 4) mudah didapat. Ibu E mampu
menyebutkan pula 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan dengan baik
misalnya 1)sayuran, buah, dicuci dulu baru dipotong-potong, 2) sayuran
dimasak jangan terlalu lama, 3) alat-alat masak bersih, 4) cuci tangan
sebelum makan. Menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan
dengan baik, selain itu ibu E juga diharapkan mampu me-
redemonstrasikan cara memilih dan mengolah bahan makanan.
Keluarga bapak H terutama ibu E diharapkan mampu Menyebutkan
definisi cemilan sehat, tujuan cemilan sehat, 2 dari 3 manfaat cemilan
sehat, 5 dari 7 contoh cemilan sehat dan 3 dari 4 contoh cemilan tidak
sehat. Setelah itu perawat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya bila ada yang kurang dimengerti.

3.3.4 Tujuan Khusus 4


Keluarga bapak H khususnya ibu E diharapkan mampu memodifikasi
lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi, dengan menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan
makanan, menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak
bersedia makan, menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk
meningkatkan status gizi anak sekolah. Perawat menanyakan kembali pada
ibu E tentang apa yang sudah dijelaskan.

3.3.5 Tujuan Khusus 5


Keluarga bapak H diharapkan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan di
masyarakat menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
27

meningkatkan gizi anak sekolah, dengan: 1) menyebutkan 3 dari 4 fasilitas


kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal, 2) menyebutkan 1 dari 2
manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat menjelaskan
tentang fasilitas kesehatan yang tersedia dan mudah dijangkau oleh
keluarga adalah rumah sakit dan puskesmas. Keluarga bapak H bisa
memanfaatkan fasilitas poli anak yang terdapat di puskesmas dan
berkonsultasi tentang masalah kesehatan kurang gizi pada anak sekolah.

3.4 Implementasi
Intervensi inovasi yang perawat lakukan kepada keluarga bapak H adalah
melakukan adalah penjadwalan makanan . Intervensi inovasi penjadwalan
makanan sudah dilakukan sebanyak 5 kali. Keluarga diberikan pengetahuan
tentang pengertian gizi seimbang, tanda gejala, penyebab dan cara mengatasi
gizi kurang.

Penjadwalan makanan yang berisi jadwal makan pagi, siang dan malam,
yang harus dilakukan oleh keluarga bapak H khususnya ibu E untuk
memberikan peraturan dan menerapkan disiplin pada anak S. Hal ini
bertujuan agar orang tua dapat memberikan nutrisi sesuai dengan triguna
makanan minimal sekali dalam sehari. Dalam tiga waktu makan, diantaranya
orang tua memberikan makanan yang mengandung komponen triguna
makanan.

Langkah selanjutnya adalah orang tua khususnya ibu E, menyusun menu


sesuai dengan triguna makanan. Orang tua khususnya Ibu E harus bisa
menyediakan makanan yang bervariasi dengan bentuk dan warna yang
menarik, sehingga dapat meningkatkan selera dan tidak membosankan buat
anak. Makanan yang bervariasi dengan bentuk dan warna yang menarik
termasuk diantaranya cemilan sehat.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
28

Ibu E mengatakan bahwa selama ini kurang memperhatikan nilai gizi


makanan yang diberikan pada anak S. Ibu E mengatakan lebih sering
membeli makan di warung dan jarang memasak sayur, sehingga jarang
menyediakan menu yang lengkap ( nasi, lauk, sayur) untuk anak S. Ibu E
mengatakan setelah dilakukan pertemuan ini, ibu E akan berusaha untuk
menerapkan penjadwalan makanan yang mengandung triguna makanan
sekali dalam sehari. Perawat melihat semakin hari ibu E dapat menyediakan
menu makanan yang mengandung triguna makanan pada anak S. Anak S
melalui observasi perawat tampak menyantap makan siang (nasi, lauk, sayur)
sebanyak 7 suapan

Implementasi yang dilakukan pada pertemuan ke 6, Selasa 28 Mei 2013


pukul 09.30-10.00 WIB dengan menjelaskan kepada keluarga bapak H
khususnya ibu E berdiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian gizi
seimbang, pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan gejala
gizi kurang serta membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga
dengan masalah gizi kurang. Menanyakan kembali kepada keluarga bapak H
dan ibu E tentang masalah gizi kurang serta akibat jika tidak ditangani.

Implementasi yang dilakukan pada pertemuan ke 7, Kamis 30 Mei 2013


pukul 09.30-10.00 WIB menjelaskan kepada keluarga bapak H khususnya ibu
E dengan memberikan informasi mengenai akibat lanjut dari gizi kurang serta
memotivasi dan membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota
keluarga yang mengalami gizi kurang.

Implementasi yang dilakukan pada pertemuan ke 8, Selasa 4 Juni 2013 pukul


09.30-10.00 WIB menjelaskan kepada keluarga bapak H khususnya ibu E
dengan mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara mengatasi masalah
gizi kurang. Bersama keluarga mendiskusikan bersama keluarga mengenai
triguna makanan, menyusun bersama keluarga jadwal menu seimbang dan
memotivasi untuk menyediakan menu seimbang yang telah dijadwalkan,

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
29

mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara memilih dan mengolah


bahan makanan yang baik, mendiskusikan bersama keluarga mengenai
cemilan sehat. Menanyakan kembali kepada keluarga bapak H khususnya ibu
E mengatasi masalah gizi kurang dengan manfaat triguna makanan,
menyusun bersama keluarga jadwal menu seimbang dan menyediakan menu
seimbang yang telah dijadwalkan, cara memilih dan mengolah bahan
makanan yang baik.

Implementasi yang dilakukan pada pertemuan ke 9, Kamis 6 Juni 2013 pukul


09.30-10.00 WIB menjelaskan kepada keluarga bapak H khususnya ibu E
dengan mendiskusikan bersama keluarga bagaimana cara menyajikan
makanan, mendiskusikan bersama keluarga bagaimana cara mengatasi anak
yang tidak bersedia makan dan mendiskusikan bersama keluarga tentang
modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi anak sekolah.

Implementasi yang dilakukan pada pertemuan ke 10, Selasa 11 Juni 2013


pukul 09.30-10.00 WIB menjelaskan kepada keluarga bapak H
Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada
disekitar tempat tinggal, mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dan
memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan.

3.5 Evaluasi
Asuhan keperawatan pasien dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan, terdiri
dari pengkajian selama 2 kali pertemuan dan impelementasi sebanyak 10 kali
pertemuan. Evaluasi yang ingin penulis gambarkan dalam tulisan ini terdiri
dari rangkuman evaluasi dari semua implementasi yang telah penulis lakukan
kepada keluarga Bapak H.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
30

3.5.1 Evaluasi Subjektif


Ibu E mengatakan definisi gizi ialah makanan yang diperlukan tubuh
sesuai dengan usia anak, terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.
Ibu E mengatakan definisi gizi kurang ialah kurangnya zat gizi yang
masuk ke dalam tubuh anak. Ibu E mengatakan penyebab gizi kurang ialah
makan sedikit, makan tidak teratur, penyakit. Ibu E mengatakan tanda
gejala gizi kurang ialah kurus, rambut tipis kemerahan, anak tidak ceria,
lemas, kulit kering. Ibu E mengatakan An.S kurus, berambut tipis dan
sedikit kemerahan, dan terlihat seperti anak dengan gizi kurang. Ibu E
mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan
pertumbuhan, jadi bodoh. Ibu E mengatakan ingin merawat an.S dengan
masalah gizi kurang dengan mau mendengarkan informasi dari mahasiswa.
Ibu E mengatakan cara mengatasi kurang gizi yaitu makan makanan
seimbang, makan teratur, sesuai kebutuhan anak sekolah. Ibu E
mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga yang mengandung
karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan bubur, zat pembangun yang
terdiri dari protein dengan contoh ayam dan tempe, serta zat pengatur yang
mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-buahan dan sayur.
Ibu E mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk An.S sesuai
jadwal. Ibu E mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah yang
harganya terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk.
Ibu E mengatakan cara mengolah bahan majanan yang baik ialah cuci
tangan sebelum masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru
dipotong, sayur jangan dimasak terlalu lama, beras dicuci hanya dua kali
saja. Ibu E menyebutkan pengertian cemilan sehat yakni makanan selingan
yang mengandung nilai gizi. Ibu E menyebutkan tujuan cemiilan sehat
yakni untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak terutama bagi
anak yang sulit makan. Ibu E menyebutkan manfaat cemilan sehat yakni
aman bagi anak sekolah, bergizi, memenuhi kebutuhan nutrisi anak, bahan
mudah diperoleh. Ibu E menyebutkan contoh cemilan sehat ialah bubur
sumsum, bubur kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
31

kacang, buah dan sayur potong, sereal, puding susu atau puding buah. Ibu
E menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu mie instant, bolu
kemasan, teh kemasan, minuman bersoda, makanan berpengawet dan
makanan ber-MSG. Ibu E mengatakan tips menyajikan makanan untuk
anak yaitu jumlah makan sesuai dengan porsi, sesuai jadwal menu,
makanan bervariasi, harus ada lauk hewani dan nabati. Ibu E mengatakan
prinsip mengatasi anak yang tidak mau makan ialah jangan dipaksa, beri
makan sesuai selera anak dan tidak membosankan, jangan memberi
makanan yang manis sebelum makan, makan dalam porsi kecil tapi sering.
Ibu E mengatakan fasilitas terdekat ialah puskesmas, dan ruma. Ibu E
mengatakan manfaat ke pelayanan kesehatan ialah mendapat pemeriksaan
kesehatan anak, mendapat penyuluhan tentang gizi kurang. Ibu E
mengatakan nanti kalau punya uang ingin memeriksakan anaknya.

3.5.2 Evaluasi Objektif


Keluarga mampu: a) menyebutkan definisi gizi seimbang, b) menyebutkan
definisi gizi kurang, c) menyebutkan 4 dari 5 tanda gejala kurang gizi, d)
menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi, e) mengidentifikasi anggota
keluarga dengan masalah kurang gizi, f) menyebutkan 2 dari 3 akibat
kurang gizi, g) memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan
masalah gizi dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan
masalah gizi kurang, h) menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi
kurang, i) menyebutkan kembali definisi triguna makanan dan
memberikan 2 contoh dari tiap komponen triguna makanan, j) menyusun
jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu seimbang yang telah
dijadwalkan, k) menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan makanan, l)
menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan dengan baik, m) me-
redemonstrasikan cara memilih dan mengolah bahan makanan, n)
menyebutkan definisi cemilan sehat, tujuan cemilan sehat, 2 dari 3 manfaat
cemilan sehat, 5 dari 7 contoh cemilan sehat dan 3 dari 4 contoh cemilan
tidak sehat, 0) menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, p)

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
32

menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia


makan, q) menyebutkan 4 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal, r) menyebutkan 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan. Pada pengkajian tanggal 11 Juni 2013, Berat Badan An.S naik
menjadi 23,5kg. Ibu E melaporkan pola makan An.S masih sedikit, sekitar
5x-7x suapan, namun ibu E mengatakan saat ini anak S mulai menyukai
sayur dan ibu E berusaha menyediakan sayur dan lauk dalam setiap kali
makan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
BAB 4
ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik


Depok merupakan salah satu kota besar di pinggir ibu kota Jakarta. Depok
berbatasan langsung dengan Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Kota Bekasi dan
Kabupaten Bogor. Depok merupakan kota yang turut menyumbang angka
gizi buruk maupun gizi kurang di propinsi Jawa Barat. Pada tahun 2011
menurut laporan rekaptulasi penduduk kelurahan Cisalak Pasar kecamatan
Cimanggis kota Depok 2011 ada 3066 jiwa anak usia 6-12 tahun di
kelurahan Cisalak Pasar. Di RW 03 sendiri terdapat cukup banyak anak usia
sekolah. Setelah dilakukan screening yaitu pada tanggal 13 dan Juni 2013
dari 45 anak usia sekolah, 10 diantaranya memiliki IMT di bawah standart
deviasi -3 salah satunya adalah anak S yang berlokasi di RT 06 RW 03.

Cisalak Pasar merupakan salah kelurahan di Depok dengan luas wilayah 1,71
km2. Jumlah total penduduk di Cisalak Pasar ialah sebanyak 24.617 jiwa,
yang salah satunya terdiri dari anak sekolah. Kelurahan Cisalak Pasar
merupakan salah satu kelurahan di Depok yang juga memiliki angka anak
sekolah dengan gizi kurang. Pada tahun 2011 kunjungan tenaga kesehatan
puskesmas Cimanggis bertandang ke sekolah untuk melakukan penyuluhan
gizi. Pada poli anak juga dilakukan pengukuran IMT dan segera
menindaklanjuti jika anak berada di bawah SD-3. Akan tetapi kendala
kurangnya sumber daya manusia yang menangani masalah gizi ini
menyebabkan banyak kasus gizi kurang pada anak sekolah tidak terdeteksi
dikarenakan tidak adanya petugas puskesmas yang mendata di setiap
kelurahan di kecamatan Cimanggis, padahal banyak kejadian kurang gizi
yang terjadi salah satunya di RW 03 kelurahan Cisalak pasar. Salah satu
keluarga yang memiliki masalah anak sekolah dengan resiko pemenuhan
gizi kurang ialah keluarga Bapak H khususnya An.S (11 tahun).

33 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


34

4.2 Analisis Masalah Keperawatan Terkait Konsep KKMP


Pada masalah gizi kurang yang terjadi di RW 03, Cisalak Pasar, Depok ini,
frekuensi masalah kesehatan atau angka kejadian masalah gizi kurang cukup
tinggi. Berdasarkan hasil screening yang dilakukan penulis dan kelompok,
pada tanggal 13 Juni 2013 dari 45 anak usia sekolah terdapat 10 orang anak
dengan gizi buruk memiliki IMT di bawah standar deviasi -3 di wilayah RW
03, kelurahan Cisalak Pasar, Depok. Angka ini cukup tinggi, mengingat
seharusnya tidak ada lagi angka gizi kurang di tiap wilayah. Distribusi gizi
kurang yang ditangani oleh penulis dan kelompok, yang terdapat di wilayah
RW 03 ialah gizi kurang pada anak sekolah , yakni usia 6-12 tahun. Faktor-
faktor yang mempengaruhi gizi kurang yang ditemukan di RW 03 salah
satunya ialah pendidikan ibu mengenai triguna makanan dan jadwal menu
seimbang untuk anak sekolah, khususnya di keluarga Bapak H.

4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait


Masalah gizi kurang yang ditemukan oleh penulis di keluarga ialah masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang pada An.S (11 tahun). An.S tampak kurus
dengan berat badan 23 kg dan panjang 126 cm. Hal ini mengindikasikan
bahwa an.S berada di antara percentil -2SD dan -1SD menurut kategori
IMT/U dalam standar antropometri penilaian status gizi anak yang artinya
gizi normal, namun cenderung pada nilai minimum gizi normal (kemenkes,
2011). Manifestasi ketidakseimbangan nutrisi kurang yang terjadi pada anak
S ialah anak tampak kurus dan rambut sedikit kemerahan.

Salah satu penyebab gizi kurang ialah penyebab langsung yang berupa
kurangnya asupan nutrisi ke dalam tubuh (UNICEF 2011). Ibu E mengatakan
An.E hanya makan sekitar 5 sendok makan setelah itu An. S tidak mau
makan lagi. Ibu E mengatakan an. S lebih menyukai jajan diluar seperti
makanan kemasan, bolu kemasan yang dijual di warung, mie instant dan teh
gelas. Hal- hal tersebut sesuai dengan pendapat Irawati (1998) dalam
penelitiannya bahwa tambahan pengetahuan gizi dan kesehatan pada murid

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
35

SD menyatakan pengetahuan gizi sebaiknya diberikan sejak dini sehingga


dapat memberikan kesan yang mendalam dan dapat menentukan anak
memilih makanan yang sehat. pada masa anak usia sekolah perlu diberikan
pengetahuan mengenai makanan sehat karena anak sekolah memiliki
keterampilan kognitif yang semakin baik dan termotivasi melakukan sesuatu
jika mengetahui. Hal ini perlu diperhatikan karena anak sekolah
membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan makanan untuk pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan .

Kurangnya pemahaman ibu E terkait masalah gizi menyebabkan kurangnya


perhatian ibu E terhadap gizi anaknya. Ibu E mengaku saat ini jarang
memasak untuk keluarga, hanya membeli lauk pauk seperti: ikan dan ayam di
warung kalau pun memasak ibu E hanya memasak masakan yang bisa
dimakan sampai 2 hari, karena lebih praktis seperti orek tempe maupun opor
ayam. Ibu E mengaku jarang memasak sayur. Ibu E sering membeli makanan
di luar karna lebih praktis. Ibu E mengaku jarang menyediakan menu lengkap
(nasi, lauk, sayur) untuk An.S. Ibu E hanya mengusahakan untuk
menyediakan makanan yang menurutnya bergizi dan menuruti apa yang ingin
dimakan oleh anaknya. Ibu E sering membelikan jajanan untuk An.E di
warung apabila An.S tidak mau makan, seperti makanan ringan, bolu
kemasan, ataupun teh kemasan, agar An.S mendapat asupan makanan.
Menurut (Erikson 1950 dalam Friedman, 2003) disebutkan bahwa orang tua
berjuang dengan tuntutan ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dengan
mengasuh generasi berikutnya. Untuk itu penting sekali meningkatkan
pengetahuan ibu guna mengatasi masalah gizi kurang pada anak sekolah
dikarenakan orang tua akan berusaha memberikan pengasuhan yang baik
berupa gizi kepada anaknya.

Pemenuhan akan zat gizi penting untuk anak usia sekolah guna menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya. (Nies & McEwan, 2001) menjelaskan
masalah masyarakat perkotaan diantaranya kurangnya kualitas dan kuantitas

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
36

makanan. Ibu E masih belum memiliki pengetahuan lebih untuk melakukan


perawatan guna mengatasi masalah gizi pada An.S. untuk itu, perawat
komunitas berperan untuk membantu ibu E mengurangi dan menghindari
dampak dari gizi kurang dengan peningkatan pengetahuan mengenai triguna
makanan dan penyusunan jadwal menu seimbang.

Almatsier (2005) menjelaskan triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda, yakni zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur. Pengetahuan ibu mengenai triguna makanan
atau gizi seimbang penting ditingkatkan untuk membantu anak usia sekolah
mendapat asupan yang seimbang. Upaya peningkatan pengetahuan mengenai
triguna makanan dan gizi seimbang sangatlah penting untuk mengatasi
masalah gizi kurang.

Selain asupan gizi yang seimbang, penjadwalan menu seimbang juga harus
dilakukan agar ibu mengetahui seberapa banyak porsi yang dapat diberikan
pada anak usia sekolah. Almatsier (2005) menyebutkan menu seimbang yaitu
menu yang terdiri dari beranekaragam makanan demgan jumlah dari proporsi
yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi guna pemeliharaan dan
perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan.

Pada implementasi yang dilakukan oleh penulis, penulis lebih


menitikberatkan pada apa yang dimakan, bukan jumlah dari makanan yang
dimakan. Wong (2008) menyebutkan bahwa makanan untuk anak usia
sekolah mulai merasakan banyak makanan yang beragam, dengan
tersediannya restoran cepat saji maka terlihat lebih terlihat mementingkan
kuantitas di bandingkan kualitas gizi makanan yang dikonsumsi. Sehingga
penulis membuat jadwal makanan bersama-sama oleh keluarga dengan
membuat menu 3 kali makan dalam sehari dan setiap kali makan harus terdiri
dari zat tenaga, zat pembangun serta zat pengatur.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
37

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dapat Dilakukan


Dari dua implementasi unggulan yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa
An.S mengalami kenaikan berat badan. Berat badan sebelum dilakukan
asuhan keperawatan ialah 23kg, sedangkan berat badan setelah dilakukan
asuhan keperawatan yakni 23,5 kg. Selain itu, ibu E mengatakan saat ini
sudah sering berusaha menyediakan sayur dan lauk dalam setiap kali makan.
Tindak lanjut yang dapat dilakukan ialah terus memotivasi ibu E untuk selalu
menyediakan menu seimbang dan penjadwalan makanan untuk kebutuhan
gizi anak S.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gizi kurang merupakan masalah umum yang terjadi dimasyarakat perkotaan.
Angka gizi kurang di perkotaan semakin sulit untuk diturunkan. Salah satu
kota yang memiliki angka gizi kurang yang tinggi ialah kota Depok. Laporan
rekapitulasi penduduk kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis kota
Depok 2011 ada 3066 jiwa anak usia 6-12 tahun di kelurahan Cisalak Pasar.
Di RW 03 sendiri terdapat cukup banyak anak usia sekolah. Setelah
dilakukan screening yaitu pada tanggal 13 Juni 2013 dari 45 anak usia
sekolah, 10 diantaranya memiliki IMT di bawah standart deviasi -3. Hal ini
jelas perlu diperhatikan khususnya oleh tenaga kesehatan salah satunya
perawat. Perawat komunitas mempunyai peranan penting dalam mengatasi
masalah gizi kurang di daerah perkotaan.

Peran perawat komunitas pada tulisan ini tergambar pada asuhan keperawatan
keluarga yang dilaksanakan oleh penulis pada keluarga Bapak H, khususnya
An.S. An.S mengalami tanda-tanda resiko pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh gizi seperti tampak kurus, rambut kemerahan dan tipis, dan
IMT berada pada -2SD, dan termasuk dalam kategori gizi normal namun
hampir mencapai nilai minimal gizi normal (Kemenkes, 2011). Salah satu hal
yang menjadi penyebab resiko pemenuhan gizi kurang pada an.S di keluarga
Bapak H ialah tingkat pengetahuan ibu dan asupan gizi yang kurang
seimbang pada an.S. perawat komunitas memiliki tannggung jawab untuk
melakukan implementasi guna mengatasi masalah gizi kurang pada anggota
keluarga. Salah intervensi yang dilakukan penulis ialah pembuatan jadwal
menu gizi seimbang untuk anak S dan meningkatkan pengetahuan ibu
mengenai triguna makanan (gizi seimbang)

38 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


39

Upaya peningkatan pengetahuan mengenai triguna makanan dan gizi


seimbang sangatlah penting untuk mengatasi masalah gizi kurang. Asuhan
keperawatan keluarga berpusat pada keluarga atau family center nursing.
Pelayanan kesehatan yang diberikan dapat berupak edukasi ataupun daily
care. Dengan adanya peningkatan pengetahuan keluarga dan penjadwalan
makanan yang mengandung triguna makanan tentang diharapkan mampu
mendorong keluarga untuk mencegah kurang nutrisi pada anak anak sekolah.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menyediakan makanan yang bervariasi
dengan bentuk dan warna yang menarik, sehingga dapat meningkatkan selera
dan tidak membosankan buat anak termasuk diantaranya cemilan sehat. Pada
laporan karya ilmiah ini evaluasi yang didapat dari asuhan keperawatan
individu yang dilakukan ialah berat badan an.S naik dari 23kg saat pengkajian
awal menjadi 23,5 kg dan keluarga melaporkan bahwa pemenuhan asupan
gizi anak telah diusahakan untuk menyediakan makanan yang seimbang.

5.2 Saran
Penulisan ini diharapkan mampu menggambarkan asuhan keparawatn pada
keluarga Bapak H dengan masalah gizi kurang. Beberapa keterbatasan dalam
penulisan ini semoga dapat disempurnakan dan dilengkapi dikemudian hari.
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:

5.2.1 Puskesmas dan Keluarga dengan anak usia sekolah kurang gizi
Diharapkan penulisan ini dapat menjadi dasar pemikiran bagi pihak
puskesmas dan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang baik yang
dapat dijadikan tempat yang efektif bagi perkembangan dan pertumbuhan
balita khususnya terkait masalah gizi. Selain itu, pihak puskesmas
diharapkan terus melakukan pemberian motivasi kepada para orang tua
untuk memberikan gizi yang seimbang, serta membantu keluarga untuk
mengatasi masalah gizi kurang pada anggota keluarganya.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
40

5.2.2 Keperawatan
Penulis mengharapkan penulisan ini dapat digunakan sebagai masukan
untuk tenaga kesehatan khususnya perawat, dalam rangka meningkatkan
upaya menurunkan angka gizi buruk anak sekolah di perkotaan serta
meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah di perkotaan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA

Allender, Rector, & Warner. (2001). Community Health Nursing. Lippincott:


Williams & Wilkins

Allender, J.A., Spradley, B. W. (2005). Community Health Nursing. Promotion


and Protection the public’s health. ( 6th edition). USA. Lippincott William
& Wikins

Anderson Elizabeth. T. (2004). Community as partner. Theory and practice in


nursing. (Fourth edition. USA). Lippincott Williams & Wikins

Almatsier, S. (2005). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

BPS. (2012). Profil Anak Sekolah. Jakarta: CV. Miftahur Rizky

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2010). Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Grafindo

Depkes RI. (2004). Masalah Perkotaan. Diakses 22 Juni 2013

Djamaludin (2004). aspek sosial budaya dalam perencanaan kota baru.


Yogyakarta: Darussalam.

Elizabeth, T.A. & Judith, M.F. (2010). Community Health Nursing: Promoting
and Protecting the Public’s Health, 7 th Ed. Lippincott William & Wilkins
Inc, USA.
Ervin, NF (2002). Advanced Community health nursing : Concept and practice.
(5 th ed). Philadelphia: Lipinncot
Friedman, Bowden, Jones. (2003). Family nursing: research, theory, & practice.
4th ed. Printice hall.

Gunarsa. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga. Jakarta: Gunung
Mulia

Hitchock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:
caring in action. Albani: Delmas Publiser.

Hurlock, E.B (1998). Developmental Psychology: a life span approach (5th ed).
London: McGraw Hill Inc.

41 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


42

Irawati, A., dkk. 1992. Pengetahuan Gizi Murid SD dan SLTP di Kodya Bogor.
Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 15.

____________. 1998. Penelitian Pemberian Tambahan Pengetahuan Gizi dan


Kesehatan Pada Murid Sekolah Dasar. Penelitian Gizi makanan. Bogor

Kodyat, B.A dkk. 1998. ‘Penuntasan Masalah Gizi Kurang’, dalam Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi VI. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jakarta

Kozier. B, Erb. G, Berman. A, & Snyder. S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC

LIPI, 2004. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Ketahanan
Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta.

Lundy, Karen S., Janes, S. (2009). Community healty nursing: caring for the
public’s health. (2nd Ed). (Vol2). Ontario: Jones and Bartlett Publisher
Mc.Murray, A. (2003). Community Health and Wellness: a Sociological
approach. Toronto: Mosby

NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta:


EGC

Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community health nursing: promoting the
health of population. (3th ed). Philadelphia: Davis Company.

Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Pender, Murdaugh, & Parson. (2002). Health promotion in nursing practice.


USA: Prentice Hall.

Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik.
Vol. 1. Edisi 4. Jakarta : EGC

Profil Depok. (2012). Kecamatan Cimanggis.http://profil-depok.go.id

Primasari (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Buruk


Pada Siswa Sekolah Dasar di 3 Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun
200. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak
Dipublikasikan

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
43

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddart (Vol. 2). (E. Prakaryaningsih, A. Hartono. Y. Asih.
Eds.. & A. Waluyo, Trans.) Jakarta EGC

Stanhope, Lancaster. (2004). Community Health Nursing. (4th ed). St.Louis


Missouri: Mosby Co.

Supariasa, IDN., dkk 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

Tim Koordinasi Penanggulangan Masalah Gizi Pangan dan Gizi, Gerakan


nasional penanggulangan masalah Pangan dan Gizi di Indonesia, Jakarta
1999

UNICEF, Srategy For Improved Nutrition of Children and Women in Developing


Countries, New York, 1992

Unilever, PT. 2007. World Food Programme (WFP) Kerjasama Perangi


Kelaparan pada Anak-anak. [Online]http://www.google.com/[Juli 2008].

Wong, Dona L et al. (2009). Wong’s Essentials of pediatric nursing, 6th ed. By
Mosby, Inc

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
1
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

PENGKAJIAN KELUARGA

I. Data Umum
1. Nama keluarga (KK): Bapak H
2. Alamat & telepon
Jalan Bulak Duren No.07 RT/RW. 06/03 Cisalak, Kelurahan Cisalak
Pasar, Depok.
3. Komposisi keluarga
Jenis Hubungan
No Nama TTL/Umur Pendididkan
kelamin dengan KK
1 Bapak H Laki-laki Suami (KK) 42 tahun SMA
2 Ibu E Perempuan Isteri 42 tahun SMEA
3 Anak S Perempuan Anak 11 tahun SD

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
2
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

Genogram:

Bapak Ibu P
42 tahun 42 thn

Dagang Ibu Rumah Tangga


sehat Sehat

An. S
11 thn

Siswa SD
Resiko
kurang gizi

Keterangan gambar:
= laki-laki = laki-laki meninggal
= perempuan = perempuan meninggal
= entery point = tinggal serumah

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
3
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

Keterangan keluarga bapak H:


Bapak H (42 tahun) memiliki pendidkan terakhir SMU, bekerja sebagai
pedagang di lingkungan rumahnya. Bapak H adalah kepala keluarga dan
pencari nafkah utama keluarga. Bapak H dan Ibu E memiliki seorang
anak, yaitu An. S (11 tahun) Saat ini keluarga Bapak H menempati
rumah peninggalan orang tua di RT 06 RW 03, Cisalak Pasar, Depok.
Ibu E mengatakan ia tidak mengetahui mengapa anaknya makin lama
makin kurus. Ibu E mengatakan bahwa penyediaan makan an sehari-hari
dikeluarga lebih sering membeli makan di warung. Ibu E menyatakan
pula hampir setiap hari membeli lauk ikan maupun ayam dan
menyediakan pula buah-buahan namun an. S kurang menyukai sayuran.
Ibu E mengatakan An.S hanya makan sekitar 5 suap setelah tidak mau
makan lagi. Ibu E mengaku jarang memasak sayur. Ibu E sering
membeli makanan diluar karena lebih praktis. Ibu E mengaku jarang
menyediakan menu lengkap (nasi, lauk, sayur) untuk An.S. Ibu E sering
membelikan jajanan untuk An.S di warung, seperti makanan ringan,
bolu kemasan, mie instant ataupun teh kemasan, apabila An.S tidak
mau makan. Frekuensi pemberian makanan selingan ialah 3-4 kemasan
dalam 1 hari. Ibu E sudah menyadari kondisi anaknya yang kurus,
namun ibu E sendiri mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ibu
E hanya mengusahakan untuk menyediakan makanan yang menurutnya
bergizi dan menuruti apa yang ingin dimakan oleh anaknya. Ibu E
mengaku belum paham mengenai gizi kurang. Ibu E mengatakan ia
belum pernah membawa anaknya ke pelayanan kesehatan terkait
masalah gizi anaknya.

4. Tipe keluarga
Keluarga bapak H adalah keluarga dengan tipe keluarga inti yang terdiri
dari bapak H, ibu E, anak S.

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
4
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

5. Suku
Bapak H berasal dari suku Betawi asli dan ibu E berasal dari Betawi,
kebiasaan dalam keluarga apabila ada yang sakit akan langsung berobat
ke klinik yang ada di daerah Cisalak Pasar atau langsung membeli obat
di apotik sesuai dengan resep dokter.

6. Agama
Keluarga bapak H menganut agama Islam dan menjalankan kewajiban
sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Bapak H aktif mengikuti
kegiatan keagamaan seperti pengajian, sholat lima waktu, tahajud, dan
jum’at-an. Demikian juga halnya dengan ibu E aktif mengikuti kegiatan
pengajian, sholat lima waktu. Anak S juga aktif melakukan kegiatan
pengajian.

7. Status sosial ekonomi keluarga


Penghasilan bapak H setiap bulannya +Rp1.000.000,-. Ibu E
mengatakan penghasilan suaminya dapat mencukupi kebutuhan sehari-
hari. Keluarga bapak H menempati rumah peninggalan orang tua bapak
H, jadi keluarga bapak H tidak harus membayar uang kontrakan namun
setiap bulannya ibu E selalu memberikan uang untuk mertuanya sekedar
untuk uang makan. Keluarga bapak H juga memiliki alat transportasi
berupa sepeda motor yang digunakan oleh bapak H untuk membeli
perlengkapan warung, dan memiliki sepeda satu kecil kepunyaan anak-
anak yang digunakan untuk bermain dan bersekolah. Peralatan
elektronik yang dimiliki keluarga antara lain televisi, rice cooker, dan
lemari pendingin.

8. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga bapak H tidak memiliki kebiasaan rutin untuk berekreasi ke
luar kota. Jika ada waktu libur biasanya keluarga melakukan kegiatan di
rumah, berkumpul bersama, menonton TV, berkumpul di rumah orang

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
5
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

tua bapak H yang letaknya berdampingan dari rumah bapak H, jika


memungkinkan keluarga akan pergi jalan-jalan bersama.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga bapak H adalah keluarga dengan anak sekolah karena anak
pertama berumur 11 tahun. Tahap keluarga dengan anak sekolah
memiliki tugas perkembangan keluarga, yaitu memenuhi kebutuhan
sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan
belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas
sekolahnya, memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat
penting untuk masa depan anak, membantu anak dalam bersosialisasi
lebih luas dengan lingkungan sekitar, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga yang sudah dilakukan tetapi masih belum
optimal adalah membiasakan anak untuk belajar teratur dan
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolah karena ibu
P lebih sering membiarkan anak-anaknya untuk belajar sendiri, paling
hanya diingatkan untuk belajar setelah tanpa memberikan bimbingan
pada anak-anaknya.Tahap perkembangan keluarga yang belum dapat
dipenuhi pada keluarga bapak H adalah tidak ada yang belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti


Ibu H mengatakan suaminya adalah pilihannya sendiri dan disetujui oleh
orang tua kedua belah pihak kemudian akhirnya menikah. Karena
keluarga inti merupakan pilihan atas dasar saling suka dan komitmen
bersama maka sampai sekarang ibu E mengatakan keluarga mereka
termasuk harmonis, jika ada masalah biasanya akan didiskusikan untuk
mendapatkan pemecahan masalah. Ibu E mengatakan hubungannya

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
6
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

dengan bapak H baik-baik saja, sejauh ini tidak ada masalah yang
mengganggu hubungan rumah tangga mereka baik dari pihak ibu E
ataupun bapak H.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Riwayat orang tua dari pihak suami dan istri tidak mempunyai kebiasaan
kawin cerai, pemabuk, ataupun berjudi. Kebiasaan yang tidak baik
dalam keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Ibu E
dan bapak H dibesarkan oleh orang tua mereka masing-masing dengan
mematuhi ajaran agama Islam. Sampai sekarang pun ibu E dan bapak H
menganut agama Islam dan menerapkan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari.

III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati keluarga bapak H adalah rumah peninggalan
milik orang tua bapak H. Luas bangunan rumah yang ditempati 10x3 m 2.
Tipe bangunan adalah permanen dengan lantai keramik dan dinding
beton. Rumah secara umum dalam kondisi cukup bersih, penataan
perabotan rumah rapi. Ventilasi dan pencahayaan rumah cukup, cahaya
matahari masuk ke dalam rumah dari pintu depan dan jendela yang
terletak di bagian depan rumah sehingga dapat menerangi seluruh
ruangan hingga ke bagian belakang rumah bila siang hari tanpa
mengunakan lampu. Ruangan di dalam rumah terdiri dari 1 ruang tamu,
1 ruang tidur, 1 dapur, dan terdapat WC yang terletak di dalam rumah.
Ruang tamu juga digunakan sebagai ruang keluarga, perabotan yang ada
tertata rapi, terdapat lemari yang berfungsi sebagai tempat menyimpan
televisi, pakaian, dan peralatan lainnya, juga terdapat 2 kursi. Ruang
tamu dan ruang tidur hanya dibatasi oleh lemari pakaian dan kulkas dan
dimodifikasi dengan membuat tirai pembatas, di ruang tidur terdapat
ranjang besar yang di tempati oleh semua anggota keluarga juga terdapat
rak perabotan makan. Ruang tidur juga langsung tersambung dengan

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
7
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

dapur. Sumber air bersih berasal dari air tanah yang digunakan untuk
kebutuhan mandi, mencuci perabotan makan dan pakaian, keperluan
kakus, sedangkan untuk air minum keluarga menggunakan air isi ulang
yang didapat di warung.
Denah rumah:
Pintu depa n

Rak perabot makan

Sekat
Jend ela

K
3M

Lemari pakai an

Toil et
Tempat tidur

Lemari TV/pakaian/perabot

4M 6M
Keterangan:
= Kursi
= rice cooker
K = lemari pendingin

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Lingkungan di RT/RW. 06/03 sebagian besar warganya bekerja sebagai
pembuat tempe, ada juga yang bekerja sebagai satpam, polisi, dan
pekerjaan lainnya. Sebagian besar warga di RT.06 adalah pendatang
yang dan mengontrak. Pendatang kebanyakan dari daerah Jawa Timur,
lainnya dari Jogja, Medan, Jawa Tengah, dan daerah lainnya. Warga di
daerah RT.06 masih memiliki sifat gotong-royong antara sesama dan
rasa kekeluargaan di antara warga juga masih sangat kuat.

3. Mobilitas geografis keluarga


Sejak menikah keluarga bapak H tinggal rumah orang tua bapak H,
namun sejak +5 tahun yang lalu keluarga bapak H tinggal di rumah

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
8
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

peninggalan milik orang tua bapak H, yang letaknya berdampingan dari


rumah orang tua bapak H.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Bapak H aktif mengikuti kegiatan yang ada di lingkungannya terutama
pada malam hari karena sampai sore hari harus berdagang. Bapak H,
setelah pulang berdagang memanfaatkan waktunya untuk beristirahat di
rumah. Ibu E adalah ibu rumah tangga sehingga lebih memiliki waktu
untuk mengikuti kegiatan yang ada di RT.06, seperti pengajian, arisan,
posyandu, dan lainnya. Ibu E adalah tipe orang yang mudah bergaul
dengan orang lain dan disenanggi tetangganya karena sifat suka
menolongnya.

5. Sistem pendukung keluarga


Ibu E mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit atau sedang
dalam kesulitan maka yang membantu keluarga bapak H adalah orang
tua bapak H dan juga tetangga yang ada di sekitar rumah bapak H
khususnya. Sedangkan keluarga besar ibu E sendiri tinggal di Jakarta
Timur, sehingga ibu E terkadang hanya mengabarkan keluarganya
melalui telepon jika ada masalah yang sedang dihadapi keluarga bapak
H. Keluarga besar ibu E juga membantu keluarga mereka untuk
menyelesaikan masalah berupa dukungan nofinansial seperti nasehat
atau kadang-kadang juga jika keluarga besar ibu E membantu dalam
bentuk finansial yang mereka kirimkan melalui bank.

IV. Struktur Keluarga


1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga saling terbuka satu sama lain. Jika ada masalah maka lebih
dulu akan didiskusikan bersama antara bapak H dan ibu E, dan
terkadang meminta nasehat dari orang tua bapak H. Keluarga bapak H
memiliki sifat saling menghargai satu sama lain dan saling membantu,
serta saling mendukung. Bapak H dan ibu E mampu untuk melakukan

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
9
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

perawatan diri sendiri dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk anak


S masih membutuhkan bantuan dari orang tuanya untuk mamenuhi
kebutuhan sehari-hari.

2. Struktur kekuatan keluarga


Semua anggota keluarga bebas mengemukakan pendapatnya tapi
keputusan lebih banyak diputuskan oleh ibu E. Ibu E juga berperan
mengambil keputusan dalam pengeluaran besar (misal biaya berobat,
membeli perabotan rumah tangga). Bapak H lebih banyak memncari
dana untuk kebutuhan sehari-hari keluarga, sedangkan untuk
pendistribusian dana lebih banyak dilakukan oleh ibu E. Ibu E walaupun
lebih banyak melakukan pengambilan keputusan tetap mendiskusikan
pengambilan keputusan dengan bapak H. Ibu E dan bapak H memiliki
kekuatan penghargaan dan information power terhadap kedua anaknya.
Information power yang diberikan dapat berupa teguran/nasehat jika ada
tindakan anak-anak yang tidak sesuai dengan ajaran agama atau anak
melupakan tugasnya, seperti malas sekolah atau anak-anak mengunakan
benda-benda atau berada di tempat yang menurut orang tuanga
berbahaya, seperti main di pinggir jalan yang sedang banyak kendaraan
bermotor lalu lalang. Tidak ada bukti bahwa anak-anak dilakukan
penganiayaan oleh orang tua.

3. Struktur peran
Bapak H adalah seorang kepala keluarga yang berperan sebagai
pedagang dilingkungan rumahnya sekaligus pencari mencari nafkah
untuk keluarga. Bapak H biasanya ikut membantu mengurus anak-
anaknya.
Ibu E adalah ibu rumah tangga yang berperan merawat anak-anak.
Anak S masih bersekolah di salah satu SD di Depok. Dalam
melaksanakan peran masing-masing tidak ada masalah.

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
10
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

4. Nilai dan norma budaya


Keluarga bapak H menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran
agama Islam dan mengharapkan kedua anaknya menjadi anak yang taat
dalam menjalankan agama. Dalam keluarga juga diterapkan bahwa
anak-anak harus menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan salam
setiap ada tamu atau bertemu dengan orang yang lebih tua.
Nilai yang tertanam dalam keluarga bapak H adalah saling
menghormati, saling menghargai, sikap sopan santun terhadap orang
yang lebih tua.

V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Seluruh anggota keluarga bapak H saling menyayangi satu sama lain.
Tempat tingga saudara-saudara masih saling berdekatan, sehingga
apabila ada yang sedan sakit maka mereka akan saling membantu.
Bantuan dapat berupa uang, tenaga, maupun perhatian.

2. Fungsi sosialisasi
Keluarga bapak H menekankan perlunya menjalin hubungan baik
dengan orang lain. Bapak H dan ibu E membiarkan anak-anaknya untuk
bermain bersama teman-temannya yang ada di daerah dekat rumah.

3. Fungsi perawatan keluarga


Kunjungan pertama yang dilakukan mahasiswa didapatkan bahwa
Bapak H dengan anak S mengalami sulit makan, menurut ibu E
menyebabkan an.S mengalami gizi kurang. Saat ini berat An.S sesuai
dengan usianya yakni BB: 23, TB: 126, IMT: 14,5, masuk dalam
kategori gizi baik. Ibu E mengatakan An.S juga memiliki riwayat Flek
Paru (TB) pada usia 4 tahun dan pernah mengalami pengobatan OAT
selama 6 bulan tanpa putus obat, dan telah diperiksa kembali dengan
hasil bersih dari flek paru, saat ini juga An.S mengatakan sudah tidak
pernah batuk lebih dari 2 minggu. Riwayat imunisasi An.S lengkap dan

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
11
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

juga mendapat vitamin A. Ibu E mengatakan ia tidak mengetahui


mengapa anaknya makin lama makin kurus. Ibu E mengatakan bahwa
penyediaan makan an sehari-hari dikeluarga lebih sering membeli
makan di warung. Ibu E menyatakan pula hampir setiap hari membeli
lauk ikan maupun ayam dan menyediakan pula buah-buahan namun an.
S kurang menyukai sayuran. Ibu E mengatakan An.S hanya makan
sekitar 5 suap setelah tidak mau makan lagi. Ibu E mengaku jarang
memasak sayur. Ibu E sering membeli makanan diluar karena lebih
praktis. Ibu E mengaku jarang menyediakan menu lengkap (nasi, lauk,
sayur) untuk An.E. Ibu E sering membelikan jajanan untuk An.S di
warung, seperti makanan ringan, bolu kemasan, mie instant ataupun teh
kemasan, apabila An.S tidak mau makan. Frekuensi pemberian makanan
selingan ialah 3-4 kemasan dalam 1 hari. Ibu E sudah menyadari kondisi
anaknya yang kurus, namun ibu E sendiri mengaku tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Ibu E hanya mengusahakan untuk menyediakan
makanan yang menurutnya bergizi dan menuruti apa yang ingin
dimakan oleh anaknya. Ibu E mengaku belum paham mengenai gizi
kurang. Ibu E mengatakan ia belum pernah membawa anaknya ke
pelayanan kesehatan. Ibu E mengatakan tidak tahu tentang gizi
seimbang yang baik untuk anak-anaknya, manfaat gizi seimbang bagi
anaknya adalah untuk tumbuh kembangnya, akibat jika gizi tidak
terpenuhi adalah anak akan menjadi bodoh, makanan yang dimasak
biasanya sekalian untuk 2 hari, dan jika anaknya sakit akan dibawa ke
klinik dokter praktek.
Prestasi anak S prestasinya kurang memuaskan. Ibu E mengatakan
biasanya saat belajar di rumah anak S dibimbing ibu E untuk belajar.
Anak S kadang malas belajar, anak S lebih senang menonton televisi
jika sudah malam. Ibu E mengatakan membiarkan saja anaknya
mengatur cara belajarnya paling ibu E dan bapak H hanya memberikan
memotivasi untuk belajar.

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
12
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

VI. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka pendek
Ibu E mengatakan ia tidak mengetahui mengapa anaknya makin lama
makin kurus.
2. Stressor jangka panjang
Ibu E mengatakan ingin lebih memperhatikan gizi dan makanan yang
dimakan oleh anak S.
3. Kemamnpuan keluarga berespon terhadap masalah
Jika ada masalah dalam keluarga biasanya ibu E dan bapak H
mendiskusikannya bersama. Terkadang juga meminta nasehat dari orang
tua bapak H karena tinggal berdekatan dengan keluarga bapak H.
4. Strategi koping yang digunakan
Ibu E mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam
keluarga sehingga jika ada masukan dari keluarga (terutama orang tua
bapak H) dapat membantu menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi.
5. Strategi adaptasi disfungsional
Dari hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa tidak didapatkan
adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif.

VII. Harapan Keluarga


Keluarga mengatakan sangat senang dengan kehadiran mahasiswa dan
berharap dapat membantu keluarga mencegah penyakit pada keluarga.

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
13
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

VIII. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan
Bapak H Ibu E Anak S
fisik
Kepala Rambut: menyebar rata, warna hitam, Rambut: menyebar rata, warna hitam, Rambut: menyebar rata, warna hitam,
pendek, rapi, bersih, tidak ada gatal. pendek, rapi, bersih, tidak ada gatal. pendek, rapi, bersih, tidak ada gatal.
Mata: pandangan tidak kabur, sklera Mata: pandangan tidak kabur, sklera Mata: pandangan tidak kabur, sklera
tidak ikterik, konjungtiva tidak tidak ikterik, konjungtiva tidak tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemia, sekret tidak ada. anemia, sekret tidak ada. anemia, sekret tidak ada.
Hidung: tidak ada sekret, tidak ada Hidung: tidak ada sekret, tidak ada Hidung: tidak terdapat cairan
polip, tidak ada kelainan penciuman. polip, tidak ada kelainan penciuman. (sekret), tidak ada polip, tidak ada
Telingga: pendengaran tidak ada Telingga: pendengaran tidak ada kelainan penciuman.
gangguan, kebersihan cukup, tidak gangguan, kebersihan cukup, tidak ada Telingga: pendengaran tidak ada
ada pengeluaran cairan. pengeluaran cairan. gangguan, kebersihan cukup, tidak
Mulut: mukosa lembab, gigi lengkap Mulut: mukosa lembab, gigi lengkap ada pengeluaran cairan.
& tidak berlobang, kebersihan cukup, & tidak berlobang, kebersihan cukup, Mulut: mukosa lembab, gigi lengkap
tidak ada stomatitis, tidak ada tidak ada stomatitis, tidak ada & tidak berlobang, kebersihan cukup,
kesulitan menelan, tonsil terletak di kesulitan menelan, tonsil terletak di tidak ada stomatitis, tidak ada
tengah. tengah. kesulitan menelan, tonsil terletak di
tengah.
Leher & Tidak ada benjolan, tidak ada Tidak ada benjolan, tidak ada Tidak ada benjolan, tidak ada
tenggorokan pemebesaran kelenjar getah bening. pemebesaran kelenjar getah bening. pemebesaran kelenjar getah bening.
Thorak Pergerakan dada simetris, bunyi paru Pergerakan dada simetris, bunyi paru Pergerakan dada simetris, bunyi paru
vesikuler, bunyi jantung 1&2 vesikuler, bunyi jantung 1&2 tunggal. vesikuler, bunyi jantung 1&2
tunggal. tunggal.
Abdomen Simetris, datar, lembek, tidak ada Simetris, datar, lembek, tidak ada Simetris, datar, lembek, tidak ada
kembung, bising usus 8x/menit. kembung, bising usus 8x/menit. kembung, bising usus 9x/menit.
Alat kelamin Tidak ada keluhan. Tidak ada keluhan. Tidak ada keluhan. Sudah disunat.
Tangan Tidak ada pembengkakan, turgor Tidak ada pembengkakan, turgor kulit Tidak ada pembengkakan, turgor

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
14
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

Pemeriksaan
Bapak H Ibu E Anak S
fisik
kulit baik, tidak ada keluhan nyeri. baik, tidak ada keluhan nyeri. kulit baik, tidak ada keluhan nyeri.
Kaki Tidak ada pembengkakan, tidak ada Tidak ada pembengkakan, tidak ada Tidak ada pembengkakan, tidak ada
nyeri turgor kulit baik. nyeri, turgor kulit baik. nyeri, turgor kulit baik.
.
Tanda vital TD 120/70 mmHg TD 120/80 mmHg TD 110/80 mmHg
N 72 x/menit N 80 x/menit N 90 x/menit
P 18 x/menit P 17 x/menit P 20 x/menit
S 36,6o C S 36,5oC S 36,5o C
BB (BBI) 56 kg (BBI 54 kg) 54 kg (BBI 58,5 kg) 23 kg (BBI IMT: 14,2) LILA: 15 cm
TB 160 cm 165 cm 126 cm

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2013
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak usia sekolah.

SKORING MASALAH
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak usia
sekolah.
No Kriteria Score Pembenaran
1 Sifat masalah: Masalah sudah terjadi dan bila
resiko tidak dilakukan tindakan apapun
2/3 x 1 = 2/3
maka dikhawatirkan terjadi
komplikasi lebih lanjut.
2 Kemungkinan Keluarga mrnyadari adanya
masalah untuk keluhan pada anak S, tetapi
diubah: mudah belum mengenal masalah
2/2 x 2 = 2
sehingga menganggap hal ini
tidak terlalu penting untuk
ditangani.
3 Potensial masalah Keluarga sudah tahu akibat
untuk dicegah: nutrisi kurang pada anak Stetapi
cukup belum bisa membuat pola makan
2/3 x 1 = 2/3
yang baik untuk anak S agar
gizinya terpenuhi dan masih
belum terlalu parah.
4 Menonjolnya Keluarga merasakan masalah
masalah: segera namun bukan masalah yang
ditangani 2/2 x 1 = 1 dapat ditanggani dengan mudah
dan akan membutuhkan waktu
yang lama.
Total 3 2/3

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tiningsih Damarwati (NPM. 1006823570)

Profesi keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. H KHUSUSNYA An.S
DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN PADA ANAK SEKOLAH DI RW 03
KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK 2013

Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar Intervensi


Keperawatan
Resiko Setelah dilakukan Dalam 10 x 30’ pertemuan
pemenuhan tindakan keluarga dapat :
nutrisi kurang keperawatan dalam I. Mengenal masalah
dari kebutuhan enam minggu, kurang gizi dengan
tubuh pada pemenuhan nutrisi menyebutkan :
keluarga Bp.H kurang dari 1. Pengertian zat gizi Respon verbal Zat gizi adalah makanan yang dibutuhkan 1. Diskusikan dengan keluarga tentang
khususnya kebutuhan pada dan kurang gizi oleh tubuh arti gizi dan kekurangan gizi
An.S an.S tidak terjadi Arti kurang gizi adalah kekurangan zat-zat menggunakan lembar balik / leaflet
atau bahan-bahan makanan yang 2. Motivasi keluarga untuk mengulang
dibutuhkan oleh tubuh kembali apa yang telah didiskusikan
3. Beri reinforcement positif

2. Penyebab kurang Respon verbal 3 dari 4 penyebab kurang gizi : 1. Diskusikan bersama keluarga tentang
gizi 1. Jumlah makanan yang dimakan penyebab kurang gizi dengan
kurang menggunakan lembar balik/leaflet
2. Jenis makanan yang diberikan tidak 2. Motivasi keluarga untuk mengulang
seimbang kembali penjelasan mahasiswa
3. Makan tidak teratur
4. Sering sakit

3. Tanda-tanda kurang Respon verbal 4 dari 6 tanda kurang gizi : 1. Diskusikan bersama keluarga
gizi 1. Badan kurus tentang tanda kurang gizi dengan
2. Kulit kering dan kusam lembar balik / leaflet
3. Lemas dan pucat 2. Motivasi keluarga untuk mengulang
4. Rambut tipis dan kemerahan kembali apa yang telah didiskusikan
5. Sekitar mata bengkak 3. Beri reinforcement positif
6. Kaki dan tangan bengkak

Arti katagori dan ambang Respon verbal Katagori dan ambang batas status gizi anak Jelaskan pada keluarga arti katagori dan
batas status gizi anak status : An. S berada pada -2SD, IMT: 14,5 ( ambang batas status gizi anak
gizi anak, >2SD katagori: masih normal, namun berada pada katagori
obesitas, 2SD sampai nilai batas minimal: 14,1)
dengan 1 SD katagori:
gemuk, -2SD sampai Respon verbal Ungkapan keluarga mengatakan anaknya 1. Motivasi keluarga untuk
dengan 1 SD katagori: masih dalam gizi normal karena pada mengidentifikasi status gizi
normal, -3SD sampai katagori dan ambang batas status gizi anak anaknya dengan menggunakan
dengan -2SD katagori: berada pada -2SD tetapi berusaha untuk katagori dan ambang batas status

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


kurus, ,-3SD katagori: mempertahankan bahkan meningkatkan gizi anak
sangat kurus agar anak tidak masuk dalam katagori
kurus

4. Mengidentifikasi Respon verbal Akibat kurang gizi : 1. Diskusikan bersama keluarga


status gizi anak 1. gangguan pertumbuhan tentang akibat kurang gizi jika
2. mudah terkena penyakit tidak segera ditangani dengan
3. berkurangnya daya piker menggunakan lembar balik / leaflet
4. sering sakit 2. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali penjelasan dari
mahasiswa
3. Beri reinforcement positif

II. Keluarga memutuskan Respon verbal Ungkapan keluarga untuk mengatasi 1. Tanyakan kepada keluarga tentang
untuk merawat nggota masalah gizi pada anaknya dan masalah gizi
keluarganya dengan menanyakan apa yang harus dilakukan 2. Berikan pujian atas keputusan
masalah gizi pada An.S keluarga
dengan menyebutkan :
1. Akibat kurang gizi 1. Diskusikan bersama keluarga tentang
Manfaat gizi bagi tubuh : guna makanan yang dikonsumsi
1. zat tenaga untuk bekerja setiap hari
2. zat pembangun untuk pertumbuhan 2. Memotivasi keluarga untuk
dan perkembangan mengulang penjelasan mengenai
3. zat pengatur untuk melindungi dari contoh makanan dan manfaatnya bagi
penyakit tubuh
3. Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

2. Mengambil Respon verbal Zat tenaga : beras, roti, gandum, jagung, 1. Diskusikan bersama keluarga tentang
keputusan untuk singkong bahan makanan yang mengandung zat
mengatasi masalah Zat pembangun : tahu, tempe, ikan, udang tenaga, pembangun dan pengatur
gizi pada anak Zat pengatur : bayam, buah-buahan 2. Memotivasi keluarga untuk
mengulang kembali penjelasan
mahasiswa

III. Keluarga mampu Respon verbal 2 dari 4 cara memilih bahan makanan : 1. Diskusikan bersama keluarga tentang
merawat An.S yang 1. harga terjangkau cara memilih bahan makanan
mengalami masalah 2. nilai gizinya baik 2. Memotivasi keluarga untuk
nutrisi dengan 3. masih segar / tidak busuk mengulang penjelasan mahasiswa
menyebutkan : 4. mudah didapat 3. Berikan reinforcement positif atas
1. Manfaat gizi gizi Respon verbal Cara mengolah bahan makanan yang baik : usaha keluarga
bagi tubuh 1. sayuran, buah, dicuci dahulu baru
dipotong-potong 1.Diskusikan bersama keluarga tentang

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


2. sayuran dimasak jangan terlalu lama cara mengolah bahan makanan yang
3. alat-alat masak bersih baik
4. cuci tangan sebelum masak 2.Memotivasi keluarga untuk
mengulang penjelasan mahasiswa
Respon verbal Melakukan cara pengolahan makanan yang 3. Berikan reinforcement positif atas
baik sesuai dengan apa yang telah usaha keluarga
didiskusikan

2. Bahan makanan Respon psikomotor Prinsip penyajian makanan : 1 Lakukan kunjungan keluarga saat
yang mengandung 1. bervariasi jenis makanannya keluarga mau masak
zat tenaga, zat 2. kombinasi makanan hewani dan 2 Memotivasi keluarga untuk agar
pembangun dan zat nabati melakukan pengolahan makanan yang
pengatur 3. perhatikan jadwal menu baik
makanan
4. jumlah makanan sesuai 1. Diskusikan bersama keluarga tentang
3. Cara memilih bahan Respon verbal kebutuhan prinsip penyajian makanan
makanan 2. Memotivasi keluarga untuk
Menyiapkan makanan sesuai dengan mengulang penjelasan mahasiswa
kebutuhan, sesuai dengan yang telah 3. Berikan reinforcement positif atas
didiskusikan usaha keluarga

4. Cara mengolah Respon psikomotor 3 dari 5 prinsip mengatasi anak tidak mau 1. Memotivasi keluarga untuk
bahan makanan yang makan : menyiapkan makanan sesuai
baik 1. jangan paksa anak bila tidak mau kebutuhan anak
makan
2. menggunakan alat makan yang
5. Mengolah bahan Respon verbal menarik 1. Diskusikan bersama keluarga tentang
makanan yang baik 3. makan sambil cerita prinsip mengatasi anak yang tidak
4. jenis makanan yang bervariasi mau makan
dengan bentuk dan warna yang 2. Memotivasi keluarga untuk
menarik mengulang penjelasan mahasiswa
3. Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

6. Prinsip penyajian Respon Psikomotor Pada kunjungan berikutnya, keluarga dapat 1. Lakukan kunjungan berikutnya untuk
makanan menyajikan menu seimbang bagi anaknya melihat kemampuan keluarga
setiap hari sesuai standar askep menyusun menu setiap hari bagi
keluarganya
Respon afektif 2. Lakukan kunjungan tidak
7. Menyediakan direncanakan
makanan sesuai
dengan kebutuhan

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


anak

8. Prinsip dalam Respon verbal 1. Motivasi keluarga untuk menciptakan


mengatasi anak yang suasana makan yang dapat
tidak mau makan meningkatkan selera makan anak

9. Menyusun menu Respon psikomotor Pada kunjungan yang tidak direncanakan


seimbang bagi anak-
anak

IV. Keluarga memodifikasi Respon verbal 2 dari 4 lingkungan yang dapat 1. Lakukan kunjungan yang tidak
lingkungan untuk meningkatkan selera makan anak : direncanakan
mengatasi masalah gizi 1. makan bersama keluarga
pada An.S, dengan : 2. menggunakan alat makan yang
1. Menyebutkan menarik
suasana yang dapat 3. makan sambil bercerita
meningkatkan selera 4. jenis makanan bervariasi bentuk dan
makan warna yang menarik

Respon verbal Usaha keluarga untuk menciptakan


suasana yang nyaman untuk meningkatkan
selera makan anak

2. Menciptakan suasana Respon afektif


lingkungan yang
dapat meningkatkan
selera makan

V. Keluarga dapat Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan 1. Diskusikan bersama keluarga
memanfaatkan fasilitas untuk mengatasi anak yang mengalami tentanga fasilitas kesehatan yang
pelayanan kesehatan masalah gizi yaitu : dapat digunakan keluarga
untuk membawa 1. posyandu 2. Motivasi keluarga untuk mengulang
anggota keluarganya 2. puskesmas kembali penjelasan yang telah
dengan masalah anak 3. bidan / praktek didiskusikan
kurang gizi, dengan :
1. Menyebutkan Manfaat kunjungan ke pelayanan 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
manfaat fasilitas kesehatan : manfaat fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat 1. Mendapatkan pelayanan kesehatan kesehatan
digunakan untuk 2. Mendapatkan pendidikan kesehatan 2. Diskusikan bersama keluarga
mengatasi anak tentang manfaat fasilitas pelayanan
dengan masalah gizi kesehatan
2. Menjelaskan manfaat Kunjungan keluarga membawa anaknya ke 3. Evaluasi tingkat pemahaman
kunjungan ke fasilitas kesehatan untuk mengatasi keluarga tentang manfaat fasilitas

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


fasilitas kesehatan masalah gizi pada anak pelayanan kesehatan

1. Motivasi keluarga untuk membawa


3. Mengujungi fasilitas anggota keluarga dengan masalah
kesehatan nutrisi pada An.H ke fasilitas
pelayanan kesehatan
2. Beri pujian atas usaha yang telah
dilakukan keluarga

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA

Insial KK : Bp. H Tanggal : 28, 30 Mei 2013


Alamat : RT 06/ RW 03 kel. Cisalak Pasar

Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD


Ketidakseim- 1. Mengucapkan salam dan S:
bangan menanyakan keadaan keluarga Keluarga menjawab salam
nutrisi: khususnya keluhan anggota dan menerima kehadiran
kurang dari keluarga terhadap kesehatan mahasiwa dengan baik .
kebutuhan pada hari ini. Keluarga mengatakan
tubuh pada keluhan keluarga saat ini
anak S. 2. Menjelaskan tujuan kunjungan, adalah anak S tidak mau
yaitu berbincang-bincang tentang makan.
gizi/ kurang gizi selama ± 30 Ibu E menyetujui untuk ikut
menit. dalam diskusi kali ini

3. Dengan menggunakan lembar


balik dan leaflet, keluarga dan
mahasiswa berdiskusi tentang :
Pengertian gizi adalah zat-zat
makanan yang diperlukan
tubuh . Sedangkan kurang gizi
adalah kekurangan zat-zat
makanan yang dibutuhkan oleh
tubuh. S:
4 Penyebab gizi kurang adalah Keluarga mengatakan gizi
Jumlah makanan yang dimakan adalah zat yang terkandung
kurang, Jenis makanan yang dalam makanan yang sehat.
diberikan tidak seimbang, Sedangkan kurang gizi
Makan tidak teratur, Sering adalah kekurangan zat gizi
sakit. dalam tubuh.
6 Tanda dan gejala gizi kurang Ibu E mengatakan tanda dan
sesuai standar yaitu: Badan gejala yang sering terjadi
kurus, Kulit kering dan kusam, pada gizi kurang adalah
Lemas dan pucat, Rambut tipis badan kurus, kulit kering,
dan kemerahan, Sekitar mata lemah dan pucat.
bengkak, Kaki dan tangan Ibu E menyatakan penyebab
bengkak. terjadinya kurang gizi
dikarenakan anak tidak mau
4. Meminta keluarga menyebutkan makan, dan karena makan
kembali hasil diskusi dan gejala tidak teratur.
yang mungkin ada pada An. S

5. Memberikan reinforcement atas


jawaban yang diberikan keluarga

6. Menjelaskan kepada keluarga


arti katagori dan ambang batas S:
status gizi anak, >2SD katagori: Ibu E mengatakan akibat
obesitas, 2SD sampai dengan 1 yang dapat ditimbulkan
SD katagori: gemuk, -2SD karena kurang gizi adalah
sampai dengan 1 SD katagori: kecerdasan menurun,
normal, -3SD sampai dengan - pertumbuhan dan
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
2SD katagori: kurus, ,-3SD perkembangan terganggu dan
katagori: sangat kurus juga malas beraktivitas.

7. Menjelaskan kepada keluarga O:


akibat kurang gizi sesuai Ibu E memperhatikan
standar, yaitu: 4 Akibat kurang penjelasan mahasiswa
gizi :gangguan pertumbuhan, dengan serius
mudah terkena penyakit, Ibu E menjawab setiap
berkurangnya daya pikir, sering pertanyaan yang diajukan
sakit mahasiswa

8. Meminta keluarga untuk A:


menyebutkan kembali akibat dari Intervensi untuk TUK 1,
kurang gizi. TUK 2 telah berhasil
dilakukan
9. Memberikan reinforcement
positif atas jawaban yang P:
diberikan keluarga. melaksanakan TUK 3 dan
melanjutkan sampai TUK 5.
10. Melakukan evaluasi hasil
kunjungan dan merencanakan
kegiatan berikutnya adalah cara
perawatan pada anggota keluarga
dengan gizi kurang.

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA

Insial KK : Bp. H Tanggal : 4 & 6 Juni 2013


Alamat : RT 06/ RW 03 kel. Cisalak Pasar

Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD


Ketidakseim- 1.Mengucapkan salam dan S:
bangan menanyakan keadaan keluarga Keluarga menjawab salam
nutrisi: khususnya terhadap masalah dan menerima kehadiran
kurang dari kesehatan pada hari ini. mahasiwa dengan baik .
kebutuhan Keluarga mengatakan tidak
tubuh pada 2.Menjelaskan tujuan kunjungan, ada keluhan khusus hari ini.
anak S. yaitu berdiskusi dengan Ibu E Ibu E menyatakan akan
tentang bagaimana cara merawat mengikuti diskusi yang sudah
anggota keluarga yang direncanakan.
mengalami gizi kurang selama
30 menit.

3.Dengan menggunakan lembar


balik, keluarga dan mahasiswa
berdiskusi tentang :

 Manfaat gizi bagi tubuh :


zat tenaga untuk bekerja
zat pembangun untuk
pertumbuhan dan
perkembangan
zat pengatur untuk
melindungi dari penyakit
Zat tenaga : beras, roti,
gandum, jagung, singkong
Zat pembangun : tahu, tempe,
ikan, udang
Zat pengatur : bayam, buah-
buahan

 4 cara memilih bahan


makanan :
harga terjangkau
nilai gizinya baik
masih segar / tidak busuk
mudah didapat

 Cara mengolah bahan


makanan yang baik :
sayuran, buah, dicuci
dahulu baru dipotong-
potong
sayuran dimasak jangan
terlalu lama
alat-alat masak bersih
cuci tangan sebelum masak

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


 4 Prinsip penyajian makanan:
bervariasi jenis makanannya
kombinasi makanan hewani
dan nabati
perhatikan jadwal menu
makanan
jumlah makanan sesuai
kebutuhan

 4 prinsip mengatasi anak S:


tidak mau makan: Ibu E menjawab pertanyaan
jangan paksa anak bila tidak mengenai manfaat gizi, cara
mau makan memilih makanan, cara
menggunakan alat makan mengolah makanan, prinsip
yang menarik penyajian makanan, dan
makan sambil cerita bagaimana cara mengatasi
anak yang tidak mau makan.
jenis makanan yang
bervariasi dengan bentuk
dan warna yang menarik
O:
4.Meminta keluarga menyebutkan
kembali hal-hal yang telah Ibu E menredemonstrasikan
didiskusikan sebelumnya. cara mengolah makanan
yaitu mengolah sayur
5.Memberikan reinforcement pada kangkung dengan
keluarga akan jawaban yang bersungguh-sungguh dan
diberikan, walaupun masih sesekali menanyakan kepada
belum sempurna. Mahasiswa mahasiswa apa yang
dirasanya tidak benar.
mengulangi kembali menjelaskan
triguna makanan, cara memilih
dan mengolah makanan A:
Intervensi untuk TUK 3 telah
6.Mendemonstrasikan cara berhasil dilakukan
mengolah makanan yang benar
yaitu sayur an kangkung P:
Melaksanakan TUK 4 dan
7.Meminta Ibu E untuk melanjutkan sampai TUK 5.
meredemonstrasikan cara
mengolah makanan yang benar
yaitu mengolah sayur kangkung
yang merupakan menu pada hari
ini.

8.Memberikan reinforcement
positif untuk usaha redemonstrasi
yang dilakukan ibu E, serta
mendiskusikan kembali hal-hal
yang belum dilakukan ibu E

9.Mengevaluasi hasil kunjungan


hari ini dan merencanakan
kegiatan berikutnya adalah
modifikasi lingkungan dan
manfaat dari fasilitas kesehatan.
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA

Insial KK : Bp. H Tanggal :11 Juni 2013


Alamat : RT 06/ RW 03 kel. Cisalak Pasar

Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD


Ketidakseim- 1. Mengucapkan salam dan S:
bangan menanyakan keadaan keluarga Ibu E menjawab salam dan
nutrisi: khususnya keluhan terhadap menerima kehadiran
kurang dari kesehatan pada hari ini. mahasiwa dengan baik .
kebutuhan Ibu E mengatakan tidak ada
tubuh pada 2. Menjelaskan tujuan kunjungan, keluhan khusus hari ini.
anak S yaitu mendiskusikan bersama Ibu E menyetujui rencana
ibu E bagaimana cara diskusi yang akan dilakukan
memodifikasi lingkungan dan oleh mahasiswa
manfaat fasilitas kesehatan bagi
anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang ±
selama 30 menit.

3. Dengan menggunakan lembar


balik, keluarga dan mahasiswa
berdiskusi tentang :
 4 lingkungan yang dapat
meningkatkan selera makan
anak :
makan bersama keluarga
menggunakan alat makan
yang menarik
makan sambil bercerita S:
jenis makanan bervariasi Ibu E mengatakan ia akan
bentuk dan warna yang mencoba cara yang
menarik diberitahukan oleh
mahasiswa agar An. S mau
4. Meminta keluarga menyebutkan makan yang banyak.
kembali modifikasi lingkungan
yang dapat dilakukan keluarga Ibu E mengatakan akan
terhadap An.S yang mengalami membawa anaknya ke
resiko pemenuhan nutrisi kurang pelayanan kesehatan jika
anaknya mengalami gizi
5. Memberikan reinforcement pada kurang
keluarga atas jawaban yang
diberikan,
O:
6. Menyebutkan Fasilitas Ibu E terlihat
kesehatan yang dapat digunakan memperhatikan setiap
untuk mengatasi anak yang penjelasan mahasiswa dan
mengalami masalah gizi yaitu: kooperatif selama diskusi.
 posyandu Ibu E menanyakan hal-hal
 puskesmas yang belum dimengertinya
 bidan / praktek
A:
7. Manfaat kunjungan ke Intervensi untuk TUK 4 dan
pelayanan kesehatan : TUK 5 telah berhasil
Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013
Mendapatkan pelayanan dilakukan
kesehatan
Mendapatkan pendidikan P:
kesehatan Pertemuan selanjutnya akan
mengadakan diskusi terkait
8. Meminta keluarga menyebutkan dengan menyusun menu
kembali manfaat fasilitas terkait gizi seimbang.
kesehatan dan memotivasi
keluarga agar mau membawa
anggota keluarga dengan
masalah gizi kurang ke fasilitas
pelayanan kesehatan

9. Mengevaluasi hasil kunjungan


hari ini karena waktu kontrak
telah habis dan merencanakan
kegiatan berikutnya adalah
mendiskusikan terkait dengan
gizi seimbang

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


FORMAT EVALUASI

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak usia sekolah di
RW 03 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis Depok .
Hasil
No Kriteria Evaluasi Keterangan
Ya Tidak
1 Keluarga mampu menyebutkan pengertian gizi

seimbang pada anak sekolah
2 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4

pentingnya gizi seimbang untuk anak sekolah
3 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4

penyebab kurang gizi
4 Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 6 tanda

dan gejala kurang gizi
5 Keluarga mengidentifikasi adanya kurang gizi

pada anak sekolah
6 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat

kurang gizi
7 Keluarga mampu memutuskan untuk merawat

anggota keluarga dengan gizi kurang
8 Keluarga mampu menyebutkan 7 dari 9 cara

mengatasi kurang gizi
9 Keluarga mampu menyebutkan sumber zat gizi

pada makanan
10 Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 6 cara

mengolah bahan makanan
11 Keluarga mampu mendemonstrasikan cara

mengolah makanan yang baik
12 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
dengan cara menyebutkan 4 dari 5 prinsip √
penyajian makanan
13 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
dengan cara menyebutkan 3 dari 4 cara √
mengatasi anak tidak mau makan
14 Mendemonstrasikan cara menyajikan
makanan: menyajikan dan diberikan makanan √
dalam keadaan hangat
15 Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 4
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di √
lingkungan RW.03
16 Menjelaskan manfaat mengunjunggi fasilitas

pelayanan kesehatan untuk perawatan

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bpk. H
Tiningsih Damarwati, S.Kep
1006823570

TINGKAT KEMANDIRIAN

Nama keluarga : Bpk. H


Alamat : RT 06 RW 03 Kelurahan Cisalak pasar Kecamatan Cimanggis,
Depok

KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan
selama enam minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi
masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin
di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah
kesehatan yang dialami keluarga. Selama enam minggu mahasiswa melakukan
pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan masalah kesehatan dan
dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV”
dengan alasan:
Kriteria Ya Tidak Pembenaran
Keluarga √ Selama praktek dan melakukan kunjungan
menerima petugas rumah, keluarga selalu menerima kehadiran
perawatan perawat dengan sikap ramah dan terbuka.
kesehatan Keluarga dan mahasiswa hampir selalu
masyarakat menyepakati kontrak yang telah ditentukan.
Keluarga mengatakan selalu menerima
mahasiswa kapan saja. Apabila keluarga ada
acara dan kegiatan pada saat kontrak yang telah
disepakati, keluarga memberitahukan kepada
mahasiswa terlebih dahulu.
Keluarga √ Saat proses pengkajian, keluarga selalu
mengungkapkan menjawab pertanyaan mahasiswa dengan benar
masalah kesehatan yang kemudian di klarifikasi dengan
yang dialami pemeriksaan fisik. Keluarga dengan terbuka mau
secara benar membicarakan masalah kesehatan yang ada
dengan mahasiswa. Keluarga merasa yakin
bahwa kehadiran mahasiswa adalah untuk
membantu keluarga mengatasi masalah
kesehatan yang ada.

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bpk. H
Tiningsih Damarwati, S.Kep
1006823570

Keluarga √ Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa


menerima kepada dan bersama keluarga kemudian
pelayanan dianalisis untuk menentukan masalah
kesehatan yang keperawatan. Masalah atau diagnosa
diberikan sesuai keperawatan yang ada direncanakan intervensi
dengan rencana untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan
keperawatan yang ditemukan telah diselesaikan

Keluarga √ Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan


melakukan terhadap masalah kesehatan yang dialami,
tindakan diantaranya:
pencegahan  Pencegahan gizi kurang dengan
mengetahui tanda dan gejala gizi kurang
adalah badan kurus, kulit kering, lemah
dan pucat.
 Pencegahan dengan mengetahui
penyebab terjadinya kurang gizi
dikarenakan anak tidak mau makan dan
karena makan tidak teratur.
 Pencegahan dengan mengetahui akibat
yang dapat ditimbulkan karena kurang
gizi adalah kecerdasan menurun,
pertumbuhan dan perkembangan
terganggu dan juga malas beraktivitas.
Keluarga √ Keluarga telah mampu melakukan promosi
melakukan kesehatan secara aktif, dengan:
promosi kesehatan  Menjaga kesehatan keluarga dengan
secara aktif masalah ketidakseimbangan nutrisi pada
anak sekolah
 Memberikan makanan anak usia sekolah
dengan gizi seimbang

Asuhan keperawatan ..., Tiningsih Damarwati, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai