Anda di halaman 1dari 14

Leo Fernando

04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Definisi
Kehamilan ektopik ialah kehamilan yang terjadi bila ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada
ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter,
dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba,
terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars isthmika tuba,
kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba. Kehamilan di
luar tuba ialah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal,
dan kehamilan abdominal yang bisa primer atau sekunder.
Kehamilan intrauterin dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan
ekstrauterin. Dalam hal ini, dibedakan dua jenis, yaitu combined ectopic
pregnancy di mana kehamilan intrauterin terdapat pada waktu yang sama dengan
kehamilan ekstrauterin dan compound ectopic pregnancy yang merupakan
kehamilan intrauterin pada wanita dengan kehamilan ekstrauterin lebih dahulu
dengan janin sudah mati dan menjadi litopedion.

Frekuensi
Frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sangat sukar ditentukan.
Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas, sehingga tidak
dibuat diagnosisnya. Tidak semua kehamilan ektopik berakhir dengan abortus
dalam tuba atau ruptur tuba. Sebagian hasil konsepsi mati dan pada umur muda
kemudian diresorbsi.
Sebagian besar wanita yang mengalami ektopik berumur antara 20-40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0 %-14,6 %.

Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam kehamilan ektopik ialah sebagai
berikut:
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

1. Faktor dalam lumen tuba


a) Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b) Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini
sering disertai dengan gangguan fungsi silia endosalping
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit
2. Faktor pada dinding tuba
a) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba
b) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat itu
3. Faktor di luar dinding tuba
a) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur
b) Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba
4. Faktor lain:
a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus,
pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur
b) Fertilisasi in vitro

Patologi
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

2. Abortus ke dalam lumen tuba


Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah
oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis.
Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat
perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruuh, mudigah dengan selaputnya
dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium
tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi telur
yang dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi khoriales ke arah
peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini
disebabkan karena lumen pars ampullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti
lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi dibandingkan dengan bagian isthmus
dengan lumen sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tak sempurna pada abortus,
perdarahan akan terus berlangsung, dari sedikiti-sedikit oleh darah sehingga
berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan
tuba membesar dan kebiru-biruan (hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir
ke rongga perut melalui ostium tuba. Darah ini akan berkumpul di dalam kavum
Douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstisialis terjadi
pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktur utama yang menyebabkan ruptur ialah
penembusan villi khoriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut,
kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, sampai menimbulkan syok dan
kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam
lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominale.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas,
pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi di arah
ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan
ligamentum itu. Jika janin hidup terus terdapat kehamilan intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba tetapi bila
robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.
Bila penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan nasib janin
bergantung pada kerusakan yang diderita oleh tuanya kehamilan. Bila janin mati
dan masih kecil diresorbsi seluruhnya, bila besar kelak dapat diubah menjadi
litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong
amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam
rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk
mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus, ligamentum
latum, dasar panggul dan usus.

Gambaran klinik
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan mungkin
merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada
pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin tidak
sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena
lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda, dari
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada


ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya
disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke
dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus
menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi tetapi setelah darah masuk
ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau seluruh perut
bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehingga
menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retrouterina,
menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan per vaginam merupakan tahap penting kedua pada kehamilan
ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum
uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak
banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan dikemukan dari 51 hingga
93 %. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic gonadotropin.
Jika plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
Amenorrhea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.
Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya. Hal ini menyebabkan frekuensi amenorea berkisar dari
23 hingga 97 %.
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal
bahwa usaha menggerakkan serviks menimbulkan rasa nyeri, demikian pula
kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada abortus tuba biasanya
teraba dengan jelas suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan
konsistensi agak lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di
kavum Douglas. Pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak, tekanan darah dapat
menurundan nadi meningkat; perdarahan lebih banyak lagi akan menimbulkan
syok.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan


gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut
sampai gejala-gejala yang samar-samar, sehingga sukar membuat diagnosis.
Gambaran gangguan mendadak
Peristiwa ini tidak sering ditemukan. Penderita setelah mengalami amenorea
dengan tiba-tiba, menderita rasa nyeri yang hebat di daerah perut bagian bawah
dan sering muntah-muntah. Nyeri dapat demikian hebatnya, sehingga penderita
jatuh pingsan. Penderita tidak lama kemudian masuk ke dalam keadaan syok
akibat perdarahan dengan tekanan darah turun, naik kecildan cepat, ujung
ekstremitas basah, pucat, dan dingin. Seluruh perut agak membesar, nyeri tekan,
dan tanda-tanda cairan intraperitoneal mudah ditemukan. Pada pemeriksaan
vaginal forniks posterior menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks
menyebabkan rasa nyeri. Kadang-kadang uterus teraba sedikit membesar dengan
di sebelahnya suatu adnex tumor, tetapi biasanya sulit karena dinding abdomen
tegang.
Gambaran gangguan tidak mendadak
Gambaran klinik inin lebih sering ditemukan dan biasanya berhubungan
dengan abortus tuba atau yang terjadi secara perlahan-lahan. Setelah haid
terlambat beberapa minggu, penderita mengeluh rasa nyeri yang tidak terus-
menerus di perut bagian bawah kadang-kadang rasa nyeri ini dapat hebat pula.
Dengan adanya darah dalam roongga perut, rasa nyeri menetap. Tanda-tanda
anemia menjadi nyatakarena perdarahan yang berulang. Mula-mula perut masih
lembek, tetapi kemudian dapat mengembung karena terjadi ileus parsialis. Di
sebelah uterus terdapat tumor (hematosalping) yang kadang-kadang menjadi satu
dengan hematokel retrouterina. Dengan adanya hematokel retrouterina, kavum
Douglas sangat menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks juga menyebabkan
rasa nyeri. Selain itu, penderita mengeluh rasa penuh di daerah rektum dan merasa
tenesmus. Setelah seminggu merasa nyeri, biasanya terjadi perdarahan dari uterus
dengan kadang-kadang disertai oleh pengeluaran jaringan desidua.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Gambaran gangguan atipik


Kadang-kadang gambaran klinik begitu tidak jelas, sehingga diagnosis
tidak dibuat. Tidak jarang pada keadaan ini penderita diobati untuk infeksi pelvik
selama beberapa minggu sebelum keadaan yang sebenarnya diketahui. Pada
beberapa keadaan diagnosis kehamilan ektopik baru dibuat pada laparatomi.

Diagnosis
Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang
terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut
bagian bawah.
Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian
bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks
menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan
adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan
perbedaan dengan infeksi pelvik.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-
tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya
ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat
setelah 24 jam.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan,
bila leukositosis meningat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000
biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila
positif. Akan tetapi, tes negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas
menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun dan
menyebabkan tes negatif.
Dilatasi dan kerokan
Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk memunjang diagnosis
kehamilan ektopik tidak dianjurkan. Berbagai alasan dapat dikemukakan:

- Kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik


- Hanya 12 sampai 19 % kerokan pada kehamilan ektopik menunjukkan
reaksi desidua
- Perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-stella tidak khas untuk
kehamilan ektopik

Namun, jika jaringan yang dikeluarkan bersama dengan perdarahan terdiri


atas desidua tanpa villi koriales, hal itu dapat memperkuat diagnosis kehamilan
ektopik terganggu.
Kuldosentesis
Kuldosintesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum Douglas ada darah atau tidak. Darah segar berwarna merah yang
dalam beberapa menit akan membeku ini berarti darah berasal dari arteri atau
vena yang tertusuk. Darah tua berwarna coklat samapi hitam yang tidak membeku
atau yang berupa bekuan kecil-kecil, darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.
Ultrasonagrafi
Ultrasonagrafi berguna dalam diagnositik kehamilan ektopik. Diagnostik
pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya
tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada + 5 % kasus kehamilan
ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan
berasal dari kehamilan intrauterin pada kasus uternus bikornis.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Diagnosis diferensial
a. Infeksi pelvik
Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan
jarang setelah mengalami amenorea. Nyeri perut bagian bawah dan
tahanan yang dapat diraba pada pemeriksaan vaginal pada umumnya
bilateral. Pada infeksi pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi
0,5 derajat Celcius, selain itu leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan
ektopik dan tes kehamilan negatif.
b. Abortus imminens atau insipiens
Perdarahan lebih banyak dan lebih merah sesudah amenorea, rasa nyeri
yang lebih kurang berlokasi di daerah median dan bersifat mules lebih
menunjukkan ke arah abortus imminens atau permulaan abortus insipiens.
Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di belakang
uterus, dan gerakan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri.
c. Ruptur korpus luteum
Peristiwa ini biasanya terjadi pada pertengahan siklus haid. Perdarahan per
vaginam tidak ada dan tes kehamilan negatif.
d. Torsi kista ovarium dan appendisitis
Gajala dan tanda kehamilan muda, amenorea, dan perdarahan per vaginam
biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat
daripada kehamilan ektopik. Pada appendisitis tidak ditemukan tumor dan
nyeri pada gerakan serviks tidak seberapa nyata seperti pada kehamilan
ektopik. Nyeri perut bagian bawah pada appendisitis terletak pada titik
McBurney. Kesalahan diagnosis pada kedua keadaan ini tidak menjadi
soal karena keduanya memerlukan operasi juga.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik berupa pembedahan atau medikamentosa.
1. Operatif
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Namun harus
diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

a.       Kondisi Pasien saat itu


b.      Kondisi anatomik organ pelvis
c.       Keinginan penderita akan organ reproduksinya
d.      Lokasi kehamilan ektopik
e.       Kemampuan teknik pembedahan mikro dokter operator
f.       Kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat
Hasil pertimbangan tersebut menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif
dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanostomosis tuba. Apabila
kondisi pasien buruk , misalnya syok lebih baik dilakukan salpingektomi.
Pada kehamilan tuba dilakukan salpingostomi, partial salpingektomi,
salpingektomi, atau salpingo-ooforektomi, dengan mempertimbangkan : jumlah
anak, umur, lokasi kehamilan ektopik, umur kehamilan, dan ukuran produk
kehamilan.
2. Kemoterapi
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis yang belum pecah pernah
dicoba ditangani dengan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.
Kriteria kasusnya, yaitu:
a.       Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah
b.      Diameter kantung gestasi < 4cm
c.       Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
d.      Tanda vital baik dan stabil
Obat yang digunakan adalah methotrexate 1 mg/kg IV dan citrovorum
faktor 0,1 mg/kg IM berselang-seling selama 8 hari.
      Methotrexat merupakan antagonis asam folat (4-amino-10-methylfolic
acid). Methotrexat bekerja mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi sel
dengan menginhibisi kerja enzim dihydrofolate reduktase, maka selanjutnya akan
menghentikan proliferasi trofoblas.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Prognosis
Prognosis tergantung jumlah darah yang keluar, kecepatan menetapkan
diagnosis dan tindakan yang tepat. Kematian karena kehamilan ektopik terganggu
cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.
Prognosis juga tergantung dari cepatnya pertolongan, jika pertolongan terlambat,
angka kematian dapat tinggi.

Varian-varian Kehamilan Ektopik


Kehamilan Abdominal
Kebanyakan kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik
sekunder akibat ruptur atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga
abdomen. Implantasi primer di dalam rongga abdomen amatlah jarang. Mortalitas
akibat kehamilan abdominal tujuh kali lebih tinggi daripada kehamilan tuba, dan
90 kali lebih tinggi daripada kehamila intrauterin. Morbiditas maternal dapat
disebabkan perdarahan, infeksi, anemia, koagulasi intravaskular diseminata (DIC),
emboli paru atau terbentuknya fistula antara kantong amnion dengan usus.
Pada kehamilan abdominal yang khas, plasenta yang telah menembus
dinding tuba secara bertahap membuat perlekatan baru dengan jaringan serosa di
sekitarnya, namun juga mempertahankan perlekatannya dengan tuba. Pada
beberapa kasus, setelah ruptur tuba plasenta mengadakan implantasi di tempat
yang terpisah dari tuba dalam rongga abdomen. Kehamilan abdominal dapat juga
terjadi akibat ruptur bekas insisi seksio sesaria, dan pada kasus ini kehamilan
berlanjut di balik plika vesikouterina. Diagnosis kehamilan abdominal berawal
dari indeks kecurigaan yang tinggi. Temuan-temuan ultrasonografik berikut,
meskipun tidak patognomonis, harus segera membuat kita berpikir akan suatu
kehamilan abdominal:
1) tidak tampaknya dinding uterus antara kandung kemih dengan janin
2) plasenta terletak di luar uterus
3) bagian-bagian janin dekat dengan dinding abdomen ibu
4) letak janin abnormal
5) tidak ada cairan amnion antara plasenta dan janin.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Kehamilan abdominal pula memberikan ancaman-ancaman kesehatan bagi


si ibu. Oleh sebab itu, terminasi sedini mungkin sangat dianjurkan. Janin yang
mati namun terlalu besar untuk diresorbsi dapat mengalami proses supurasi,
mumifikasi atau kalsifikasi. Karena letak janin yang sangat dekat dengan traktus
gastrointestinal, bakteri dengan mudah mencapai janin dan berkembang biak
dengan subur. Selanjutnya, janin akan mengalami supurasi, terbentuk abses, dan
abses tersebut dapat ruptur sehingga terjadi peritonitis. Bagian-bagian janin pun
dapat merusak organ-organ ibu di sekitarnya. Pada satu atau dua kasus yang telah
dilaporkan, janin yang mati mengalami proses mumifikasi, menjadi lithopedion,
dan menetap dalam rongga abdomen selama lebih dari 15 tahun. Penanganan
kehamilan abdominal sangat berisiko tinggi. Penyulit utama adalah perdarahan
yang disebabkan ketidakmampuan tempat implantasi plasenta untuk mengadakan
vasokonstriksi seperti miometrium. Sebelum operasi, cairan resusitasi dan darah
harus tersedia, dan pada pasien harus terpasang minimal dua jalur intravena yang
cukup besar. Pengangkatan plasenta membawa masalah tersendiri pula. Plasenta
boleh diangkat hanya jika pembuluh darah yang mendarahi implantasi plasenta
tersebut dapat diidentifikasi dan diligasi. Karena hal tersebut tidak selalu dapat
dilaksanakan, dan lepasnya plasenta sering mengakibatkan perdarahan hebat,
umumnya plasenta ditinggalkan in situ. Pada sebuah laporan kasus, plasenta yang
lepas sebagian terpaksa dijahit kembali karena perdarahan tidak dapat dihentikan
dengan berbagai macam manuver hemostasis. Dengan ditinggalkan in situ,
plasenta diharapkan mengalami regresi dalam 4 bulan. Komplikasi-komplikasi
yang sering terjadi adalah ileus, peritonitis, pembentukan abses intraabdomen dan
infeksi organ-organ sekitar plasenta, serta preeklamsia persisten. Regresi plasenta
dimonitor dengan pencitraan ultrasonografi dan pengukuran kadar b-hCG serum.
Pemberian methotrexate untuk mempercepat involusi plasenta tidak dianjurkan,
karena degradasi jaringan plasenta yang terlalu cepat akan menyebabkan
akumulasi jaringan nekrotik, yang selanjutnya dapat mengakibatkan sepsis.
Embolisasi per angiografi arteri-arteri yang mendarahi tempat implantasi plasenta
adalah sebuah alternatif yang baik.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Kehamilan Ovarium
Kehamilan ektopik pada ovarium jarang terjadi. Spiegelberg merumuskan
kriteria diagnosis kehamilan ovarium:
1) tuba pada sisi ipsilateral harus utuh
2) kantong gestasi harus menempati posisi ovarium
3) ovarium dan uterus harus berhubungan melalui ligamentum ovarii
4) jaringan ovarium harus ditemukan dalam dinding kantong gestasi.
Secara umum faktor risiko kehamilan ovarium sama dengan faktor risiko
kehamilan tuba. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap kehamilan lebih
besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya mengalami
ruptur pada tahap awal. Manifestasi klinik kehamilan ovarium menyerupai
manifestasi klinik kehamilan tuba atau perdarahan korpus luteum. Umumnya
kehamilan ovarium pada awalnya dicurigai sebagai kista korpus luteum atau
perdarahan korpus luteum. Kehamilan ovarium terganggu ditangani dengan
pembedahan yang sering kali mencakup ovariektomi. Bila hasil konsepsi masih
kecil, maka reseksi parsial ovarium masih mungkin dilakukan. Methotrexate dapat
pula digunakan untuk terminasi kehamilan ovarium yang belum terganggu.

Kehamilan Serviks
Kehamilan serviks juga merupakan varian kehamilan ektopik yang cukup
jarang. Etiologinya masih belum jelas, namun beberapa kemungkinan telah
diajukan. Burg mengatakan bahwa kehamilan serviks disebabkan transpor zigot
yang terlalu cepat, yang disertai oleh belum siapnya endometrium untuk
implantasi. Dikatakan pula bahwa instrumentasi dan kuretase mengakibatkan
kerusakan endometrium sehingga endometrium tidak lagi menjadi tempat nidasi
yang baik. Sebuah pengamatan pada 5 kasus kehamilan serviks mengindikasikan
adanya hubungan antara kehamilan serviks dengan kuretase traumatik dan
penggunaan IUD pada sindroma Asherman. Kehamilan serviks juga berhubungan
dengan fertilisasi in-vitro dan transfer embrio. Pada kehamilan serviks,
endoserviks tererosi oleh trofoblas dan kehamilan berkembang dalam jaringan
fibrosa dinding serviks. Lamanya kehamilan tergantung pada tempat nidasi.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Semakin tinggi tempat nidasi di kanalis servikalis, semakin besar


kemungkinan janin dapat tumbuh dan semakin besar pula tendensi perdarahan
hebat. Perdarahan per vaginam tanpa rasa sakit dijumpai pada 90% kasus, dan
sepertiganya mengalami perdarahan hebat. Kehamilan serviks jarang melewati
usia gestasi 20 minggu. Prinsip dasar penanganan kehamilan serviks, seperti
kehamilan ektopik lainnya, adalah evakuasi. Karena kehamilan serviks jarang
melewati usia gestasi 20 minggu, umumnya hasil konsepsi masih kecil dan
dievakuasi dengan kuretase. Namun evakuasi hasil konsepsi pada kehamilan
serviks sering kali mengakibatkan perdarahan hebat karena serviks mengandung
sedikit jaringan otot dan tidak mampu berkontraksi seperti miometrium. Bila
perdarahan tidak terkontrol, sering kali histerektomi harus dilakukan. Hal ini
menjadi dilema, terutama bila pasien ingin mempertahankan kemampuan
reproduksinya. Beberapa metode-metode nonradikal yang digunakan sebagai
alternatif histerektomi antara lain pemasangan kateter Foley, ligasi arteri
hipogastrika dan cabang desendens arteri uterina, embolisasi arteri dan terapi
medis. Kateter Foley dipasang pada kanalis servikalis segera setelah kuretase, dan
balon kateter segera dikembangkan untuk mengkompresi sumber perdarahan.
Selanjutnya vagina ditampon dengan kasa. Beberapa pakar mengusulkan
penjahitan serviks pada jam 3 dan 9 untuk tujuan hemostasis (hemostatic suture)
sebelum dilakukan kuretase. Embolisasi angiografik arteri uterina adalah teknik
yang belakangan ini dikembangkan dan memberikan hasil yang baik, seperti pada
sebuah laporan kasus kehamilan serviks di Italia24. Sebelum kuretase dilakukan,
arteri uterina diembolisasi dengan fibrin, gel atau kolagen dengan bantuan
angiografi. Pada kasus tersebut, perdarahan yang terjadi saat dan setelah kuretase
tidak signifikan. Seperti pada kehamilan tuba, methotrexate pun digunakan untuk
terminasi kehamilan serviks. Methotrexate adalah modalitas terapeutik yang
pertama kali digunakan setelah diagnosis kehamilan serviks ditegakkan. Namun
pada umumnya methotrexate hanya memberikan hasil yang baik bila usia gestasi
belum melewati 12 minggu. Methotrexate dapat diberikan secara intramuskular,
intraarterial maupun intraamnion.

Anda mungkin juga menyukai