04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Definisi
Kehamilan ektopik ialah kehamilan yang terjadi bila ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada
ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter,
dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba,
terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars isthmika tuba,
kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba. Kehamilan di
luar tuba ialah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal,
dan kehamilan abdominal yang bisa primer atau sekunder.
Kehamilan intrauterin dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan
ekstrauterin. Dalam hal ini, dibedakan dua jenis, yaitu combined ectopic
pregnancy di mana kehamilan intrauterin terdapat pada waktu yang sama dengan
kehamilan ekstrauterin dan compound ectopic pregnancy yang merupakan
kehamilan intrauterin pada wanita dengan kehamilan ekstrauterin lebih dahulu
dengan janin sudah mati dan menjadi litopedion.
Frekuensi
Frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sangat sukar ditentukan.
Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas, sehingga tidak
dibuat diagnosisnya. Tidak semua kehamilan ektopik berakhir dengan abortus
dalam tuba atau ruptur tuba. Sebagian hasil konsepsi mati dan pada umur muda
kemudian diresorbsi.
Sebagian besar wanita yang mengalami ektopik berumur antara 20-40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0 %-14,6 %.
Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam kehamilan ektopik ialah sebagai
berikut:
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Patologi
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas,
pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi di arah
ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan
ligamentum itu. Jika janin hidup terus terdapat kehamilan intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba tetapi bila
robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.
Bila penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan nasib janin
bergantung pada kerusakan yang diderita oleh tuanya kehamilan. Bila janin mati
dan masih kecil diresorbsi seluruhnya, bila besar kelak dapat diubah menjadi
litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong
amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam
rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk
mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus, ligamentum
latum, dasar panggul dan usus.
Gambaran klinik
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan mungkin
merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada
pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin tidak
sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena
lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda, dari
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Diagnosis
Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang
terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut
bagian bawah.
Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian
bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks
menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan
adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan
perbedaan dengan infeksi pelvik.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-
tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya
ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat
setelah 24 jam.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan,
bila leukositosis meningat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000
biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila
positif. Akan tetapi, tes negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas
menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun dan
menyebabkan tes negatif.
Dilatasi dan kerokan
Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk memunjang diagnosis
kehamilan ektopik tidak dianjurkan. Berbagai alasan dapat dikemukakan:
Diagnosis diferensial
a. Infeksi pelvik
Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan
jarang setelah mengalami amenorea. Nyeri perut bagian bawah dan
tahanan yang dapat diraba pada pemeriksaan vaginal pada umumnya
bilateral. Pada infeksi pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi
0,5 derajat Celcius, selain itu leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan
ektopik dan tes kehamilan negatif.
b. Abortus imminens atau insipiens
Perdarahan lebih banyak dan lebih merah sesudah amenorea, rasa nyeri
yang lebih kurang berlokasi di daerah median dan bersifat mules lebih
menunjukkan ke arah abortus imminens atau permulaan abortus insipiens.
Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di belakang
uterus, dan gerakan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri.
c. Ruptur korpus luteum
Peristiwa ini biasanya terjadi pada pertengahan siklus haid. Perdarahan per
vaginam tidak ada dan tes kehamilan negatif.
d. Torsi kista ovarium dan appendisitis
Gajala dan tanda kehamilan muda, amenorea, dan perdarahan per vaginam
biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat
daripada kehamilan ektopik. Pada appendisitis tidak ditemukan tumor dan
nyeri pada gerakan serviks tidak seberapa nyata seperti pada kehamilan
ektopik. Nyeri perut bagian bawah pada appendisitis terletak pada titik
McBurney. Kesalahan diagnosis pada kedua keadaan ini tidak menjadi
soal karena keduanya memerlukan operasi juga.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik berupa pembedahan atau medikamentosa.
1. Operatif
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Namun harus
diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Prognosis
Prognosis tergantung jumlah darah yang keluar, kecepatan menetapkan
diagnosis dan tindakan yang tepat. Kematian karena kehamilan ektopik terganggu
cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.
Prognosis juga tergantung dari cepatnya pertolongan, jika pertolongan terlambat,
angka kematian dapat tinggi.
Kehamilan Ovarium
Kehamilan ektopik pada ovarium jarang terjadi. Spiegelberg merumuskan
kriteria diagnosis kehamilan ovarium:
1) tuba pada sisi ipsilateral harus utuh
2) kantong gestasi harus menempati posisi ovarium
3) ovarium dan uterus harus berhubungan melalui ligamentum ovarii
4) jaringan ovarium harus ditemukan dalam dinding kantong gestasi.
Secara umum faktor risiko kehamilan ovarium sama dengan faktor risiko
kehamilan tuba. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap kehamilan lebih
besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya mengalami
ruptur pada tahap awal. Manifestasi klinik kehamilan ovarium menyerupai
manifestasi klinik kehamilan tuba atau perdarahan korpus luteum. Umumnya
kehamilan ovarium pada awalnya dicurigai sebagai kista korpus luteum atau
perdarahan korpus luteum. Kehamilan ovarium terganggu ditangani dengan
pembedahan yang sering kali mencakup ovariektomi. Bila hasil konsepsi masih
kecil, maka reseksi parsial ovarium masih mungkin dilakukan. Methotrexate dapat
pula digunakan untuk terminasi kehamilan ovarium yang belum terganggu.
Kehamilan Serviks
Kehamilan serviks juga merupakan varian kehamilan ektopik yang cukup
jarang. Etiologinya masih belum jelas, namun beberapa kemungkinan telah
diajukan. Burg mengatakan bahwa kehamilan serviks disebabkan transpor zigot
yang terlalu cepat, yang disertai oleh belum siapnya endometrium untuk
implantasi. Dikatakan pula bahwa instrumentasi dan kuretase mengakibatkan
kerusakan endometrium sehingga endometrium tidak lagi menjadi tempat nidasi
yang baik. Sebuah pengamatan pada 5 kasus kehamilan serviks mengindikasikan
adanya hubungan antara kehamilan serviks dengan kuretase traumatik dan
penggunaan IUD pada sindroma Asherman. Kehamilan serviks juga berhubungan
dengan fertilisasi in-vitro dan transfer embrio. Pada kehamilan serviks,
endoserviks tererosi oleh trofoblas dan kehamilan berkembang dalam jaringan
fibrosa dinding serviks. Lamanya kehamilan tergantung pada tempat nidasi.
Leo Fernando
04061001062
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya